KEMAMPUAN MENULIS SURAT PERJANJIAN JUAL BELI PADA SISWA KELAS XI SMA SWADHIPA NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011
ABSTRAK
KEMAMPUAN MENULIS SURAT PERJANJIAN JUAL BELI PADA SISWA KELAS XI SMA SWADHIPA NATAR LAMPUNG SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh
Oktarina Lidiawati
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis surat perjanjian jual beli pada siswa kelas XI SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2010/2011. Berdasarkan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan menulis surat perjanjian jual beli pada siswa kelas XI SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2010/2011.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 157 siswa yang tersebar dalam 4 kelas. Dalam penetapan sampel, peneliti menetapkan 25% dari jumlah populasi setiap kelas secara acak sehingga diperoleh jumlah sampel keseluruhan yaitu 40 siswa. Data kemampuan menulis surat perjanjian jual beli ini diambil melalui tes menulis surat perjanjian jual beli.
(2)
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh simpulan bahwa kemampuan siswa menulis surat perjanjian jual beli tergolong baik, yakni dengan skor rata-rata 76,5. Kemampuan siswa dalam menulis surat perjanjian jual beli berdasarkan indikator (a) judul perjanjian tergolong baik, yakni dengan skor rata-rata 82,25; (b) identitas ( penjual dan pembeli) tergolong baik, yakni dengan skor rata-rata 80, (c) ketentuan isi surat tergolong baik, yakni dengan skor rata-rata 81,75, (d) klausul tergolong cukup, yakni dengan skor rata-rata 65,25.
(3)
KEMAMPUAN MENULIS SURAT PERJANJIAN JUAL BELI PADA SISWA KELAS XI SMA SWADHIPA NATAR LAMPUNG SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh
OKTARINA LIDIAWATI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2012
(4)
KEMAMPUAN MENULIS SURAT PERJANJIAN JUAL BELI
PADA SISWA KELAS XI SMA SWADHIPA NATAR
LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011
(Skripsi)
Oleh
Oktarina Lidiawati
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2012
(5)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
MOTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
SANWACANA ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 6
II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemampuan. ... 7
2.2 Konsep Dasar Menulis. ... 7
2.2.1 Pengertian Menulis... 8
2.2.2 Manfaat Kegiatan Menulis ... 8
2.3 Pengertian Surat ... 9
2.4 Jenis Surat ... 10
2.5 Surat Perjanjian ... 17
2.5.1 Surat Perjanjian Jual Beli ... 18
2.5.2 Fungsi Surat Perjanjian ... 20
2.5.3 Syarat-Syarat Surat Perjanjian... 20
2.5.4 Bagian-Bagian Surat Perjanjian ... 21
2.6 Bahasa Surat ... 27
2.6.1 Pemakaian Ejaan Yang Disempurnakan ... 27
2.6.1.1 Huruf Kapital ... 28
2.6.1.2 Pemakaian Tanda Baca ... 29
2.6.1.3 Penulisan Kata ... 30
2.6.2 Kalimat Efektif ... 33
2.6.2.1 Kesepadanan ... 34
2.6.2.2 Keparalelan ... 35
(6)
2.6.2.4 Kehematan ... 36
2.6.2.5 Kecermatan ... 37
2.6.2.6 Kepaduan ... 37
2.6.2.7 Kelogisan ... 38
2.7 Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli ... 38
III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 40
3.2 Populasi dan Sampel ... 40
3.2.1 Populasi ... 40
3.2.2 Sampel ... 41
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 42
3.4 Teknik Analisis Data ... 42
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 48
4.1.1 Data Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli pada Siswa Kelas XI SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 49
4.1.2 Data Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli pada Siswa Kelas XI SMA Swadhipa Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 ditinjau dari Masing-masing Indikator ... 50
4.1.2.1 Indikator Judul Perjanjian ... 50
4.1.2.2 Indikator Identitas (Penjual dan Pembeli) ... 52
4.1.2.3 Indikator Ketentuan Isi Surat ... 53
4.1.2.4 Indikator Klausul ... 54
4.1.3 Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli pada Siswa Kelas IX SMA Swadhipa Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 .. 56
4.1.4 Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli pada Siswa Kelas IX SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011 ditinjau dari Masing-Masing Indikator .. 57
4.1.4.1 Indikator Judul Perjanjian ... 57
4.1.4.2 Indikator Identitas (Penjual dan Pembeli) ... 58
4.1.4.3 Indikator Ketentuan Isi Surat ... 59
4.1.4.4 Indikator Klausul ... 60
4.2 Bahasan Penelitian ... 61
4.2.1 Indikator Judul Perjanjian ... 62
4.2.2 Indikator Identitas (Penjual dan Pembeli) ... 63
4.2.3 Indikator Ketentuan Isi Surat ... 65
4.2.4 Indikator Klausul ... 67
4.3 Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli pada Siswa Kelas XI SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2009/2010 ... 69
V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 71
(7)
DAFTAR PUSTAKA ... 73 LAMPIRAN ... 74
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Daftar Populasi Siswa Kelas XI SMA Swadhipa Natar Lampung
Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 41 3.2 Perhitungan Sampel dari Jumlah Siswa Kelas XI SMA Swadhipa
Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2009/2010 ... 42 3.3 Indikator dan Deskriptor Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual
Beli pada Siswa Kelas XI Swadhipa Natar Lampung Selatan
TahunPelajaran2010/2011 ... 43 3.4 Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Menulis Surat Perjanjian
Jual Beli ... 47
4.5 Data Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli Siswa Kelas XI
SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011 .... 49 4.6 Data Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli Berdasarkan
Indikator Judul Perjanjian Jual Beli ... 50 4.7 Data Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli Berdasarkan
Indikator Identitas (Penjual dan Pembeli) ... 51 4.8 Data Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli Berdaasarkan
Indikaor Ketentuan Isi Surat ... 52 4.9 Data Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli Berdasarkan
Indikator Klausul ... 53 4.10 Hasil Tes Kemampuan Menulis Menulis Surat Perjanjian Jual Beli pada
Siswa Kelas XI SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan
TahunPelajaran2010/2011 ... 54 4.11 Hasil Tes Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli Ditinjau dari
Indikator Judul Perjanjian ... 55 4.12 Hasil Tes Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli Ditinjau dari
(9)
4.13Hasil Tes Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli Ditinjau dari
Indikator Ketentuan Isi Surat ... 57 4.14 Hasil Tes Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli Ditinjau dari
Indikator Klausul ... 58 4.15 Tingkat Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli pada Siswa
Kelas XI SMA Swadhipa NatarTahun Pelajaran 2010/2011 untuk
Masing-masing Indikator... 59
(10)
MOTO
“Dan segala nikmat yang datang padamu (datangnya) dari Allah, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nya lah kamu meminta
pertolongan” (Q.S An-Nahl: 53)
Janganlah menikmati kemalasanmu. Sesuatu akan hilang karena kemalasanmu. Keberhasilan tidak tercapai tanpa kesungguhan dan tekad yang kuat. Cita-cita
merupakan mahkota hati dan motivasi dalam hidup. (Dr. Aidah Al-Qorni)
“Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Usaha dengan keras adalah kemenangan yang hakiki”
(11)
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Nurlaksana E. R., M. Pd. ...
