KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 NGAPA DALAM MENEMUKAN MASALAH UTAMA DARI BERITA YANG BERTOPIK SAMA MELALUI MEMBACA EKSTENSIF

KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 NGAPA DALAM MENEMUKAN MASALAH UTAMA DARI BERITA YANG BERTOPIK SAMA MELALUI MEMBACA EKSTENSIF SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu SyaratGuna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

(S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikanUniversitas Sembilanbelas November Kolaka

OLEH REKA RATNASARI

NIM A1A114114

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA KOLAKA 2018 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA KOLAKA 2018

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, penulis ucapkan segala puji syukur atas kehadirat Allah Swt, Tuhan penguasa segala yang ada di langit dan di bumi yang tidak pernah menutup jalan karunia, rahmat, dan nikmat-Nya kepada umat manusia. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah mereformasi tatanan kehidupan umat manusia dari kehidupan jahiliyah menjadi lebih beradab.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan teristimewa kepada keluarga, terutama kepada kedua orang tua tercinta, atas kasih sayang dan cinta tulus yang telah diberikan selama ini. Salam sayang dan rindu selalu. Semoga keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat senantiasa menyertai kami semua. Amin! Penulis haturkan terimakasih atas arahan Bapak Agus Nasir, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing I dan Bapak La Alu, S.Pd., M.Hum., selaku pembimbing II yang selalu meluangkan waktu untuk memberi arahan, nasihat dan bimbingan kepada penulis selama penyelesaian hasil penelitian ini. Semoga kesuksesan, kesehatan, dan keselamatan selalu menyertai keduanya. Aamiin!

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Bapak Dr. Azhari, S.STP., M.Si. selaku Rektor Universitas Sembilanbelas November

Kolaka yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam mengenyam pendidikan sarjana di kampus tercinta.

2. Bapak Zakaria, S.S., M.A. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)

penyelesaianstudiini, khususnyaterkaitdenganadministrasi yang kami perlukan. 3. BapakAgus Nasir, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia yang tanpa lelah membimbing dan membantu penulis menyelesaikan studi ini.

4. Bapak La Alu, S.Pd., M.Hum. selaku ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia yang tanpa lelah membimbing dan membantu penulis menyelesaikan studinya. 5. Seluruh dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membentuk kepribadian penulis menjadi lebih baik. Terima kasih dan salam sukses selalu. 6. Rekan-rekan mahasiswa di Lasusua angkatan 2014 yang telah memberikan perhatiannya. Terimakasih untuk kebersamaan dan kerjasama yang terangkai dengan indah selama ini.

Akhirnya banyak hal, kenangan, suka, dan duka dalam perjalanan studi ini yang mungkin tidak selamanya sempurna. Jadi, penulis sangat mengharapkan segala kritik dan saran demi suatu perbaikan yang lebih baik. Penting untuk diingat dan diamalkan bahwa jangan pernah merasa lupa dan berat untuk mengucapkan “terima kasih” karena dua kata inilah yang selalu membuat orang lain mengingat kita dan tercatat sebagai amal baik. Aamiin!

Kolaka, Mei 2018

Penulis

ABSTRAK

Skripsi Berjudul“Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa dalam Menemukan Masalah Utama Dari Berita yang Bertopik Sama Melalui Membaca Ekstensif”oleh Reka Ratnasari NIM A1A114114. Latar belakang penelitian ini adalahdalam memahami sebuah berita, diharapkan siswa dapat diarahkan untuk memahami isi berita dengan menemukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan pemahaman dalam menemukan masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif.permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa dalam Menemukan Masalah Utama Dari Berita yang Bertopik Sama Melalui Membaca Ekstensif?” Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa dalam menemukan masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif.Penelitian ini tergolong penelitian lapangan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Adapun teknik penarikan sampel, yakni menggunakan teknik total sampling. Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa dari66orang siswa yang dijadikan sampel penelitian, terdapat

57 orang siswa atau 86,36%masuk dalam kategori mampu dalam memahami masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif. Dari enam aspek yang diukur, kategori mampu terdapat pada aspek what (apa) 87,87%dan aspek who(siapa) 86,36%. Sedangkan kategori tidak mampu terdapat pada aspek why(mengapa) 71,21%, when (kapan) 81,81%, where (dimana) 81,81%dan aspek how (bagaimana)34,84%. Diantara aspek penilaian yang ada, aspek how (bagaimana) merupakan aspek yang paling rendah diantara aspek lainnya. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapasudah mampu memahami masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif karena telah mencapai kriteria kemampuan secara klasikal yaitu minimal 85% dengan kemampuan individual minimal 75%.

Kata Kunci: KemampuanSiswa, Membaca Ekstensif,Berita

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, hal ini tampak dari berbagai aktifitas yang dilakukan manusia sebagai mahluk sosial yang selalu membutuhkan bahasa untuk mencapai tujuan hidupnya. Salah satu kunci sukses dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa adalah ketepatan berbahasa. Penggunaan bahasa yang tidak teratur dalam berbahasa itu tentu saja memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang luas dan mendalam mengenai ilmu bahasa itu sendiri.

Pembelajaran bahasa pada hakekatnya bertujuan agar siswa lebih mahir dalam menggunakan keterampilan berbahasa dengan baik. Ditinjau dari aspek kemampuan berbahasa berdasarkan pandangan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan bahwa ada empat aspek yakni aspek menyimak, aspek berbicara, aspek membaca dan aspek menulis. Keempat aspek tersebut merupakan faktor utama dala kemampuan berbahasa yang menjadi pendukung dalam menyampaikan pikiran, gagasan dan pendapat, baik secara lisan, maupun tertulis, sesuai dengan konteks komunikasi yang harus dikuasai oleh pemakai bahasa (Depdiknas, 2006: 3).

