Pengelolaan fungsi ekosistem daratan, air dan api Intervensi produktif 1 pertanian dan agroforestri

tetap terjaga selaras dengan meningkatnya kondisi perekonomian pemilik hutan rakyat.

b. Pengelolaan fungsi ekosistem daratan, air dan api

Pengelolaan fungsi ekosistem di Desa Matiti oleh anggota KSU Hutan Mas pemilik hutan rakyat merupakan suatu hal yang sangat penting selain pengelolaan pohon di lahan hutan rakyat itu sendiri. Pengelolaan fungsi ekosistem yang dinilai adalah bagaimana carapraktek pengelolaan tanah yang dilakukan, bagaimana pengelolaan dalam menjaga sumber daya air, dan pengelolaan api dalam pembukaan lahan. Hutan rakyat di Desa Matiti belum dikelola sepenuhnya, keadaan hutan masing-masing anggota KSU Hutan Mas masih ditumbuhi tegakan alami. Belum dilakukan pembukaan lahan dan pengelolaan tanah untuk budidaya pohon semenjak berdirinya KSU Hutan Mas. Oleh karena itu, pengelolaan yang dilakukan di kawasan hutan rakyat di Desa Matiti hanya terkait pengelolaan dalam menjaga sumber daya air. Sedangkan terkait pengelolaan tanah dan api masih belum dilaksanakan. Sumber daya air yang ada di kawasan hutan rakyat di Desa Matiti adalah aliran-aliran air yang kecil yang kemungkinan merupakan anak-anak sungai yang mengalir ke Sungai Aek Sibundong karena daerah Desa Matiti merupakan bagian dari DAS Sibundong. Tidak semua lahan hutan rakyat milik anggota KSU Hutan Mas yang dilintasi aliran anak sungai. Aliran ini hanya melintasi beberapa lahan hutan rakyat yang dimiliki oleh anggota KSU Hutan Mas. Namun para anggota Universitas Sumatera Utara yang memiliki hutan rakyat paham dan menyadari bahwa sumber daya air ini perlu dijaga agar tetap mengalir dan tidak kekeringan. Kepedulian seluruh anggota pemilik hutan rakyat dalam menjaga kelestarian hutannya menjadi bentuk pengelolaan sumber daya air yang dilakukan karena dengan terjaminnya kelestarian hutan tentunya juga akan menjaga kelestarian sumber daya air di kawasan hutan rakyat di Desa Matiti.

c. Intervensi produktif 1 pertanian dan agroforestri

Penduduk Desa Matiti khususnya anggota KSU Hutan Mas pemilik hutan rakyat pada umumnya tidak mengelola lahan hutan untuk pertanian. Sebagian besar dari mereka bekerja setiap hari mengumpulkan HHBK berupa getah kemenyan dari lahan hutan rakyat yang mereka miliki. Sedangkan sebagian lagi bertani kopi atau cabai di luar lahan hutan rakyat disebabkan hasil getah kemenyan yang semakin menurun setiap tahunnya. Gambar 2. Lahan pertanian kopi masyarakat di Desa Matiti Umumnya di Desa Matiti tidak dipraktekkan perladangan berpindah. Tanaman kopi atau cabai biasanya ditanam di lahan pertanian yang tetap. Universitas Sumatera Utara Sebagian petani ada juga yang menerapkan sistem agroforestri dengan menanam kopi diantara pohon-pohon di dalam hutan rakyat yang mereka miliki. Namun tanaman kopi ini ditanam dalam jumlah yang sedikit dan hasilnya pun tidak banyak. Oleh karena belum terlaksananya pemanenan kayu dari hutan rakyat, pemilik hutan rakyat yang memilih bertani saat ini berupaya mengoptimasikan produk pertanian mereka. KSU Hutan Mas yang menaungi mereka pun saat ini sedang fokus untuk membantu para petani untuk peningkatan kapasitas petani di Desa Matiti khususnya petani kopi dengan mengadakan program Sekolah Lapang Kopi. Praktek pertanian yang dilakukan oleh pemilik hutan rakyat di Desa Matiti ini termasuk praktek yang baik untuk kelestarian hutan rakyat. Karena pada praktek pertanian di desa ini dilakukan metode untuk meningkatkan hasil tanpa memperluas areal budidaya, optimasi hasil pertanian, dan mengembangkan pertanian menetap di daerah yang cocok, tidak perladangan berpindah. Praktek seperti ini dapat menjaga kelestarian hutan karena para petani fokus untuk mengelola tanaman pertanian di lahan yang menetap agar hasilnya menguntungkan tanpa memperluas lahan pertaniannya dengan mengkonversi hutan rakyat yang mereka miliki menjadi lahan pertanian.

d. Intervensi produktif 2 HHBK berupa tumbuhan