11
2.3 Model Evaluasi Program.
Model evaluasi program ialah model desain evaluasi yang dibuat oleh ahli-ahli atau pakar-pakar
evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan
pembuatnya atau tahap pembuatannya. Farida Yusuf, 2008:13. Model-model evaluasi sangat bervariasi, akan
tetapi maksud dan tujuannya sama yaitu melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang
berkenaan dengan obyek yang dievaluasi. Setelah informasi terkumpul disampaikan kepada pengambil
keputusan untuk menentukan tindak lanjut dari program yang sudah dievaluasi.
Menurut Kaufman dan Thomas yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudi Abdul Jabar,
2009:40, membedakan
model evaluasi
menjadi delapan:
1. Goal oriented
Evaluation Model,
dikembangkan oleh Tyler 2. Goal Free Evaluation Model, dikembangkan
oleh Scriven 3. Formatif
Sumatif Evaluation
Model, dikembangkan oleh Michael Scriven.
4. Countenance Evaluation
Model, dikembangkan oleh Stake.
5. Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake.
6. CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan”evaluasi dilakukan.
7. CIPP Evaluation Model, dikembangkan oleh Stuflebeam.
8. Discrepancy Model
dikembangkan oleh
Provus.
12 Beberapa model evaluasi di atas yang dibahas
secara detail, menurut Suharsimi Arikunto 2010: 41 adalah sebagai berikut:
Goal oriented Evaluation Model. Model ini
dikembangkan oleh Tyler, mengamati tujuan program yang sudah ditentukan jauh sebelum program dimulai.
Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan, terus menerus, mengecek seberapa jauh tujuan tersebut
sudah terlaksana di dalam proses pelaksanaan program. Model evaluasi ini dilaksanakan secara terus,
bertahap dan berkelanjutan sehingga hasilnya bisa dipantau
apakah bisa
mencapai target
yang direncanakan atau tidak.
Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Michael Scriven. Model ini
berlawanan dengan model yang dikembangkan Tyler. Model ini, evaluator tidak perlu memperhatikan
bagaimana kerjanya
program, dengan
jalan mengidentifikasi penampilan yang terjadi baik hal-hal
yang positif maupun negatif. Alasan mengapa tujuan program
tidak perlu
diperhatikan karena
ada kemungkinan evaluator terlalu rinci mengamati tiap-
tiap tujuan khusus. Jika masing-masing tujuan khusus tercapai, artinya terpenuhi dalam penampilan, tetapi
evaluator lupa memperhatikan seberapa jauh masing- masing penampilan tersebut mendukung penampilan
akhir yang diharapkan oleh tujuan umum, maka akibatnya jumlah penampilan khusus ini tidak banyak
manfaatnya. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model
ini tidak sama sekali lepas dari tujuan, tetapi hanya lepas
dari tujuan
khusus, dan
hanya
13 mempertimbangkan tujuan umum yang akan dicapai
oleh program, bukan secara rinci perkomponen.
Formatif-Sumatif Evaluation Model dikembangkan
oleh Michael Scriven. Model ini menunjuk adanya tahapan dan lingkup objek yang dievaluasi, yaitu
evaluasi yang dilakukan pada waktu program masih berjalan evaluasi formatif dan ketika program sudah
berakhir evaluasi sumatif. Dalam model ini evaluator tidak dapat melepaskan diri dari tujuan ketika
melakukan evaluasi. Tujuan evaluasi formatif memang berbeda dengan tujuan evaluasi sumatif. Jadi tujuan
evaluasi ini menunjuk tentang “apa, kapan, dan tujuan” evaluasi dilaksanakan. Evaluasi formatif
dilakukan ketika program masih berlangsung atau ketika program masih dekat permulaan kegiatan.
Tujuannya adalah mengetahui seberapa jauh program yang
dirancang dapat
berlangsung sekaligus
mengidentifikasi hambatan. Evaluasi sumatif dilakukan setelah program berakhir dengan tujuan untuk
mengukur ketercapaian
program. Jadi
evaluasi program ini memfokuskan pada dua kegiatan yaitu
diawal program
dan setelah
program berakhir.