Dari keempat aspek keterampilan berbahasa di atas, salah satu yang perlu dikembangkan adalah ketarampilan membaca. Karena keterampilan membaca Dari keempat aspek keterampilan berbahasa di atas, salah satu yang perlu dikembangkan adalah ketarampilan membaca. Karena keterampilan membaca

Kemampuan siswa dalam mengembangkan keterampilan mebaca sagat berpengaruh pada tingkat pemahamannya terhadap sebuah objek kaiian. Hal ini dimaksudkan bahwa dalam keterampilan membaca, siswa tidak sekedar hanya membaca teks yang ada di hadapannya semata. Apabila seorang siswa sudah mampu memahami dan mengungkapkan kembali sebuah bacaan baik secara lisan maupun secara tertulis, berarti siswa tersebut dianggap sudah berhasil dalam keterampilan membaca. Dalam proses pembelajaran sangat ditekankan perlunya seorang siswa memiliki keterampilan membaca baik oleh guru maupun siswa. Karena keterampilan membaca merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh setiap siswa agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.

Pembelajaran membaca sangat ditekankan diberbagai tingkat pendidikan agar perserta didik mampu memahami apa yang disampaikan pada saat proses pembelajarang berlangsung. Upaya ini dilakukan agar siswa meningkatkan pemahamannya pada setiap aspek pembelajaran khususnya pada pembelajaran bahasa Indonesia. Salah satu bacaan yang dimaksut dalam penelitian ini adalah pemahaman pada wacana nonsastra dalam bentuk berita.

Dalam memahami sebuah berita, diharapkan siswa dapat diarahkan untuk memahami isi berita dengan menemukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan pemahaman dalam menemukan masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif. Oleh karena itu, pembelajaran mengenai pokok- pokok berita perlu mendapatkan perhatian serius dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Salah satu langkah yang perlu dilakukan adalah dengan mengadakan penelitian terhadap kemampuan membaca siswa yaitu dengan melihat kemampuan siswa pada aspek pemahaman dalam menemukan masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif dengan menggunakan 5W +

H atau dalam istila Indonesia dikenal dengan ADIKSIMBA (Apa yang terjadi, Dimana peristiwa itu terjadi, Kapan peristiwa itu terjadi, Siapa yang terlibat dalam kejadian itu, Mengapa hali itu terjadi, dan yang terakhir Bagaimana proses terjadinya).

Berangkat dari hal tersebut, maka dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang berkenaan dengan menemukan masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif perlu dikembangkan dalam kurikulum untuk mengukur kemampuan siswa dalam menemukan masalah utama pada teks berita. Hal tersebut sangat tepat apabila dikaitkan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berkenaan dengan pembelajaran berita pada siswa SMP kelas VIII semester dua, dengan kompentesi dasar menentukan pokok-pokok berta dalam teks berita itu sendiri. Oleh karena itu, pembinaan pembelajaran berita di sekolah perlu ditingkatkan agar siswa memiliki kemampuan memahami berita lebih baik terutama dalam menemukan masalah utama pada berita itu sendiri.

Berangkat dari hal tersebut, maka guru bahasa Indonesia harus memiliki kompetensi dalam memahami berbagai bentuk wacana nonsastra dalam bentuk berita yang terkait dengan isi berita, jenis-jenis berita, sampai penguasaan pada penentuan pokok-pokok berita. Dengan demikian dengan kompetensi dan profesionalisme yang dimilikinya, guru yang bersangkutan dapat mendorong siswa untuk meningkatkan kemampuannya dalam proses belajar mengajar karena kemampuannya dalam mengelolah kelas, penguasaan bahan ajar sampai pada tahap penilaian terhadap kemampuan membaca siswa. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Kemampuan menemukan masalah utama dari berita yang bertopik sama siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa”. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti untuk mengukur kemampuan siswa SMP Negeri 1 Ngapa dalam menemukan masalah utama dalam berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengukur ketercapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berkenaan dengan kemampuan menemukan masalah utama dari beberapa berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif.

Untuk mengukur kemampuan siswa, peneliti menggunakan berita pada surat kabar. Hal ini sesuai dengan kopetensi dasar mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VIII semester 2 yaitu, menemukan masalah utama dari beberapa berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumya, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa dalam Menemukan Masalah Utama Dari Berita yang Bertopik Sama Melalui Membaca Ekstensif?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa dalam menemukan masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dicapai dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita dengan analisis 5W + 1H.

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menemukan masalah utama dalam berita dengan analisis 5W + 1H, a. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menemukan masalah utama dalam berita dengan analisis 5W + 1H,

c. Bahan informasi dan rujukan bagi peneliti yang berminat untuk mengadakan penelitian lanjutan yang relevan dengan penlitian in

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa dalam menemukan masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif yang meliputi unsur 5W + 1H yaitu:

d. What/ apa

= tentang atau hal peristiwa

e. Who/ siapa = orang atau subjek manusia yang terlibat dalam peristiwa

f. Where / di mana = tempat kejadian peristiwa

g. When/ kapan

= waktu terjadinya peristiwa

h. Why/ mengapa = alasan atau sebab terjadinya peristiwa

i. How / bagaimana = proses terjadinya peristiwa.

1.6 Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya kesalapahaman tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis memberikan batasan istilah berikut ini:

a. Kemampuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam menemukan masalah utama dalam berita a. Kemampuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam menemukan masalah utama dalam berita

c. Berita adalah peristiwa atau kejadian yang telah dilaporkan, bersifat faktual, penting dan menarik bagi sebagian besar pembacanya serta menyangkut kepentingan mereka. Berita yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berita yang memiliki topik yang sama pada koran surat kabar.

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Defenisi Membaca

Berbagai defenisi dan penjelasan mengenai proses membaca ada di dalam hampir setiap buku tentang membaca. Para pakar dan ahli dalam bidang membaca berulang-ulang membuat defenisi, bagan, model, dan pola pemikiran tentang hakikat membaca.

