Peran Bidan Desa Mensosialisasikan Persalinan Sehat Pada Masyarakat Tradisional Melalui Program Jaminan Persalinan” (Studi Kasus Mayarakat Lae Soraya Desa Gunung Bakti, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam),

(1)

PERAN BIDAN DESA DALAM MENSOSIALISASIKAN PERSALINAN

SEHAT PADA MASYARAKAT TRADISIONAL MELALUI

PROGRAM JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL)

Studi Kasus Masyarakat Lae Soraya Desa Gunung Bakti, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Oleh

SYAHRUL PAYAN 0 8 0 9 0 1 0 2 5

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2 0 1 4


(2)

ABSTRAK

Persalinan sehat merupakan suatu hal yang diharapkan semua ibu hamil, dengan adanya kebijakan dari pemerintah dalam menjamin kesehatan rakyat khususnya ibu hamil dan bayi dimana kebijakan tersebut merupakan salah satu tujuan Millennium Development Goals (MDGs) yakni menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu.Indikator pencapaian peningkatan kesehatan ibu adalah menurunkan angka kematian ibu dan meningkatnya proporsi pertolongan kelahiran oleh tenaga kesehatan terlatih.Tenaga kesehatan terlatih adalah dokter, bidan, perawat dan tenaga medis lainnya.Saat ini yang menjadi ujung tombak dilapangan terkait dengan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan terlibat langsung terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak adalah Bidan.Pemanfaatan pertolongan persalian oleh tenaga kesehatan profesional (Bidan) di masyarakat masih sangat rendah dibandingkan dengan indikator yang diharapkan.Hal ini disebabkan oleh faktor ibu seperti pengetahuan, sikap terhadap keputusan untuk memanfaatkan tenaga ahli dalam pertolongan persalinan, serta jangkauan ke pelayan kesehatan.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus dimana peneliti ingin melihat langsung bagaimana peran bidan desa dalam mensosialisaikan persalinan sehat masyarakat tradisional melalui program jaminan persalinan dengan menggunakan informan sebanyak 10 orang yaitu 7 orang diantaranya informan kunci dan 3 orang informan tambahan. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan data skunder.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar masyarakat telah menerima keberadaan bidan desa dan Peranan bidan sebagai agen penggerak dalam mencapai keberhasilan pengembangan persalinan sehat melalui program jaminan persalinan baik sebagai fasilitator, katalisator dan motivator perlu di tingkatkan dan perlu mendapat dukungan penuh dan kerjasama yang baik, baik dari pemerintah dan masyarakat. Pelayanan yang diberikan bidan desa dalam usaha meningkatkan program jaminan persalinan telah berjalan dengan baik, dimana peranan dari bidan desa dalam membantu masyarakat dari pemeriksaan, perinatal, nifas dan kontrasepsi atau Keluarga Berencana telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat.

.


(3)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Peran Bidan Desa Mensosialisasikan Persalinan Sehat Pada Masyarakat Tradisional Melalui Program Jaminan Persalinan” (Studi Kasus Mayarakat Lae Soraya Desa Gunung Bakti, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam), disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Secara ringkas skripsi ini menceritakan tentang bagaimana peran bidan desa dalam mensosialisasikan persalinan sehat terhadap masyarakat tradisional.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati, baik berupa ide, semangat, do’a, bantuan moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan tiada henti-hentinya penulis ucapkan kepada kedua orangtua tercinta Ayahanda Ali Shahab dan Ibunda Meriaty yang telah merawat dan membesarkan serta mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

Dalam penulisan ini penulis menyampaikan penghargaan yang tulus dan ucapan terimakasih yang mendalam kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini kepada:


(4)

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, Selaku ketua Departemen Sosiologi dan Drs. T. Ilham Saladin, M.Sp., selaku Sekretaris Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang selalu memberikan masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini, memberikan segenap ilmu pengetahuan semasa perkuliahan, dan nasehat serta pengarahan yang telah diberikan sebagai penguji seminar proposal. 3. Rasa hormat dan terimakasih yang tidak akan dapat penulis ucapkan

dengan kata-kata kepada Bapak Dr. Sismudjito, M.Si, selaku dosen pembimbing sekaligus dosen wali penulis yang telah banyak mencurahkan waktu, tenaga, ide-ide dan pemikiran dalam membimbing penulis dari awal perkuliahan hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.

4. Segenap dosen, staff, dan seluruh pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Kak Fenni Khairifa, dan Kak Betty yang telah cukup banyak membantu penulis selama masa perkuliahan dalam hal administrasi.

5. Paling teristimewa penulis ucapkan salam sayang terhangat dan terima kasih bahkan tak terucap rasa bangga penulis kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah membesarkan saya dengan mencurahkan kasih sayangnya tiada terhingga dan tiada batasnya kepada saya, selalu memberikan doa’ dan nasehat, dan mendidik saya serta dukungan moril maupun materil kepada saya.


(5)

6. Secara khusus dan istimewa kepadaKakak saya Nurmalem Junita, Kakak satu-satunya dalam hidup saya yang selalu memberikan do’a, semangat, nasehat kepada saya dan masukan yang tidak ternilai harganya dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Terima kasih banyak penulis ucapkan kepada Ibu Dra. Linda Elida, sebagai dosen dan sosok guru yang mengajarkan saya banyak hal dalam penelitian serta semangat, masukan-masukan dan paling terpenting segenap pengetahuan mengenai penelitian yang telah diberikan sehingga mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Secara khusus dan istimewa penulis ucapkan salam tersayang kepada Afriyani, yang merupakan inspirasi satu-satunya dalam hidup saya serta selalu memberikan do’a, semangat, dan mengingatkan saya selalu untuk fokus dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Terima kasih banyak penulis ucapkan kepada keluarga Ibu Rima Dani, Ibu Eli Marlina, Ibu Khodijah, Ibu Ana Mardiana, Ibu Endang dan Ibu Cinta di Kelurahan Sei Mati yang selalu memberikan do’a, semangat, nasehat kepada saya.

10.Kawan-kawan sosiologi angkatan 2008, kawan-kawan kost 46 yang sudah memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini dan ketika bersama menuntut ilmu di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(6)

11.Kepada para informan yang ada di Desa Gunung Bakti, serta pemerintahan Kecamatan Sultan Daulat yang telah banyak membantu dalam memberi-kan informasi penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi terdapat berbagai kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran-saran yang sifatnya membangun demi kebaikan tulisan ini.Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca, dan akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Medan, Juni 2014

NIM. 080901025 SYAHRUL PAYAN


(7)

DAFTAR ISI

Hal.

LEMBAR PERSETUJUAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.5 Defenisi Konsep ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bidan Desa Agen Peningkatan Kesehatan Masyarakat ... 14

2.2 Sosialisasi Pemanfaatan Program Jaminan Kesehatan ... 17

2.3Interaksi Sosial Bidan Desa dengan Masyarakat ... 21

2.4Kerja Sama ... 25

2.5 Masyarakat Tradisional ... 26

2.6 Jaminan Persalinan dalam Sistem Jaminan Kesehatan Nasional ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.2 Lokasi Penelitian ... 34

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 34

3.3.1 Unit Analisis ... 34


(8)

3.3.2.2 Informan Tambahan ... 35

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.4.1Data Primer ... 36

3.4.2Data Skunder ... 37

3.5Interpretasi Data ... 37

3.6 Jadwal Kegiatan ... 38

3.7 Keterbatasan Penelitian ... 38

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DAN INTERPRETASI DATA 4.1 Gambaran Kota Subulussalam ... 39

4.2 Gambaran Umum Desa Gunung Bakti ... 42

4.2.1Letak Geografis ... 42

4.2.2Kependudukan ... 43

4.2.2.1 Komposisi Penduduk Desa Gunung Bakti Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43

4.2.2.2 Komposisi Penduduk Desa Gunung Bakti Berdasarkan Agama ... 44

4.2.2.3 Komposisi Penduduk Desa Gunung Bakti Berdasarkan Etnis/Suku ... 44

4.2.2.4 Komposisi Penduduk Desa Gunung Bakti Berdasarkan Usia ... 45

4.2.2.5 Komposisi Penduduk Desa Gunung Bakti Berdasarkan Mata Pencaharian ... 46

4.2.2.6 Komposisi Penduduk Desa Gunung Bakti Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 46

4.2.3Fasilitas Pendidikan ... 47

4.2.4Fasilitas Kesehatan ... 48

4.2.5Fasilitas Keagamaan ... 48

4.2.2Kependudukan ... 48

4.3 Gambaran Kondisi Ibu Hamil dan Bayi, Tempat Persalinan/Penolong Persalinan Desa Gunung Bakti ... 48


(9)

4.4 Karakteristik Informan ... 53

4.4.1Informan Kunci ... 53

4.4.2Informan Tambahan ... 67

4.5Interpretasi Data ... 45

4.5.1Peran Bidan Desa sebagai Agen Sosialisai dalam Meningkatkan Kesehatan Bayi, Ibu Hamil/Melahirkan Melalui Program Jaminan Persalinan... 71

4.5.2Latar Belakang Bidan Desa Meningkatkan Persalinan Sehat Pada Masyarakat Desa gunung Bakti ... 75

4.5.3Peran Serta Masyarakat Desa Gunung Bakti dalam Memajukan Program Jaminan Persalinan ... 81

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 85

5.2 Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

TABEL Hal.

4.1 Nama Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Kelurahan

Tahun 2012 ... 41 4.2 Komposisi Penduduk Desa Gunung Bakti Berdasarkan

Jenis Kelamin ... 43 4.3 Komposisi Penduduk Desa Gunung Bakti Berdasarkan

Etnis ... 44 4.4 Komposisi Penduduk Desa Gunung Bakti Berdasarkan

Usia ... 45 4.5 Komposisi Penduduk Desa Gunung Bakti Berdasarkan

Mata Pencaharian ... 46 4.6 Komposisi Penduduk Desa Gunung Bakti Berdasarkan

Tingkat Pendidikan ... 47 4.7 Kondisi Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Desa Gunung Bakti

Tahun 2012 ... 49 4.8 Kondisi Bayi Lahir Desa Gunung Bakti Tahun 2012 ... 50 4.9 Tempat Persalinan Ibu Bersalin Desa Gunung Bakti

Tahun 2012 ... 51 4.10 Penolong Persalinan Ibu Bersalin Desa Gunung Bakti


(11)

ABSTRAK

Persalinan sehat merupakan suatu hal yang diharapkan semua ibu hamil, dengan adanya kebijakan dari pemerintah dalam menjamin kesehatan rakyat khususnya ibu hamil dan bayi dimana kebijakan tersebut merupakan salah satu tujuan Millennium Development Goals (MDGs) yakni menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu.Indikator pencapaian peningkatan kesehatan ibu adalah menurunkan angka kematian ibu dan meningkatnya proporsi pertolongan kelahiran oleh tenaga kesehatan terlatih.Tenaga kesehatan terlatih adalah dokter, bidan, perawat dan tenaga medis lainnya.Saat ini yang menjadi ujung tombak dilapangan terkait dengan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan terlibat langsung terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak adalah Bidan.Pemanfaatan pertolongan persalian oleh tenaga kesehatan profesional (Bidan) di masyarakat masih sangat rendah dibandingkan dengan indikator yang diharapkan.Hal ini disebabkan oleh faktor ibu seperti pengetahuan, sikap terhadap keputusan untuk memanfaatkan tenaga ahli dalam pertolongan persalinan, serta jangkauan ke pelayan kesehatan.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus dimana peneliti ingin melihat langsung bagaimana peran bidan desa dalam mensosialisaikan persalinan sehat masyarakat tradisional melalui program jaminan persalinan dengan menggunakan informan sebanyak 10 orang yaitu 7 orang diantaranya informan kunci dan 3 orang informan tambahan. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan data skunder.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar masyarakat telah menerima keberadaan bidan desa dan Peranan bidan sebagai agen penggerak dalam mencapai keberhasilan pengembangan persalinan sehat melalui program jaminan persalinan baik sebagai fasilitator, katalisator dan motivator perlu di tingkatkan dan perlu mendapat dukungan penuh dan kerjasama yang baik, baik dari pemerintah dan masyarakat. Pelayanan yang diberikan bidan desa dalam usaha meningkatkan program jaminan persalinan telah berjalan dengan baik, dimana peranan dari bidan desa dalam membantu masyarakat dari pemeriksaan, perinatal, nifas dan kontrasepsi atau Keluarga Berencana telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat.