Countenance Evaluation Model yang dikembangkan
oleh Stake, model ini menekankan pada adanya pelaksanaan 2 hal pokok yaitu 1 diskripsi description
dan 2 pertimbangan judgmemts; serta membedakan adanya tiga tahap dalam evaluasi program yaitu 1
Anteseden antecedents context, 2 Transaksi transaction process, dan 3 keluaran output-
outcomes.CSE-UCLA Evaluation Modelterdiri dari dua
singkatan yaitu CSE adalah Center for the Study of
14 Evaluation, sedangkan UCLA adalah singkatan dari
Univercity of California in Los Angeles.Model ini memiliki lima tahap yang dilakukan dalam evaluasi yaitu
perencanaan, pengembangan, implementasi, hasil dan dampak. Kelima tahap dalam evaluasi ini dilakukan
secara bertahapn dan berkesinambungan sehingga hasilnya bisa dilihat apakah sudah sesuai dengan yang
direncanakan. CIPP Evaluation Model dikembangkan
oleh Stuffebeam, dkk 1967 di Ohio State Univercity. CIPP merupakan kependekan dari Context Evaluation
atau evaluasi dalam kontek, Input evaluation adalah evaluasi dalam masukan, Process Evaluationyaitu
eavaluasi terhadap proses, dan Product Evaluation atau evaluasi terhadap hasil. Keempat kata yang disingkat
CIPP tersebut merupakan sasaran evaluasi yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program
kegiatan. Model CIPP merupakan model evaluasi yang memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah
sistem. Jadi model CIPP dalam menganalisa program dilaksanakan berdasarkan komponen-komponennya
yang dapat dijelaskan sebagai berikut: a Evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan
merinci lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani dan tujuan proyek.
b Evaluasi masukan Input maksud dari evaluasi masukan dalam penelitian ini adalah kemampuan awal
SDN Karangrejo 2 Kecamatan Bonang Kabupaten Demak
dalam melaksanakan
program layanan
perpustakaan, antara lain kemampuan sekolah dalam menyiapkan petugas yang tepat, strategi pengadaan
dan perbaikan, jadwal, anggaran biaya pengadaan dan
15 perbaikan sarana dan prasarana dan tujuan pengadaan
dan perbaikan sarana dan prasarana sekolah. c
Evaluasi Proses menunjuk pada “apa” what kegiatan yang dilakukan dalam program, “siapa” Who orang
yang ditunjuk sebagai penanggungjawab program, “kapan” when kegiatan akan selesai. Dalam model
CIPP evaluasi proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan di dalam program sudah
terlaksana sesuai dengan rencana. Dan yang terakhir d Evaluasi Produk atau hasil, diarahkan pada hal-hal
yang menunjukkan perubahan yang terjadi pada masukan mentah.Evaluasi hasil merupakan
tahap akhir dari evaluasi program.Jadi setelah evaluasi hasil
selesai dapat direkomendasikan hasil program yang berjalan
untuk merumuskan
kebijakan
berikutnya.Yang terakhir adalah Discrepancy Model,
kata discrepancy adalah istilah bahasa inggris yang diterjemahkan
menjadi “kesenjangan”.Model
yang dikembangkan oleh Malcolm Provus ini merupakan
model yang menekankan pada pandangan adanya kesenjangan di dalam pelaksanaan program.Evaluator
mengukur besarnya kesenjangan yang ada di setiap komponen.Jadi model evaluasi ini untuk mengetauhi
perbedaan yang ada pada setiap komponen program yang dilaksanakan.
Dari beberapa model evaluasi yang sudah dijelaskan di atas dapat ditentukan bahwa model
evaluasi CIPP yang dirasa sesuai untuk melakukan evaluasi program layanan
perpustakaan di SDN Karangrejo 2 Kecamatan Bonang Kabupaten Demak.
16
2.4 Evaluasi Program Model CIPP Contex, Input,