wakif tidak ada lagi yang mampu menjadi kyai atau tidak ada yang mampu mempergunakan kitab-kitab wakaf tersebut.
2. Wakaf Khairi
Wakaf Khairi ialah wakaf yang sejak semula ditujukan untuk kepentingan umum, tidak dikhususkan untuk orang-orang tertentu. Definisi
ini berdasarkan hadis Umar bin Khattab tentang wakaf. Hadis tersebut menerangkan bahwa wakaf Umar tersebut untuk kepentingan umum,
meskipun disebutkan juga tujuan untuk anak kerabatnya. Oleh karena itu titik tekan agar sanak kerabat Umar bin Khattab jangan sampai tidak turut
serta menikmati hasil harta wakaf dipandang sudah dicakup oleh kata “kepentingan umum”. Hal ini karena makna “untuk kepentingan umum” itu
sebenarnya sudah mencakup siapapun yang termasuk dalam golongan fakir miskin, baik itu keluarga Umar bin Khattab ataupun bukan sanak
kerabatnya.
2.2.6 Status Harta Wakaf
Dikalangan ulama fikih terdapat perbedaan pendapat dalam memandang status harta wakaf. Menurut Imam Syafi’i, wakaf adalah suatu ibadah yang
disyari’atkan, wakaf telah berlaku sah bilamana wakif telah menyatakan dengan perkataan waqaftu telah saya wakafkan, sekalipun tanpa diputuskan hakim. Harta
yang telah diwakafkan menyebabkan wakif tidak mempunyai hak kepemilikan lagi, sebab kepemilikannya telah berpindah kepada Allah SWT dan tidak juga menjadi
milik penerima wakaf, akan tetapi wakif boleh mengambil manfaatnya Abdul Ghofur Anshori, 2005:33.
Bagi ulama Syafi’iyah, wakaf itu mengikat dan karenanya tidak bisa ditarik kembali atau diperjualbelikan, digadaikan, dan diwariskan oleh wakif. Pendapat ini
sejalan dengan ulama Hanabilah Abdul Ghofur Anshori, 2005:33-34. Menurut Imam Abu Hanifah, wakaf ialah suatu sedekah selama hakim
belum mengumumkan bahwa harta itu adalah harta wakaf, atau disyaratkan dengan t
a’lid sesudah meninggalnya orang yang berwakaf, misalnya dikatakan “ Bilamana saya telah meninggal, harta saya berupa rumah ini saya wakafkan untuk kepentingan
Madrasah Tsanawiyah”. Dengan demikian wakaf rumah untuk kepentingan Madrasah Tsanawiyah baru berlaku setelah wakif meninggal dunia Abdul Ghofur Anshori,
2005:34. Bagi ulama Hanafiyah, harta wakaf itu tetap menjadi milik orang yang
mewakafkan Wakif, oleh karena itu pada suatu waktu harta wakaf tersebut dapat diambil oleh wakif atau ahli warisnya setelah waktu yang ditentukan. Pendapat
Hanafiyah ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Al Baihaqi dari Ibnu Abbas yang artinya, Ibnu Abbas berkata, “Setelah turunnya ayat tentang faraidh
dalam surat An- Nisa’ Rasulullah bersabda, “Tidak ada wakaf setelah turunnya surat
An- Nisa’ ”. Pendapat Hanabilah didukung oleh ulama Malikiyah Abdul Ghofur
Anshori, 2005:34.
2.3 Ikrar Wakaf dan Akta Ikrar Wakaf