Iswara dan Harjasujana (1997; 103) mengemukakan bahwa ada tiga kelompok yang mendefenisikan membaca. Kelompok pertama membuat defenisi membaca sebagai suatu tafsiran terhadap pengalaman secara umum. Frank Jennings (1965) sebagai wakil kelompok pertama berpandangan bahwa membaca dimulai dengan pengenalan terhadap peristiwa yang berulang-ulang datang seperti matahari yang terbit setiap pagi, bulan yang bersinar pada malam hari, angin yang bertiup menerpa dedaunan. Bagi Jennings, membaca merupakan tanda-tanda dan keajaiban-keajaiban seperti yang dimiliki bulan yang selalu berubah, matahari yang tetap keadaannya dan bintang-bintang yang bergerak sepanjang malam dalam jarak yang tidak pernah bergeming. Kenyataan-kenyataan itu berlaku baik bagi manusia yang hidup di mulut-mulut gua maupun bagi kita yang duduk di belakang meja, bahkan bagi mereka yang bercokol di kursi-kursi dewan perwakilan rakyat atau di ruang-ruang perundingan dan perdebatan.

Kelompok kedua, membaca merupakan penafsiran atas lambang-lambang grafis. Rudolf Flesch (1955) wakil pertama kelompok ini memamndang membaca sebagai suatu kegiatan memperoleh makna dari berbagai huruf. Sebagai salah Kelompok kedua, membaca merupakan penafsiran atas lambang-lambang grafis. Rudolf Flesch (1955) wakil pertama kelompok ini memamndang membaca sebagai suatu kegiatan memperoleh makna dari berbagai huruf. Sebagai salah

Makna membaca bagi kelompok ketiga merupakan gabungan defenisi kelompok pertama dan kedua. Wakil kelompok ketiga yang pertama Ernest Horn (1973) memandang membaca sebagai salah satu kegiatan yang meliputi berbagai proses pendekatan kesempurnaan, dan kelestarian makna melalui penggunaan kertas bertulis. Defenisi Horn itu disusul oleh David Russel (1960) yang memandang membaca sebagai kegiatan yang rumit dan kompleks. Baginya membaca itu meliputi rangsangan berkas cahaya pada retina mata yang kemudian sampai di otak, persepsi tentang kata dan kelompok kata, fungsi otot mata yang memiliki kontrol yang pasti, ingatan langsung tentang apa yang baru saja dibaca, minat terhadap isi bacaan, danm organisasi materi yang bermanfaat.

Membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi serta maknanya, serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan (Akhadiah, dkk, 1991: 22). Membaca sebagai suatu proses untuk memahami makna tulisan. Kemampuan membaca merupakan kemampuan yang kompleks yang menuntut kerja sama antara sejumlah kemampuan. Untuk mendapat suatu bacaan seseorang harus dapat menggunakan Membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi serta maknanya, serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan (Akhadiah, dkk, 1991: 22). Membaca sebagai suatu proses untuk memahami makna tulisan. Kemampuan membaca merupakan kemampuan yang kompleks yang menuntut kerja sama antara sejumlah kemampuan. Untuk mendapat suatu bacaan seseorang harus dapat menggunakan

Dari segi linguistik membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembaca sandi (arecording and decoding process), berlainan dengan pembicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word ) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna (Anderson dalam Tarigan, 1994: 209-210). Di samping batasan atau pengertian yang telah diutarakan, maka pembacaan dapat pula diartikan sebagai suatu metode yang kita pergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain, yakni mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang yang tertulis.

Bahkan ada pula beberapa penulis yang seolah-olah beranggapan bahwa membaca adalah suatu kemampuan untuk melihat lambang-lambang tertulis serta mengubah lambang-lambang tertulis tersebut melalui fonik (phonics) serta metode pengajaran membaca, ucapan, ejaan, berdasarkan interpretasi fonetik terhadap ejaan biasa menjadi/menuju membaca lisan (oral reading). Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis. Tingkatan Bahkan ada pula beberapa penulis yang seolah-olah beranggapan bahwa membaca adalah suatu kemampuan untuk melihat lambang-lambang tertulis serta mengubah lambang-lambang tertulis tersebut melalui fonik (phonics) serta metode pengajaran membaca, ucapan, ejaan, berdasarkan interpretasi fonetik terhadap ejaan biasa menjadi/menuju membaca lisan (oral reading). Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis. Tingkatan

2.2 Tujuan Membaca

Menurut Akhadiah, dkk (1991: 25) menjelaskan tujuan membaca sangat beragam, bergantung pada situasi dan kondisi pembaca. Secara umum tujuan ini dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Salah satu tujuan membaca adalah untuk mendapatkan informasi yang dimaksud di sini mencakup informasi bisa tentang fakta dan kejadian sehari- hari sampai informasi tingkat tinggi dengan teori-teori serta penemuan dan temuan ilmiah yang canggih. Tujuan ini mungkin berkaitan dengan keinginan pembaca untuk mengembangkan diri.

2. Ada orang tertentu yang membaca dengan tujuan agar citra dirinya meningkat. Mereka ini mungkin membaca karya para penulis kenamaan, bukan karena berminat terhadap karya tersebut melainkan agar orang memberikan nilai positif terhadap diri mereka. Tentu saja kegiatan membaca bagi orang-orang seperti ini sama sekali bukan merupakan kebiasaannya, tetapi hanya dilakukan sekali-sekali di depan orang lain.

