Sebagian petani ada juga yang menerapkan sistem agroforestri dengan menanam kopi diantara pohon-pohon di dalam hutan rakyat yang mereka miliki. Namun
tanaman kopi ini ditanam dalam jumlah yang sedikit dan hasilnya pun tidak banyak. Oleh karena belum terlaksananya pemanenan kayu dari hutan rakyat,
pemilik hutan rakyat yang memilih bertani saat ini berupaya mengoptimasikan produk pertanian mereka. KSU Hutan Mas yang menaungi mereka pun saat ini
sedang fokus untuk membantu para petani untuk peningkatan kapasitas petani di Desa Matiti khususnya petani kopi dengan mengadakan program Sekolah Lapang
Kopi. Praktek pertanian yang dilakukan oleh pemilik hutan rakyat di Desa Matiti
ini termasuk praktek yang baik untuk kelestarian hutan rakyat. Karena pada praktek pertanian di desa ini dilakukan metode untuk meningkatkan hasil tanpa
memperluas areal budidaya, optimasi hasil pertanian, dan mengembangkan pertanian menetap di daerah yang cocok, tidak perladangan berpindah. Praktek
seperti ini dapat menjaga kelestarian hutan karena para petani fokus untuk mengelola tanaman pertanian di lahan yang menetap agar hasilnya
menguntungkan tanpa memperluas lahan pertaniannya dengan mengkonversi hutan rakyat yang mereka miliki menjadi lahan pertanian.
d. Intervensi produktif 2 HHBK berupa tumbuhan
Produk HHBK yang paling utama yang berasal dari tumbuhan di hutan rakyat di Desa Matiti adalah getah kemenyan. Para pemilik hutan rakyat yang
tergabung di KSU Hutan Mas pada umumnya adalah penyadap getah kemenyan.
Universitas Sumatera Utara
Kemenyan Styrax sumatrana J.J.SM menjadi tumbuhan paling dominan di seluruh lahan hutan rakyat di Desa Matiti.
Selain kemenyan, dahulu rotan juga diambil masyarakat dari hutan rakyat di Desa ini. Namun saat ini tidak ada lagi masyarakat yang mengambil rotan
karena jumlahnya sudah sangat sedikit karena tidak ada upaya peremajaan berupa penanaman bibit baru yang dilakukan agar pemanfaatan rotan tersebut bisa terus
berlangsung dari hutan rakyat.
Gambar 3. Pemanenan HHBK getah kemenyan
Berbeda dengan rotan, kemenyan tetap bisa terus dimanfaatkan getahnya meskipun masyarakat yang memanfaatkannya juga tidak membudidayakannya.
Kemenyan di hutan rakyat di Desa Matiti tumbuh secara alami. Hanya dilakukan perawatan terhadap anakan-anakan kemenyan agar dapat tumbuh besar.
Berdasarkan pengalaman masyarakat petani kemenyan di Desa Matiti, kemenyan yang tumbuh secara alami menghasilkan getah yang lebih banyak dalam hal
Universitas Sumatera Utara
kuantitas dan lebih bagus dalam hal kualitasnya daripada kemenyan yang ditanam. Alasan ini yang menyebabkan para petani kemenyan tidak
membudidayakan kemenyan di lahan hutan rakyat mereka.
e. Intervensi produktif 3 HHBK berupa satwa
Untuk kegiatan pemanfaatan HHBK yang berasal dari hewan belum ada peraturan yang ditetapkan untuk menjaga kelestarian ekosistem di hutan rakyat
oleh KSU Hutan Mas sebagai kelompok pengelola hutan rakyat. Hal ini disebabkan karena HHBK berupa satwa sangat jarang dimanfaatkan dari hutan
rakyat di Desa Matiti oleh pemiliknya. Potensi HHBK yang berasal dari hewan yang ada di hutan rakyat di Desa Matiti adalah berupa hewan buruan seperti babi
hutan. Sedangkan satwa yang lain seperti burung, kancil, atau ular yang ada di hutan rakyat tidak diburu. Dari keseluruhan anggota KSU Hutan Mas pemilik
hutan rakyat, hanya satu orang yang memanfaatkan HHBK berupa hewan buruan jenis babi hutan. Namun intensitas kegiatan berburu ini sangat jarang karena
dikerjakan berdasarkan hobi bukan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
f. Intervensi produktif 4 kayu