.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu tujuan Millennium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya penurunan angka kematian anak salah satu indikatornya adalah menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiga dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2015. Angka kematian balita dipengaruhi oleh besaran angka kematian bayi (AKB). AKB merupakan salah satu tolak ukur untuk menilai sejauh mana ketercapaian kesejahteraan rakyat sebagai hasil dari pelaksanaan pembangunan bidang kesehatan. Kegunaan lain dari AKB adalah sebagai alat monitoring situasi kesehatan, sebagai input penghitungan proyeksi penduduk, serta dapat juga dipakai untuk mengidentifikasi kelompok penduduk yang mempunyai risiko kematian tinggi (BPS, 2004).

Untuk peningkatan kesehatan ibu masih menjadi masalah utama di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mereduksi angka kematian ibu (AKI) di Indonesia, antara lain meningkatkan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan kesehatan dengan mutu yang baik serta menjangkau semua kelompok sasaran, meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan profesional secara berangsur, meningkatkan deteksi dini risiko ibu hamil dan


(13)

melaksanakan sistem rujukan serta meningkatkan pelayanan neonatal dengan mutu yang baik (Depkes RI, 2005a).

Indikator pencapaian peningkatan kesehatan ibu adalah menurunkan angka kematian ibu dan meningkatnya proporsi pertolongan kelahiran oleh tenaga kesehatan terlatih. Tenaga kesehatan terlatih adalah dokter, bidan, perawat dan tenaga medis lainnya. Saat ini yang menjadi ujung tombak dilapangan terkait dengan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan terlibat langsung terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak adalah Bidan. Bidan mempunyai tugas penting dalam memberikan bimbingan, asuhan dan penyuluhan kepada ibu hamil, persalinan dengan tanggung jawabnya sendiri serta memberikan asuhan kepada bayi baru lahir. Asuhan ini termasuk tindakan pencegahan, deteksi kondisi abnormal pada ibu dan anak, serta melaksanakan tindakan kegawatdaruratan medik (Amiruddin dan Jakir, 2006).

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) tahun 2002-2003, Angka Kematian Ibu mencapai 307/10.000 kelahiran hidup, hal ini berarti lebih dari 18.000 ibu meninggal per tahun atau 2 ibu meninggal tiap jam oleh sebab kehamilan, persalinan dan nifas. Sebagian besar penyebab kematian ibu secara langsung adalah komplikasi yang terjadi saat persalinan dan segera setelah persalian (Depkes RI, 2005a). Hasil Survei Kesehatan Nasional (Susenas) tahun 2004, bahwa dari 320 wanita usia reproduksi tercatat 38 kematian maternal, 29% diantaranya terjadi saat hamil, 45% pada saat persalinan dan 26% pada masa


(14)

nifas. Proporsi kematian maternal di pedesaan 3 kali lebih besar dari perkotaan. Berdasarkan cakupan pertolongan persalinan diketahui terdapat 31,2% ibu untuk pertolongan awal persalinan pergi ke tetangga non kesehatan (dukun 28,3%, keluarga 2,4%, lain-lain 0,5%), dan penolong persalinan terbanyak adalah bidan (64,5%) termasuk bidan praktek swasta (Depkes RI, 2005b).

Dilihat dari proporsi tenaga bidan di Indonesia sebesar 34,8% per 10.000 penduduk, dengan jumlah bidan 30.236 orang yang ditempatkan di desa-desa seluruh Indonesia, dan masih ada 43,22% desa lagi yang belum tersedia bidan. Hal ini berarti bahwa di Indonesia masih membutuhkan tenaga profesional dalam memberikan pertolongan persalinan bagi ibu bersalian (Depkes RI, 2005b).

Pemanfaatan pertolongan persalian oleh tenaga kesehatan profesional (bidan) di masyarakat masih sangat rendah dibandingkan dengan indikator yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh faktor ibu seperti pengetahuan, sikap terhadap keputusan untuk memanfaatkan tenaga ahli dalam pertolongan persalinan, serta jangkauan ke pelayan kesehatan, sedangakan menurut Rochim (2005), perubahan pola pencarian pelayanan kesehatan lebih didominasi oleh tingkat keparahan penyakit yang dideritanya, persepsi minimnya fasiliitas kesehatan yang modern di Indonesia, tenaga kesehatan yang tidak berkualitas, dan perilaku tenaga kesehatan yang tidak ramah, dan cenderung memilih-milih.


(15)

Masalah kesehatan bagi penduduk di kota maupun di pedesaan Indonesia masih saja merupakan masalah yang pelik. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya program kesehatan yang diterapkan dan terus dikembangkan belum berjalan dengan baik, baik itu program kesehatan baru maupun program kesehatan hasil modifikasi program lama. Sejalan dengan hal tersebut, peningkatan kesehatan terutama ditujukan pada golongan masyarakat berpenghasilan rendah, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Perhatian khusus perlu diberikan pada daerah terpencil, kelompok masyarakat terasing, daerah transmigrasi dan perbatasan. Untuk meningkatkan kesehatan lebih dahulu diperhatikan adalah kesehatan ibu dan anak, karena kesehatan ibu dan anak merupakan pangkal pokok dari kesehatan masyarakat, karena ibu dan anak merupakan salah satu sasaran yang harus di prioritaskan pengadaan pelayanan kesehatan di sebabkan oleh beberapa hal yaitu:

1. Ibu dan anak adalah sekelompok masyarakat yang termsuk mempunyai resiko tinggi.

2. Kesehatan ibu dan anak sangat mudah terpengaruh oleh keadaan lingkungan.

3. Kesehatan ibu dan anak menetukan sehat tidaknya kehidupan bangsa pada masa depan (Azwar. Azrul, 1993: 32).

Peningkatan kesehatan masyarakat diarahkan kepada peningkatan akses kesehatan dasar murah dan terjangkau. Prioritas utamanya antara lain adalah


(16)

peningkatan kesehatan ibu, bayi, balita, dan keluarga berencana yang akan dicapai dengan strategi pemberdayaan masyarakat. Kemenkes, 2010 (dalam Femmy. K, 2012). Penting bagi pemerintah sebagai pemegang kebijakan untuk meningkatkan kesehatan ibu, bayi, balita, dan keluarga berencana khususnya mereduksi AKB dan AKI agar terciptanya kesehatan ibu dan anak yang merupakan harapan bagi pemerintah serta masyarakat.

Program yang digulirkan Kementerian Kesehatan untuk percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi adalah Program Jaminan Persalinan (Jampersal). Jaminan Persalinan dimaksudkan untuk menghilangkan hambatan finansial bagi ibu hamil untuk mendapatkan Jaminan Persalinan, yang didalamnya termasuk pemeriksaan kehamilan, pelayanan nifas termasuk KB pasca persalinan, dan pelayanan bayi baru lahir dari Jaminan Persalinan adalah untuk meningkatkan akses terhadap pelayanan persalinan yang dalam rangka menurunkan AKI dan AKB melalui jaminan pembiayaan untuk pelayanan persalinan yang melibatkan keseluruhan aspek baik dari dokter atau bidan praktek swasta, rumah sakit, serta pusat kesehatan masyarakat lainnya. Program ini diinisiasi dengan kegiatan awal, yaitu membangun unit pelayanan di tingkat desa yang dikoordinir dan dikelola pemerintahan daerah tenaga kesehatan profesional bersama kader, sukarelawan dan tokoh masyarakat.


(17)

Bidan merupakan tenaga kesehatan yang berperan paling depan dalam pengembangan program Jaminan Persalinan. Kondisi ini telah mengubah konsepsi mengenai peran bidan sebelumnya. Rukminto, 2008 (dalam Femmy. K, 2012) menyampaikan peran bidan telah berkembang dengan peran pemberdayaan masyarakat yang meliputi peran sebagai pendidik, penggerak, fasilitator, dan mediator. Sebagai pendidik, bidan berperan memberikan pengetahuan dan keterampilan. Sebagai penggerak, yaitu berupaya untuk menggerakan dan memberdayakan masyarakat agar berperan aktif. Sebagai fasilitator, yaitu memfasilitasi berbagai kegiatan yang dilakukan masyarakat, sehingga terlaksana sesuai potensi yang ada. Sebagai mediator, yaitu menjembatani masyarakat untuk mengakses pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, seperti pelayanan rujukan ke puskesmas atau rumah sakit. Peran tersebut dijalankan sebagai alat untuk pengembangan kesehatan masyarakat dalam wadah program jampersal yang dimaksud agar dapat berjalan sesuai tujuan dari program tersebut.

Salah satu daerah yang telah mendapatkan program Jaminan Persalinan adalah Desa Gunung Bakti yang berada di Kecamatan Sultan Daulat, Pemerintahan Kota Subulussalam, dimana dalam kondisi, keadaan serta tingkat kesadaran kesehatan masyarakat masih rendah. Dapat dilihat dari hasil kunjungan masyarakat kepusat layanan kesehatan didaerah tersebut mencapai angka 0,2% (Data Puskesmas Gunung Bakti, 2011). Hal ini dikarenakan tingkat ekonomi masyarakat yang rendah untuk mengakses pelayanan kesehatan dipusat kesehatan serta kurangnya peran aktif pemerintah daerah dan tenaga kesehatan dalam


(18)

mensosialisasikan program-program kesehatan kepada masyarakat desa tersebut, ditambah lagi kurangnya akses pengobatan dan layanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin khususnya masyarakat Desa Gunung Bakti.

Jaminan Persalianan hadir ditengah-tengah masyarakat miskin khususnya di desa Gunung Bakti ini diharapkan dapat meringankan permasalahan dalam mengurangi AKI dan AKB didaerah tersebut dengan memberikan pelayanan persalinan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir. Program Jaminan Persalinan tersebut dapat berjalan dengan baik ditengah masyarakat. Serta perlunya peran pemerintah daerah setempat dan intansi kesehatan beserta tenaga medis profesional sebagai pemegang kebijakan dalam mensosialisasikan program tersebut kepada masyarakat agar dapat bermanfaat bagi masyarakat. Dimana dalam proses mengaplikasikan sebuah program baru didalam masyarakat perlu agen-agen yang berkopeten agar program tersebut senantiasa berjalan dimasyrakat serta dapat membantu mengatasi masalah-masalah di masyrakat tersebut.