Sekretaris : Eka Sofia Agustina, S.Pd., M. Hum. ...
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Iqbal Hilal, M. Pd. ...
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M. Si. NIP 19600315 198503 1 003
(12)
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur dan bahagia atas segala rahmat yang telah diberikan Allah Subhanawataala. Kupersembahkan karya kecilku ini kepada orang-orang terkasih berikut.
1. Ayahanda dan Ibunda tercinta atas doa, motivasi, pengorbanan, serta kasih sayangnya selama ini.
2. Kakakku Joko Pristi Darlis serta saudara kembarku Oktarini Lidiasari Adikku Devi Triana yang selalu melekatkan cinta dan kasih sayang untukku.
3. Keluarga besarku yang telah menyelipkan senyum dan doa untuk keberhasilanku.
4. Seseorang yang akan menjadi imamku kelak.
5. Almamater yang telah mendewasakanku dalam berfikir, bertutur, dan bertindak serta memberikan pengalaman yang tak terlupakan.
(13)
Judul : KEMAMPUAN MENULIS SURAT PERJANJIAN JUAL BELI PADA SISWA KELAS XI SMA SWADHIPA NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Nama Mahasiswa : Oktarina Lidiawati
Nomor Pokok Mahasiswa : 0643041028
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Dr. Nurlaksana Eko R., M.Pd.
NIP 19640106 198803 1 001 Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd. NIP 19780809 2008801 2 001 2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Drs. Imam Rejana, M.Si. NIP 19480421 197803 1 004
(14)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukananti, Kabupaten Liwa, Lampung Barat pada 10 Oktober 1989. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Andi Rifai dan Ibu Listariana.
Pendidikan yang telah ditempuh penulis yaitu Sekolah Dasar Negeri 1 Sukaraja, Kecamatan Way Tenong, diselesaikan tahun 2000. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Sekincau diselesaikan tahun 2003. dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sumber Jaya pada tahun 2006.
Tahun 2006 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Lampung di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (Non-SPMB). Pada tahun 2009 penulis melakukan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan dari bulan Juli hingga Oktober.
(15)
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada.
1. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan saran, motivasi, dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran hingga akhir penulisan skripsi ini.
2. Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Drs. Iqbal Hilal, M.Pd., selaku Penguji Utama yang telah memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini.. 4. Dra. Ni Nyoman Wetty, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik yang telah
membimbing penulis selama menempuh studi di Universitas Lampung. 5. Dr. Edi Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia dan Daerah, FKIP Universitas Lampung.
6. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
(16)
7. Bapak dan Ibu dosen FKIP Universitas Lampung yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu.
8. Kedua orang tuaku tercinta (Ayahku Andi Rifai dan Ibuku Listariana) yang selalu sabar dan ikhlas memberikan doa, motivasi, dan kasih sayang yang tiada henti kepada penulis.
9. Kakakku Joko Pristi Darlis serta saudara kembarku Oktarini Lidiasari Adikku Devi Triana yang selalu melekatkan cinta dan kasih sayang untukku.
10. Keluarga besarku yang telah menyelipkan senyum dan doa untuk keberhasilanku.
11. Teman-teman terbaikku, Ovin Nurun Nisa ( K’Ovin), Septa Mustikasari Marius (Etha), Mbak Resti, Yenny Yulistia (K’Yeni), Nina Rosliana (Teh Nina), Futikhah (Mbak Puput), Yutriza (Mbak Iyut), Nurul Watifah (Nurul).
12. Semua pihak yang telah ikut berperan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas amal dan kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khusunya dan pembaca pada umumnya. Amin.
Bandarlampung, Oktober 2011 Penulis
(17)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa Degeng (1989). Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan dengan kurikulum 2004 bahwa kompetensi pebelajar bahasa diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu keterampilan membaca, keterampilan berbicara, keterampilan menyimak, dan keterampilan menulis. Salah satu kegiatan berbahasa yang sering dibelajarkan siswa khususnya untuk SMP dan SMA adalah keterampilan menulis. Kemampuan menulis merupakan kegiatan yang sangat esensial, menulis merupakan kegiatan yang komplek karena menulis dituntut untuk mengorganisasikan isi tulisan serta menuangkannya dalam ragam bahasa tulis (Suparno, 2003:36).