3. Adakalanya juga orang membaca untuk melepaskan diri dari kenyataan, misalnya ia pada saat merasa jenuh, sedih bahkan putus asa. Dalam hal ini membaca dapat merupakan penyaluran yang positif, jika bacaan yang 3. Adakalanya juga orang membaca untuk melepaskan diri dari kenyataan, misalnya ia pada saat merasa jenuh, sedih bahkan putus asa. Dalam hal ini membaca dapat merupakan penyaluran yang positif, jika bacaan yang

4. Mungkin juga orang membaca untuk tujuan rekreatif, untuk mendapatkan kesenangan atau hiburan. Bacaan yang dipilih untuk tujuan ini adalah bacaan- bacaan ringan atau sejenis bacaan yang disukainya, misalnya cerita tentang cinta, detektif, petualangan dan sebagainya.

5. Kemungkinan lain, orang membaca tanpa tujuan apa-apa, hanya iseng, tidak tahu apa yang akan dilakukan; jadi hanya sekedar untuk merintang waktu. Dalam situasi ini orang tidak memilih atau menentukan bacaan, apa saja dibaca; iklan, cerpen, berita keluarga, lelucon pendek, dan sebagainya.

6. Tujuan membaca yang tinggi adalah untuk mencari nilai-nilai keindahan atau pengalaman estetis dan nilai-nilai kehidupan lainnya. Dalam hal ini bacaan yang dipilih adalah karya yang bernilai sastra.

Tujuan membaca yang mirip dengan konsep di atas juga dikemukakan Tusalessy (1999: 4) menyatakan bahwa membaca bertujuan sebagai berikut:

1. untuk memahami bahasa;

2. untuk mendapatkan informasi;

3. untuk kepentingan studi akademik atau kepentingan kritik; dan

4. untuk kesenangan. Selanjutnya, Purwanto dan Alim (1997: 27) mengemukakan bahwa tujuan membaca itu banyak, yakni.

1. Di sekolah, tujuan membaca itu mengambil tempat sebagai pembantu bagi seluruh mata pelajaran;

2. Mempunyai nilai praktis. Bagi perseorangan itu merupakan alat untuk menambah pengetahuan;

3. Sebagai penghibur dalam mengisi waktu waktu luang; dan

4. Memperbaiki akhlak dan bernilai keagamaan, jika yang dibaca adalah buku- buku yang bernilai etika ataupun keagamaan.

2.3 Jenis-Jenis Membaca

Pembagian jenis membaca tergantung pada sudut pandang mana yang digunakan. Jika ditinjau dari segi bersuara tidaknya seseorang ketika membaca, maka dibedakan atas membaca bersuara dan membaca tak bersuara. Untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan mekanis (mechanical skill) tersebut, maka aktivitas yang paling sesuai adalah membaca nyaring, membaca bersuara (reading alaod; oral reading). Dan untuk keterampilan pemahaman (koprehension skills), maka yang paling tepat adalah dengan membaca dalam hati (silent reading) yang dapat pula dibagi atas membaca ekstensif (extensive reading ) dan membaca intensif (intensive reading).

Selanjutnya membaca ekstensif ini mencakup pula; (1) membaca survai (surfvei reading), (2) membaca sekilas (skiming), (3) membaca dangkal (superficial reading ). Sedangkan membaca intensif dapat pula dibagi atas; (1) membaca telaah isi (conten study reading) yang mencakup pula; (a) membaca teliti (close reading), (b) membaca pemahaman (comprehensive reading), (c) membaca kritis (critical reading), dan (d) membaca ide (reading of aideas); (2) membaca telaah bahasa (language study reading) yang mencakup pula; (a) membaca bahasa asing (foreign reading) , (b) membaca sastra (literary reading).

2.4 Membaca Ekstensif

Tarigan (1994:31) menyatakan bahwa dalam kegiatan membaca terdapat jenis membaca ekstensif. Membaca ekstensif yaitu membaca secara luas. Objek dari membaca ekstensif meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu sesingkat mungkin. Membaca ekstensif bacaan atau teks menuntut untuk memahami isi 19 bacaan atau teks yang penting-penting dengan cepat dan kegiatan membaca secara efektif dapat terlaksana.

Kholid, dkk (1998:213) mengatakan bahwa membaca ekstensif merupakan program membaca yang dilakukan secara luas. Para siswa diberikan keluasan dan kebebasan dalam hal memilih, baik jenis maupun lingkup bahan-bahan bacaan yang dibacanya. Pengertian lain tentang membaca ekstensif adalah cara membaca secara cepat dan sekilas dengan tujuan memahami gambaran isi buku secara umum.

Membaca ekstensif memiliki tujuan dan tuntutan untuk memahami isi yang penting-penting dengan cepat sehingga membaca secara efektif akan terlaksana. Dua hal yang ditekankan dalam membaca ekstensif, yaitu cepat dan tepat. Cepat berarti kemampuan untuk memanfaatkan waktu seefektif mungkin untuk menemukan informasi-informasi yang ada dalam teks. Tepat berarti informasi yang didapat merupakan informasi yang tepat meskipun proses membaca dilakukan dengan cepat.

Dalam membaca ekstensif, teknik yang digunakan berbeda dengan teknik yang digunakan dalam kegiatan membaca intensif karena membaca ekstensif menuntut pemahaman secara umum terhadap keseluruhan masalah atau isi dari Dalam membaca ekstensif, teknik yang digunakan berbeda dengan teknik yang digunakan dalam kegiatan membaca intensif karena membaca ekstensif menuntut pemahaman secara umum terhadap keseluruhan masalah atau isi dari

Jadi, keterampilan dalam membaca ekstensif yaitu keterampilan membaca untuk mendapat pemahaman secara keseluruhan dari beberapa teks bacaan dalam

20 waktu sesingkat mungkin. Hal yang ditekankan dalam membaca ekstensif adalah kecepatan dan ketepatan dalam menemukan gagasan atau isi bacaan.

