Keanekaragaman bentang alam fragmentasi dan mozaik

i. Keanekaragaman bentang alam fragmentasi dan mozaik

Isu pembukaan wilayah hutan dan konversi hutan menjadi lahan pertanian pada pengelolaan hutan rakyat di Desa Matiti dihindari dan dilarang oleh pihak KSU Hutan Mas terhadap anggotanya. Pemanfaatan hutan rakyat di Desa Matiti terfokus pada pemanfaatan kemenyan yang telah dilakukan turun-temurun. Oleh karena itu, hutan yang terdapat di Desa Matiti umumnya adalah hutan yang diwariskan sehingga para pemilik hutan rakyat yang ada saat ini sangat menjaga keberadaan hutan dari pengalihfungsian menjadi lahan pertanian. Pemeliharaan suatu mozaik dalam habitat alami menjaga keberadaan jenis- jenis yang saling melengkapi secara alami di dalam hutan rakyat di Desa Matiti. Pemeliharaan terhadap tanaman kehutanan yang dianggap penting bagi masyarakat di desa tersebut akan memberikan perlindungan yang maksimal terhadap terciptanya keanekaragaman bentang alamnya. Terlebih lagi terhadap jenis-jenis tanaman kehutanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti sampinur bunga Podocarpus imbricata BL, dan sampinur tali Dacrydium junghuhnii yang perlu diberi perlakuan khusus sebagai aset yang berharga dalam meningkatkan pendapatan pemilik hutan rakyat jika nanti pengelolaan hutan rakyat di Desa Matiti sudah bisa berjalan. Kriteria Lingkungan Eksternal Mendukung PHML a. Hubungan dengan pihak ketiga Hubungan dengan pihak ketiga merupakan hal yang sangat penting dalam pengelolaan hutan rakyat untuk menciptakan pengelolaan hutan yang lestari dan Universitas Sumatera Utara berkesinambungan. Komunikasi yang baik antara pihak pengurus KSU Hutan Mas sebagai kelompok pengelola hutan rakyat di Desa Matiti dengan pihak ketiga merupakan hal yang sangat penting dijalin dalam hubungan tersebut. Pada awal pembentukan dan perencanaan kegiatan KSU Hutan Mas, ada banyak pihak ketiga sebagai mitra kerja yang berasal dari berbagai stakeholder. Dari Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan, KSU Hutan Mas didukung oleh Dinas Kehutanan, Dinas Pertanian, Dinas Perizinan Terpadu, dan Dinas PERINDAKOP. Sedangkan dari Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, kelompok pengelola hutan rakyat di Desa Matiti ini didukung oleh KPHSU Kelompok Penyelamat Hutan Sumatera Utara, KPHTB Kelompok Penyelamat Hutan Tano Batak, dan SSS PUNDI. Saat ini kegiatan pengelolaan hutan rakyat di Desa Matiti tidak berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Tata usaha kayu di KSU Hutan Mas tidak dapat dijalankan karena terkendala lambatnya pengurusan SKAU Surat Keterangan Asal Usul untuk pengangkutan dan pemasaran kayu dari Dinas Kehutanan Kabupaten Humbang Hasundutan serta kurangnya modal untuk melaksanakan kegiatan. Sedangkan hubungan KSU Hutan Mas dengan stakeholder lain seperti KPHSU tetap berjalan dengan baik. Hal ini menunjukkan pada tahap perencanaan banyak 5 stakeholder yang menjadi mendukung pengelolaan hutan oleh masyarakat secara lestari PHML di Desa Matiti dengan memberi bantuan penyuluhan dan pelatihan. Namun pada tahap pelaksanaan pengelolaan hanya KPHSU satu-satunya stakeholder yang tetap mendampingi pengelolaan hutan rakyat di Desa Matiti. Oleh karena itu KSU Hutan Mas masih sangat Universitas Sumatera Utara membutuhkan bantuan untuk perencanaan pengembangan program pengelolaan hutan rakyat di Desa Matiti khususnya pemanduan tentang pengurusan izin penebangan dan pajak dalam jual beli kayu rakyat.

b. Kebijakan dan kerangka hukum tidak termasuk status kepemilikan