Menulis merupakan aktivitas dalam mengemukakan gagasan melalui media bahasa. Salah satu bentuk dalam kegiatan menulis adalah surat-menyurat. Sebagai sarana komunikasi menulis, surat memunyai kelebihan-kelebihan jika
(18)
dibandingkan dengan alat-alat komunikasi lisan. Kelebihan itu antara lain, surat dapat menyampaikan pikiran sesuai dengan kehendak secara lebih lengkap dan tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu, pesan yang dikirim akan sampai pada alamat yang dituju sesuai dengan sumber aslinya, dan lebih ekonomis, pemabaca dapat membacanya berulang-ulang bila dirasa belum memahami isinya, dan dapat diarsipkan. Selain memiliki kelebihan, berkomunikasi dengan surat ada juga kelemahannya yaitu, diperlukan pengonsepan, pengetikan, pengiriman, pengarsipan, pemakaian alat-alat kantor, dan penyedian alat-alat tulis.
Sebagai salah satu sarana bentuk komunikasi tertulis, surat terdiri atas surat pribadi, surat niaga, dan surat dinas. Salah satu jenis surat niaga adalah surat perjanjian, surat perjanjian adalah perjanjian tertulis antara kedua belah pihak yang berjanji dengan tujuan agar kedua belah pihak bersama-sama menepati isi perjanjian yang dibuat (Finoza, 1991, 27). Dalam dunia bisnis, surat tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi tetapi juga memiliki fungsi sebagai hitam diatas putih, misalnya surat perjanjian jual beli. Surat perjanjian jual beli adalah surat persetujuan yang dibuat oleh dua pihak, yaitu pihak penjual dan pihak pembeli untuk melakukan transaksi jual beli suatu barang atau jasa (Honiarti dan Hasanah, 2008:28). Dengan kata lain, perjanjian yang dibuat antara kedua belah pihak yang berjanji dalam jual beli harus mencatat semua transaksi antara penjual dan pembeli termasuk hak dan kewajiban masing-masing pihak. Selain itu, bahasa yang digunakan pun harus sesuai dengan kaidah kebahasaan.
Keterampilan menulis surat, sangat penting untuk dimiliki siswa, karena dengan menulis surat siswa terlatih untuk mengekspresikan ide dan perasaannya dalam
(19)
bentuk tulisan. Selain itu, surat dapat dijadikan sebagai alat untuk membuat membuat kesepakatan atau perjanjian. Dengan demikian, surat perjanjian dapat dijadikan media untuk melatih siswa SMA dalam menulis surat.
Di dalam silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, dijelaskan bahwa standar isi bahan kajian Bahasa dan Sastra di Sekolah Menengah Atas kelas XI terdiri atas dua aspek, yaitu kemampuan berbahasa dan bersastra. Masing-masing keterampilan tersebut terbagi atas subaspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa, yaitu belajar berkomunikasi. pembelajaran sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiannya. Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis, serta menumbuhkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia.
Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia kelas XI semester satu terdapat pokok bahasan menulis surat perjanjian jual beli. Standar kompetensinya (SK) mengungkapkan informasi dalam bentuk proposal, surat dagang dan karangan ilmiah, dangan kompetensi dasar (KD) menulis surat dagang (jual beli). Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran Bahasa dan sastra di Sekolah Menengah Atas untuk kelas XI, yaitu siswa mampu mengungkapkan pengalaman, gagasan, pesan, pendapat, dan perasaan sesuai dengan konteks dan situasi dalam berbagai bentuk. Kemudian
(20)
siswa mampu menulis kreatif dan mampu membuat tanggapan terhadap tulisan kreatif. Untuk meraih tujuan tersebut, pada pembelajaran semester pertama siswa kelas XI SMA diberikan materi menulis proposal, surat dagang, atau karangan ilmiah.
Penelitian tentang surat perjanjian jual beli pernah diteliti sebelumnya oleh beberapa mahasiwa program Bahasa dan Sastra Indonesia, diantaranya Dede Julfah dengan judul Penggunaan Kalimat Pada Surat Perjanjian Jual Beli Siswa Kelas II SMK Negeri 1 Pandeglang Banten Tahun Pelajaran 2002/2003, dan Eka Kurnia dengan judul Kemampuan Memperbaiki Bahasa Pada Surat Perjanjian Jual Beli Pada Siswa Kelas II SMK Mutiara Natar Jurusan Akuntansi Tahun Pelajaran 2004/2005.
Penelitian yang penulis lakukan memiliki persamaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaanya terletak pada objek penelitian yaitu surat perjanjian jual beli, sedangkan perbedaanya, terletak pada kurikulum dan kajian penelitian. Penelitian yang dilakukan Dede Julfah meneliti tentang penggunaan kalimat pada surat perjanjian jual beli, sedangkan Eka Kurnia meneliti tentang memperbaiki bahasa pada surat perjanjian jual beli , dalam penelitian saat ini menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 dan meneliti tentang kemampuan menulis surat perjanjian jual beli.
Penelitian ini berlokasi di SMA Swadhipa Natar yang terletak di jalan Swadhipa 217 Bumisari Natar Kecamatan Natar, Lampung Selatan. Pembelajaran menulis surat perjanjian jual beli di SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan sudah sering dilakukan oleh guru Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Keterampilan
(21)
membuat surat perjanjian jual beli sangat penting dimiliki oleh siswa sebagai bekal keterampilan membuat untuk memasuki dunia kerja, khususnya bidang bisnis. Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui kemampuan siswa menulis surat perjanjian jual beli yang dibuat oleh siswa kelas XI. Sesuai dengan latar belakang tersebut, peneliti merasa perlu mendapatkan informasi tentang menulis surat perjanjian jual beli pada siswa kelas XI SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2010/2011.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalahnya adalah “ Bagaimanakah kemampuan menulis surat perjanjian jual beli pada siswa kelas XI SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011”.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan menulis surat perjanjian jual beli pada siswa kelas XI SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2010/2011.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut. 1. Manfaat teoritis
Secara teoritis dapat menambah referensi mengenai kebahasaan khususnya menulis surat perjanjian jual beli.
