Intervensi produktif 4 kayu Evaluasi Pengelolaan Hutan Rakyat di Desa Matiti, Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan

kuantitas dan lebih bagus dalam hal kualitasnya daripada kemenyan yang ditanam. Alasan ini yang menyebabkan para petani kemenyan tidak membudidayakan kemenyan di lahan hutan rakyat mereka.

e. Intervensi produktif 3 HHBK berupa satwa

Untuk kegiatan pemanfaatan HHBK yang berasal dari hewan belum ada peraturan yang ditetapkan untuk menjaga kelestarian ekosistem di hutan rakyat oleh KSU Hutan Mas sebagai kelompok pengelola hutan rakyat. Hal ini disebabkan karena HHBK berupa satwa sangat jarang dimanfaatkan dari hutan rakyat di Desa Matiti oleh pemiliknya. Potensi HHBK yang berasal dari hewan yang ada di hutan rakyat di Desa Matiti adalah berupa hewan buruan seperti babi hutan. Sedangkan satwa yang lain seperti burung, kancil, atau ular yang ada di hutan rakyat tidak diburu. Dari keseluruhan anggota KSU Hutan Mas pemilik hutan rakyat, hanya satu orang yang memanfaatkan HHBK berupa hewan buruan jenis babi hutan. Namun intensitas kegiatan berburu ini sangat jarang karena dikerjakan berdasarkan hobi bukan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

f. Intervensi produktif 4 kayu

Kegiatan pengelolaan hutan rakyat yang ada di Desa Matiti saat ini belum berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Pembukaan lahan hutan belum dilakukan karena terkendala dalam hal modal dan pengurusan surat keterangan asal-usul kayu SKAU yang belum diperoleh dari Dinas Kehutanan setempat. Kendala ini menyebabkan para pemilik hutan rakyat belum berani membuka kawasan hutannya untuk dipasarkan melalui koperasi sehingga penanaman juga belum berjalan. Universitas Sumatera Utara Pemanfaatan kayu yang berasal dari hutan rakyat yang dikelola oleh KSU Hutan Mas di Desa Matiti saat ini hanya dalam skala kecil untuk keperluan rumah tangga pemilik hutan rakyat seperti untuk kayu bakar dan kayu bangunan. Belum dilakukan pemanenan kayu untuk dipasarkan demi meningkatkan kondisi ekonomi pemilik hutan rakyat. Potensi kayu yang ada di hutan rakyat di Desa Matiti sebenarnya sangat menguntungkan secara ekonomi. Sebelum tergabung dengan KSU Hutan Mas, sebagian masyarakat pernah memanen kayu dari lahan hutan rakyat mereka dengan sistem borongan. Sistem ini dilakukan apabila masyarakat membutuhkan dana untuk hal penting yang mendadak. Caranya adalah dengan memborongkan pohon yang tumbuh di lahan yang mereka miliki kepada pemborong. Teknik pemanenan yang dilakukan adalah dengan tebang habis. Berdasarkan pengalaman masyarakat, hasil yang diperoleh sebanyak Rp 100.000pohon. Berdirinya KSU Hutan Mas sebagai kelompok pengelola hutan rakyat di Desa Matiti menanggapi keinginan masyarakat untuk bisa mengelola hutan rakyat yang mereka miliki dengan keuntungan yang lebih besar serta kelestarian hutan yang tetap terjaga. Dari hasil percobaan pemanenan yang dilakukan koperasi di lahan seluas 1 Ha dengan sistem tebang pilih, keuntungan ekonomi yang diperoleh meningkat menjadi Rp 250.000kubik. Rencana pengelolaan hutan rakyat oleh KSU Hutan Mas di Desa Matiti menjadi pilihan utama yang lebih menjanjikan dibandingkan pengalaman masyarakat mengelola dengan sistem borongan. Universitas Sumatera Utara Dari sisi kelestarian hutan, hutan rakyat di Desa Matiti ini terbilang masih terjaga kelestariannya karena semenjak dikelola dibawah naungan KSU Hutan Mas, belum pernah dilakukan pemanenan untuk dipasarkan. Bahkan dengan skenario pengelolaan yang direncanakan, kelestarian hutan cukup terjaga dengan sistem tebang pilih serta penanaman kembali dengan sistem tebang 1 tanam 5 jika dibandingkan dengan sistem borongan dengan teknik tebang habis. Hutan rakyat di Desa Matiti yang tersebar di beberapa tempat dengan luas total 47 Ha ini ditumbuhi jenis pohon seperti kemenyan Styrax sumatrana J.J.SM, meranti Shorea sp., pinus Pinus merkusii, sampinur bunga Podocarpus imbricata BL, dan sampinur tali Dacrydium junghuhnii.

g. Kesehatan hutan 1 keanekaragaman hayati