Kurs Valuta Asing Teori Permintaan

mana permintaan masyarakat akan barang-barang selalau melebihi jumlah barang-barang yang tersedia inflationary gap c. Teori Strukturalis Teori Strukturalis mengenai inflasi adalah teori inflasi ”jangka panjang” karena menyoroti sebab inflasi yang berasal dari kekuatan stuktur ekonomi, khususnya : ketegaran yang berupa ketidak elastisan dari penerimaan ekspor yaitu nilai ekspor yang tumbuh secara lamban dibandingkan dengan pertumbuhan sektor-sektor lain dn ketegaran yang berkaitan dengan ketidak elastisan dari supply atau produksi bahan makanan di dalam negeri. Dimana produksi bahan makanan di dalam negeri tidak tumbuh secepat pertambahan penduduk dan penghasilan perkapita sehingga adanya kecenderungan naiknya harga makanan di dalam negeri Boediono, 1982:167.

2.2.4. Kurs Valuta Asing

2.2.4.1.Pengertian Kurs Valuta Asing Yang dimaksud valuta asing foreign exchange adalah mata uang negara lailn foreign currency dari suatu perekonomian, misalnya valuta asing bagi perdagangan baik bilateral antar dua negara maupun multilateral lebih dari dua negara, relatif baik atau intensif raharja, 2004:84 Valuta asing valas atau foreign exchange FOREX atau foreign currency adalah mata uang asing atau alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank central Hamdy, 1998:16 Dapat disimpulkan bahwa kurs mempunyai kecenderungan untuk selalu bergerak mengikuti kondisi perekonomian secara global dan bersifat sangat peka terhadap perubahan-perubahan yang ekstrim. Kurs bergerak naik atau turun disebabkan oleh dua hal : a. Bekerjanya mekanisme pasar kurs mengambang b. Penetapan kebijaksanaan pemerintah seperti devaluasi. Naik turunya kurs ini dalam jangka pendek mempunyai pengaruh langsung berupa fluktuasi harga barang-barang ekspor maupun barang-barang impor dalam negeri yaitu bila harga tersebut dinyatakan dengan mata uang dalam negeri, misalnya rupiah 2.2.4.2.Pengertian Pasar Valuta Asing Pasar valuta asing pada dasarnya adalah jaringan kerja network dari perbankan dan lembaga keuangan yang melalui mata uang-mata uang dapat saling dipertukarkan Raharja, 2004:85 Pasar valuta asing adalah tempat dimana diperjualbelikan valuta asing pasar valuta asing tidak menyangkut kurs atau harga saja tetapi juga pihak-pihak yang melakukan transaksi pihak-pihak ini adlah eksportir dan importir, bank, pedagang perantara dan bank sentral Nopirin, 1995:138 Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pasar valuta asing adalah tempat diman diperjualbelikan valuta asing. Pasar valuta asing tidak menyangkut kurs atau harga saja tetapi juga pihak-pihak yang melakukan transaksi. 2.2.4.3.Sistem Penetapan Kurs Valuta Asing a. Sistem Kurs Tetap FIER Sistem kurs tetap, baik yang disertakan oleh suatu lembaga keuangan internasional IMF maupun oleh masing-masing negara sesuai dengan kemampuan ekonominya biasanya berdasarkan nilai dari hard currency adalah sistem kurs yang menetapkan nilai kurs mata uang asing terhadap mata uang negara yang bersangkutan dengan nilai tertentu yang selalu sama dalam periode tertentu artinya tidak terpengaruh oleh konjungtur ekonomi. Berdasarkan perjanjian Bretton Wods, ketentuan pokok dari FIER Hamdy, 1998:41 adalah sebagai berikut : a. Sistem moneter internasional SMI didasarkan pada standar emas, dengan pengertian bahwa setiap negara yang menjadi anggota IMF International Monetary Fund mata uangnya dapat ditukar dengan emas. b. Sistem nilai tukar atua FIER antar negara anggota IMF harus tetap dan stabil. c. Kurs nilai tukar hanya boleh berfluktatif 1 - 2,5 di atas atau di bawah kurs yang berlaku resmi. d. Setiap anggota IMF pada dasarnya dilarang melakukan devaluasi penurunan nilai mata uangnya ataupun revaluasi manikkan nilai mata uangnya untuk memperbaiki posisi neraca pembayarannya BOP-Balance of Payment e. Negara anggota IMF yang mengalami difisit BOP dapat meminta bantuan IMF dalam bentuk special drawing right SDR, yaitu uang kertas emas yang dikeluarkan oleh IMF sebagai mata uang cadangan dan likuiditas internasional selain dollar AS Iskandar Putong, 2003-276 b. Sistem Kurs Mengembang Floating Eschang Rate-FER Sistem kurs ini menentukan bahwa nilai mata uang suatu negara ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran pada pasar uang resmi. Sistem ini terbagi dua macm yaitu, clean float mengambang murni, yaitu apabila penentuan nilai kurs tanpa adanya campur tangan pemerintah. Sedangkan bila pemerintah turut serta mempengaruhi nilai kurs disebut firty float atau kurs mengambang terkendali. Campur tangan pemerintah biasanya secara langsung masuk ke pasar uang dengan kebijakan moneter kuantitatif dan kebijakan fiskalnya, ataupun yang bersifat tidak langsung seperti himbauan dan semacamnya. c. Sistem Kurs Terkait Pegged Exchange Rate-PER Dalam sistem ini nilai tukar yang dikaitkan dengan nilai mata uang negara lain, atu sejumlah mata uang tertentu. Bila kedua sistem nilai kurs yang telah dijelaskan di atas adalah nilai kurs tertinggi terakhir, maka sistem PER menggunakan nilai kurs tengah mata uang tertentu yang mensyararkan lebih atau kurang dari kurs tengah sebesar 2,5. Iskandar Putong, 2003:279 2.2.4.4.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kurs Valuta Asing 1. Permintaan dan Penawaran Valas Sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran, maka harga valas akan menjadi lebih mahal dari nilai nominal-harga yang berlaku bila permintaan melebihi jumlah yang ditawarkan, atau jumlah permintaan tetap sementara penawaran berkurang. Sebaliknya, harga valas akan menjadi lebih murah dari harga nominal atau harga berlakunya bila permintaan sedikit sementara penawaran banyak. Atau permintaaan semakin menurun meskipun jumlah penawaran tetap. Adapun sumber-sumber permintaan untuk valuta asing adalah : a. Impor barang dan jasa b. Ekspor modal atau transfer valas dari dlam negeri ke luar negeri, sedangkan sumber-sumber dari penawaran valas adalah : a. Ekspor barang dan jasa yang menghasilkan valas. b. Impor modal atau transfer valas dari luar negeri ke dalam negeri. Secara sederhana dapat diterangkan dari sisi penawaran sebagai berikut. Misalnya ekspor barang dan jasa meningkat, maka penerimaan valuta asing cadangan devisa akan semakin banyak. Bila seandanya pada saat yang bersamaan permintaan akan valas tetap dalam arti nilai impor tetap, maka akan terjadi kelebihan penawaran valas di pasar uang, dan bila berlangsung terus maka nilai kurs akan turun. Sebaliknya, bila ekspor tetap sementaran impor meningkat, atau peningkatan impor, lebih besar dari peningkatan ekspor maka di pasar uang akan terjadi kekurangan penawaran valas, akibatnya harga valas akan semakin naik. Iskandar Putong, 2003:279 Gambar 3 : Diagram Perubahan Keseimbangan Pasar Valuta Asing e Q 1 2.500 D f0 S f0 D f1 Kualitas USS Jt Q 1 2.300 e Q 1 3.000 D f0 S f0 D f1 Kualitas USS Jt Q 1 2.500 S f1 S f1 Sumber : Manurung Mandala dan Pratama Rahaja, 2004, Teori ekonomi Makro Suatu Pengantar, Edisi Kedua, Fakultas ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, Halaman 87 Misalnya, bila ekspor juga meningkat namun peningkatannya SF bergeser ke kanan. Diasimsikan impor juga meningkat namun peningkatannya lebih kecil dari pada ekspor, maka kurs keseimbangan baru tercapai pada saat nilai tukar per US lebih kecil dari pada Rp 2.500,00, misalnya Rp 2.300,00. kondisi di atas menunjukkan nilai tukar rupiah terhadap US makin membaik menguat, sebab untuk memperoleh satu uni US, rupiah yang harus dikeluarkan menjadi lebih sedikit. Menguatnya nilai tukar rupiah atau mata uang lainnya karena mekanisme pasar, disebut apresiasi apreciation. Diagram di atas menunjukkan hal yang sebaliknya. Ternyata, sekalipun ekspor maupun impor meningkat, namun peningkatan ekspor lebih kecil daripada peningkatan ∆X ∆M, sehingga ∆Sf ∆Df. Kondisi ini menyebabkan kurs keseimbangan berubah menjadi Rp 3.000,00US. Dengan kata lain nilai tukar rupiah memburuk, sebab untuk memperoleh satu uni US diperlukan rupiah yang lebih banyak. Gejala melemahnya nilai tukar mata uang rupiah karena kekuatan pasar disebut depresiasi depreciation. 