(22)
2. Manfaat praktis
a. Informasi bagi guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pada SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan tentang tingkat kemampuan siswanya dalam menulis surat perjanjian jual beli.
b. menambah pengetahuan siswa kelas XI SMA Swadhipa mengenai materi menulis surat perjanjian jual beli.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut.
1) Subjek penelitian adalah siswa kelas XI SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2010/2011.
2) Objek penelitian adalah kemampuan dalam menulis surat perjanjian jual beli.
3) Tempat penelitian ini adalah SMA Swadhipa Natar Lampung selatan yang beralamat di Jalan Swadhipa 217 Bumisari Natar Lampung Selatan.
4) Waktu penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun 2010.
(23)
II. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kemampuan
Kemampuan berarti memiliki kesanggupan, keuletan, dan kecakapan untuk melakukan sesuatu (Depdikbud, 1998:623). Dari pengertian tersebut dapat diuraikan bahwa seseorang mempunyai kemampuan jika dapat menangkap sesuatu, baik yang didengar maupun yang dibaca dan dapat memahami isinya serta mempunyai keahlian dalam mengerjakan sesuatu.
Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan yang dimiliki sesorang untuk berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada pihak lain dengan menggunakan unsur-unsur kesatuan bahasa untuk menyampaikan maksud atau pesan tertentu dalam keadaan yang sesuai (Nababan, 1997:20). Kemampuan adalah daya tangkap, pemahaman, penghayatan, serta keterampilan yang diperlihatkan (Chamdiah, 1987:37).
Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian kemampuan, peneliti mengacu pada pendapat yang menyatakan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, keuletan, dan kecakapan untuk melakukan sesuatu (Depdikbud, 1998:623).
(24)
2.2 Konsep Dasar Menulis
Dalam penelitian subbab ini,akan dijelaskan tentang mengenai konsep dasar menulis yaitu pegertian menulis dan manfaat kegiatan menulis.
2.2.1 Pengertian Menulis
Menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain. Menulis itu ialah suatu proses,yaitu penulisan.Ini berarti kita melakukan kegiatan itu dalam beberapa tahap, yakni tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi (Akhadiah dkk, 1998:2). Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat memebaca lambang-lambang grafik itu (Tarigan, 1992:21). Menulis adalah menyusun atau mengorganisasikan buah pikiran atau ide ke dalam rangkaian kalimat yang logis dan terpadu dalam bahasa yang tertulis (Ambary, 1990:175).
Dari beberapa pendapat tentang pegertian menulis tersebut, peneliti mengacu pada pendapat (Ambary, 1990:175) yang mengatakan bahwa menulis adalah menyusun atau mengorganisasikan buah pikiran atau ide ke dalam rangkaian kalimat yang logis dan terpadu dalam bahasa yang tertulis.
2.2.2 Manfaat Kegiatan Menulis
Menurut Tarigan (1992:1) ada beberapa manfaat kegiatan menulis di antaranya sebagai berikut.
a. Dengan menulis siswa dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi dirinya. Siswa dapat mengetahui sampai di mana pengetahuannya tentang suatu topik. Untuk mengembangkan topik itu siswa terpaksa berpikir, menggali
(25)
pengetahuan dan pengalaman yang terkadang tersimpan di alam bawah sadar, melalui kegiatan menulis siswa mengembangkan gagasan,
b. Kegiatan menulis memaksa siswa lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis. Dengan demikian, kegiatan menulis memperluas wawasan baik secara teoritis maupun fakta-fakta yang berhubungan,
c. Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat,
d. Melalui tulisan siswa akan dapat meninjau gagasan sendiri secara objektif; tugas menulis suatu topik mendorong siswa belajar secara aktif, dan
e. Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan siswa berfikir serta berbahasa secara tertib.
2.3 Pengertian Surat
Surat adalah sarana komunikasi tertulis untuk menyampaikan informasi yang paling tidak melibatkan dua pihak, yaitu pihak pertama pengirim surat, dan pihak kedua penerima surat (Mustakim, 1994:160).
Surat adalah salah satu sarana komunikasi tertulis untuk menyampaikan informasi dari satu pihak (organisasi, orang, atau instansi) kepada pihak lain (Arifin, 1984:2). Y.S Marjo (2008:15) mengatakan bahwa surat adalah alat komunikasi tertulis, atau sarana untuk menyampaikan pernyataan maupun informasi secara tertulis dari pihak satu kepada pihak yang lain. Dengan kata lain surat merupakan salah satu kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam komunikasi tertulis untuk
(26)
menyampaikan informasi. Pihak-pihak yang bersangkutan dalam kegiatan ini dapat perseorangan ataupun organisasi.
2.4 Jenis-Jenis Surat
Adapun jenis-jenis surat diantaranya:
1. Jenis Surat Menurut Sifat Isinya
Surat menurut sifat isinya banyak sekali macamnya. Secara sederhana dapat di kelompokkan dalam bentuk bagan berikut ini:
Menurut jenisnya surat dibedakan menjadi :
a. Surat Pribadi, yaitu surat yang ditulis untuk kepentingan pribadi, bukan untuk surat lembaga atau organisasi. Surat pribadi dibedakan menjadi dua jenis: 1) Surat pribadi kekeluargaan, yakni surat pribadi yang dikirim kepada
anggota keluarga, sanak family, sahabat, kenalan, dan sebagainya.
2) Surat pribadi kedinasan, yakni surat pribadi yang dikirimkan kepada pengurus organisasi, pimpinan instansi, jawatan, perusahaan, dan sebagainya karena ada hubungannya dengan tugas atau pekerjaannya. b. Surat dinas, yaitu surat yang ditulis untuk kepentingan atau menyangkut
masalah lembaga, organisasi, instansi, dan sebagainya. Surat dinas dibedakan menjadi dua jenis:
Sifat Isi Surat
Surat Pribadi Surat Dinas
Kekeluargaan Kedinasan/resmi Swasta
(27)
1) Surat dinas swasta, yakni surat dinas yang dibuat oleh pihak lembaga swasta.
