73
Berdasarkan uji kai kuadrat diperoleh nilai p value = 0,015 0,05, yang artinya ada hubungan yang signifikan antara aktifitas fisik dengan hipertensi.
Olahraga isotonik, seperti bersepeda, jogging, dan aerobik yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah.
Orang yang kurang aktif berolahraga pada umumnya cenderung mengalami kegemukan. Olahraga juga dapat mengurangi atau mencegah obesitas serta
mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Garam akan keluar dari dalam tubuh bersama keringat Setiawan Dalimartha, 2008: 23.
5.6 Hubungan antara Merokok dengan Kejadian Hipertensi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kasus, responden yang berisiko berat 21 responden 30,4 dan yang responden berisiko ringan 48
responden 69,6. Sedangkan pada kontrol, responden yang berisiko berat 17 responden 24,6 dan yang responden berisiko ringan 52 responden 75,4.
Berdasarkan uji kai kuadrat diperoleh nilai p value = 0,736 0,05, yang artinya tidak ada hubungan antara merokok dengan hipertensi. Hal ini berarti responden
yang merokok berisiko berat dengan yang merokok berisiko ringan mempunyai risiko relatif sama. Hal ini mungkin dikarenakan aktifitas fisik dan makanan yang
dikonsumsi responden yang merokok berisiko berat lebih baik daripada yang dikonsumsi responden yang merokok berisiko ringan, sehingga responden
mempunyai risiko sama untuk menderita hipertensi. Hipertensi dapat dirangsang oleh adanya nikotin dalam batang rokok yang
dihisap seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin dapat
74
meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah. Selain itu, nikotin juga dapat menyebabkan terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah
Setiawan Dalimartha, 2008:23. Menurut Lany Gunawan 2001:19 pengaruh lain yang dapat menyebabkan naiknya tekanan darah adalah merokok, karena
merangsang sistem adrenergik dan meningkatkan tekanan darah.
5.7 Hubungan antara Konsumsi Alkohol dengan Hipertensi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok kasus yang berisiko mengkonsumsi alkohol 6 gelasminggu sebanyak 7 responden 10,1 dan
yang tidak berisiko mengkonsumsi alkohol ≤6 gelasminggu sebanyak 62
responden 89,9. Sedangkan pada kontrol, responden yang berisiko mengkonsumsi alkohol 6 gelasminggu sebanyak 3 responden 4,3 dan yang
tidak berisiko mengkonsumsi alkohol ≤6 gelasminggu sebanyak 66 responden
95,7. Berdasarkan uji kai kuadrat diperoleh nilai p value = 0,189 0,05, yang artinya tidak ada hubungan antara konsumsi alkohol dengan hipertensi. Hal
ini berarti responden yang mengkonsumsi alkohol dengan yang tidak mengkonsumsi alkohol mempunyai risiko relatif sama. Hal ini mungkin
dikarenakan aktifitas fisik dan makanan yang dikonsumsi responden yang mengkonsumsi alkohol 6 gelasminggu lebih baik daripada aktifitas fisik dan
makanan yang dikonsumsi responden yang mengkonsumsi alkohol ≤6
gelasminggu, sehingga responden mempunyai risiko sama menderita hipertensi. Mengkonsumsi alkohol secara berlebihan dapat merusak organ hati dapat
menderita sirosis hati dimana organ hati mengkerut dan rusak sehingga fungsinya
75
rusak, meningkatkan tekanan darah, dapat merusak dinding lambung, dan sebagainya. Alkohol mengandung kadar trilgliserida sangat tinggi Berita
Kesehatan PT. Asuransi Jiwa Bakrie, 2006 .
5.8 Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi