Kepemimpinan Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Wacana Kepemimpinan Model Dahlan Iskan Dalam Novel Sepatu Dahlan (Analisis Wacana Kepemimpinan Model Teun A. Van Dijk) T1 362010031 BAB II

20 Wacana terakhir yang menjadi strategi dalam level retoris ini adalah dengan menampilkan grafis. Grafis merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan yang berarti dianggap penting oleh seseorang yang dapat diamati dari teks.

2.5 Kepemimpinan

Kepemimpinan menunjukkan kompleksitas, menurut studi dalam Stogdill’s Handbook of Leadership mengartikan kepemimpinan sebagai kepribadian dan pengaruhnya, artinya kepemimpinan merupakan pengaruh yang bersifat pribadi dimana sifat tersebut membedakan dirinya dari pengikutnya Harun,2008:66. Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan bawahan yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersama Kartono:1995:28. Pemimpin dan bawahan mempunyai hubungan yang sama, saling berinteraksi, saling bekerja sama agar dapat mencapai tujuan bersama, sehingga pemimpin dapat mempengaruhi bawahan agar berjalan sesuai tujuan bersama. Di dalam kepemimpinan itu sendiri, terdapat beberapa sifat kepemimpinan. Berikut sifat kepemimpinan menurutOrdway Tead dan George R. Terry Kartono,1995:37: 1. Kekuatan Kekuatan secara badaniah dan rohaniah merupakan syarat pokok bagi seorang pemimpin, hal ini dikarenakan jika seorang pemimpin memiliki kekuatan baik secara badaniah dan rohaniah, maka pemimpin akan memiliki daya tahan untuk menghadapai berbagai rintangan. 2. Stabilitas Emosional Dengan emosi yang stabil akan menunjang pencapaian lingkungan sosial yang rukun, damai dan harmonis. 3. Pengetahuan Tentang Relasi Insani Pemimpin yang baik memiliki sifat, watak dan perilaku bawahan agar bisa menilai kelebihan kelemahan bawahan sesuai dengan tugas yang diberikan. 4. Kejujuran Kejujuran adalah modal utama seorang pemimpin, bukan hanya jujur kepada bawahan tetapi seorang pemimpin harus bisa jujur kepada diri sendiri. 5. Obyektif 21 Pemimpin harus mencari bukti yang nyata, sebab musabab dari suatu kejadian dan memberikan alasan rasional atas sebuah penolakan. 6. Dorongan Pribadi Keinginan dan kesediaan untuk menjadi pemimpin yang timbul dari dalam diri seorang pemimpin, hal ini akan memberikan rasa ikhlas saat memberikan pelayanan dan pengabdian kepada kepentingan umum. 7. Ketrampilan Berkomunikasi Mahir menulis dan berbicara, mudah menangkap maksud orang lain, dapat menginterpretasikan opini serta aliran yang berbeda, agar tercipta kerukunan dan keseimbangan. 8. Kemampuan Mengajar Pemimpin adalah guru, sehingga dapat membuat orang belajar pada saran- saran tertentu untuk menambah pengetahuan, ketrampilan agar bawahanya mandiri. 9. Ketrampilan Sosial Pemimpin bersikap ramah, terbuka, menghargai pendapat orang lain, sederhana dan apa adanya, sehingga bisa memupuk kerja sama dengan siapa saja. Selain syarat kepimpinan, terdapat pula model gaya kepemimpinan. Menurut Ratnaningsih 2009:126 gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia inginkan. Burn 1978 dalam Ratnaningsih 2009:126 menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dapat dikelompokan ke dalam dua tipe yang berbeda yaitu gaya kepemimpinan transformasional dan gaya kepemimpinan transaksional. Kedua gaya tersebut saling bertentangan, namun sangat dibutuhkan dalam organisasi. 