2.5 Macam-Macam Membaca Ekstensif

Tarigan (1994:31-32), membaca ekstensif dibedakan menjadi beberapa, yaitu menjadi tiga macam, meliputi (a) membaca survei (survey reading). Membaca survei adalah kegiatan membaca ekstensif yang sebelum memulai membaca, kita meneliti terlebih dahulu, mensurvei apa-apa yang akan kita telaah, mensurvei bahan bacaan yang akan kita pelajari dengan jalan: (1) memeriksa, meneliti indeks-indeks, daftar kata-kata yang terdapat dalam buku-buku, (2) melihat-lihat, memeriksa, meneliti judul-judul bab yang terdapat dalam buku yang bersangkutan, dan (3) memeriksa, meneliti bagan, skema. Kecepatan serta ketepatan dalam mensurvei bahan bacaan sangat penting, hal ini turut menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam mencapai studinya, (b) membaca sekilas (skimming). Membaca sekilas adalah jenis membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mencari serta mendapatkan informasi. Tujuan dari membaca sekilas adalah untuk mendapatkan sesuatu dari kegiatan membaca yang dilakukan secara sekilas dan diharapkan mampu mendapatkan informasi yang diinginkan, (c) membaca dangkal

(superficial reading). Membaca dangkal adalah salah satu membaca ekstensif yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran atau tidak mendalam dari suatu bahan bacaan. Membaca dangkal merupakan kegiatan membaca yang dilihat dari segi hasil. Membaca dangkal dilakukan untuk

21 memperoleh kesenangan, membaca bacaan yang ringan untuk mendatangkan kebahagiaan. Menurut Kholid (1998:214), ada berbagai jenis membaca ekstensif, yaitu (1) membaca survei adalah sejenis kegiatan membaca dengan tujuan mengetahui gambaran umum ikhwal isi serta ruang lingkup dari bahan bacaan yang hendak dibaca, (2) membaca sekilas atau membaca skimming adalah sejenis membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat untuk mencari dan mendapat informasi, (3) membaca dangkal merupakan kegiatan membaca untuk memperoleh pemahaman yang dangkal atau tidak terlalu dalam dari bacaan.

Berdasarkan jenis-jenis membaca ekstensif di atas, dalam pembelajaran membaca ekstensif artikel digunakan jenis membaca sekilas (skimming). Salah satu tujuan utama membaca sekilas adalah untuk memperoleh kesan umum. Kita dapat membaca sekilas suatu artikel dalam surat kabar atau majalah dengan cara membaca paragraf awal dan paragraf akhir. Kedua paragraf ini biasanya menyatakan kepada kita pokok masalah. Sesudah itu telitilah secara sekilas pilihan tersebut untuk mencari kalimat-kalimat judul serta petunjuk petunjuk lainnya mengenai hal-hal penting yang diperbincangkan itu.

2.6 Defenisi Berita

Secara etimologis, berita berasal dari bahasa sansekerta “Vrit” yang dalam bahasa Inggris disebut “Write” yang arti sebenarnya adalah “Ada” atau “Terjadi”. Dari kata Vrit berkembang menjadi kata Vrita dan kemudian berkembang dalam bahasa Indonesia menjadi berita atau warta (Poerwodarminta dalam Djuroto, 1999: 1). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berita berarti laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media online internet.

Menurut Blayer (dalam Djuroto, 2002: 47) berita adalah sesuatu yang termasa (baru), yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar. Karena itu ia dapat menarik atau mempunyai makna bagi pembaca atau pendengar. Secara singkat, sebuah berita adalah sesuatu yang baru yang diketengahkan bagi khalayak pembaca atau pendengar. Dengan kata lain, berita atau news adalah apa yang surat kabar atau majalah cetak atau apa yang para penyiar kabarkan. Menurut Lyle Spencer (dalam Djuroto, 2002: 47), berita adalah suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik perhatian sebagian besar dari pembaca.

Morris (dalam Harahap, 2006: 3), berpendapat bahwa berita adalah sesuatu yang baru, penting, yang dapat memberikan dampak dalam kehidupan manusia/khalayak. Sedangkan menurut Eric C. Hepwood (dalam Harahap, 2006: 3), berita adalah laporan pertama dari kejadian yang penting sehingga dapat Morris (dalam Harahap, 2006: 3), berpendapat bahwa berita adalah sesuatu yang baru, penting, yang dapat memberikan dampak dalam kehidupan manusia/khalayak. Sedangkan menurut Eric C. Hepwood (dalam Harahap, 2006: 3), berita adalah laporan pertama dari kejadian yang penting sehingga dapat

Berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian faktual, penting dan menarik bagi sebagian besar pembaca/pendengar, serta menyangkut kepentingan mereka. Berdasarkan pengertian berita tersebut memperlihatkan adanya beberapa unsur yang penting dalam suatu berita. Unsur-unsur tersebut adalah:

1. Merupakan suatu laporan atau keterangan;

2. Laporan itu berisi tentang suatu kejadian atau peristiwa;

3. Peristiwa itu bersifat terbaru. Dari beberapa pengertian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa berita merupakan laporan yang berisi suatu peristiwa atau kejadian penting dan menarik yang berisi fakta atau sesuatu yang baru yang dipublikasikan melalui media cetak atau elektronik.

2.7 Jenis-Jenis Berita

Menurut Haris (2006: 65) berita dapat diklasifikasi ke dalam dua kategori yaitu berita berat (hard news) dan berita ringan (soft news). Selain itu, berita juga dapat dibedakan menurut lokasi peristiwanya, ditempat terbuka atau ditempat tertutup. Sedangkan berdasarkan sifatnya, berita bisa dipilah menjadi berita diduga berita tak diduga.

Menurut Sugiyono (2005; 19) ada beberapa jenis berita yang dikenal dalam dunia jurnalistik, yaitu:

1. Berita langsung (straight news) yaitu jenis berita yang ditulis ringkas, padat, lugas dan apa adanya. Penulisnya menggunakan gaya pemaparan, yakni memaparkan peristiwa apa adanya tanpa disertai penjelasan apalagi interpertasi. Struktur penulisannya mengacu pada piramida terbalik (inverted pyramid ), yaitu diawali dengan menggunakan hal-hal penting, diikuti bagian yang dianggap agak penting, tidak penting dan seterusnya.

