Teori Penawaran Pengertian Inflasi

2.2.2. Teori Penawaran

Arti penawaran adalah suatu daftar yang menunjukkan jumlah-jumlah barang itu yang ditawarkan untuk dijual pada berbagai tingkat harga dalam suatu dasar pada suatu waktu tertentu Rosyidi, 2003:288 Gambar 2 : Pergeseran Kurva Penawaran P P S 11 G 1 G Jumlah yang ditawar S 1 S b G 11 Q S 1 S 1 S S 11 H ar g a C B D E S a A 1 A 2 H ar g a F Q Jumlah yang ditawar Sumber : Rosyidi Suherman, 2003, Pengantar Teori Ekonomi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, halaman 295 Pergeseran Kurva Penawaran Gambar a menunjukkan gerakan sepanjang kurva penawaran jika harga naik, misalnya dari Rp OB menjadi OC, maka jumlah barang yang ditawarkan naik pula dari OD menjadi OE satuan. Dengan demikian terjadilah gerakan sepanjang kurva penawaran dari A 1 ke A 2 . gambara b menunjukkan pergeseran kurva penawaran. Disini output dari OG ke OG 1 satuan atau ke G 1 satuan tidak disebabkan oleh perubahan harga, melainkan oleh hal-hal lain Rosyidi, 2003:295

2.2.3. Pengertian Inflasi

Menurut Boediono 1982:155 menyatakan bahwa inflasi menunjukkan adanya kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus- menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada sebagian besar dari harga barang- barang lain. Disisi lain infalsi dapat ditandai dengan kenaikan harga barang-barang ekspor, diman bila harga barang-barang ekspor naik, maka ongkos produksi dari barang-barang yang menggunakan barang-barang tersebut dalam produksinya akan naik, dan kemudian harga jualnya akan naik pula. Kenaikan harga barang- barang ekspor berarti kenaikan penghasilan eksportir dan juga para produsen barang-barang ekspor tersebut. Inflasi dapat diartikan jika harga barang-barang ekspor naik, maka indeks biaya hidup akan naik pula, sebab barang-barang ini lansung masuk dalam daftar barang-barang yang tercantum dalam indeks harga. Dari definisi diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa inflasi merupakan suatu gejala adanya kecenderungan harga-harga untuk naik sampai batas tertentu. Dimana dalam arti yang lebih luas bukan semata-mata masalah ekonomi tetapi juga masalah sosial ekonomi politis. 2.2.3.1.Macam Inflasi Ada berbagai cara untuk menggolongkan macam inflasi. Penggolongan pertama didasarkan atas ”parah” tidaknya inflasi tersebut, disini kita bedakan beberapa macam inflasi : a. Inflasi ringan di bawah 10 setahun b. Inflasi sedang antara 10-30 setahun c. Inflasi berat antara 30-100 setahun d. Hiper inflasi di atas 100 setahun Penggolongan yang kedua adalah atas dasar sebab musabab awal dari inflasi. Atas dasar ini kita bedakan dua macam inflasi : a. Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang yang terlalu kuat. Inflasi semacam ini disebut demand inflation. Gambar 3 : Demand Inflation Sumber : Nopirin, 1997, Ekonomi Moneter II, Penerbit BPFE-UGM, Yogyakarta, halaman 29 Q 1 Q EF Q AD 1 AD 2 AD 3 H arga Permintaan P Inflationary gap AD 4 Dengan harga P1 dan output Q1, kenaikan permintaan total dari AD1 dan AD2 menyebabkan harga naik menjadi P3 sedangkan output tetap pada Qte, dan kenaikan harga ini akan terus menerus sepanjang permintaan total terus naik misal menjadi AD4 b. Inflasi yang timbul karena kenaikan ongkos produksi. Ini disebut cost inflation. Gambar 4 : Cost Inflation AS 3 AS 2 AS 1 AD Q 2 Q 1 Q FE Q P 3 P 2 P 1 P H arga Produksi Sumber : Nopirin, 1997, Ekonomi Moneter II, Penerbit BPFE-UGM, Yogyakarta, halaman 29 Pada harga P1 dan QFE kenaikan harga produksi akan menggeser kurva penawaran total dari AS1 menjadi AS2. konsekuensinya harga naik menjadi P2 dan produk turun menjadi Q1. kenaikan harga selanjutnya akan menggeser kurva AS2 menjadi AS3, harga naik dan produksi turun menjadi Q2. proses ini akan berhenti apabila AS tidak lagi bergeser ke atas. Proses kenaikan harga inilah yang disebut cost inflation. Bila inflasi tidak selalu senus akan mempengaruhi distribusi pendapatan yang lebih menguntungkan kepada pemilik modal karena keuntungna yang diperoleh dapat digunakan sebagai suatu kebijaksanaan jangka pendek untuk menaikkan produksi dengan cepat. 1. Bila harga barang-barang ekspor seperti kopi, teh naik, maka indeks biaya hidup akan naik sebab barang-barang ini langsung masuk dalam daftar barang- barang yang tercakup dalam indeks harga. 2. Bila harga barang-barang ekspor seperti kayu, karet, timah dan sebagainya naik, maka onglos produksi dari barang-barang tersebut dalam produksinya perumahan, sepatu, kaleng dan sebagainya akan naik, dan kemudian harga jualnya akan naik pula cost inflation. 3. Kenaikan harga barang-barang ekspor berarti kenaikan penghasilan eksportir dan juga para produsen barang-barang ekspor tersebut. Kenaikan penghasilan ini keudian akan dibalanjakan untuk membeli barang-barang baik dari dalam maupun luar negeri. Bila jumlah barang yang tersedia di pasar tidak bertambah, maka harga-harga lain akan naik pula demand inflation. 2.2.3.2.Teori Utama Inflasi a. Teori Kuantitas Teori Kuantitas mengenai inflasi menyatakan bahwa penyebab utama dari inflasi adalah penambahan jumlah uang beredar dan psikologi harapan masyarakat mengenai kenaikan harga-harga dimasa mendatang. b. Teori Keynes Teori Keynes mengenai inflasi menyatakan inflasi terjadi karena suatu keadaan dimana masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Dengan kata lain dapat diterjemahkan menjadi suatu keadaan di mana permintaan masyarakat akan barang-barang selalau melebihi jumlah barang-barang yang tersedia inflationary gap c. Teori Strukturalis Teori Strukturalis mengenai inflasi adalah teori inflasi ”jangka panjang” karena menyoroti sebab inflasi yang berasal dari kekuatan stuktur ekonomi, khususnya : ketegaran yang berupa ketidak elastisan dari penerimaan ekspor yaitu nilai ekspor yang tumbuh secara lamban dibandingkan dengan pertumbuhan sektor-sektor lain dn ketegaran yang berkaitan dengan ketidak elastisan dari supply atau produksi bahan makanan di dalam negeri. Dimana produksi bahan makanan di dalam negeri tidak tumbuh secepat pertambahan penduduk dan penghasilan perkapita sehingga adanya kecenderungan naiknya harga makanan di dalam negeri Boediono, 1982:167.

2.2.4. Kurs Valuta Asing