1. Gaya Kepemimpinan Transformasional Burns 1978 dalam Ratnaningsih 2009:129 berbicara mengenai “heroic leadership” dan sebuah konsep tentang transformational leadership, yang artinya sebuah proses dimana pemimpin dan bawahan mengembangkan moralitas dan motivasi yang tinggi antara satu dengan yang lain. Bernad M. Bass 1999 mengembangkan pandangan Burns dan menandai bahwa seorang pemimpin transformasional adalah seorang yang menciptakan kepemimpinan kharismatik, kepemimpinan yang penuh inspirasi, stimulasi intektual dan 22 perasaan bahwa semua bawahan harus diperhitungkan. Bass juga menjelaskan bahwa pemimpin akan mampu mendorong semangat, menggunakan nilai – nilai, kepercayaan dan dapat memenuhi kebutuhan bawahannya. Dan pemimpin yang melakukan hal tersebut dalam situasi yang krisis disebut dengan pemimpin transformasional. Terdapat 4 keahlian yang digunakan oleh para pemimpin transformasional menurut Donnely 1998:359, yaitu : 1 Pemimpin memiliki visi bahwa ia mampu mengutarakan visinya dengan jelas. Visi tersebut dapat berupa tujuan, sebuah rencana atau serangkaian prioritas. 2 Pemimpin dapat mengkomunikasikan dengan jelas visi mereka. Pemimpin juga mampu menunjukkan citra yang menguntungkan sebagai hasil apabila visinya dapat terwujud. 3 Pemimpin harus dapat membangun kepercayaan dengan tindakan yang adil, tegas dan konsisten. Kegigihannya terhadap rintangan dan kesulitan sudah dapat terbukti. 4 Pemimpin memiliki pandangan positif tentang dirinya. Ia akan bekerja untuk pengembangan keahliannya sehingga kesuksesan dapat tercapai. 2. Gaya Kepemimpinan Transaksional Dalam kepemimpinan transaksional, pemimpin dan pengikutnya beraksi sebagai agen penawar dalam suatu proses, dimana imbalan dan hukuman teradministrasi. Bass pada Pidekso dan Harsiwi 2001:3 mendefiniskan kepemimpinan transaksional sebagai kepemimpinan yang memelihara atau melanjutkan status quo. Kepemimpinan jenis ini, didefinisikan sebagai kepemimpinan yang melibatkan suatu proses pertukaran dimana para pengikut mendapat imbalan segera dan nyata untuk melakukan perintah - perintah pemimpin. Terdapat 3 unsur utama dalam kepemimpinan transaksional menurut Ratnaningsih 2009:125, yaitu : 1 Imbalan Kontingensi Pemberian imbalan sesuai dengan pekerjaan yang telah dilakukan oleh bawahan sesuai dengan kesepakatan dan biasanya disebut sebagai bentuk pertukaran yang aktif. 2 Manajemen Eksepsi 23 Merupakan transaksi yang aktif dan pasif. Aktif dilakukan oleh pemimpin yang secara terus menurus mengawasi bawahan untuk mengantisipasi adanya kesalahan. Dan pasif yang berarti intervensi dan kritik dilakukan setelah kesalahan terjadi, pemimpin terlebih dahulu menunggu tugas selesai. Selanjutnya menentukan ada atau tidaknya kesalahan. 3 Laissez – Faire Kepemimpinan gaya liberal, memberikan kebebasan luas terhadap kelompok yang secara esensial kelihatan sebagai kelompok yang tidak mempunyai kepemimpinan. Kepemimpinan otoriter akan menimbulkan ketidakpuasan para karyawan karena mereka merasa tegang, takut dan kurang berinisiatif, kepemimpinan ini diterapkan dalam organisasi yang menghadapi keadaan darurat. Kepemimpinan demokrasi akan menimbulkan kepuasan kerja para karyawan, akan terjadi saling saran antara pimpinan dan bawahan, semua orang dianggap sama pentingnya dalam menyumbangkan ide dalam pembuatan keputuasn. Kepemimpinan liberal akan menyebabkan ketidakpuasan di pihak pimpinan, karena melaksanakan sedikit kontrol dan pengawasan pada karyawan.

2.6 Penelitian Terdahulu