Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi Hubungan antara Stres dengan Kejadian Hipertensi

69 BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN

5.1 Hubungan antara Umur dengan Kejadian Hipertensi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kasus, terdapat umur 31 sebanyak 65 responden 94,2 dan umur ≤ 31 sebanyak 4 responden 5,8. Sedangkan pada kontrol, responden yang memiliki umur 31 sebanyak 57 responden 82,6 dan yang memiliki umur ≤ 31 sebanyak 12 responden 17,4. Berdasarkan uji kai kuadrat diperoleh p value = 0,033 0,05, yang artinya ada hubungan yang signifikan antara umur dengan hipertensi. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Setiawan Dalimartha 2008: 22, bahwa penyakit hipertensi paling dominant pada kelompok umur 31-55 tahun. Hal ini dikarenakan seiring bertambahnya usia, tekanan darah akan cenderung meningkat. Penyakit hipertensi umumnya berkembang pada saat umur seseorang mencapai paruh baya yakni cenderung meningkat khususnya yang berusia lebih dari 40 tahun bahkan pada usia lebih dari 60 tahun ke atas. Pada umumnya, hipertensi menyerang pria pada usia di atas 31 tahun, sedangkan pada wanita terjadi setelah usia 45 tahun menopause Setiawan Dalimartha, 2008: 22.

5.2 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kasus, yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 27 responden 39,1 dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 42 responden 60,9. Sedangkan pada kontrol, responden 70 yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 23 responden 33.3 dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 46 responden 66,7. Berdasarkan uji kai kuadrat diperoleh nilai p value = 0,479 0,05, yang artinya tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan hipertensi. Hal ini berarti responden yang berjenis kelamin perempuan dan yang berjenis kelamin laki-laki mempunyai risiko relatif sama, karena menurut Santoso Karokaro dokter spesialis jantung RS Harapan Kita pada saat acara peringatan hari hipertensi dunia di Jakarta, bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai peluang relatif sama menderita hipertensi, yang kemungkinan disebabkan bahwa mayoritas perempuan pada saat ini telah bekerja, sehingga dapat mempengaruhi keadaan psikologis, misalnya stres. Dengan keadaan tersebut akan meningkatkan risiko terkena hipertensi. Sejalan dengan bertambahnya usia, tekanan darah seseorang menjadi meningkat. Satu dari lima pria yang berusia antara 35-44 tahun memiliki tekanan darah yang tinggi. Prevalensi hipertensi pada pria akan menjadi dua kali lipat pada usia 45-55 tahun. Hal ini dikarenakan karena adanya perubahan hormonal, keadaan stres, kelelahan, dan pola konsumsi makan yang tidak terkontrol. Sedangkan pada wanita, di atas usia 55 tahun mereka berpeluang lebih besar terkena hipertensi. Hal ini dikarenakan pada perempuan meningkat seiring dengan bertambahnya usia yang mana pada perempuan masa premenopause cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi daripada laki-laki Vitahealth, 2004: 26. 71

5.3 Hubungan antara Stres dengan Kejadian Hipertensi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kasus, yang terkena stres tingkat tinggi 60 responden 87,0 dan yang terkena stres tingkat rendah 9 responden 13,0. Sedangkan pada kelompok kontrol, responden yang terkena stres tingkat tinggi 26 responden 37,7 dan yang terkena stres tingkat rendah 43 responden 62,3. Berdasarkan uji kai kuadrat diperoleh nilai p value = 0,001 0,05, yang artinya ada hubungan yang signifikan antara stres dengan hipertensi. Nilai OR= 11,019 artinya responden yang terkena stres mempunyai risiko terkena hipertensi 11,019 kali lebih besar dibandingkan responden yang tidak stres. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lany Gunawan 2001: 18, bahwa stres atau ketegangan jiwa rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres berlangsung cukup lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi.

5.4 Hubungan antara Genetik dengan Kejadian Hipertensi