Masyarakat selaku penerima program jaminan kesehatan tersebut dapat berkerja sama dalam menjalankan program Jaminan Persalinan yang diberikan oleh tenaga medis di pusat layanan kesehatan masyarakat dan pusat kesehatan lainnya serta perlunya peran aktif pemerintah dan tenaga medis sebagai media untuk mensosialisasi program tersebut kepada masyarakat, ini dikarenakan pada masyarakat desa Gunung Bakti masih menggunakan kebudayaan tradisional dalam melakukan persalinan dan pengobatan lainnya.


(19)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, masalah peningkatan kesehatan ibu dan anak menjadi bahagian penting dalam mensukseskan kesehatan masyarakat Indonesia, hal ini dapat dilihat dari data-data yang ada, bahwa AKB dan AKI di Indonesia masih tinggi. Perlu sebuah kebijakan baru dari pemerintah dalam mengatasi permasalahan tersebut. Kehadiran program Jaminan Persalinan ditengah-tengah masyarakat diharapkan dapat menurunkan AKB dan AKI. Serta peran tenaga medis diharapkan mampu mensukseskan program tersebut pada masyarakat didaerah terpencil, kelompok masyarakat terasing, daerah transmigrasi dan perbatasan, yang mengarahkan kepada peningkatan akses kesehatan dasar murah dan terjangkau, serta yang menjadi prioritas utamanya antara lain adalah peningkatan kesehatan ibu, bayi, balita, dan keluarga berencana.

Program Jaminan Persalinan yang dijalankan kepada masyarakat harus tepat sasaran kepada warga masyarakat yang betul-betul membutuhkannya. Hal itu dapat diwujudkan kepada masyarakat dengan adanya peran aktif setiap elemen yang ada, baik pemerintah tenaga medis serta masyarakat sebagai penerima program tersebut agar program jaminan tersebut dapat berjalan dan berfungsi dengan baik ditengah masyarakat dalam menurunkan AKI dan AKB serta meningkatkan kesehatan masyarakat Gunung Bakti pada khususnya dan masyara-kat lainnya pada umumnya.Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:


(20)

1. Bagaimana peran bidan desa dalam mensosialisasikan persalinan sehat pada masyarakat tradisional melalui program jaminan persalinan.?

2. Bagaimana peran serta masyarakat terhadap keberadaan bidan desa dalam mensosialisasikan persalinan sehat pada masyarakat tradisional melalui program jaminan persalinan.?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana peran bidan desa dalam mensosialisasikan persalinan sehat pada masyarakat tradisional melalui program jaminan persalinan.

2. Untuk mengetahui bagaimana peran serta masyarakat terhadap keberadaan bidan desa dalam mensosialisasikan persalinan sehat pada masyarakat tradisional melalui program jaminan persalinan.

1.4 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat baik untuk diri sendiri ataupun orang lain, terlebih lagi untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Adapun manfaat yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :


(21)

Manfaat teoritis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan konstribusi baik secara langsung ataupun tidak langsung bagi kepustakaan Departemen Sosiologi khususnya untuk menambah kajian tentang Pengembangan Masyarakat, Sosiologi Pedesaan, Kependudu-kan serta Sosiologi Kesehatan.

Manfaat praktis, diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam membuat suatu karya ilmiah dan dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya, serta diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada pemerintah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat miskin melaluli program-program yang ada.

1.5 Definisi Konsep

Dalam penelitian ilmiah, disamping berfungsi untuk memfokuskan dan mempermudah suatau penelitian, konsep juga berfungsi sebagai panduan yang nantinya digunakan peneliti untuk menindak lanjuti sebuah kasus yang di teliti dan menghindari terjadinya kekacauan akibat kesalahan penafsiran dalam sebuah penelitian. Adapun konsep yang digunakan sesuai dengan konteks penelitian ini, antara lain adalah :

1. Peran

Merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi (ketentuan) dan harapan peran


(22)

yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.

2. Bidan/Tenaga Medis

Merupakan tenaga medis professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan gawat darurat.

3. Sosialisasi

Sosialisasi menunjuk pada semua faktor dan proses yang membuat setiap manusia menjadi selaras dalam hidupnya di tengah-tengah masyarakat dimana merupakan proses seseorang mempelajari dan menghayati norma-norma kelompok atau kesatuan kerja di tempat mereka hidup sehingga mereka sendiri menjadi seorang pribadi yang unik dan berprilaku sesuai dengan harapan kelompok.


(23)

4. Interaksi Sosial

Merupakan hubungan antar manusia yang sifat dari hubungan tersebut adalah dinamis artinya hubungan tersebut tidak statis, selalu mengalami dinamika. Kemungkinan yang muncul ketika satu manusia berhubungan dengan manusia lainnya adalah hubungan antara individu satu dengan individu lain, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok.

5. Persalinan Sehat

Merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan persentasi belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin, serta proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar dengan persentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang 24 jam.

6. Masyarakat Tradisional

Masyarakat tradisional dapat diartikan sebagai masyarakat yang masih banyak dikuasai oleh adat istiadat lama.


(24)

7. Kebijakan Pemerintah

Merupakan usaha mencapai tujuan tertentu dengan sasaran tertentu dan dalam urutan tertentu atau suatu keputusan yang dibuat secara sistematik oleh pemerintah dengan maksud dan tujuan tertentu yang menyangkut kepentingan umum.

8. Jaminan Sosial

Merupakan suatu program yang didanai atau diberikan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar orang tanpa sumber daya. Pada umumnya hal itu diarahkan pada mereka yang hidup dalam kemiskinan, penyandang cacat, keluarga kurang mampu dan sebagainya.

9. Jaminan Persalinan

Merupakan jaminan pembiayaan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan (antenatal), persalinan dan pemeriksaan masa nifas (postnatal) bagi seluruh ibu hamil yang belum mempunyai jaminan kesehatan serta bayi yang dilahirkannya pada fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan program tersebut, serta jaminan persalinan terintegrasi dengan program Jamkesmas.


(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Bidan Desa Agen Peningkatan Kesehatan Masyarakat

Dalam globalisasi ekonomi masyarakat Indonesia dihadapakan pada persaingan global yang semakin ketat yang menuntut masyarakat serta semua lapisannya untuk menyiapkan individu yang berkualitas tinggi sebagai generasi penerus bangsa yang harus dipersiapkan sebaik mungkin secara terencana,terpadu dan berkesinambungan. Tindakan tersebut haruslah secara konsisten dilakukan sejak dini yang bekerja yakni sejak janin dalam kandungan, masa bayi dan balita, sampai dewasa. Di era sekarang ini, keberadaan seorang bidan sangat diperlukan. Bidan diakui sebagai tenaga kesehatan professional yang bertanggung jawab yang bekerja sebagai mitra perempuan dalam memberikan dukungan yang diperlukan. Misalnya asuhan dan nasihat selama kehamilan, periode persalinan dan post partum, melakukan pertolongan persalinan di bawah tanggung jawabnya sendiri, dan memberikan asuhan pada bayi baru lahir. Ruang lingkup asuhan yang diberikan oleh seorang bidan dan telah ditetapkan sebagai wilayah kompetensi bidan di Indonesia.

(http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=3111)

Dalam peran sebagai tenaga kesehatan profesional bidan diharapkan mampu menangani masalah kesehatan yang ada didalam masyarakat baik dalam peningkatan kesehatan ibu, anak dan masyarakat lainnya. Menjadi ujung tombak


(26)

untuk membangun kesehatan masyarakat. Bersama komponen lain bidan berada di barisan paling depan untuk membantu masyarakat. Terutama bidan yang berada di desa, terlebih mereka yang bertugas didaerah terpencil dan jauh dari sarana pelayanan kesehatan.

Bidan desa adalah bidan yang ditempatkan, diwajibkan tinggal serta bertugas melayani masyarakat di wilayah kerjanya, yang meliputi satu atau dua desa yang dalam melaksanakan tugas pelayanan medik baik di dalam maupun di luar jam kerjanya bertanggung jawab langsung kepada kepala Puskesmas dan bekerjasama dengan perangkat desa. Salah satu program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah menurunkan kematian dan kejadian sakit di kalangan ibu, dan untuk mempercepat penurunan angka Kematian Ibu dan Anak adalah dengan meningkatkan mutu pelayanan dan menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan perinatal. Dalam usaha meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dan kesehatan anak terutama di desa maka tenaga kesehatan (medis) seperti bidan harus menjalin kerjasama yang baik dengan tenaga non-medis seperti dukun dengan mengajak dukun untuk melakukan pelatihan dengan harapan dapat:

1. Meningkatkan kemampuan dalam menolong persalinan

2. Dapat mengenal tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan (http://bidanshop.blogspot.com/2010/04/kematian-di-tangan-bidan.html.)


(27)

Selain bekerja sama dengan tenaga non-medis seperti dukun, bidan desa juga bekerjasama dengan masyarakat yang secara sukarela membantu dan melaksanakan posyandu. Biasanya masyarakat tersebut telah mendapat pelatihan dalam menjalankan tugasnya tersebut sebagai kader. Tugas dan fungsi bidan utama bidan desa adalah memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak, sebagaimana tertuang dalam SE Dirjen Binkesmas No. 492/Binkesmas/Dj/89 yang menyatakan penempatan bidan desa adalah memberikan pelayanan ibu dan anak serta KB dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta kelahiran. Kehadiran bidan di desa diharapkan mampu memperluas jangkauan pelayanan yang telah ada sekaligus dapat meningkatkan cakupan program pelayanan KIA melalui: (Kemenkes, 2007)

a. Peningkatan pemeriksaan kesehatan ibu hamil yang bermutu b. Pertolongan persalinan

c. Deteksi dini faktor kehamilan dan peningkatan pelayanan neonatal. d. Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada bayi

e. Serta bekerja sama dengan kader posyandu mencari sasaran ibu hamil

Bidan desa adalah ujung tombak pembangunan keluarga sejahtera dari sudut kesehatan dan pemberdayaan lainnya. Bidan menempati posisi yang strategis karena biasanya di tingkat desa merupakan kelompok tenaga kesehatan profesional. Masyarakat dan keluarga Indonesia di desa, dalam keadaan hampir tidak siap untuk menghadapi tingginya angka kematian bayi beserta angka kematian ibu.


