Konsep Peraturan Kebijaksanaan Beleidsregel, Policy Rules

10

3. Konsep Peraturan Kebijaksanaan Beleidsregel, Policy Rules

Dalam kaitan ini, selain konsep konsep yang telah dikemukakan sebelumnya juga diketengahkan konsep Beleidsregel sebagai titik tolak dalam tulisan ini. Dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan, badan atau pejabat Tata Usaha Negara dapat membuat peraturan kebijakan antara lain berupa keputusan, instruksi, edaran, petunjuk dan pengumuman. Peraturan kebijakan yang dibuat pejabat tata usaha Negara acapkali menempuh pelbagai langkah kebijaksanaan tertentu, antara lain menciptakan apa yang kini sering dinamakan peraturan kebijaksanaan. 4 Oleh badan atau pejabat Tata Usaha Negara tersebut sudah barang tentu berada dalam koridor hukum. Pelaksanaan pemerintah menunjukkan beberapa badan atau Dari uraian tersebut di atas dapat dipahami bahwa walaupun terdapat berbagai nama tentang peraturan kebijakan, namun obyek kajiannya sama-sama tertuju pada peraturan yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat Tata Usaha Negara berdasarkan kebebasan bertindak atau freies Ermessen yang dimungkinkan oleh Peraturan Perundangan-Undangan. Sjachran Basah mengatakan bahwa freies Emerssen melalui sikap tindak administrasi Negara dapat berwujud. 5 a. Membentuk peraturan perundang-undangan di bawah Undang- Undang yang secara materiil mengikat umum. b. Mengeluarkan beschikking yang bersifat Konkret, final dan individual. c. Melakukan tindak administrasi yang nyata dan aktif. d. Menjalankan fungsi peradilan, terutama dalam hal keberatan dan banding administrasi. 4 Philipus M. Hadjon, et. al., 1993, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, cet. I, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, h. 148. 5 Sjahran Basah, 1986, Perlindungan Hukum Terhadap Sikap Tindak Administrasi Negara, Orasi ilmiah pada Dies Natalis XXIX, Unpad, Bandung, h.4. 11 Prajudi Atmosudirjo menyatakan: Legislasi Semu Pseudo – Wetgeving adalah penciptaan dari pada aturan-aturan hukum oleh pejabat Administrasi Negara yang berwenang yang sebenarnya dimaksudkan sebagai garis-garis pedoman richtlijnen pelaksanaan policy kebijaksanaan untuk menjalankan suatu ketentuan Undang-Undang, akan tetapi dipublikasikan secara luas. Dengan demikian, maka timmbullah semacam “hukum bayangan” Spiegelrecht yang membayangi Undang-undang atau hukum yang bersangkutan. Legislasi semu ini berasal dari diskresi atau Freies Ermessen yang dipunyai oleh administrasi negara, yang pada umumnya dipakai untuk menetapkan Policy pelaksanaan Ketentuan Undang- Undang. 6 Bertitik tolak dari beberapa teori diatas, dimana pemerintah kabupatenkota sebagai penyelenggara otonomi daerah bertugas melaksanakan pemerintahan daerah. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut pemerintah kabupatenkota memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Menurut Satjipto Rahardjo, agar hukum berjalan atau dapat berperan dengan baik dalam kehidupan masyarakat, maka harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a Mengenal problem yang dihadapi sebaik-baiknya termasuk didalamnya mengenali dengan seksama masyarakat yang hendak menjadi sasaran dari penggarapan tersebut; b Memahami nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Hal ini penting dalam hal social engineering itu hendaknya diterapkan pada masyarakat dengan sektor-sektor kehidupan majemuk, seperti : tradisionai, modern dan perencanaan. Pada tahap ini ditentukan nilai-nilai dari sektor mana yang dipilih; c Membuat hipotesa-hipotesa dan memilih mana yang paling layak untuk bisa dilaksanakan; d Mengikuti jalannya penerapan hukum dan mengatur efek-efeknya. 7 6 Prajudi Atmasudirjo, 1994, Hukum Administrasi Negara Edisi Revisi , Ghalia Indonesia, Jakarta, h.103. 7 Satjipto Rahardjo, 2014, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, cet. VIII, Bandung, h. 218. 12 Ketertiban dibutuhkan agar kehidupan bermasyarakat tetap berlangsung secara harmonis, dimana setiap individu dapat berkembang menurut kodratnya dan memperoleh haknya yang dijamin oleh hukum, dengan melaksanakan kewajiban yang dibebankan oleh hukum kepadanya.

4. Konsep Penegakan Hukum