2) Surat dinas pemerintah, yakni surat dinas yang di buat oleh pihak lembaga atau instansi pemerintah.
2. Jenis Surat Menurut Wujudnya
Surat menurut wujudnya banyak sekali macamnya. Secara sederhana dapat di kelompokkan dalam bentuk bagan berikut ini:
Menurut wujudnya surat dapat dibedakan menjadi:
a. Surat biasa, yaitu surat yang dibuat pada lembaran-lembaran kertas dan biasanya dikirim dengan menggunakan sampul surat atau amplop, tetapi ada juga yang tidak menggunakan sampul, misalnya surat edaran.
b. Warkat pos, yaitu surat yang berbentuk sehelai kertas yang telah di cetak sedemikian sehingga kalau dilipat merupakan sebuah amplop.
c. Kartu pos, yaitu segala macam surat yang dibuat diatas kertas karton dengan ukuran minimal 9 cm x 14 cm dan ukuran maksimal 10 cm x 15 cm.
d. Memo dan nota, adalah surat yang berisi suatu pokok masalah/berita yang ditulis secara singkat untuk intern suatu kantor.
e. Telegram, adalah berita yang dikirim dari jarak jauh dengan menggunakan pesawat telegraf atau telexprinter.
Telegram Wujud
Surat
Surat Biasa
Surat kawat Warkat Kartu Pos Memo dan Nota
(28)
f. Surat kawat, yaitu jenis surat biasa yang disusun dengan gaya penulis telegram dan dikirim melalui pos seperti surat biasa.
3. Jenis Surat Menurut Keamanan Isinya
Surat menurut keamanan isinya banyak sekali macamnya. Secara sederhana dapat dikelompokkan dalam bentuk bagan berikut ini:
Menurut keamanan isinya, surat dibedakan menjadi tiga jenis:
a. Surat biasa, yaitu surat yang tidak akan menimbulkan akibat buruk atau yang dapat merugikan nama baik seseorang atau lembaga yang bersangkutan jika isinya terbaca oleh orang lain atau pihak lain.
b. Surat rahasia (konfidensial), yaitu surat yang siinya tidak boleh diketahui oleh pihak lain dan jika terbaca pihak lain maka dapat merugikan nama baik yang bersangkutan. Surat rahasia biasanya digunakan untuk dokumen penting atau berhubungan dengan masalah pribadi.
c. Surat sangat rahasia, yaitu surat yang isinya sangat dirahasiakan dan jika terbaca oleh pihak lain dapat membahayakan keamanan seseorang atau Negara.
4. Jenis Surat Menurut Penyelesaiannya
Surat menurut penyelesaiannya banyak sekali macamnya. Secara sederhana dapat dikelompokkan dalam bentuk bagan berikut ini:
Keamanan Isi Surat
Surat biasa (satu sampul) Surat rahasia (dua sampul) Surat sangat rahasia (tiga) sampul)
(29)
Menurut proses penyelesaiannya, surat dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: a. surat biasa, adalah surat yang isinya biasa atau tidak perlu diselesaikan
secepatnya. Oleh karna itu, penyelesaiannya dilakukan berdasarkan urutan masuknya atau datangnya surat.
b. Surat segera atau penting, adalah surat yang isiya penting atau perlu segera diketahui dan ditanggapi secepatnya oleh si pengirim. Oleh karena itu, peyelesaiannya juga perlu didahulukan dari pada surat biasa.
c. Surat sangat segera atau sangat penting, adalah surat yang isinya harus secepatnya diketahui, ditanggapi, atau diselesaikan oleh pihak penerima. Penyelesaian surat ini harus dilakukan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan didahulukan daripada surat biasa atau surat segera walaupun datangnya lebih akhir.
5. Jenis Surat Menurut Pelayanan Dinas Postel
Surat menurut pelayanan dinas postel banyak sekali macamnya. Secara sederhana dapat dikelompokkan dalam bentuk bagan berikut ini:
Proses Penyelesa iannya
Surat biasa
Surat segera/penting Surat sangat segera / sangat penting
Pelayanan Dinas Postel
Surat pos kilat khusus Surat poscanta
SMS
Surat pos tercatat Surat pospatas Birofak EMS
Surat pos kilat Surat pos biasa
(30)
Menurut pelayanan dinas pos dan telekomunikasi, surat dapat dibedakan menjadi jenis, yaitu:
a. Surat pos biasa, yaitu surat yang pelayanan pengirimnya didasarkan pada urutan masuknya surat dengan biaya sebesar perangko pengiriman biasa. b. Surat pos kilat, yaitu surat yang pelayanannya pengirimannya perlu segera
diselesaikan dengan biaya sebesar perangko pengiriman kilat.
c. Surat kilat khusus, yaitu surat yang pelayanannya pengirimannya diantarkan kepada si penerima 24 jam terhitung setelah jam pemberangkatan alat angkut bagi kantor pos yang tidak langsung.
d. Surat pos tercatat atau terdaftar, yaitu surat yang pengirimannya selalu dimonitor oleh pihak pos. surat ini pun menggunakan resi sebagai tanda bukti telah mengirimkan surat.
e. Surat poscanta (pos cepat antar kota), yaitu surat dengan jenis pelayanan kilat khusus lokal dengan cara mengantarkan surat dalam waktu yang sesingkat-singkatnya untuk kota-kota besar metropolitan.
f. Surat Pospatas (pos cepat antar kota terbatas), yaitu surat dengan pelayanan pengiriman paling cepat antar kota. Pelayanan jenis ini dalam waktu paling lambat 12 jam terhitung dari saat pemberangkatan alat angkut sudah di antar ke alamat penerima.
g. Faksimil, yaitu surat yang pengirimannya melalui tranmisi elektronik yang disebut birofak dengan menggunakan alat telecopier. Berita atau surat yang dikirimkan berupa hasil kopiannya, sehingga berita sampai ditempat tujuan dengan hitungan menit saja. Dengan syarat si penerima mempunyai telecopier dan telah mendaftarkan alamat faksimil.