(28)

2.2 Sosialisasi Pemanfaatan Program Kesehatan Masyarakat

Proses pembentukan nilai-nilai dan norma sosial secara garis besar dibedakan dalam dua bagian, yaitu: (1) nilai-nilai dan norma sosial terbentuk secara alamiah akibat dari interaksi sosial, dan (2) nilai-nilai dan norma sosial terbentuk melalui unsur kesengajaan, dalam arti terbentuknya nilai-nilai dan norma sosial memang merupakan kebutuhan pada saat tertentu akibat dari berbagai pelanggaran yang dilakukan sebagian anggota masyarakat. Perwujudan dari proses terbentuknya nilai-nilai dan norma sosial secara disengaja dapat dilihat dari berbagai bentuk peraturan-peraturan sosial secara formal. Peraturan sosial ini disebut norma sosial. Norma sosial dibentuk dalam satu kesatuan sistem yang relatif tertib, tidak saling bertentangan, sehingga karena perwujudan keadaanya sering disebut tertib normatif. Akan tetapi, bagaimanakah wujud dari tata aturan tersebut maka masyarakat perlu mengetahui dan memahaminya, sebab tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat akan nilai-nilai dan norma sosial bukanlah terjadi secara adikodrati, melainkan harus dikenalkan melaui berbagai proses pemahaman dan pembelajaran. Dengan demikian, para anggota masyarakat menguasai sejumlah tata aturan melalui sebuah proses, yaitu proses belajar atau dalam terminasi sosiologi disebut sosialisasi (Elly dan Usman, 2011:151-152).

Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan atauran dari suatu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory), karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang


(29)

harus dijalankan oleh individu. Dalam hal ini dengan adanya sosialisasi, masyarakat ditanamkan nilai dan norma serta diajarkan peran-peran bagaimana dalam memanfaatkan Program Jaminan Persalinan. Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). (Kamanto Sunarto, 1993:23).

Sesuai dengan lanjutan teori sosialisasi, teori peran sangat berkaitan erat dengan yang namanya sosialisasi.Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Teori peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa yang di tetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut teori ini masyarakat yang dibarengi dengan yang namanya pemahaman tentang peran-peran secara otomatis akan lebih paham dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, karena segala sesuatu yang diajarkan dengan peran adalah salah satu fakor utama dalam mencapai kepuasan tersendiri bagi individu untuk menjalankan sebuah fungsi. Hal ini dikaitkan dengan bagaimana seorang individu atau masyarakat memahami apa yang dilakukan oleh agen sosialisasi. Oleh karena itu diperlukan peran yang aktif dalam proses pensosialisasian atas individu atau masyarakat agar tercapai keinginan yang disepakati.


(30)

Sosialisasi primer didefenisikan Peter L. Berger dan Luckman sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Dalam hal ini masyarakat perlu diberikan sosialisasi yang baik dan benar oleh pihak yang berkewajiban, apalagi program tersebut adalah salah satu program pertama kalinya didirikan di perdesaan sehingga secara bertahap masyarakat mampu dalam menerima bagaimana fasilitas program tersebut bisa didirikan. Oleh karena itu dengan adanya sosialisasi primer masyarakat mengetahui dengan sendirinya bagaimana memanfaatkan Program Jaminan Persalinan.

Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu kedalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Dalam hal ini masyarakat diperkenalkan dengan sesuatu hal yang baru yang selama ini mungkin tidak akan pernah dirasakan oleh masyarakat perdesaan dalam meningkatkan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat baik dari segi pembangunan infrastruktur, ekonomi dan tingkat kesehatan masyarakat dalam hal mereduksi angka kematian bayi dan angka kematian ibu. (Kamanto Sunarto, 1993:31).

Fuuler dan Jacobs dalam (Kamanto Sunarto 1993;30-35) mengidentifikasi-kan lima agen sosialisasi utama yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan sistem pendidikan. Dalam hal ini agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Namun dalam permasalahan ini pihak


(31)

yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi dalam menjalankan persalinan sehat kepada masyarakat desa melalui pemanfaatan Program Jaminan Persalinan adalah Tim Pelaksana Kegiatan seperti tenaga kesehatan professional, Kepala Desa (Kades) serta tokoh-tokoh masyarakat yang mengambil andil dalam mensukseskan program tersebut.

Agar sosialisasi dapat berjalan dengan lancar tertib dan berlangsung terus menerus maka terdapat dua tipe sosialisasi yaitu sosialisasi formal dan sosialisasi informal. Sosialisasi formal adalah sosialisasi yang terbentuk melalui lembaga yang dibentuk oleh pemerintah dan masyarakat yang memiliki tugas khusus dalam mensosialisasikan nilai, norma dan peranan-peranan yang harus dipelajari oleh masyarakat. Artinya adalah dalam menjalankan sebuah peningkatan kesehatan di masyarakat perlu ada yang namanya lembaga yang memiliki aktor sebagai pensosialisasi terhadap masyarakat, dan aktor tersebut berfungsi untuk mengajarkan kepada masyarakat bagaimana dalam menjalankan nilai dan norma dalam pemanfaatan program jaminan persalinan tersebut, dan memberitahu kapada masyarakat seperti apa peranan dari pada pembangunan program tersebut. Sosialisasi informal adalah sosialisasi yang terdapat dalam pergaulan sehari-hari yang bersifat kekeluargaan. Artinya adalah bahwasanya sosialisasi informal ini bisa terjalin dalam sesama masyarakat, yang melakukan diskusi tentang bagaimana pemanfaatan program jaminan persalinan tersebut.


(32)

2.3Interaksi Sosial Bidan Desa dengan Masyarakat

Perubahan dan perkembagan masyarakat yang mewujudkan segi dinamikanya, disebabkan karena para warganya mengadakan hubungan satu dengan lainnya, baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok sosial. Sebelum hubungan-hubungan itu memiliki bentuk yang konkrit, maka akan dialami suatu proses sosial ke arah bentuk yang konkrit yang sesuia dengan nilai-nilai sosial dan budaya dalam masyarakat (Badrujaman, 2008: 32).

Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial (Soerjono Soekanto, 2005: 55).

Sebagaimana diketahui bahwa masyarakat atau seseorang terkait dengan sisi dinamis dan sisi statis masyarakat. Struktur sosial (misalnya jenis kelamin, usia, atau warna kulit) merupakan aspek statis masyarakat. Sedangkan proses sosial atau interaksi sosial merupakan aspek dinamis masyarakat (Soerjono Soekanto, 2005: 59).

Proses sosial adalah cara-cara hubungan yang dilihat apabila orang perorangan dan kelompok sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan bentuk-bentuk hubungan atau sesuatu hal yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada. Dalam proses sosial terjadi peristiwa hubungan dan pengaruh timbal


(33)

balik antara berbagai segi kehidupan bersama dan antara berbagai komponen yang terkait. Bentuk umum proses sosial tersebut adalah interaksi sosial yang merupakan prasyarat terjadinya aktivitas-aktivitas sosial yang lainnya. Interaksi sosial terjadi dalam pola yang beraneka ragam misalnya interaksi antar-individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok.

Beberapa komponen yang membentuk terjadinya interksi sosial adalah sebagai berikut:

a. Adanya kontak sosial (sosial contact)

Kontak sosial dapat terjadi antar perorangan, anatar kelompok, atau anatara kelompok dengan perorangan. Kontak yang positif terjadi bila melahirkan sebuah kerja sama, sedangkan kontak yang negatif terjadi bila melahirkan penolakan untuk terjadinya kerja sama.

Kontak sosial dapat bersifat primer (langsung) dan sekunder (tidak langsung). Kontak sosial primer misalnya perawat bertemu pasien di ruang inap. Pada sisi yang lain, ada pula kontak sosial yang bersifat sekunder misalnya seorang dokter bertanya kepada perawat mengenai kondisi kesehatan pasien.

b. Adanya komunikasi

Dalam interaksi, komunikasi merupakan hal yang penting. Untuk konteks layanan kesehatan, Samsuriadji Djauzi dan Supartondo (2004:35) mengatakan bahwa komunikasi antara dokter dengan pasien merupakan landasan yang penting


(34)

Interaksi sosial terdiri atas dua unsur, yaitu tindakan sosoial dan keterikatan antar tidakan sosial. Tindakan sosial merupakan (social action) merupakan unsur pembentuk interaksi sosial. Menurut pandangan Max Weber tindakan sosial merupakan tindakan yang bermakna, yakni tindakan yang dilakukan seseorang dengan memperhitungkan keberadaan orang lain (Badrujaman, 2008: 36).

Tindakan sosial apapun yang dilakukan seseorang cendrung berhubungan dengan tindakan individu lainnya. Hubungan anatartindakan sosial tidak terjadi secara otomatis, karena kekuatan alam, atau kekutan supra alami. Keterkaitan antartindakan sosial terjadi karena ada manusia, manusialah yang melakukan tindakan dan menjalinnya dengan tidakan yang lain (Badrujaman, 2008: 40).

Untuk mempelajari interaksi sosial digunakan pendekatan yang dikenal dengan nama symbolic interactionism (interaksionisme simbolis). Pendekatan ini bersunber pada pemikiran George Herbert Mead. Dari kata interaksionisme sudah nampak bahwa sasaran pendektan ini adalah interaksi sosial, kata simbolis mengacu pada penggunaan simbol-simbol dalam interaksi.

Herbert Blumer, salah seorang penganut pemikira Mead, menjabarkan pemikiran Mead mengeani interaksionisme simbolis. Menurut Blumer pokok pikiran interaksionisme simbolis ada tiga yakni: (Kamanto Sunarto, 1993: 43-44)


(35)

1. Manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning) yang dipunyai sesuatu tersebut baginya.

2. Makna yang dipunyai sesuatu tersebut berasal atau muncul dari interaksi sosial antara seseorang dengan sesamanya.

3. Makna diperlakukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran (interpretative proces), yang digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya.

Interaksionisme simbolis yang diketengahkan Blumer mengandung sejumlah root images atau ide-ide dasar, yang dapat diringkas sebagai berikut: (Margaret M. Poloma, 2000: 264-265)

1. Masyarakat terdiri dari manusia yang berinteraksi.

2. Interaksi terdiri dari berbagai kegiatan manusia yang berhubungan dengan kegiatan manusia lain.

3. Obyek-obyek, tidak mempunyai makna yang intrinsik, makna lebuh merupakan produk interaksi-simbolis. Obyek-obyek dapat diklasifika-sikan kedalam tiga kategori yang luas seperti; obyek fisik, obyek sosial dan obyek abstrak.

4. Manusia tidak mengenal obyek eksternal, mereka dapat melihat dirinya sebagai obyek.

5. Tindakan manusia adalah tindakan interpretatif yang dibuat oleh manusia itu sendiri.


(36)

6. Tindakan tersebut saling dikaitkan dan disesuaikan oleh anggota-anggota kelompok.

2.4 Kerja Sama

Kerja sama merupakan suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk dan pola-pola kerja sama dapat dijumpai pada semua kelompok manusia. Kebiasaan-kebiasaan dan sikap-sikap demikian dimulai sejak masa kanak-kanak di dalam kehidupan keluarga atau kelompok-kelompok kekerabatan. Atas dasar itu, anak tersebut akan menggambarkan bermacam-macam pola kerja sama setelah dia menjadi dewasa. Bentuk kerja sama tersebut berkembang apabila orang dapat digerakkan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua (Soerjono Soekanto, 2005: 59).

