10
untuk membantu mengkonstruksi masyarakat.Faruk, 1994.
1
Novel bersifat naratif, dengan menjelaskan sebuah kisah yang bisa dari fakta dan merangsang imajinasi
pembaca.
2.3 Analisis Wacana Kritis
Analisis wacana diartikan sebagai hubungan antara konteks sosial dari pemaknaan bahasa. Bahasa yang dimaksud adalah aspek sentral dari penggambaran suatu subyek,
dan lewat bahasa ideologi terserap di dalamnya, maka aspek inilah yang dipelajari dalam analisis wacana Eriyanto,2001:3 Pengertian wacana menurut Hawthorn
2001:5 adalah sebuah aktivitas komunikasi yang memiliki tujuan tertentu, untuk mencapai tujuan tersebut menggunakan berbagai cara yang sesuai dengan tujuannya.
Setiap media massa bertujuan untuk memberikan informasi, mengedukasi, dan menghibur khalayaknya, namun media juga bisa bertujuan untuk mengubah cara
pandang masyarakat mengenai suatu hal untuk memenuhi kepentingan media atau pemilik media. Kegiatan tersebut bisa dianggap sebagai wacana dalam media
Eriyanto,2001:16. Eriyanto 2001:3-6 memandang wacana dalam 3 pandangan, pandangan
positivisme-empiris, konstruktivisme dan kritis. Positivisme-empiris memandang bahwa bahasa adalah jembatan antara manusia dan obyek di luar dirinya, sehingga
analisis wacana digunakan untuk menggambarkan tata urutan kalimat, bahasa dan pengertian bersama. Para konstruktivisme memandang bahasa sebagai subyek yang
memiliki kemampuan melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana, sehingga analisis wacana digunakan untuk membongkar maksud atau
makna tertentu. Pandangan kristis menganggap bahasa sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subyek tertentu, sehingga analisis wacana digunakan
untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa seperti batasan wacana, prespektif yang dipakai, dan topik yang dibicarakan.
Analisis wacana kritis bukan hanya mempelajari mengenai bahasa. Bahasa dalam analisis wacana dianalisis dengan menggambarkan dan menghubungkan dengan
konteks. Konteks yang dimaksudkan adalah bahasa yang digunakan untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk praktik kekuasaan Eriyanto,2001:7. Menurut Fairclough
1
http:staff.uny.ac.idsitesdefaultfilespenelitianDr.20Wiyatmi,20M.Hum.Citraan20Perlawanan20Si mbolis.pdf Minggu, 21 April 2014 : 12.58 WIB
11
dan Wodak 2001:7 analisis wacana kritis dalam pemakaian bahasa berupa kata-kata dan tulisan sebagai bentuk dari praktik sosial, yang berdampak menjadi efek ideologi
dimana ia dapat memproduksi dan mereproduksi hubungan kuasa yang tidak seimbang. Kekuasaan yang didapat digunakan sebagai pembentukkan subyek dan
merepresentasikan masyarakat. Analisis wacana kritis memiliki karakteristik menurut Teun A. van Djik, Fairclough,
dan Wodak Eriyanto,2001:8 : 1.
Tindakan Wacana dipahami sebagai suatu tindakan, dalam hal ini wacana dianggap
sebagai suatu interaksi. Interaksi yang dimaksudkan adalah tulisan dan tutur kata, sehingga tulisan dan tutur kata dianggap sebagai wacana. Wacana
dipandang sesuatu yang bertujuan baik mempengaruhi, mendebat, atau membujuk, dan juga dipandang sebagai sesuatu yang diekspresikan secara
sadar dan terkontrol. 2.
Konteks Konteks wacana kritis melihat wacana dipandang diproduksi, dimengerti,
dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Guy Cook 2001:8 memandang konteks wacana sama dengan konteks komunikasi, seperti siapa yang
mengkomunikasikan dengan siapa dan mengapa, dalam situasi dan khalayak seperti apa dan sebagainya. Arti sempitnya konteks dalam
wacana digunakan untuk melihat latar belakang, situasi sebuah peristiwa. 3.
Historis Historis melihat wacana berada dalam sebuah konteks sosial, sehingga
wacana ditempatkan dalam konteks historis tertentu. Kontes historis akan melihat sejarah atau cerita dibalik sebuah wacana atau melihat bagaimana
keadaan saat wacana diproduksi. 4.
Kekuasaan Teks atau sebuah percakapan dipandang sebagai sebuah wacana. Wacana
tersebut bukan sebagai sesuatu yang ilmiah, wajar dan netral, namun wacana merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan yang
dimaksud adalah sebuah kunci hubungan antara wacana dengan masyarakat. Memiliki kekuasaan berarti berhak mengkontrol siapa yang
12
perlu diwacanakan dan diwacanakan seperti apa, sehingga wacana tersebut dipakai untuk mengkontrol pihak yang tidak dominan.
5. Ideologi
Dalam ideologi, memandang teks dan percakapan sebagai sebuah praktik ideologi atau cerminan ideologi. Ideologi tersebut dibangun untuk
mereproduksi melegitimasi dominasi, namun sebenarnya memberikan kesadaran palsu bagi kaum non dominasi.
2.4 Analisis Wacana Kritis Model Van Dijk