2. Beria opini (opinion news) berita mengenai pendapat pernyatan atau gagasan seseorang. Biasanya pendapat para cendekiawan, tokoh masyarakat, ahli, atau pejabat mengenai suatu masalah atau peristiwa.

3. Berita iterpretatif (interpretative news) yaitu berita yang dikembangkan dengan komentar dan penilaian wartawan atau narasumber yang kompeten atas berita yang muncul sebelumnya, sehingga merupakan gabungan antara fakta dan iterpretasi.

4. Berita mendalam (depth news) berita yang merupakan pengembangan dari berita yang sudah muncul, dengan pendalaman hal-hal yang ada dibawah suatu permukaan.

5. Berita penjelasan (eksplanatori news) berita yang sifatnya menjelaskan dengan menguraikan sebuah peristiwa secara lengkap penuh data

6. Berita penyelidikan (investigative news) yaitu berita yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber. Berdasarkan sifatnya berita terbagi atas berita terduga dan berita tak terduga. Berita yang terduga adalah peristiwa yang direncanakan atau sudah 6. Berita penyelidikan (investigative news) yaitu berita yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber. Berdasarkan sifatnya berita terbagi atas berita terduga dan berita tak terduga. Berita yang terduga adalah peristiwa yang direncanakan atau sudah

Proses penanganan berita yang sifatnya diduga disebut making news. Artinya kita berupaya untuk menciptakan dan merekayasa berita itu dilakukan melalui tahapan perencanaan, diusulkan, dikonsultasikan, dilanjutkan dengan observasi. Serta ditegaskan dalam interaksi dan konfirmasi dilapangan. Semuanya melalui prosedur peliputan yang baku, jelas, dan terukur.

Berita tak terduga adalah peristiwa yang sifatnya tiba-tiba, tidak direncanakan, tidak diketahui sebelumnya. Seperti kereta api terguling, gedung perkantoran terbakar, bus tabrakan, kapal tenggelam, anak-anak sekolah disandera, atau terjadi ledakan bom dipusat keramaian. Proses penanganan berita sifatnya tak terduga yang tidak diketahui dan tidak direncanakan sebelumnya, atau sifatnya tiba-tiba disebut hunting news.

Berita juga bisa dibedakan menurut lokasi peristiwanya. Ada berita yang terjadi di tempat tertutup (indoor news), ada pula berita yang terjadi di tempat terbuka (outdoor news). Berita tentang sidang kabinet, seminar, pengadilan berlangsung di tempat tertutup. Berita jenis ini umumnya masuk dalam kategori berita ringan (soft news). Disebut berita ringan, karena berita tersebut tidak sempat mengguncangkan perhatian serta tidak menimbulkan dampak yang luas terhadap masyarakat.

Berita tentang kerusuhan, bencana alam, peperangan, terjadi di tempat terbuka. Berita jenis ini umumnya masuk kategori berita berat (hard news).

Menurut Djuroto (2005: 50) berdasarkan materi isinya, berita dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, yaitu:

1) berita pernyataan pendapat, ide atau gagasan (talking news);

2) berita ekonomi (economic news);

3) berita keuangan (financial news);

4) berita politik (political news);

5) berita sosial (social news);

6) berita pendidikan (education news);

7) berita hukum dan keadilan (law and justicve news);

8) berita olahraga (sport news);

9) berita kriminal (crime news);

10) berita Bencana dan tragedi (tragedy and disaster news);

11) berita perang (war news);

12) berita ilmiah (scientific news);

13) berita hiburan (entertainment news);

14) berita tentang aspek-aspek ketertarikan manusiawi atau minat insani (human interest news) .

Pengetahuan dan pemahaman tentang klasifikasi berita sangat penting bagi setiap pemburu berita, editor, dan bahkan para perencana dan konsultan media (media planer) sebagai salah satu pijakan dasar dalam proses perencanaan (planing), peliputan (getting), penulisan (writing), dan pelaporan serta pemuatan, penyiaran, dan penayangan berita (reporting and publishing).

2.8 Kriteria Berita yang Baik

Kriteria umum nilai berita (News value) merupakan acuan untuk memutuskan fakta yang pantas untuk dijadikan berita dan memilih mana yang lebih baik. Kriteria mengenai nilai berita merupakan patokan berarti bagi penulis berita. Dengan kriteria tersebut seseorang dapat mudah mendeteksi mana peristiwa yang perlu ditulis dan mana yang harus dilupakan. Kriteria nilai berita juga sangat penting bagi editor dalam mempertimbangkan dan memutuskan mana berita terpenting dan terbaik untuk dimuat, disiarkan, atau ditayangkan melalui medianya kepada masyarakat luas.

Badjuri (2010: 86) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi kriteria utama dalam penulisan berita yang baik yaitu:

1. Akurasi, merupakan kaidah-kaidah penulisan berita dalam pengertian modern, yaitu laporan harus bersifat factual, akurasi, objektif, dan seimbang. Sebagai penjabaran akurasi, muncul penjabaran 5W +1H (what, when, who, where, why dan how).

2. Objektif, yaitu berita harus merupakan laporan factual tentang suatu peristiwa seperti apa adanya, tetapi tentu saja sejauh hal ini dimungkinkan, sebab wartawanpun memiliki keterbatasan.

3. Berimbang, yakni berita merupakan laporan yang objektif termasuk tidak tidak memihak kepentingan kelompok tertentu. Sifat berimbang ini perlu dijaga agar berita tidak menyesatkan pembaca dan tidak dugugat oleh pihak yang merasa dirinya dirugikan.

Kriteria umum nilai berita, menurut Brian S. Brooks dalam (Haris, 2006:

80) menunjuk pada beberapa hal . Beberapa pakar lain menyebutkan ketertarikan manusiawi, dan dalam segala dimensi dan manifestasinya, juga termasuk dalam kriteria umum nilai yang harus diperhatikan antara lain:

1. Keluarbiasaan Berita adalah sesuatu yang luar biasa. Untuk menunjukan bahwa berita bukanlah suatu peristiwa biasa, Lord Northchifle, pujangga dan editor di Inggris abad 18, dikutip oleh para teoritis dan praktisi.

Lord menegaskan, apabila orang digigit anjing maka itu bukanlah berita. Tetapi sebaliknya apabila orang menggigit anjing, maka itulah berita. Prinsip seperti ini hingga kini masih berlaku dan dijadikan acuan dalam penulisan berita.

Kalangan praktisi jurnalistik sangat meyakini, semakin besar suatu peristiwa, semakin besar pula nilai berita ditimbulkannya. Nilai berita peristiwa luar biasa, paling tidak dapat dilihat dari lima aspek : lokasi peristiwa, waktu peristiwa itu terjadi, jumlah korban, daya kejut peristiwa, dan dampak yang ditimbulkan peristiwa tersebut, baik dalam bentuk jiwa dan harta, maupun dalam menyangkut kemungkinan perubahan aktivitas kehidupan masyarakat.

2. Aktual Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru terjadi. Secara sederhana aktual berarti menunjuk pada peristiwa yang baru atau yang sedang terjadi. Berita adalah apa yang terjadi hari ini, apa yang masih belum diketahui tentang apa yang akan terjadi hari ini, atau adanya opini sebelumnya sehingga opini itu 2. Aktual Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru terjadi. Secara sederhana aktual berarti menunjuk pada peristiwa yang baru atau yang sedang terjadi. Berita adalah apa yang terjadi hari ini, apa yang masih belum diketahui tentang apa yang akan terjadi hari ini, atau adanya opini sebelumnya sehingga opini itu

3. Kedekatan Berita adalah kedekatan. Kedekatan mengandung dua arti. Kedekatan geografis dan kedekatan psikologis. Kedekatan geografis menunjuk pada suatu peristiwa atau berita yang terjadi disekitar tempat tinggal kita. Semakin dekat suatu peristiwa yang terjadi dengan domisili kita, maka semakin terusik dan semakin tertarik kita untuk menyimak dan mengikutinya.. peristiwa kerusuhan yang terjadi di Bandung, Jawa Barat misalnya, akan lebih dulu dan lebih banyak menarik perhatian warga Bandung dari pada warga Surabaya, Jawa Timur. Begitu juga sebaliknya.

Kedekatan psikologis lebih banyak ditentukan oleh tingkat keterikatan pikiran, perasaan atau kejiwaan seseorang dengan suatu objek peristiwa atau berita. Sebagai contoh, Mahasiswa asal Ambon yang sedang kuliah di Bandung akan lebih dulu tertarik dan lebih banyak membaca berita tentang kerusushan Ambon dari pada mahasiswa asal Surabaya yang sedang sama-sama kuliah di Bandung atau mahasiswa yang asli orang Bandung sendiri.

4. Kebaruan Berita adalah semua apa yang baru. Berita adalah apa saja yang disebut hasil karya terbaru, seperti motor baru, mobil baru, gedung baru, walikota baru, gubernur baru, apapun namanya, pasti memiliki nilai berita. Sejarah tak pernah berulang kata orang Prancis. Kamis hari ini, bukanlah kamis sebelumnya. Namun 4. Kebaruan Berita adalah semua apa yang baru. Berita adalah apa saja yang disebut hasil karya terbaru, seperti motor baru, mobil baru, gedung baru, walikota baru, gubernur baru, apapun namanya, pasti memiliki nilai berita. Sejarah tak pernah berulang kata orang Prancis. Kamis hari ini, bukanlah kamis sebelumnya. Namun

Apa saja perubahan penting yang terjadi dan dianggap berarti, dari soal pemilihan kepala desa hingga pemilihan presiden (termasuk pemilihan presiden mahasiswa di kampus), merupakan berita.

5. Akibat Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas. Suatu peristiwa tidak jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupan. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tarif angkutan umum, tarif telepon, bagaimanapun sangat berpengaruh terhadap anggaran keungan semua lapisan masyarakat. Apa saja yang menimbulkan akibat yang sangat berarti bagi masyarakat, itulah berita. Semakin besar dampak sosial budaya ekonomi atau politik yang ditimbulkannya, maka semakin besar nilai berita yang dikandungnya.

Dalam memperoleh dan menyajikan berita-berita atau laporan peristiwa yang aktual ini, media massa mengarahkan semua sumber daya yang dimilikinya mulai dari wartawan sampai kepada daya dukung peralatan paling modern dan canggih untuk menjangkau narasumber dan melaporkan pada masyarakat luas dan secepat mungkin. Aktualitas adalah salah satu ciri utama media massa.

Berita adalah apa yang terjadi hari ini, apa yang masih belum diketahui tentang apa yang akan terjadi hari ini, atau adanya opini berupa pandangan dan penilaian yang berbeda dengan opini sebelumnya sehingga opini itu mengandung informasi penting dan berarti. Korupsi, manipulasi, penyelewengan, penggelapan, Berita adalah apa yang terjadi hari ini, apa yang masih belum diketahui tentang apa yang akan terjadi hari ini, atau adanya opini berupa pandangan dan penilaian yang berbeda dengan opini sebelumnya sehingga opini itu mengandung informasi penting dan berarti. Korupsi, manipulasi, penyelewengan, penggelapan,

a. Aktualitas Kalender Semua orang tahu, 21 April Hari Kartini, 2 Mei Hari Pendidikan Nasional. Atau 22 Mei Hari Kebangkitan Nasional. Pada hari itu atau beberapa hari menjelang hari-hari itu, pers dan media massa nasional selalu menganggap penting menurunkan tulisan, ulasan, laporan, siaran, atau tayangan acara mengenai beberapa hal yang berarti berkaitan langsung dengan hari bersejarah tersebut. Itulah yang disebut aktualitas kalender.