2. Tingkat Infalsi Tingginya angka inflasi yang terjadi pada suatu negara mengindikasikan mahalnya harga barang-barang tertentu di negara tersebut. Dalam hal ini dimisalkan dua negara A dan B yang menghsilkan dan menjual barang yang sama, yaitu X di negara A inflasi meningkat dari periode tahun sebelumnya sementara di negara B relatif stabil. Dalam kondisi tersebut, maka harga barang S di negara A tentu saja lebih mahal dibandingkan dengan di negara B, atau dengan kata lain harga barang X di negara B lebih murah dibandingkan dengan di negara A, sehingga negara A akan mengimpor barang X dari negara A. Bila ini terjadi, maka permintaan mata uang negara B akan mengingkat sehingga nilainya akan naik. Sementara itu di negara B impor barang X di negara A menurun yang berarti permintaan mata uang segara A menurun. 3. Tingkat Bunga Isu mengenai tingginya tingkat bunga dapat menaruk para pemain ”uang ” dengan menafaatkan selisih nilai bunga pinjaman dan simpanan. Oleh karena itu bagi negara yang membutuhkan banyak mata uang asing dan berusaha menarik peminat ”petualang” uang, maka tingkat suku bungak simpanan di negaranya dinaikkan pada tingkat tertentu. Namankala jumlah mata uang asing banyak yang masuk ke negaran tersebut, maka permintaan mata uang lokal akan semakin tinggi, sehingga nilai mata uang lokal akan semkin naik, sedangkan nilai mata uang asing tersebut akan relatif menurun. 4. Tingkat Pendapatan dan Produksi Bila pada suatu periode tertentu terjadi pertumbuhan ekonomi yang relatif pesattinggi yang mengindikasikan semakin tingginya tingkat pendapatan masyarakat termsuk tingkat pendapatan perkapita, maka daya beli masyarakat akan semakin tinggi. Pada kondisi yang sama kapasitas produksi negara tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhanpermintaan masyarakatnya, maka negara tersebut akan mengimpor dari negara lain. 5. Pengawasan Pemerintah Terdapat dua cara klasik yang sering dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mengawasi nilai uangnya. Pertama dengan kebijakan fiskal, yaitu menaikkan nilai pajak dan mengetatkan belanja negara, dan sebagainya agar jumlah penawaran mata uang lokal semakin sedikit dan ini diharapkan akan berdampak pada naiknya nilai mata uang lokal terhadap mata uang asing. Kebijakan yang lain adlaah kebijakan moneter. Kebijkan ini biasanya berupa pengetatan uang beredar atau sebaliknya, menaikkanmenurunkan tingkat bunga dan lain sebagainya. Mengenai pengaruh suku bunga terhadap perdagangan valas telah diulas di atas. 6. PerkiraanSpekulasiIsuRumor Unsur ketujuh inilah barangkali yang menyebabkan banyaknya penjelasan teoritis ilmu ekonomi yang tidak bisa diterima oleh masyarakat bahkan Ommerod berani mengatakan ilmu ekonomi gagal menjelaskan fenomena yang terjadi dalam pasar uang dewasa ini, sehingga dikatakannya ilmu ekonomi telah mati. Perkiraan, terutama dari orang-orang yang dianggap berpengalaman dalam bidang perdagangan uang dan bidan politik apabila sifatnya positif bagi negar yang bersangkutan kemungkinan besar menyebabkan naiknya permintaan mata uang lokal dari negara tersebut, sebaliknya, bla perkiraannya negatif, maka akan semakin banyak permintaan mata uang asing, sehingga nilaimata uang lokal akan semakin turun Iskandar Putong, 2003:281 2.2.4.5.Teori Purchasing Power Parity PP Teori ini dikemukakan oleh ahli ekonomi dari Swedia, yang bernama Gustav Cassel. Dasar teorinya bahwa, perbandingan nilai satu mata uang dengan mata uang lain ditentukan oleh tenaga beli uang tersebut terhadap barang dan jasa di masing-masing negara. Pada pokoknya ada dua versi teori purchasing power parity, yakni interpretsi absolut dan relatif. Menurut interpretasi absolut purchasing power parity, perbandingan nilai satu mata uang dengan mata uang lain kurs ditentukan oleh tingkat harga di masing-masing negara. Sebagai contoh, harga 1 kg gandum di Amerika Serikat adalah 1 dan di Indonesia sebesar Rp 1.000,00, maka kurs antara dollar dan rupiah adalah 1 = Rp 1.000,00. Jadi, kurs didasarkan pada perbandingan purchasing powernya, yakni : 1.000 1lg kg Rp1.000,00 PP   Nopirin, 1994:249 Apabila terjadi perubahan harga yang berbeda di kedua negara, maka kurs tersebut haruslah mengalami perubahan pula. Misalnya, kalau harga-harga di Indonesia naik tiga kali dan di Amerika Serikat hanya naik dua kali, maka kursnya kurs PP akan menjadi : 1 Rp1.500,00 x 1 1000 Nopirin, 1994:249 Kurs PP yang didasarkan pada perubahan harga inilah yang sering disebut kurs PP dalam arti relatif. Nopirin, 1994:250

2.2.5. Teori Produksi