Al- Q ur ’a n Sura h Al- Ba qa ra h a ya t 177 Tenta ng M enya ntuni Ka um Dhu’a fa

unt uk SMA Kelas XI 1 5 1 5 1 5 1 5 1 5 2 . Penjelasan Ayat Kecenderungan manusia berperilaku boros terhadap harta memang sudah ada di dalam dirinya. Ditambah lagi perilaku boros adalah salah satu tipu daya setan terkutuk yang membuat harta yang kita miliki tidak efektif mengangkat derajat kita. Harta yang dimiliki justru efektif menjerumuskan, membelenggu, dan menjebak kita dalam kubangan tipu daya harta karena kita salah dalam menyikapinya. Hal ini dapat kita perhatikan dalam hidup keseharian kita. Orang yang punya harta, kecenderungan untuk menjadi pecinta harta cenderung lebih besar. Makin bagus, makin mahal, makin senang, maka makin cintalah ia kepada harta yang dimilikinya. Lebih dari itu, maka ingin pulalah ia untuk memamerkannya. Terkadang apa saja ingin dipamer-pamerkan. Ada yang pamer kendaraan, pamer rumah, pamer mebel, pamer pakaian, dan lain-lain. Sifat ini muncul karena salah satunya kita ini ingin tampil lebih wah, lebih bermerek, atau lebih keren dari orang lain. Padahal, makin bermerek barang yang dimiliki justru akan menyiksa diri. Ayat 26-27 Surah Al-Isr± memberikan keterangan tentang kewajiban moral seorang muslim untuk memperhatikan kaum kerabat, orang miskin dan keadaan masyarakat yang ada di sekitarnya. Kedua ayat tersebut memang berbentuk kepedulian atau kesetiakawanan sosial dalam bidang ekonomi. Hal ini merujuk pada firman Allah Swt., “dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros”.

B. Al- Q ur ’a n Sura h Al- Ba qa ra h a ya t 177 Tenta ng M enya ntuni Ka um Dhu’a fa

1. Membaca Teks dan Tajwid Pendidikan Agama Islam 1 6 1 6 1 6 1 6 1 6 Terjemah Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir yang memerlukan pertolongan dan orang- orang yang meminta-minta; dan memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar imannya; dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa. Pada ayat ini, ada beberapa huruf tajwid penting yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita mengenai cara membaca bahasa arab. 1 Alif lam qamariah : artinya huruf lam di awal kata di baca jelas. Huruf ini ditandai dengan simbol sukun huruf mati, misalnya alif lam pada kalimat “wal maghrib, wal yaumil akhir”. 2 Mad asli, yaitu fathah bertemu dengan alif, kasrah bertemu dengan huruf “ya” atau dhommah bertemu dengan huruf “wau”. Misalnya kata “qu” dalam “¡adaq μ”. 3 Mad wajib muthashil, yaitu mad asli dalam satu kata dengan panjang 5-6 harokat seperti pada kalimat “ulaika”. 4 Alif lam syamsiah, artinya huruf lam di awal kata tidak dibaca. Huruf ini ditandai dengan symbol syakkal tasydid, misalnya alif lam pada kalimat “wa sailin” dan “wa ¡abirin”. Untuk memahami ayat tersebut, ada beberapa kata kunci yang dapat dijadikan panduan dalam mememahaminya. No. Bahasa Arab Artinya 1 Laisa Bukan 2 Al-birru kebaikan 3 Masyriq wal maghrib Timur dan barat 4 S±ilin Peminta-minta 5 ’ahdihim Janji mereka 6 ¢abir³n bersabar 7 ¢adaq μ kebajikan 8 Ulaika Itulah 9 ¬arr± Sempit atau darurat 10 Muttaq μn Orang taqwa unt uk SMA Kelas XI 1 7 1 7 1 7 1 7 1 7 2 . Penjelasan Ayat Pada ayat tersebut ditemukan informasi yang sangat jelas bahwa kebaikan itu bukan solat menghadap timur dan barat, melainkan dalam bentuk perilaku nyata dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan kiblat dari timur ke barat, sesungguhnya adalah salah satu hak Allah Swt., namun dengan tegas Allah Swt berfirman bahwa perubahan itu jangan dijadikan percekcokan atau perdebatan, karena sesungguhnya kebaikan dalam Islam itu adalah perbuatan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Merujuk pada ayat ini, setidak-tidaknya ada sebelas ciri perilaku kebaikan, yaitu 1 beriman kepada Allah, 2 beriman kepada hari Kemudian, 3 beriman kepada malaikat-malaikat, 4 beriman kepada kitab-kitab, 5 beriman kepada nabi-nabi, 6 memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak- anak yatim, orang-orang miskin, musafir yang memerlukan pertolongan dan orang-orang yang meminta-minta, 7 dan memerdekakan hamba sahaya, 8 mendirikan shalat, 9 dan menunaikan zakat, 10 dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, 11 dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Dengan melaksanakan sebelas kegiatan itulah, mereka disebut sebagai orang- orang yang benar imannya, dan diposisikan sebagai orang yang bertakwa. Bahkan, Hatim al-Asham seperti dikutip Ibnu Hajar al-Asqalani berpendapat bahwa, “barangsiapa mengakui kecintaan kepada Nabi, tapi dia membenci fakir miskin tidak menyantuni mereka, maka pengakuannya adalah dusta”.

C. Perila ku Ma nusia da la m Menya ntuni Ka um Dhu’a fa