(31)
h. SMS, yaitu surat pengirimannya melalui alamat telepon dengan cara mengetikkan berita pada monitor HP atau telepon rumah.
i. EMS (exspres mail service), merupakan pelayanan pengiriman surat keluar negeri yang tercepat. Selambat-lambatnya 72 jam setelah jam pemberangkatan pesawat udara, surat sudah diantarkan kepada si penerima.
6. Jenis Surat Menurut Banyaknya Sasaran
Menurut banyaknya sasaran yang hendak dituju, maka jenis surat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Surat biasa, yaitu surat yang dikirimkan hanya kepada seseorang atau alamat tertentu.
b. Surat edaran /sirkulir, yaitu surat yang ditujukan kepada orang atau pejabat tertentu dengan kemungkinannya untuk disampaikan kepada lingkup yang lebih luas.
c. Surat pengumuman, yaitu surat yang ditujukan kepada sejumlah orang atau pejabat, dan lainnya yang namanya sulit untuk disebutkan satu persatu.
7. Jenis Surat Menurut Kejelasan Asalnya
Menurut kejelasan asalnya, jenis surat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a. Surat terang, yaitu surat yang pada sampulnya atau di dalamnya dicantumkan
identitas pengirimnya secara jelas sehingga dapat dikenali oleh si penerima. b. Surat gelap, yaitu surat yang di dalamnya tidak dicantumkan identitas pengirim
(32)
8. Jenis Surat Niaga atau Surat Dagang
Berbicara tentang surat dagang sangat luas ruang lingkupnya. Surat dagang dalam arti yang luas mencakup berbagai macam surat, diantaranya:
1) Surat perkenalan.
2) Surat permintaan penawaran/keterangan daftar barang dan harga. 3) Surat penawaran.
4) Surat pesanan/surat permintaan pengiriman barang. 5) Surat tagihan
6) Surat klaim. 7) Surat tanda bukti.
8) Surat jalan/pemberitahuan pengiriman barang. 9) Surat daftar harga.
Surat-surat dagang lain: 1) Surat pengantar. 2) Surat pemberitahuan. 3) Surat peringatan.
4) Surat pengakuan berhutang. 5) Surat keterangan.
6) Surat perjanjian; juaal beli, sewa beli, kontrak. 7) Iklan.
8) Surat tanda retur. 9) Wesel.
(33)
Berdasarkan jenis-jenis surat di atas, penulis membatasi jenis surat berupa surat perjanjian; jual beli, penulis tertarik dengan jenis surat perjanjian; jual beli karena jenis surat perjanjin; jual beli ini dipelajari di SMA kelas XI semester satu dengan kompetensi dasar berupa menulis surat dagang (jual beli), selain itu surat perjanjian; jual beli memiliki manfaat sebagai salah satu sarana yang dapat merakam informasi secara panjang lebar, terperinci namun tetap ekonomis. Kelebihan lainnya adalah surat bersifat praktis karena dapat menyimpan rahasia, efektif karena informasi yang disampaikan itu asli sesuai dengan sumbernya, ekonomis karena biaya pembuatan dan pengirimannya sangat murah.
2.5 Surat Perjanjian
Surat perjanjian adalah surat yang berisikan pernyataan seseorang, dua orang atau lebih yang mengikat dirinya dengan orang lain untuk melakukan suatu perbuatan hukum, sehingga timbullah hak dan kewajiban antara para pihak yang berjanji. Dengan dibuatnya surat perjanjian, maka janji-janji para pihak yang telah bersepakat terekam dalam tulisan. Janji tersebut bukanlah sekedar janji lisan yang mudah dilupakan. Oleh karena itu, jika ada pihak yang tidak menepati janjinya seperti ketentuan yang telah disepakati, maka surat perjanjian tersebut dapat digunakan sebagai bukti tertulis.
Surat perjanjian itu banyak sekali macamnya. Secara sederhana dapat di kelompokkan dalam bentuk bagan berikut ini:
(34)
Berdasarkan macam-macam surat perjanjian di atas, penulis membatasi jenis surat perjanjian berupa surat perjanjian; jual beli.
2.5.1 Surat Perjanjian Jual Beli
Dalam dunia bisnis atau niaga surat perjanjian jual beli penting untuk menyatakan sah atau tidaknya suatu barang. Surat perjanjian jual beli adalah perjanjian tertulis antara kedua belah pihak yang berjanji dengan tujuan agar kedua belah pihak bersama-sama menepati isi perjanjian yang dibuat (Finoza, 2001:27). Definisi itu menunjukkan ciri khas surat perjanjian sebagai surat yang dibuat oleh dua pihak secara bersama, bahkan seringkali melibatkan pihak ketiga sebagai penguat. Menurut Horniati dan Hasanah (2000:28) surat perjanjian jual beli adalah surat persetujuan yang dibuat oleh dua pihak, yaitu pihak penjual dan pihak pembeli untuk melakukan transaksi jual beli suatu barang atau jasa. Dengan kata lain,
Surat perjanjian Jumlah yang Berjanji Pembuat Surat Perjajian sepihak Dua Pihak Akta Di Bawah Tangan Akta Otentik Hibah wasiat Jual Beli sewa Menyewa Kerja Sama Tukar menukar tenaga Kerja, dll. Tukar Menukar Sewa menyewa, dll.
Pendirian Perusahaan
(35)
perjanjian yang dibuat antara kedua belah pihak yang berjanji dalam jual beli harus mencatat semua transaksi antara penjual dan pembeli termasuk hak dan kewajiban masing-masing pihak. Selain itu, bahasa yang digunakan pun harus sesuai dengan kaidah kebahasaan.
