44
peningkatan perilaku siswa dalam pemahaman tentang membaca
berita, 2 peningkatan tanggapan siswa terhadap membaca berita, 3
penurunan tanggapan siswa terhadap membaca berita, 4 keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran, 5 peningkatan perilaku siswa
dalam proses pembelajaran
4.
Refleksi
Refleksi pada siklus II ini untuk merefleksikan hasil evaluasi
belajar siswa dan mengetahui keaktifan menggunakan model critical
discourse analysis dalam membaca ekstensif, mengetahui kemajuan‐
kemajuan yang telah dicapai selama proses pembelajaran,
mengetahui keterampilan siswa dalam membaca ekstensif
membaca berita dan untuk mengetahui perubahan perilaku belajar
siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek penilaian adalah keterampilan membaca ekstensif ialah siswa kelas
VIII SMP Negeri 2 Kalinyamatan Jepara. Kelas VIII terdiri atas 4 kelas dan jumlah
siswa yang dijadikan subyek penelitian hanya 1 kelas dengan jumlah siswa
sebanyak 40 siswa.
Peneliti memilih kelas VIII sebagai subyek penelitian karena berdasarkan
observasi kelas VIII memiliki keterampilan membaca ekstensif masih rendah.
Penentuan kelas VIII SMP Negeri 2 Kalinyamatan Jepara sebagai subjek penelitian
didasarkan atas alasan‐alasan. Alasan tersebut adalah 1 Dalam pembelajaran
membaca kelas VIII SMP Negeri 2 Kalinyamatan Jepara, hasilnya kurang
dibanding dengan kelas lain maupun Sekolah lain, 2 Kelas tersebut belum
mampu menemukan masalah utama dalam wacana berita, 3 Kelas tersebut
lebih cenderung pasif dalam pembelajaran khususnya membaca.
45
3.3 Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel pembelajaran
dengan model pembelajaran critical discourse analysis dan variabel peningkatan
keterampilan membaca ekstensif.
3.3.1 Variabel Pembelajaran dengan Model Critical Discourse Analysis
Critical discourse analysis CDA atau analisis wacana kritis menyediakan
teori dan metode yang dapat digunakan untuk melakukan kajian empiris tentang
hubungan antara wacana dan perkembangan social kultural dalam domain‐
domain social yang berbeda.
Penerapan model CDA dalam pembelajaran bahasa, dapat ditempuh tiga
tahapan penyajian yang meliputi 1 tahap penjelajahan, 2 tahap interpretasi,
dan 3 tahap rekreasi.
Tahap penjelajahan, dengan menguntai kata dan kalimat dalam wacana, pengajar
dapat mengarahkan siswa untuk menjelajahi wacana. Penjelajahan itu dilaksanakan
dengan cara membaca wacana berita secara berulang‐ulang untuk mendapatkan
masalah utama, gagasan‐gagasan yang terdapat di dalam wacana. Pada
tahap ini siswa diarahkan pada menanadai hal‐hal yang dianggap penting, sehingga
lebih memudahkan dalam memahami wacana tersebut. Tahap interpretasi, pengajar dapat meminta siswanya untuk melaporkan
hasil interpretasi berkenaan dengan wacana cerita yang dibaca dan telah dicatat
pada tahap pertama. Pada tahap ini pengajar memberikan keleluasaan kepada
siswanya untuk mengungkapkan hasil interpretasinya secara tertulis. Siswa dapat
mengaitkan wacana yang dibaca dengan pengalaman dan pengetahuan yang
sudah dimiliki siswa dengan pengetahuan baru yang didalam wacana. Sehingga
siswa dapat mengintepretasikan wacana tersebut secara kritis.
Tahap rekreasi, pengajar dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk
memahami masalah utama yang terjadi pada berita yang dibaca serta tema dari
46
berita tersebut. Pada tahap ketiga ini, siswa bersama‐sama dengan pengajar
berusaha mendapatkan hiburan rekreasi. Hiburan ini berupa hasil penerapan
makna atas wacana.
3.3.2 Variabel Peningkatan Keterampilan Membaca ekstensif
Membaca ekstensif berarti membaca suatu wacana secara luas dengan
meliputi obyek yang banyak dengan waktu yang sesingkat mungkin. Pengertian
atau pemahaman yang bertaraf relatif rendah sudah memadai untuk ini, karena
memang begitulah tuntutannya dan jika karena bahan bacaan itu sendiri
memang sudah banyak serta berlebih‐lebihan, seperti halnya dengan laporan‐
laporan surat kabar.
Membaca ekstensif ini meliputi pula: Membaca survei survey reading,
Membaca sekilas skimming, Membaca dangkal superricial reading. Membaca
ekstensif ini sangat berbeda dengan membaca yang lainnya. Seorang guru
memberikan tugas pada siswanya membaca cerita pendek, atau bacaan lain.
Setelah para siswa membacanya, siswa disuruh melaporkannya secara singkat
tetapi sudah meyeluruh.
Membaca ekstensif biasanya lebih banyak dilakukan diluar kelas, tugas‐
tugas diberikan oleh guru beberapa kali secara teratur, dan di dalam kelas
diperlukan sekelumit waktu untuk memeriksa apakah para pelajar mengerti ciri‐
ciri utama cerita tersebut.
3.4 Instrument Penelitian