b. Aktualitas Waktu Berita adalah laporan tercepat yang disiarkan surat kabar dan media massa lain seperti radio dan televisi mengenai opini atau fakta, atau kedua-duanya, yang menarik perhatian dan dianggap penting oleh sebagian besar khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa. Sebagai contoh, berita tentang bencana alam seperti gempa atau banjir selalu mendapat tempat dan waktu utama dalam pemberitaan media massa.

c. Aktualitas Masalah Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa korupsi, manipulasi, pencurian, perampokkan, dan pemerkosaan merupakan persoalan usang. Sejak peradaban manusia terbentu, kasus-kasus seperti itu sudah ada. Jadi dilihat dari tema masalahnya, semua tak ada yang baru. Semuanya sudah kadarluasa, out of date. Hanya dilihat dari kemunculan, pengaruh, dan orang-orang yang mempengaruhinya, masalah itu dikategorikan tetap dan senantiasa aktual.

Menarik juga untuk diteliti, mengapa kasus seperti perampokkan, pembunuhan, pemerkosaan, selalu terus berulang? Tapi soal itu, biarlah para kriminolog yang membahasnya.

2.9 Unsur Berita Berdasarkan 5W+1H

Kelengkapan atau keutuhan suatu berita dapat terlihat jika di dalamnnya sudah termuat unsur berita yaitu Adiksimba. Istilah adiksimba memang masih asing atau kurang akrab, tetapi belakangan ini beberapa sekolah dan peneliti sudah menggunakan istilah tersebut dalam penelitiannya. Dalam berita terdapat 6 unsur berita yang disingkat menjadi 5W + 1H (What, Who, Where, When, Why, dan How ). Berikut adalah arti dari masing-masing istilah tersebut:

1) What (apa): Artinya, apa yang tengah terjadi. Peristiwa atau kejadian apa yang sedang terjadi dalam berita.

2) Who (siapa): Artinya, siapa pelaku kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam berita.

3) Where (dimana): Artinya, dimana peristiwa atau kejadian berita yang sedang berlangsung.

4) When (kapan): Artinya, kapan peristiwa atau kejadian berita itu terjadi.

5) Why (mengapa): Artinya, mengapa kejadian yang ada dalam berita itu bisa terjadi.

6) How (bagaimana): Artinya, bagaimana kejadian yang ada dalam berita itu bisa berlangsung.

2.10Pembelajaran Memahami Berita di SMP Kelas VIII Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Standar kompetensi diwujudkan dalam kompetensi dasar: menemukan masalah utama dari beberapa berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif. Kompetensi dasar diwujudkan dalam indikator hasil belajar: (1) Siswa mampu mendata masalah-masalah dari tiap-tiap berita;

(2) Siswa mampu menentukan masalah utama dari tiap-tiap berita; pendapat dalam diskusi dengan etika yang baik dan argumentatif.

Berita adalah peristiwa atau kejadian yang mengandung hal yang menarik, luar biasa, dan terkini (baru). Suatu peristiwa/kejadian disebut berita apabila sudah dilaporkan. Setiap berita, yang didengar baik dari media cetak maupun elektronik mengandung pokok-pokok berita. Pada kegiatan pembelajaran menyimak isi berita, siswa dilatih untuk menentukan pokok-pokok berita, menentukan inti sari berita, serta menyimpulkan isi berita yang didengarkan.

Dalam buku pelajaran bahasa Indonesia Cermat Berbahasa 1 Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dijelaskan bahwa agar memudahkan siswa dalam menentukan pokok-pokok berita yaitu dengan mengujinya menggunakan pertanyaan. Sebuah berita setidaknya memuat informasi yang dapat menjawab pertanyaan unsur 5W+1H. Adapun unsur- unsur tersebut yaitu sebagai berikut.

1. What (apa)

Apa yang terjadi?

2. Where (dimana)

Di mana peristiwa itu terjadi?

3. Who (siapa) Siapa yang mengalami peristiwa tersebut?

4. Why (mengapa)

Mengapa hal itu bisa terjadi?

5. When (kapan)

Kapan peristiwa itu terjadi?

6. How (bagaimana) Bagaimana peristiwa itu terjadi? Selain menentukan masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif siswa juga dilatih untuk menentukan inti sari berita. Inti sari dapat diketahui dengan cara menggabungkan pokok-pokok isi berita itu menjadi satu paragraf.

Salah satu ukuran keberhasilan seseorang menyerap informasi berita adalah ketika ia mampu menuliskan isi berita tersebut dengan kata-katanya sendiri dengan tepat. Namun, hal ini tidak berarti orang tersebut harus menulis berita yang didengar sama persis. Tetapi, cukup hanya mengambil inti dari berita yang didengarnya, kemudian menuliskannya ke dalam beberapa kalimat dengan bahasa yang ringkas, runtut, dan komunikatif.

Berita yang dibaca pada umumnya berbentuk rangkaian kalimat yang panjang dan kompleks. Akan tetapi, kita dapat menyimpulkan isinya lewat beberapa kalimat saja dengan suatu teknik. Teknik yang bisa dilakukan agar bisa menyimpulkan isi berita dengan baik adalah dengan menjawab sejumlah pertanyaan yang sesuai dengan konsep 5W+1H (what, where, who, why, when how ), karena jawaban dari pertanyaan itulah yang menjadi inti dari teks berita.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif yaitu memberikan gambaran secara objektif tentang kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa dalam menemukan masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yakni dilakukan secara langsung di sekolah sebagai tempat penelitian dan siswa sebagai objek penelitian. Selanjutnya data yang diperoleh akan diolah berdasarkan prinsip statistik.

3.3 Populasi