Kemudian menurut Suprapto (2004:317), surat perjanjian jual beli adalah surat perjanjian antara penjual dan pembeli yang berisi pernyataan bahwa pihak penjual berkewajiban menyerahkan suatu barang dan berhak atas harga barang tersebut sedangkan pembeli berkewajiban membayar atas harga barang dan berhak menerima barang tersebut dari penjual.
Dari ketiga pendapat mengenai surat perjanjian jual beli penulis berpedoman pada pendapat Suprapto yang menyatakan surat perjanjian jual beli adalah surat perjanjian antara penjual dan pembeli yang berisi pernyataan bahwa pihak penjual berkewajiban menyerahkan suatu barang dan berhak atas harga barang tersebut sedangkan pembeli berkewajiban membayar atas harga barang dan berhak menerima barang tersebut dari penjual.
Surat perjajnjian ada dua macam, yaitu surat perjanjian (surat akta) dibawah tangan dan (surat akta) otentik (Marjo, 2000:17). Disebut surat perjanjian tangan di bawah tangan apabila surat tersebut di buat oleh pihak-pihak yang bersangkutan, ditandatangani oleh pihak-pihak itu disaksikan sekurang-kurangnya oleh dua saksi, tetapi surat tersebut tidak dibuat di depan pejabat pemerintah yang berwenang (notaris), sedangkan surat perjanjian otentik dibuat sah oleh wakil pemarintah (notaris) ditandatangani oleh pihak-pihak yang mengadakan perjanjian dan para saksi.
(36)
2.5.2 Fungsi Surat Perjanjian Jual Beli
Adapun fungsi surat perjanjian adalah sebagai berikut.
1. Menciptakan ketenangan bagi kedua belah pihak yang berjanji karena terdapatnya kepastian di dalam surat perjanjian,
2. Mengetahui secara jelas batas hak dan kewajiban pihak yang berjanji,
3. Menghindari perselisihan, maksudnya dalam surat perjanjian harus tercantum pasal arbitrase (bahan penyelesai perselisihan atau perkara yang mungkin timbul akibat suatu perjanjian) yang berisi kesepakatan bersama yang menetapkan pengadilan sebagai tempat untuk menyelesaikan perkara jika timbul.
2.5.3 Syarat-Syarat Surat Perjanjian Jual Beli
Surat perjanjian dikatakan sah dan memilki kekuatan hukum jika memenuhi syarat sebagai berikut.
1. Surat perjanjian harus ditulis di atas kertas bersegel atau kertas biasa yang dibubuhi materai.
2. Pembuatan surat perjanjian harus ada rasa ikhlas, rela dan tanpa paksaan; 3. Isi perjanjian harus disetujui oleh kedua pihak yang berjanji.
4. Pihak yang berjanji harus sudah dewasa dan dalam keadaan waras dan sadar. 5. Isi perjanjian harus jelas dan tidak mempunyai peluang untuk ditafsirkan secara
berbeda.
6. Isi surat perjanjian tidak boleh bertentangan dengan undang-undang dan norma susila yang berlaku.
(37)
2.5.4 Bagian-Bagian Surat Perjanjian Jual Beli
Adapun bagian-bagian surat perjanjian antara lain: 1. Judul perjanjian
Judul perjanjian merupakan nama atau hal pokok perjanjian,. Judul ini ditulis di tengah-tengah menggunakan huruf kapital semua.
Contoh:
2. Nama Pihak yang Mengadakan Perjanjian
Nama orang atau badan hukum yang mengadakan perjanjian tertulis dengan didahului kata pendahuluan yang lazim dipergunakan. “ Yang bertandatangan di bawah ini… nama dan jabatan, diikuti dengan tempat tinggal/alamat atau kedudukan”. Apabila nama-nama itu mengenai orang yang digunakan perkataan “bertempat tinggal atau alamat” dan bila mengenai badan hukum atau organisasi digunakan perkataan “berkedudukan“ yang diikuti dengan domisilinya. Selanjutnya apabila nama-nama pihak yang mengadakan perjanjian itu akan disebut dalam pasal-pasal atau alinea-alinea berikutnya dalam surat perjanjian, maka agar lebih singkat manyebutnya, biasanya diadakan singkatan sebagai berikit.
1) Dalam perjanjian pada umumnya, disebut “ pihak kesatu dan kedua”.
2) Dalam perjanjian jual beli lazim disebut “pihak penjual dan pihak pembeli” atau disingkat menjadi “ penjual dan pembeli”.
(38)
Contoh:
3 . Peryataan Pemufakat
Dalam setiap perjanjian yang dibuat harus mengandung pemufakatan misalnya dengan menyatakan ‘’kedua belah pihak telah mengadakan pemufakatan untuk mengadakan perjanjian yang diatur dalam pasal-pasal di bawah ini’’ atau’’dengan ini menyatakan telah sepakat serta setuju untuk mengadakan perjanjian dengan pokok-pokok ketentuan sebagai berikut’’.
Contoh:
4. Isi Perjanjian
Dalam isi perjanjian dikemukakan objek perjanjian, hak-hak dan kewajiban pihak-pihak yang mengadakan perjanjian. Dalam perjanjian jual beli memuat tentang: 1) jenis barang yang diperjuabelikan;
2) harga yang disetujui bersama; 3) cara pembayaran yang dimufakat; 4) waktu pembayaran;
5) cara penyerahan barang;
Yang bertandatangan di bawah ini: 1. nama :
pekerjaan :
alamat :
yang bertindak dan untuk atas nama… (penjual), 2. nama :
pekerjaan :
alamat :
yang bertindak dan untuk atas nama… (pembeli),
Kedua belah pihak telah mengadakan pemufakatan untuk mengadakan perjanjian seperti tersebut dalam pasal-pasal di bawah ini.
(39)
6) waktu penyerahan barang; 7) tempat penyerahan barang.