Kerja sama timbul karena orientasi orang-perongan terhadap kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainnya (yang merupakan out-group-nya). Kerja sama mungkin akan bertambah kuat apabila ada bahaya luar yang mengancam atau ada tindakan-tindakan luar yang menyinggung kesetiaan yang secara tradisional atau institusional telah tertanam di dalam kelompok, dalam diri seorang atau segolongan orang. Kerja sama dapat bersifat agresif apabila kelompok dalam jangka waktu yang lama mengalami kekecewaan sebagai akibat perasaan tidak puas karena keinginan-keinginan pokoknya tak dapat terpenuhi


(37)

karena adanya rintangan-rintangan yang bersumber dari luar kelompok itu. Keadaan tersebut dapat menjadi lebih tajam lagi apabila kelompok demikian merasa tersinggung atau dirugikan sistem kepercayaan atau dalam salah satu bidang sensitif dalam kebudayaan (Soerjono Soekanto, 2005: 59).

2.5 Masyarakat Tradisional

Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak dikuasai oleh adat istiadat lama. Adat istiadat adalah suatu aturan yang sudah mantap dan mencakup segala konsepsi sistem budaya yang mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam kehidupan sosialnya. Jadi, masyarakat tradisional di dalam melangsungkan kehidupannya berdasarkan pada cara-cara atau kebiasaan-kebiasaan lama yang masih diwarisi dari nenek moyangnya. Kehidupan mereka belum terlalu dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang berasal dari luar lingkungan sosialnya. Kebudayaan masyarakat tradisional merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungan alam dan sosial sekitarnya tanpa menerima pengaruh luar. Jadi, kebudayaan masyarakat tradisional tidak mengalami perubahan mendasar. Karena peranan adat-istiadat sangat kuat menguasai kehidupan mereka.

Masyarakat tradisional hidup di daerah pedesaan yang secara geografis terletak di pedalaman yang jauh dari keramaian kota. Masyarakat ini dapat juga disebut masyarakat pedesaan atau masyarakat desa. Masyarakat desa merupakan sekelompok orang yang hidup bersama, bekerja sama, dan berhubungan erat


(38)

secara tahan lama, dengan sifat-sifat yang hampir seragam. Istilah desa dapat merujuk pada arti yang berbeda-beda, tergantung dari sudut pandangnya. Secara umum desa memiliki 3 unsur, yaitu :

1. Daerah dan letak, yang diartikan sebagai tanah yang meliputi luas, lokasi dan batas-batasnya yang merupakan lingkungan geografis; 2. Penduduk; meliputi jumlah, struktur umur, struktur mata pencaharian

yang sebagian besar bertani, serta pertumbuhannya.

3. Tata kehidupan; meliputi corak atau pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan warga desa.

Secara sosiologis pengertian desa memberikan penekanan pada kesatuan masyarakat pertanian dalam suatu masyarakat yang jelas menurut susunan pemerintahannya. Bila di amati secara fisik, desa diwarnai dengan kehijauan alamnya, kadang-kadang dilingkungi gunung-gunung, lembah-lembah atau hutan, dan umumnya belum sepenuhnya digarap manusia. Secara sosial kehidupan di desa sering dinilai sebagai kehidupan yang tenteram, damai, selaras, jauh dari perubahan yang dapat menimbulkan konflik. Akan tetapi, sebaliknya, adapula kesan yang menganggap masyarakat desa adalah bodoh, lambat dalam berpikir dan bertindak, sulit menerima pembaharuan, mudah ditipu dan sebagainya. Kesan semacam ini timbul karena masyarakat kota hanya mengamati kehidupan desa secara sepintas dan kurang mengetahui tentang kehidupan mereka sebenarnya.


(39)

Namun demikian, perlu untuk pahami bahwa tidak semua masyarakat desa dapat di sebut sebagai masyarakat tradisional, sebab ada desa yang sedang meng-alami perubahan ke arah kemajuan dengan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lama. Karakteristik yang paling pokok dalam kehidupan masyarakat tradisional adalah ketergantungan mereka terhadap lingkungan alam sekitarnya. Faktor ketergantungan masyarakat tradisional terhadap alam ditandai dengan proses penyesuaian terhadap lingkungan alam itu. Jadi, masyarakat tradisional, hubungan terhadap lingkungan alam secara khusus dapat dibedakan dalam dua hal, yaitu :

1. Hubungan langsung dengan alam, dan 2. Kehidupan dalam konteks yang agraris.

Dengan demikian pola kehidupan masyarakat tradisional tersebut ditentu-kan oleh tiga faktor, yaitu :

a. Ketergantungan terhadap alam.

b. Derajat kemajuan teknis dalam hal penguasaan dan penggunaan alam.

c. Struktur sosial yang berkaitan dengan dua faktor ini, yaitu struktur sosial geografis serta struktur pemilikan dan penggunaan tanah.

2.6 Jaminan Persalinan Sebagai Wujud Sistem Jaminan Kesehatan Nasional

Jaminan Sosial Nasional adalah program Pemerintah dan Masyarakat yang bertujuan memberi kepastian jumlah perlindungan kesejahteraan sosial bagi tiap


(40)

penduduknya agar setiap penduduk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya menuju terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia. Secara keseluruhan tujuan adanya jaminan sosial nasional adalah untuk dapat menunjang pembangunan nasional yang berkelanjutan. Pengaturan dalam jaminan sosial ditinjau dari jenisnya terdiri dari jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan pemutusan hubungan kerja, jaminan hari tua, pensiun, dan santunan kematian.

Jaminan Persalinan adalah salah satu contoh upaya nyata dari program jaminan sosial nasional di Indonesia. Program ini mencakup jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan bayi baru lahir, pelayanan nifas, termasuk pelayanan Keluarga Berencana (KB) pasca persalinan. Jaminan persalinan ini merupakan salah satu kebijakan yang diluncurkan oleh kementerian kesehatan yang dilaksanakan dalam rangka mempercepat pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional serta Millenium Development Goals (MDGs). Dari beberapa pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional serta MDGs, realisasi program ini menghadapi berbagai hal yang multi kompleks seperti masalah budaya, pendidikan masyarakat, pengetahuan, lingkungan, kecukupan fasilitas kesehatan, sumber daya manusia dan lainnya. Tingginya angka kematian ibu dan anak di Indonesia masih menjadi persoalan, dan sebagian besar terjadi saat persalinan.


(41)

Dengan kebijakan baru dari pemerintah yakni Jaminan Persalinan, diharapkan angka kematian ibu dan anak dapat diturunkan. Hal ini pula yang mendorong Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih akhirnya mengeluarkan petunjuk teknis (juknis) mengenai Jaminan Persalinan. Juknis ini tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 631/Menkes/per/iii/2011 Tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan.

Jaminan Persalinan bertujuan untuk memberikan acuan bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan Pihak terkait yang menyelenggarakan Jaminan Persalinan. Adapun tujuan dari Jaminan Persalian ini adalah:

1. Tujuan Umum

Meningkatnya akses terhadap pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan berwenang difasilitas kesehatan dalam rangka menurunkan AKIdanAKB.


(42)

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatnya cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,dan pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan yang kompeten.

b. Meningkatnya cakupan pelayanan: 1. Bayi baru lahir.

2. Keluarga Berencana pasca persalinan.

3. Penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir, KB pasca persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien,efektif,

transparan dan akuntabel.

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan juga dukungan anggaran yang sesuai dengan keadaan dilapangan. Besar anggaran juga mempengaruhi kesuksessan Jampersal dan juga harus diirngin peran dari birokrat, petugas di lapangan dan Masyarakat. Anggaran Jampersal berasal dari APBN yang di kawal oleh Kementrian Kesehatan. Pemerintah menganggarkan Rp 1,5 triliun untuk program Jaminan Persalinan tahun 2012. Tahun 2011, dana yang dikucurkan Rp 1,2 triliun. Peningkatan dana diharapkan mampu menurunkan angka kematian ibu dan bayi.


(43)

Sesuai dengan tujuan Jaminan Persalinan yakni untuk menurunkan AKI dan AKB, maka sasaran Jaminan Persalinan dikaitkan dengan pencapaian tujuan tersebut. Sasaran yang dijamin oleh Jaminan Persalinan adalah :

1. Ibu hamil 2. Ibu bersalin

3. Ibu nifas (sampai 42 hari pasca melahirkan) 4. Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari)

Sasaran yang dimaksud diatas adalah kelompok sasaran yang berhak mendapat pelayanan yang berkaitan langsung dengan kehamilan dan persalinan baik normal maupun dengan komplikasi atau resiko tinggi untuk mencegah AKI dan AKB dari suatu proses persalina


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam mengumpulkan data lapangan, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Dengan menggunakan penelitian kualitatif peneliti akan memperoleh informasi atau data yang lebih mendalam mengenai Peran Bidan Desa dalam Mensosialisasikan Persalinan Sehat pada Masyarakat Tradisional Melalui Program Jaminan Persalinan (Jampersal) pada masyarakat Lae Sorhaya Desa Gunung Bakti, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam. Penelitian kualitatif digunakan untuk melihat individu secara utuh serta berusaha untuk menggambarkan fenomena yang terjadi.

Studi kasus adalah penelitian mendalam mengenai unit social tertentu yang hasilnya merupakan gambaran yang lengkap dan terorganisasi baik mengenai unit tersebut. Tergantung pada tujuannya, ruang lingkup penelitian mungkin mencakup keseluruhan siklus kehidupan atau hanya segmen-segmen tertentu saja. Studi ini mengkosentrasikan diri pada faktor-faktor khusus tertentu atau dapat pula mencakup keseluruhan faktor-faktor dan kejadian. Tujuan dari penelitian kasus adalah untuk mempelajari secara intensif latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial baik individu, kelompok, lembaga atau masyarakat.


(45)

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Gunung Bakti, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam. Adapun yang menjadi alasan pemilihan lokasi tersebut, karena di desa ini tingkat kunjungan masyarakat ke pusat layanan kesehatan seperti puskesmas, posyandu dan unit kesehatan lainnya tercatat mencapai angka 0,2% (Data Puskesmas Gunung Bakti, 2011) serta peneliti ingin mengetahui bagaimana peran bidan desa dalam mensosialisasikan persalinan sehat bagi ibu hamil melalui program Jaminan Persalian di desa ini, hal ini juga dilatar belakangi oleh tingkat pendapatan ekonomi masyarakat yang rendah serta masih adanya masyarakat yang menggunakan metode pengobatan tradisional dalam melakukan persalinan bagi ibu hamil dan pengobatan-pengobatan lainnya.

Lokasi penelitian juga merupakan tempat yang dekat dengan tempat peneliti berdomisili sehingga memudahkan dalam mengakses data yang diperlukan.

3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah: 1. Peran bidan desa

2. Masyarakat Lae Sorhaya

3. Pola sosialisai tenaga medis dalam mensosialisasikan persalinan sehat melalui program Jaminan Persalinan pada masyarakat.

4. Pola interaksi masyarakat Lae Sorhaya terhadap tenaga medis/bidan. 5. Peran masyarakat dalam mensukseskan progaram Jaminan Persalinan


(46)

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi sosialisasi persalianan sehat melalui program Jaminan Persalinan pada masyarakat tradisional.

7. Bentuk pelayanan tenaga medis/bidan terhadap masyarakat dalam meningkatkan fungsi Jaminan Persalinan pada masyarakat desa.

