Pendidikan Agama Islam
1 3 4 1 3 4
1 3 4 1 3 4
1 3 4
A. Penda hulua n
Dalam ajaran Islam perbuatan manusia tidak bersifat netral. Setiap perbuatan manusia senantiasa mengandung nilai di sisi Allah Swt. Perbuatan
baik akan mendapat imbalan pahala, sedangkah perbuatan buruk atau jahat akan mendapatkan siksa.
Terjemah: “dari Nawas bin Sam’an ra., dari Rasulullah saw beliau bersabda:
“Kebaikan adalah akhlak yang baik dan dosa adalah apa yang terasa mengganggu jiwamu dan engkau tidak suka jika diketahjui manusia” HR.
Muslim
Perbuatan buruk atau perbuatan jahat di sebut pula sebagai perbuatan dosa. Ada dua jenis perbuatan dosa, yaitu perbuatan dosa besar dan perbuatan
dosa kecil. Kedua jenis perbuatan dosa ini akan menjadi bagian penting dalam mengukur kualitas amalan di akherat kelak. Karena ada nilai dosa dan pahala
itulah, pertimbangan amal manusia akan berbeda-beda. Mereka yang memiliki timbangan amal yang baik lebih besar akan mendapatkan pahala serta
kehidupan yang memuaskan, sedangkan mereka yang memiliki timbangan dosa yang lebih besar akan mendapatkan balasan api neraka.
Dalam Qur’an Surah Al-Qari’ah ayat 6 -11, Allah Swt berfirman :
Terjemahan “6 dan Adapun orang-orang yang berat timbangan kebaikannya,
7 Maka Dia berada dalam kehidupan yang memuaskan, 8 dan Adapun orang-orang yang ringan timbangan kebaikannya, 9 Maka
tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah, 10 tahukah kamu Apakah neraka Hawiyah itu?, 11 yaitu api yang sangat panas.
Qs. Al-Qari’ah : 6-11
unt uk SMA Kelas XI
1 3 5 1 3 5
1 3 5 1 3 5
1 3 5
B. Pengertia n Dosa Besa r
1. Di lihat dari kehendak Ilahi : Peluang Ampunan Sesungguhnya kategori dosa itu dapat disebut sebagai dosa besar atau
tidak, adalah dilihat dari ada tidaknya peluang ampunan dari Allah Swt. Bila jelas-jelas, Allah Swt menyatakan tidak akan memberikan ampunan kepada
hamba pelaku dosa tersebut, maka dosa tersebut dapat dikategorikan sebagai sebuah dosa yang besar.
Dosa besar dari sisi peluang pengampunan ilahi ini ada dua jenis. Pertama, Allah Swt dengan tegas menyatakan tidak akan memberi ampunan terhadap
pelaku dosa musyrik.
Terjemahan “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari syirik itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” Qs. An-Nisa : 48
Pada ayat yang lain, dikemukakan :
Terjemahan “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata:
“Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putera Maryam”, Padahal Al Masih sendiri berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku
dan Tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya
surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.”
Qs. Al-Maidah : 72 Kedua, sebuah dosa tidak akan mendapat ampunan dari Allah Swt.,
manakala belum dilakukannya prosedur permohonan maaf kepada sesama manusia. Misalnya saja, dosa kepada orang tua. Rasulullah Muhammad saw
Pendidikan Agama Islam
1 3 6 1 3 6
1 3 6 1 3 6
1 3 6
bersabda, “sesungguhnya ridla Allah bergantung pada ridla orang tua, dan murka Allah bergantung pada murka orangtua”. Hal ini menunjukkan bahwa
sebuah dosa akan bernilai dosa besar, manakala seorang anak tidak melakukan permohonan maaf kepada orang tua atau tidak mendapatkan maaf dari
orangtua.
2. Di lihat dari motif : kesombongan Islam memberi keterangan yang jelas mengenai jenis-jenis dosa manusia.
Setiap jenis dosa tersebut memiliki implikasi atau dampak yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sufyan At-Tsauri berpendapat bahwa “setiap maksiat
yang timbul dari kehendak syahwat masih dapat diharapkan ampunan-Nya. Tetapi maksiat yang ditimbulkan karena takabur, jangan diharapkan ampunan-
Nya. Maksiat iblis berawal dari rasa takaburnya, sedang Adam as tergelincir karena dorongan syahwat’.
Pandangan At-Tsauri ini merupakan penjelasan tambahan mengenai kategori dosa besar dan dosa kecil. Hemat kata, dari pandangan tersebut dosa
besar itu adalah dosa yang berawal dari tabakur sombong, sedangkan dosa yang kecil adalah berawal dari sahwat.
3. Di lihat frekuensi : jumlah Rasulullah Muhammad saw bersabda, “la ¡agirata ma’al i¡rar”. Tidak lagi
dianggap dosa kecil, apabila dilakukan terus menerus. Hal ini menunjukkan bahwa besar kecilnya sebuah dosa, bukan dilihat dari bentuk dosanya,
melainkan di lihat dari sisi frekuensi. Artinya, kendati –dianggap sebagai satu perbuatan kecil— misalnya menyontek hasil ujian, namun bila perbuatan ini
dilakukan secara terus menerus, maka nilai perbuatan tersebut menjadi satu perbuatan besar.
Perbuatan menyimpang yang dilakukan secara rutin ini biasa disebut sebagai praktek penyimbangan dalam bentuk primer, yaitu perbuatan
penyimbangan yang dilakukan berulang-ulang. Sedangkan perbuatan penyimpangan yang tidak diulang-ulang atau hanya ’terpaksa’ dan ’sesaat’
disebut sebagai penyimpangan sekunder. Dengan kata lain, satu perbuatan dosa disebut sebagai dosa besar bila berstatus sebagai penyimpangan primer.
4. Di lihat dari Efek : Taubat Untuk melihat besar tidaknya sebuah dosa, dapat dilihat pula dari sisi
tindak lanjut. Apa yang dilakukan seseorang setelah melakukan perbuatan dosa, dapat dikatakan besar kecilnya sebuah dosa.
Ibnu Hajar al-Asqolani menuturkan bahwa Rasulullah Muhammad saw bersabda, ‘la kabirata ma’al istigf±r’, Terjemahan‘tidak menjadi dosa besar
apabila langsung meminta ampunan kepada Allah Swt’.
unt uk SMA Kelas XI
1 3 7 1 3 7
1 3 7 1 3 7
1 3 7
C. Perila ku ya ng terma suk Dosa Besa r