milik sempurna, dan dalam melakukan tindakannya itu benar-benar atas kehendaknya sendiri tanpa ada paksaan dari siapapun, selain itu keterlibatan saksi dan petugas yang
diserahi tugas untuk mewujudkan adanya tertib hukum dan administrasi disamping itu fungsi mereka secara substansi untuk menghindari kemungkinan terjadinya
penyimpangan dari tujuan wakaf tersebut. Dalam hal ini yang perlu juga diperhatikan yaitu penarikan kembali dalam
arti apabila terjadi penyimpangan yang dilakukan oleh nadzir misalnya dapat dilakukan apabila wakif telah menentukan syarat terhadap pemanfaatan benda wakaf,
jika hal tersebut ternyata menyimpang dari tujuan dan syarat yang telah ditentukan, wakif yang menarik kembali untuk kemudian diwakafkan kembali guna tercapainya
tujuan utama wakaf, namun disini penarikan kembali bukan dimilikinya untuk millik pribadi. Dimana dalam Hadis Rasulullah SAW diatas telah diisyaratkan sangat tegas
menunnjukkan tindakan-tindakan tidak terpujinya tindakan wakif menarik kembali wakafnya.
2.6 Pewarisan
2.6.1 Hukum Waris Islam
Hukum waris Islam dirumuskan sebagai perangkat ketentuan hukum yang mengatur pembagian harta kekayaan yang dimiliki seseorang pada waktu ia
meninggal dunia. Sumber pokok Hukum Waris Islam adalah Al- Qur’an dan Hadist
Nabi, kemudian Qiyas analogon dan Ijma’ kesamaan pendapat.
Istilah-istilah dalam pewarisan : a.
Pewaris Pewaris adalah orang yang meninggal dunia yang meninggalkan harta
kekayaan. b.
Ahli waris Ahli waris adalah anggota keluarga orang yang meninggal dunia yang
menggantikan kedudukan pewaris di bidang hukum kekayaan karena meninggalnya pewaris.
c. Harta warisan
Harta warisan adalah kekayaan yang berupa keseluruhan aktiva dan pasiva yang ditinggalkan pewaris dan berpindah kepada para ahli
waris. Penyebab pewarisan dalam Islam adalah dengan sebab-sebab :
a. Hubungan darah.
b. Hubungan semenda atau pernikahan.
c. Hubungan memerdekakan budak.
d. Hubungan wasiat.
Penggolongan ahli waris menurut ajaran kewarisan bilateral : 1.
Dzul faraa-idh Dzul faraa-idh adalah ahli waris yang mendapat bagian tertentu dalam
keadaan tertentu. Golongan ini diantaranya adalah : anak perempuan yang tidak didampingi anak laki-laki, ibu, bapak dalam
hal ada anak, duda, janda, saudara laki-laki dalam hal kalalah, saudara laki-laki dan saudara perempuan bergabung dalam hal
kalalah, saudata perempuan dalam hal kalalah. 2.
Dzul qarabat Dzul qarabat adalah ahli waris yang mendapat bagian warisan tidak
tertentu jumlahnya atau terbuka atau sisa. Golongan ini diantaranya adalah : anak laki-laki, anak perempuan didampingi anak laki-laki,
bapak, saudara laki-laki dalam hal kalalah, saudara perempuan yang didampingi saudara laki-laki dalam hal kalalah.
3. Mawali
Mawali adalah ahli waris pengganti. Yaitu ahli waris yang menggantikan seseorang untuk memperoleh bagian warisan yang
tadinya akan diperoleh orang yang digantikan. Sebabnya ialah karena orang yang digantikan adalah orang yang seharusnya
menerima warisan kalau dia masih hidup, tetapi dalam hal bersangkutan dia telah meninggal terlebih dahulu dari si pewaris.
2.6.2 Hukum Waris Perdata Barat