8. Pengaruh dari jaminan persalinan terhadap kesehatan bayi, ibu hamil serta ibu melahirkan pada warga Lae Sorhaya khususnya dan masyarakat Desa Gunung Bakti pada umumnya.

3.3.2 Informan

Adapun informan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yakni informan kunci dan informan tambahan.

3.3.2.1 Informan Kunci

1. Bidan desa yang sudah bedomisili lebih dari 2 tahun di daerah tersebut. 2. Ibu Hamil dan ibu yang sudah melahirkan dan terdaftar sebagai peserta

Jaminan Persalianan.

3.3.2.2 Informan Tambahan

1. Aparatur pemerintah daerah (Camat, Kepala Desa dan lainnya) 2. Kader masyarakat (Keluarga, tokoh masyarakat dan pemukau agama) 3. Dukun anak/melahirkan


(47)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

3.4.1 Data Primer

Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara:

1. Observasi

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan. (Bungin,2007:115). Dalam observasi ini yang diamati adalah Bagaimana Peran Bidan Desa dalam Mensosialisasikan Persalinan Sehat pada Masyarakat Tradisional Melalui Program Jaminan Persalinan (Jampersal) pada masyarakat Lae Sorhaya Desa Gunung Bakti, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam.

2. Wawancara

Bentuk wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam (dept interview) mengadakan tanya jawab secara langsung dan ditambah dengan menggunakan instrumen berupa pedoman wawancara (interview guide) agar menjadi terarah. Wawancara dilakukan untuk mengetahui Bagaimana Peran Bidan Desa dalam Mensosialisasikan Persalinan Sehat pada


(48)

pada masyarakat Lae Sorhaya Desa Gunung Bakti, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam.

3.4.2 Data Skunder

Pengumpulan data dapat diambil dengan cara penelitian kepustaka dan pencatatan dokumen dari beberapa literatur seperti buku-buku referensi, surat kabar, majalah, karya ilmiah, jurnal dan mengakses internet yang berkaitan langsung dengan masalah penelitian serta dapat dianggap relevan dengan masalah yang diteliti. Oleh karena itu, sumber data skunder diharapkan berperan membantu, mengungkap data yang diharapkan, membantu memberi keterangan sebagai pelengkap dan bahan perbandingan. (Bungin, 2001: 129)

3.5. Interpretasi Data

Data-data yang sudah dikumpulkan akan diinterpretasikan dengan menggunakan teori dalam kajian pustaka, sampai pada akhirnya akan berbentuk laporan yang sudah di atur, diurutkan, di kelompokkan ke dalam kategori. Disini peneliti akan mengelompokkan data-data yang diperoleh dari hasil wawancara, selanjutnya akan dipelajari sehingga menghasilkan kesimpulan yang baik. (Hasan, 2002:137) Sehingga pada akhirnya dapat memahami dan menemukan jawaban dari penelitian tersebut.


(49)

3.6 Jadwal Kegiatan

No. Kegiatan Bulan Ke -

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi

2 ACC Judul

3 Penyusunan Proposal Penelitian

4 Seminar Proposal

5 Revisi Proposal

6 Penelitian Ke Lapangan

7 Pengumpulan dan Analisis Data

8 Bimbingan Skripsi

9 Penulisan Laporan Akhir

10 Sidang Meja Hijau

3.7 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman yang dimiliki peneliti. Selain itu terkait dengan kelemahan instrumen wawancara mendalam. Kendala lain adalah keterbatasan waktu saat wawancara dengan informan, hal ini disebabkan karena kegiatan informan yang sibuk. Peneliti juga harus melakukan wawancara dengan bahasa Pakpak Boang yang merupakan bahasa keseharian informan dan kesulitan dalam menerjemahkan kedalam bahasa Indonesia agar lebih ilmiah.


(50)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Gambaran Kota Subulusalam

Kota Subulussalam adalah sebuah kota di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia. Kota ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2007, pada tanggal 2 Januari 2007. Kota ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Singkil. Kota Subulussalam adalah daerah otonomi yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2007, setelah sebelumnya menjadi bagian dari Kabupaten Aceh Singkil. Kota Subulussalam memiliki 5 Kecamatan dengan 74 Desa yaitu Kecamatan Simpang Kiri yang terdiri dari 14 Desa, yaitu Kecamatan Penanggalan yang terdiri dari 10 Desa, Kecamatan Rundeng yang terdiri dari 23 Desa, Kecamatan Sultan Daulat yang terdiri dari 17 Desa serta Kecamatan Longkib dengan 10 Desa.

Kota Subulussalam memiliki luas wilayah 1.391 km2 dengan luas kecamatan yang terbesar adalah Kecamatan Sultan Daulat (±43,3%), sedangkan kecamatan dengan luasan terkecil adalah Kecamatan Penanggalan (±6,7%). Untuk lebih jelasnya, peta kondisi adminstratif Kota Subulussalam dapat dilihat pada peta dan tabel berikut :


(51)

(52)

Tabel 4.1

Nama Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Kelurahan Tahun 2011

No. Kecamatan

Jumlah Kelurahan/Desa

Luas Wilayah

(Km²) % thd total

1 Simpang Kiri 14 213 15,3

2 Penanggalan 10 93 6,7

3 Rundeng 23 320 23,0

4 Sultan Daulat 17 602 43,3

5 Longkib 10 163 11,7

Kota Subulussalam 74 1.391 100,0

Sumber Data:BPS Subulussalam DalamAngkaTahun2012

Kota Subulussalam terletak pada posisi 02° 27’ 30”-03° 00’ 00” LU/ North Latitude dan 0 97° 45’ 00’-98° 10’ 00” BT/ East Latitude. Kota Subulussalam dalam konstelasi regional berada di bagian perbatasan antara Provinsi Aceh dengan Provinsi Sumatera Utara, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Lawe Alas, Kabupaten Aceh Tenggara dan Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara;

2. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat, Provinsi Sumatera Utara;


(53)

3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Singkohor dan Kecamatan Suro, Kabupaten Aceh Singkil; dan

4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Trumon dan Kecamatan Trumon Timur, Kabupaten Aceh Selatan.

4.2 Gambaran Umum Desa Gunung Bakti 4.2.1 Letak Geografis

Desa Gunung Bakti merupakan salah satu dari 17 desa yang terdapat di wilayah kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, profinsi Nanggroe Aceh Darusalam (NAD). Luas wilayahnya 2300 Ha, yang mempunyai penduduk 484 jiwa dari tiga dusun (Dalam Angka Desa Gunung Bakti 2012). Jarak dari desa Gunung Bakti ke Kota Subulussalam ±30 Km dengan jarak waktu tempuh melalui kendaraan ±45 Menit melintasi jalur darat lintas Aceh-Sumatera. Daerah ini seperti halnya di daerah-daerah Indonesia lainnya yang memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau. Desa Gunung Bakti berada di pinggiran sungai Lae Soraya, dimana Lae Soraya merupakan sungai besar yang melintasi Kota Subulussalam di batas barat kota, mengalir dari utara ke selatan melalui Kecamatan Sultan Daulat, Kecamatan Rundeng dan Kecamatan Longkip hingga Kabupaten Aceh Singkil (Draft RT/RW Kota Subulussalam 2012). Desa Gunung Bakti memiliki batas wilayah:

1. Sebelah utara berbatasan dengan desa Lae Langge 2. Sebelah timur berbatasan dengan desa Darul Makmur 3. Sebelah selatan berbatasan dengan desa Bawan


(54)

4. Sebelah barat berbatasan dengan desa Jambi Baru

4.2.2 Kependudukan

4.2.2.1 Komposisi Penduduk Desa Gunung Bakti Berdasarkan Jenis Kelamin

Menurut data yang didapat dari kantor kepala desa, bahwa penduduk yang mendiami desa gunung bakti ini berjumlah 484 jiwa dengan 94 kepala keluarga. Untuk lebih jelas jumlah penduduk yang mendiami desa gunung bakti dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.2

Komposisi Penduduk Desa Gunung Bakti Menurut Jenis Kelamin No. Jumlah Kelamin Jumlah/jiwa Persentase %

1 Perempuan 255 52,7

2 Laki-laki 229 47,3

Jumlah 484 100

Sumber Data : Kantor Kepala Desa Gunung Bakti 2012

Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak yaitu 52,7% dibanding jumlah laki-laki 47,3%.


(55)

4.2.2.2Komposisi Penduduk Desa Gunung Bakti Menurut Agama

Mayoritas penduduk desa Gunung Bakti memeluk agama Islam, dilihat dari masa-masa dulu di desa Gunung Bakti juga penduduk mayoritas beragama Islam, apabila pun ada pendatang di desa Gunung Bakti yang bukan beragama Islam ketentraman kehidupan antar umat beragama selalu terjaga dengan baik.

4.2.2.3Komposisi Penduduk Desa Gunung Bakti Menurut Etnis/Suku

Penduduk desa gunung bakti pada umumnya merupakan masyarakat tradisional ini dapat dilihat dari suku Pakpak Boang menjadi suku mayoritas di desa ini. Suku Pakpak boang sendiri merupakan suku asli penduduk tersebut hal tersebut dapat dibuktikan dari data komposisi penduduk menurut etnis/suku dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.3

Komposisi Penduduk Desa Gunung Bakti Meurut Etnis

No. Etnis/suku Orang Persentase %

1 Aceh 3 0,62

2 Jawa 20 4,13

3 Pakpak Boang 286 59,1

4 Pakpak 175 36,15

Jumlah 484 100


(56)

4.2.2.4 Komposisi Penduduk Desa Gunung Bakti Menurut Usia

Komposisi penduduk menurut usia dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.4

Komposisi Penduduk Desa Gunung Bakti Menurut Usia

No. Umur Frekuensi Persentase %

1 0-5 Tahun 38 7,85

2 6-10 Tahun 45 9,3

3 11-15 Tahun 30 6,2

4 16-20 Tahun 35 7,23

5 21-25 Tahun 68 14,05

6 26-30 Tahun 56 11,57

7 31-35 Tahun 55 11,36

8 36-40 Tahun 58 12

9 41-51 Tahun 49 10,12

10 52-60 Tahun 28 5,78

11 61-85 Tahun 22 4,54

Jumlah 484 100

Sumber Data : Kantor Kepala Desa Gunung Bakti 2012

Berdasarkan tabel diatas, penduduk desa Gunung Bakti yang paling banyak jumlahnya pada usia 21-25 tahun 14,05%. Sedangkan pada urutan kedua yaitu 36-40 tahun 12%.


(57)

4.2.2.5 Komposisi Penduduk Desa Gunung Bakti Menurut Mata Pencaharian

Penduduk desa gunung bakti pada umumnya memiliki sumber mata pencaharian dalam sektor pertanian dan perkebunan. Dengan sumber penghasilan berupa sawit, padi, cengkeh, pinang dan kakau. Sedangkan lainnya bekerja sebagai pedagang/wiraswasta, pegawai negeri sipil, guru honor, supir, abang becak dan nelayan.

