76
5.9 Hubungan antara Konsumsi Garam dengan Hipertensi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kasus yang mengonsumsi garam 2400 mghr sebanyak 29 responden 42,0 dan yang
mengkonsumsi garam ≤ 2400 mghr sebanyak 40 responden 58,0. Sedangkan
pada kontrol, responden yang mengkonsumsi garam 2400 mghr sebanyak 43 responden 62,3 dan yang mengkonsumsi garam
≤ 2400 mghr sebanyak 26 responden 37,7. Berdasarkan uji kai kuadarat diperoleh nilai p value = 0,017
0,05, yang artinya ada hubungan yang signifikan antara konsumsi garam dengan hipertensi.
Garam dapur mengandung natrium sekitar 40 sehingga dapat menaikkan tekanan darah. Pada kondisi garam berlebihan normal tubuh manusia
mengkonsumsi tidak lebih dari 2400 mg per hari garam tersebut dapat tubuh menahan terlalu banyak air sehingga volume cairan darah akan meningkat tanpa
disertai penambahan ruang pada pembuluh darah, yang akibatnya akan menambah tekanan darah dalam pembuluh darah Berita Kesehatan PT. Asuransi Jiwa
Bakrie, 2006 .
5.10 Hubungan antara Sosial Ekonomi dengan Hipertensi
Faktor sosial ekonomi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:
5.10.1 Jenis Pekerjaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kasus, jenis pekerjaan swasta 49 responden 71,0 dan yang jenis pekerjaannya PNS 20
responden 29,0. Sedangkan pada kontrol, responden yang jenis pekerjaannya
77
swasta 51 responden 73,9 dan yang jenis pekerjaannya PNS 18 responden 26,1. Berdasarkan uji kai kuadrat diperoleh nilai p value = 0,703 0,05,
yang artinya tidak ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan hipertensi. Hal ini berarti responden yang jenis pekerjaannya swasta dan PNS mempunyai risiko
relatif sama. Hal ini mungkin dikarenakan pada penelitian ini responden yang pekerjaannya swasta maupun PNS mempunyai tingkat stres yang sama, sehingga
risiko untuk terkena hipertensi relatif sama. Hal tersebut tidak sesuai dengan pernyataan menurut Sarwono Waspadji
2001:21, jika status sosial ekonomi rendah maka arus tekanan darah tinggi menjadi lebih tinggi, sedangkan sosial ekonomi berkaitan erat dengan jenis
pekerjaan, dikarenakan jenis pekerjaan tidak hanya merupakan faktor yang berkaitan dengan sosial ekonomi misalnya tingkat pendidikan, dimana dalam
penelitian ini dihasilkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan hipertensi. Tingkat pendidikan berhubungan dengan informasi kesehatan yang
didapat sehingga dapat mempengaruhi status kesehatannya.
5.10.2 Tingkat Pendapatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kasus, tingkat pendapatan
≤ Rp 655.000,00 sebanyak 34 responden 49,3 dan yang tingkat pendapatannya Rp 655.000,00 sebanyak 35 responden 50,7. Sedangkan pada
kontrol, responden yang tingkat pendapatan ≤ Rp 655.000,00 sebanyak 39
responden 36,5 dan yang tingkat pendapatan Rp 655.000,00 sebanyak 30 responden 43,5. Berdasarkan uji kai kuadrat diperoleh nilai p value = 0,394
0,05, yang artinya tidak ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan hipertensi.
78
Hal ini berarti responden yang tingkat pendapatannya rendah dengan yang tingkat pendapatannya tinggi mempunyai risiko relatif sama. Hal ini mungkin
dikarenakan responden yang tingkat pendapatannya ≤ Rp 655.000,00 dengan
responden tingkat pendapatannya Rp 655.000,00 memiliki tingkat stres yang sama, sehingga risiko untuk terkena hipertensi relatif sama.
Hal tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Sarwono Waspadji 2001:21, jika status sosial ekonomi rendah maka arus tekanan darah tinggi menjadi lebih
tinggi, sedangkan sosial ekonomi berkaitan erat dengan tingkat pendapatan.
5.10.3 Tingkat Pendidikan