Roda Tugal Poros Roda Tugal Pembuka Alur Pupuk

19  b : kerapatan isi benih 0.676 gcm 3 p : jarak antar barisan tanam 80 cm l : jarak antar lubang tanam dalam barisan 20 cm Ukuran volume kotak benih dengan nilai parameter yang direncanakan adalah:   g V hb 1666.9 m cm 2467.1 V 20 80 0.676 10 0.3 1 1000 3 hb 4          Kebutuhan benih untuk luas 1000 m 2 = 10000.8×0.2 = 6250 benih Total benih dalam 1 hopper = 1669.90.3 = 5567 benih Volume kotak furadan . Volume kotak furadan dapat ditentukan dengan melihat kebutuhan dosis furadan per hektar, berat jenis furadan, dan efisiensi pengisian furadan. Volume kotak pupuk dapat ditentukan dengan persamaan berikut:   104    p hp D A V  Dalam hal ini: V hp : volume kotak pupukcm 3 A : luas pemupukan sekali mengisi kotak pupuk 1000 m 2 D : dosis furadan 100 kgha  b : kerapatan isi furadan 1.12 gcm 3   g V hp 580 m cm 858.52 V 104 1.12 100 1000 3 hp       Kebutuhan furadan untuk luas 1000 m 2 = 1.6 g × 6250 lubang = 10000 g = 10 kg

4. Roda Tugal

Agar tanah dapat terlubangi dengan rapi dan seragam maka diperlukan roda tugal yang bekerja dengan sistem yang continuous dengan jarak mata tugal yang telah disesuaikan jarak tanamnya. Roda tugal dirancang dengan diameter pada velknya 45.72 cm . Kemudian mata tugal dirancang dengan bentuk prisma segitiga dengan ukuran lebar 5cm dan tinggi 6 cm. Jarak tanam yang diharapkan oleh roda tugal ini adalah 80 x 20 cm dan ke dalam penugalan adalah 2.5 –5 cm, sehingga volume mata tugal yang menekan tanah sekitar 36 cm 3 seperti pada skema yang di tunjukkan pada Gambar 16. 20 Gambar 15. Rancangan Roda tugal Gambar 16. Rancangan mata tugal Gambar 17. Skema tahanan penetrasi tanah Ø 45.72 cm 57.72 cm benih Titik centroid 21

5. Poros Roda Tugal

Poros roda tugal mengalami pembebaban yang berasal dari beban alat keseluruhan. Dengan adanya pembebanan yang terjadi maka ukuran dan jenis poros tidak boleh sembarangan. Harus melalui perhitungan yang memperhitungkan berbagai aspek, perhitungan diameter poros dengan beban lentur murni: W = 29 kg, g = 80 cm = 800 mm, j = 100 cm = 1000 mm h = 106 cm = 1060 mm, V = 0.325 ms = 1.17 kmh, r = 24.13 cm = 241.3 mm 1 = 1000 − 800 4 × 29 = 1450 . α V = 0.4, α L = 0.3 M 2 = 0.4 × 1450 = 580 kg.mm ɑ = 10 cm = 100 mm, l = 60 mm P = 0.3 × 29 = 8.7 kg Q = 8.7 × 10601000 = 9.22 kg �₀ = 8.7 1060 +241.3 800 = 14.15 kg M 3 = 8.7 × 241.3 + 9.22 ×100 + 60 – 14.15 ×100+60 – 1000 – 8002 = 2725.51 kg.mm Poros pengikut, kelas 1, σ wb = 10 kmmm 2 , m = 1 ≧ 10.2 × 1 × 1450 + 580 + 2725.51 10 13 = 16.93 = 17 = 10.2 × 1 × 1450 + 580 + 2725.51 17 3 = 98.7 2 n = 109.87 = 1.01, baik Diameter poros berdasarkan perhitungan adalah 17 mm dan untuk mempermudah perakitan digunakan diameter poros 1 inchi = 2.54 cm yang mudah diperoleh. 22

6. Pembuka Alur Pupuk

Rancangan pembuka alur pupuk ini dibuat berbentuk piringan atau blade yang terletak di belakang hopper. Jarak yang diharapkan untuk membuat alur pupuk adalah 5-10 cm dari alur lubang tanam dan dengan kedalaman 2 –5 cm dari permukaan tanah karena pupuk disarankan berada tidak jauh dari permukaan tanah agar lebih mudah diserap oleh akar tanaman. Selain itu piringan pembuka alur pupuk ini dirancang dengan kemiringan 13.6° agar piringan dapat berputar, berobek dan membalik tanah dengan baik, selain itu agar tanah juga menutup lubang tanam dengan sempurna. Perhitungan sudut piringan pada pembuka alur pupuk: � = sin −1 2 8.5 = 13.6° Gambar 18. Rancangan piringan blade pembuka alur pupuk 30 cm Ø 13 cm 5 cm 6.5 cm 8.5 cm a = 8.5 cm b = 2 cm α 23

7. Sumber Tenaga