Tabel 4.5

Komposisi Penduduk Desa Gunung Bakti menurut mata pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah Persentase %

1 Petani 268 55,37

2 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 4 0,82

3 Pedagang/Wiraswasta 18 3,72

4 Pegawai Honor 6 1,24

5 Lain-lain 188 38,85

Jumlah 484 100

Sumber Data : Kantor Kepala Desa Gunung Bakti 2012

4.2.2.6 Komposisi Penduduk Desa Gunung Bakti Menurut Tingkat Pendidikan

Komposisi penduduk desa Gunung Bakti menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada table berikut :


(58)

Tabel 4.6

Komposisi Penduduk Desa Gunung Bakti Menurut Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah/Jiwa Persentase %

1 Belum Sekolah 34 7.02

2 Tamat SD 68 14,05

3 Tidak Tamat SD 3 0,62

4 Tamat SMP 62 12,81

5 Tidak Tamat SMP 26 5,4

6 Tamat SMA 28 5,7

7 Tidak Tamat SMA 24 5

8 Tamat Sarjana - -

9 Lain-lain 239 49,4

Jumlah 484 100

Sumber Data : Kantor Kepala Desa Gunung Bakti 2012

4.2.3 Fasilitas Pendidikan

Sarana pendidikan merupakan salah satu sektor dalam proses pembangunan nasional, sebab pendidikan dapat menentukan lajunya pembangunan, khusunya pembangunan suatu daerah.

Bila dilihat sarana pendidikan di desa Gunung Bakti sekarang ini masih kurang memadai disebabkan karena kurangnya sarana dan prasarana serta kondisi desa yang masih kepedalaman (Data terlampir dari Kecamatan Sultan Daulat: 2013-2014). Hal ini dapat dilihat dari jumlah sekolah yand ada di desa Gunung


(59)

Bakti, hanya satu unit Sekolah Dasar sedangkan SMP dan SMA belum ada. Anak-anak penduduk desa Gunung Bakti yang tingkat pendidikan SMP dan SMA masih sekolah di Kota Subulussalam yang merupakan salah satu kota di Kabupaten Aceh Singkil, dengan menempuh jarak 30 Km dan menghasbiskan waktu 45 Menit perjalanan untuk mencapai daerah tersebut.

4.2.4 Fasilitas Kesehatan

Untuk mendukung usaha peningkatan kesehatan masyrakat desa gunnung bakti, telah didirikan sarana kesehatan berupa Poskesdes dan penempatan Bidan Desa yang bekerja dalam wilayah desa Gunung Bakti. Dilihat dari perbandingan Jumlah penduduk dengan sarana kesehatan masih kurang memadai, karena di desa Gunung Bakti hanya terdapat satu unit sarana kesehatan berupa Poskesdes.

4.2.5 Fasilitas Keagamaan

Dengan penduduk di desa Gunung Bakti yang keseluruhan memeluk agama Islam. Adapun sarana peribahan yang tersedia di desa Gunung bakti terdiri atas satu buah mesjid serta satu buah mushollah dusun. Semua kegiatan keagamaan dilaksanakan di mesjid dan mushollah tersebut, seperti sholat, mengaji untuk anak-anak serta kegiatan peribadahan lainnya.

4.3 Gambaran Kualitas Ibu Hamil, Kondisi Bayi, Tempat Persalinan dan Penolong Persalinan di Desa Gunung Bakti


(60)

Kualitas ibu hamil di Desa Gunung Bakti pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7

Kondisi Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Desa Gunung Bakti Tahun 2012

No. Kondisi Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas

Jumlah (orang)

1 Jumlah ibu hamil 35

2 Jumlah kematian ibu hamil - 3 Jumlah ibu hamil melahirkan 30 4 Jumlah kematian ibu melahirkan -

5 Jumlah ibu nifas 30

6 Jumlah kematian ibu nifas -

7 Jumlah ibu nifas hidup 30

Sumber Data : Laporan Bulanan Ibu Bersalin Tahun 2012 dari Bidan Desa di Desa Gunung Bakti

Dari tabel di atas dapat diketahui jumlah ibu hamil pada tahun 2012 di Desa Gunung Bakti sebanyak 35 orang. Ibu hamil yang melahirkan pada tahun 2012 sejumlah 30 orang dan tidak ada satu pun kejadian kematian pada ibu hamil, melahirkan maupun nifas.

Kualitas bayi di Desa Gunung Bakti pada tahun 2012 juga sudah cukup bagus, hal itu dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(61)

Tabel 4.8

Kondisi Bayi Lahir Desa Gunung Bakti Tahun 2012

No. Kondisi Bayi Lahir

Jumlah (orang)

1 Jumlah bayi lahir 30

2 Jumlah bayi lahir mati -

3 Jumlah bayi lahir hidup 30

4 Jumlah bayi mati usia 0 – 1 bulan 1 5 Jumlah bayi mati usia 1 – 12 bulan - 6 Jumlah bayi lahir berat kurang dari 2,5 kg 3 7 Jumlah bayi 0 – 5 tahun hidup yang menderita

kelainan organ tubuh, fisik dan mental

-

Sumber Data : Laporan Bulanan Ibu Bersalin Tahun 2012 dari Bidan Desa di Desa Gunung Bakti

Tabel 4.8 di atas merupakan penjelasan lanjutan dari tabel 4.7 dimana pada tabel 4.7 jumlah ibu melahirkan sebanyak 30 orang. Dari tabel 4.8 dapat diketahui jumlah bayi lahir 30 orang, hal ini sesuai dengan jumlah ibu melahirkan. Keseluruhan jumlah bayi lahir dalam keadaan hidup, sebanyak 3 bayi lahir dengan berat badan rendah (Bayi Berat Lahir Rendah/BBLR) yakni kurang dari 2.500 gram. Kematian bayi justru terjadi pada bayi usia 0–1 bulan sebanyak 1 bayi.


(62)

Tempat persalinan bagi ibu bersalin di Desa Gunung Bakti dapat dikatakan hampir keseluruhan telah memanfaatkan pelayanan kesehatan modern seperti rumah sakit, Pukesmas, PKD dan rumah praktik bidan, hal itu dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.9

Tempat Persalinan bagi Ibu Bersalin Desa Gunung Bakti Tahun 2012

No. Tempat Persalinan bagi Ibu Bersalin

Jumlah (orang)

1 Rumah Sakit 10

2 Rumah Bersalin -

3 Puskesmas 1

4 Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) 8

5 Balai Kesehatan Ibu dan Anak -

6 Rumah Praktik Bidan 10

7 Tempat Praktik Dokter -

8 Rumah Dukun -

9 Rumah Sendiri 1

Sumber Data : Laporan Bulanan Ibu Bersalin Tahun 2012 dari Bidan Desa di Desa Gunung Bakti

Tabel di atas menunjukkan bahwa hampir keseluruhan jumlah persalinan dilakukan dengan memanfaatkan pelayanan kesehatan modern. Hanya ada 1 orang yang melahirkan di rumah sendiri karena terkendala oleh keadaan geografis


(63)

dimana tempat tinggal ibu tersebut berada di daerah perbukitan dengan kondisi jalan yang belum beraspal dan curam serta alat transportasi yang masih sangat terbatas. Faktor geografis merupakan permasalahan yang umumnya dialami warga masyarakat untuk menjangkau pelayanan kesehatan. Akhirnya bayi lahir terlebih dahulu di rumah sebelum si ibu sempat dibawa menuju pelayanan kesehatan terdekat.

Kualitas tempat persalinan di Desa Gunung Bakti yang dapat dikatakan sudah bagus tentu akan diikuti dengan kualitas pertolongan persalinan yang bagus pula, hal tersebut dapat diketahui dari tabel di bawah ini:

Tabel 4.10

Penolong Persalinan bagi Ibu Bersalin Desa Gunung Bakti Tahun 2012

No. Penolong Persalinan

Jumlah (tindakan)

1 Jumlah persalinan ditolong dokter 10 2 Jumlah persalinan ditolong bidan 19 3 Jumlah persalinan ditolong perawat - 4 Jumlah persalinan ditolong dukun bersalin 1 5 Jumlah persalinan ditolong keluarga - Sumber Data : Laporan Bulanan Ibu Bersalin Tahun 2012 dari Bidan Desa


(64)

Tabel 4.10 di atas masih berkaitan dengan tabel 4.9 dimana pada tabel 4.9 menjelaskan bahwa terdapat 1 kejadian ibu melahirkan di rumah sendiri. Tabel 4.10 memberikan keterangan tambahan bahwa ibu yang melahirkan di rumah tersebut ditolong oleh dukun bayi.

4.4Karakteristik Informan

Informan menjadi variabel penting dalam sebuah penelitian kualitatif. Informan mampu memberikan informasi yang akurat dan valid bagi permasalahan penelitian. Penentuan informan di masyarakat juga tidak sembarangan dan harus dilakukan secara tepat. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil jumlah informan sebanyak 10 orang terdiri dari 7 orang informan kunci dan 3 orang informan biasa. Informan kunci terdiri dari 7 orang diantaranya adalah 2 orang bidan desa di desa Gunung Bakti dan 5 orang ibu hamil atau ibu melahirkan dan terdaftar sebagai peserta Jaminan Persalinan serta sudah ditentukan kriterianya. Informan biasa yang terdiri dari 3 diantaranya adalah satu orang dari tokoh masyarakat desa Gunung Bakti, satu orang dari Dinas Kesehatan Kota Subulussalam, dan satu orang lagi tenaga medis tradisional (Dukun Bayi) desa Gunung Bakti.

4.4.1 Informan kunci 4.4.2.1Bidan Desa

Nama : Maisyarah Amkeb Usia : 38 Tahun


(65)

Suku : Aceh Agama : Islam

Pendidikan : DIII Kebidanan Pekerjaan : Bidan Desa (PNS) Penghasilan : Rp. 2.300.000

Wilayah Kerja : Poskesdes Gunung Bakti

Ibu Maisyarah sudah bekerja selama lima tahun di desa Gunung bakti, beliau awal bekerja di pukesmas kecamatan. Dalam bertugas di desa ini beliau tidak menetap karena beliau tinggal di kecamatan dan mempunyai keluarga yang harus di perhatikannya. Menurut beliau jaminan persalian merupakan batuan pembiayaan bagi ibu hamil yang akan melakukan persalianan baik di poskesdes, puskesmas maupun rumah sakit. Untuk prgrom jaminan persalian ini sekitar tahun 2011 sudah berjalan di desa ini, ungkap beliau kepada saya. Menurut beliau permasalahan yang dihadapi ibu hamil/melahirkan di desa ini yakni minimnya sarana kesehatan di desa ini serta tenaga medis di desa ini seperti bidan, dokter dan tenaga keperawatan professional mengakibatkan ibu-ibu sulit mengaksesnya ditambah lagi jarak desa ke kota yang jauh.

Bagi saya peran bidan desa itu memiliki tiga peran yakni sebagai fasilitator, motivator dan katalisator. Fasilitator yaitu menjadi pemandu setiap proses individu dalam berpatisipasi secara seimbang dan menciptakan ruang yang aman sehingga semua pihak dapat bersungguh-sungguh berpartisipasi serta


(66)

bertanggung jawab untuk menciptakan, mengkoordinasikan iklim kelompok yang harmonis dan memfasilitasi terjadinya proses belajar dalam kelompok. Sebagai Fasilitator juga mendampingi masyarakat untuk mengatasi proses pembelajaran untuk memecahkan masalah kesehatan yang dihadapi. saya sebagai bidan desa memfasilitator untuk kader posyandu, karang taruna, tokoh masyarakat, tokoh agama dan sebagainya.

Motivator yaitu memberikan dukungan, menyadarkan dan mendorong kelompok untuk mengenali potensi dan setiap masalah yang ada dan dapat mengembangkan potensinya terutama para kader desa serta organisasi yang terkait. Sedangkan Katalisator yaitu memberikan semangat dan memberikan dukungan, menginisiatifkan setiap masalah yang ada dan sebagai penghubung atau kelompok pendampingan dengan lembaga di luar kelompok/ tenaga teknis lainnya. Sebagai bidan saya bertugas rangkap dari jam 8.00 sampai jam 12.30, saya bertugas di poskesdes dan setelah itu bertugas di puskesmas sampai pagi harinya.

Menurut beliau adanya perubahan dimana setiap persalinan yang dulunya di tangani oleh dukun Kampung karena sebagai besar masyarakat lebih banyak percaya terhadap dukun kampung sekarang dengan bidan dan angka kematian bayi berkurang, yang dulunya cuek sekarang masyarakat bertambahnya wawasan mengenai masalah pentingnya kesehatan, cakupan KIA/KB yang meningkat, gizi buruk menurun, setiap bulannya para kader mengadakan pendataan, penyuluhan


(67)

di setiap posyandu, kunjungan ke posyandu balita, bumil dan usila meningkat, serta membentuk adanya dana sehat untuk kesehatan balita, bumil dan remaja. Ditambah lagi dengan adanya dukungan baik dari Pak Kades beserta aparaturnya, masyarakat dan kader-kader kesehatan yang ada di desa ini.

Pada saat pertama bertugas tidak tersedia data data riel di desa gunung bakti, Sehingga saya bekerja sama dengan lintas sektor dan lintas program untuk mencari data riel data penduduk. Seperti dari puskesmas, dari kader kesehatan masyarakat, sekolah, kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh agama dan dor to dor tiap rumah. Dari data tersebut saya buat profil poskesdes gunung bakti. Untuk itu bidan mengambil inisiatif untuk menginovasi hal baru memalui pendekatan pada masyarakat melalui Peran kader dan pendekatan pelayanan kesehatan dengan hati yang dilakukan oleh bidan.

Dari pendekatan tersebut masyarakat mulai simpati dengan adanya bidan yang siap membantu masalah mereka sehingga dapat dilihat melalui data hasil pelayanan kesehatan menjadi meningkat, masyarakat mulai mengerti pentingnya persalinan sehat dengan bidan karena banyak persalinan dan kematian bayi dan ibu oleh dukun sebelum ada bidan, masyarakat mulai menggunakan sarana kesehatan yang ada, mulai aktifnya kader-kader dalam berperan membantu bidan didaerahnya. Cakupan program yang ada mulai meningkat dan dibentuknya kegiatan-kegiatan dimasyarakat yang mendukung kesehatan.


(68)

Kendala saat ini saya rasakan karena ada beberapa bidan yang sedang melanjutkan sekolah tanpa adanya serah terima oleh bidan lainnya serta staf yang ada maka semua kegiatan berjalan dengan apa adanya tetapi para kader tetap menjalan pendataan, penyuluhan serta berperan aktif dalam desa siaga serta sering bekerja sama dengan aparat desa. Kami cuman membantu dengan semampu kami sertamengharapkan agar perangkat desa atau dinas kesehatan yang terkait mengusulkan kepada puskesmas induk agar segera mengirim bidan untuk menetap di desa ini, juga mengsulkan ke Pemda agar ada dana tambahan buat kader dan bidan.

4.4.2.2Bidan Desa

Nama : Murni Amkeb Usia : 29 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Suku : Jawa Agama : Islam

Pendidikan : DIII Kebidanan Pekerjaan : Bidan Desa (PNS) Penghasilan : Rp. 2.300.000

Wilayah Kerja : Poskesdes Gunung Bakti

Kak Murni begitu dia di panggil ketika melakukan wawancara dengan beliau. Kak Murni adalah bidan desa yang merantau dari Kota Medan, ia lulus sebagai Pegawai Negeri Sipil setelah mengikuti tes penerimaan PNS tahun 2008


(1)

bidan desa yang mau menetap di desa Gunung Bakti dan keadaan geografis desa Gunung Bakti yang saling berjauhan. Kurangnya sikap pemerintah daerah dalam mendukung peningkatan persalinan sehat terlihat dari minimnya fasilitas kesehatan yang ada di desa Gunung Bakti, sehingga mengakibatkan kurang maksimalnya kerja bidan desa.

5.2 Saran

Untuk mencapai keberhasilan dalam peningkatan persalinan sehat melalui program jaminan persalinan maka perlu ada upaya-upaya dari pihak yang menunjang kearah kondisi tersebut. Berikut merupakan saran-saran yang bisa dikemukakan, yaitu :

1. Perlu pendekatan budaya dan adat istiadat setempat dalam penempatan bidan-bidan agar mudah diterima dan dimafaatkan oleh masyarakat.

2. Diharapkan agar secepatnya puskesmas induk mengusulkan ke dinas kesehatan untuk mengusulkan tenaga bidan yang berpengalaman dan mau menetap di desa Gunung Bakti dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk tempat tinggal bidan desa dan juga diharapkan para kader dapat bantuan dana.

3. Diharapkan adanya kerjasama dan peran serta dari Dinas kesehatan dan Puskesmas untuk segera menempatkan bidan desa yang berpengalaman serta perlu mengikut sertakan bidan desa dalam pelatihan–pelatihan dan


(2)

4. Selanjutnya diharapkan semua jajaran kesehatan baik ditingkat Propinsi, Kabupaten/Kota dan Fasilitas kesehatan yang ada, unsur profesi, LSM, Swasta, semua komponen bangsa untuk bersama sama bekerja dan saling bahu membahu untuk membuat rakyat sehat dalam rangka mewujudkan masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Azrul Azwar, 1993, Puskesmas dan Usaha Kesehatan Pokok, Jakarta

Badrujaman, Aip. 2008. Sosiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. 2011. Pengatar Sosiologi Pemahaman Fakta

dan Gejala Permasalahan Sosial; Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta: Kencana Media Group

Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia

Moleong, Lexi. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Poloma, Margaret M. 2000. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Soekanto, Soerjono. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi Untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika Sunarto, Kamanto. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit


(4)

Sumber Lain

Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc, Ph.D. 2008. Kemiskinan, MDGs dan Kebijakan Jurnal:

Kesehatan Nasional. Jurnal Kebijakan KesehatanFebrurari 2008. Hlm: 1-6.

Juanita, SE, M. Kes. 2002. Kesehatan dan Pembangunan Nasional, Hlm: 1-4. Mochammad Setyo Pramono dan FX. Sri Sadewo. 2012. Analisis Keberadaan

Bidan Desa dan Dukun Bayi di Jawa Timur. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Juli 2012. Vol. 15 No. 3. Hlm: 305-313.

Anggorodi, Rina. 2009. Dukun Bayi dalam Persalinan oleh Masyarakat Indonesia. Makara Kesehatan. Juni 2009. Vol. 13, No. 1. Hlm: 9-14.

Amiruddin, dan Jakir. 2006. Faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Tenaga Skripsi / Tesis:

Penolong Persalinan oleh Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Borong Kompleks Kab. Sinjai Tahun 2006. Buletin Epideniologi. FKM Hasanuddin Makasar.

Rochim, A. 2005. Analisi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pasien dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Rawat Inap RS Al-Huda sebagai Dasar Penyusunan Strategi Pemasaran. Tesis Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta.


(5)

Masyarakat Melalui Pengelolaan Desa Siaga di Kecamatan Amurang Timur Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara. Tesis Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta

Undang-undang

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1) :

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 631/MENKES/PER/ III/ 2011. Tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2562/MENKES/PER/ XII/2011. Tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan

BPS. 2004. "Survei Demografidan Kesehatan Indonesia tahun 2002–2003", Badan Pusat Statistik Jakarta, Indonesia.

BPS Kota Subulussalam tahun 2012.

Depkes RI. 2005a. Rencana Strategis Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2005-2009. Jakarta.

Depkes RI. 2005b. Hasil Survei Kesehatan Nasional (SUSENAS) Tahun 2004. Jakarta.

Laporan Bulanan Ibu Bersalin. Bidan Desa Tahun 2012. Kantor Kepala Desa Tahun 2012.

Keseputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 369/MENKES/SK/ III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan.


(6)

(diakses 16 Oktober 2012, pukul 15.00 WIB)

(diakses 16 Oktober 2012, pukul 15.00 WIB)

http://www.jamsosindonesia.com/prasjsn/jamkesmas/jampersal (diakses 16 Oktober 2012, pukul 18.00 WIB)

(diakses 18 Oktober 2012, pukul 20.00 WIB)

(diakses 21 Oktober 2012, pukul 20.00 WIB)

(diakses 10 September 2013, pukul 15.00 WIB)

(diakses 10 September 2013, pukul 15.00 WIB)

(diakses 10 September 2013, pukul 15.30 WIB)

(diakses 10 September 2013, pukul 15.30 WIB)

http://sharenexchange.blogspot.com/2010/02/sosialisasi-masyarakat8061.html. (diakses 10 September 2013, pukul 15.30 WIB)


Dokumen yang terkait

Respon Bidan PTT Terhadap Program Jaminan Persalinan di Kabupaten Langkat Tahun 2013

1 94 178

Gambaran Perilaku Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Program Jaminan Persalinan (Jampersal) Dalam Melakukan Persalinan Di Puskesmas Namorambe Kabupaten Deli Serdang

0 30 76

KEBERHASILAN PROGRAM JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) (Studi Deskriptif Di Desa Pakis Kecamatan Panti Kabupaten Jember)

2 89 79

IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PERSALINAN OLEH BIDAN PRAKTIK DI DESA TENGGULUNAN KABUPATEN SIDOARJO.

0 3 84

ANALISIS BIAYA JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) (STUDI KASUS PADA SALAH SATU BIDAN PRAKTEK SWASTA KOTA PADANG)

0 0 7

Evaluasi Pelayanan Persalinan oleh Bidan Desa Selama Pelaksanaan Program Jaminan Persalinan Di Puskesmas Salomekko Kabupaten Bone Sulawesi Selatan Tahun 2012

0 1 7

Peran Bidan Desa Mensosialisasikan Persalinan Sehat Pada Masyarakat Tradisional Melalui Program Jaminan Persalinan” (Studi Kasus Mayarakat Lae Soraya Desa Gunung Bakti, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam),

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Peran Bidan Desa Mensosialisasikan Persalinan Sehat Pada Masyarakat Tradisional Melalui Program Jaminan Persalinan” (Studi Kasus Mayarakat Lae Soraya Desa Gunung Bakti, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam),

0 0 13

Peran Bidan Desa Mensosialisasikan Persalinan Sehat Pada Masyarakat Tradisional Melalui Program Jaminan Persalinan” (Studi Kasus Mayarakat Lae Soraya Desa Gunung Bakti, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam),

0 0 10

IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PERSALINAN OLEH BIDAN PRAKTIK DI DESA TENGGULUNAN KABUPATEN SIDOARJO

0 0 18