Contoh:
5. Jangka Waktu Perjanjian
Saat berlaku serta jangka waktu berlakunya perjanjian dan kemungkinan perjanjiannya. Hal ini dapat dinyatakan “ perjanjian ini mulai berlaku … sampai dengan tanggal…” atau “ perjanjian ini mulai berlaku ada tanggal ditandatangani dan berakhirnya sampai ada penarikan kembali”.
Contoh:
6. Domisili
Domisili adalah tempat kedudukan menurut hukum. Domisili ini perlu disebutkan dalam surat penrjanjian, gunanya adalah untuk menentukan wilayah hukum mana yang akan dipergunakan bila timbul suatu perelisihan.
Contoh:
Pasal 1
Pihak pertama menjual kepada pihak kedua 20 unit komputer IBM TX100…
Semua barang diserahkan kepada pembeli di jalan Yos Sudarso No. 45 Kotabumi, tiga hari setelah penandatanganan surat perjanjian jual-beli
serta diasuransikan pada perusahaan asuransi Modern Life.
… persoalan ini akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku, dan kedua belah pihak memilih domosili itu di Jakarta Timur.
(40)
7. Penyelesaian Perselisihan
Penyelesaian perselisihan dalam surat perjanjian biasanya dilakukan dalam dua tingkat. Tingkat pertama yaitu diadakan secara kekeluargaan atau perdamaian dan tingkat kedua adalah secara hukum, yaitu ditunjukkan kepada pengadilan negeri. Contoh:
8. Klausul Penutup (kata penutup)
Klausul ini merupakan bagian terakhir dari surat perjanjian yang lazimnya disusun seperti “surat perjanjian ini dibuat dengan disaksikan oleh “atau” demikianlah perjanjian ini dibuat oleh kedua belah pihak di….pada hari…..tanggal….dengan disaksikan oleh..”
Contoh:
Jakarta, 09 Mei 2002
Pihak kedua, Pihak kesatu,
Munif Mahdiansyah Ahmad Ridwan Saksi-saksi
1. Machfud 2. Sugiarto
Jika dalam perjanjian ini timbul suatu persoalan, pihak pertama dan pihak kedua berusaha menyelesaikan secara kekeluargaan. Namun bila, ternyata gagal, maka persoalan ini akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku.
(41)
Contoh Surat Perjanjian Jual Beli
Berikut ini akan diberikan contoh cara penulisan surat perjanjian jual-beli atas nama pribadi yang sesuai dengan kaidah penulisan secara lengkap dapat dilihat di bawah ini,
Contoh: Surat Perjanjian Jual-Beli
SURAT PERJANJIAN JUAL BELI KOMPUTER
Kami yang bertandatangan di bawah ini: 1. Nama : Ahmad Ridwan
Pekerjaan : Wiraswata
Alamat : JL. Teuku Umar No. 06 Bandar Lampung telp 0721467748
selanjutnya disebut pihak 1 (penjual)
2. Nama : Munif Mahdiansyah Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : JL. Yos Sudarso No. 45 Kotabumi telp 0721467786
dan selanjutnya disebut pihak II (pembeli), sepakat mengadakan perjanjian jual beli komputer dengan ketentuan berikut .
Pasal 1
Penjual telah menjual kepada pembeli dua puluh lima unit komputer IBM Pentium IV @Rp4500.000,00. Jumlah harga seluruh komputer Rp 112.500,00.
Pasal 2
Pembeli membayar uang muka sebesar 50% pada saat penandatanganan surat perjanjian jual beli ini, dan sekaligus sebagai bukti pembayaran atau kuitansi, sedangkan sisanya harus sudah dilunasi satu bulan setelah penyerahan barang.
Pasal 3
Semua barang diserahkan kepada pembeli di Jalan Yos Sudarso No.45 Kotabumi, tiga hari setelah surat perjanjian jual beli didatangani serta diasuransikan pada perusahaan asuransi Modern Life.
(42)
Dede Julfah( 2003:15)
Pasal 4
Jika penjual terlambat menyerahkan barang lebih dari sepuluh hari, pembeli berhak membatalkan pesanan dan penjual harus mengembalikan uang muka bertambah denda 10% sebagai ganti rugi
Pasal 5
Sebaliknya, jika pembeli terlambat menyelesaikan sisa pembayaran, pembeli dikenakan denda 10% per bulan dari jumlah uamg yang belum dilunasi tersebut.
Pasal 6
Jika dalam perjanjian itu timbul suatu persoalan, kedua pihak berusaha menyelesaikan secara kekeluargaan. Namun, bila ternyata gagal, maka persoalan ini akan disesuaikan menurut hukum yang berlaku, dan memilih Bandar Lampung sebagai domosili
Pasal 7
Surat perjanjian jual-beli ini dibuat rangkap dua pada kertas bermaterai dan masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama.
Jakarta, 09 Mei 2002
Pihak kedua, Pihak pertama,
Munif Mahdiansyah Ahmad Ridwan Saksi-saksi:
1. Machfud 2. Sugiarto
(43)
2.6Bahasa Surat
Menurut Arifin (1984:52), bahasa surat adalah bahasa tulis. Oleh karena itu, sebuah surat harus memiliki syarat-syarat bahasa tulis yang diatur menurut tata bahasa dan di susun dalam suatu komposisi yang sesuai dengan kaidah. Adapun syarat-syarat yang dimaksud adalah penataan paragraf, susunan kalimat, pilihan kata, ejaan, dan situasi yang mendukukung penyampaian maksud tersebut. Dengan demikian, penulis harus memperhatikan topik yang hendak disampaikan, dan dapat merumuskan cara penyampaian ide yang paling efektif dan efesien. Bahasa surat yang dugunakan dalam surat niaga harus singkat dan sederhana. Dalam menulis surat harus mempertimbangkan baik-baik susunan kalimat, pilihan kata beserta artinya dan perangkat ejaan serta pungtuasi yang mendukung pencapaian maksud. Isi surat tidak meragukan, dan mudah dipahami oleh pembaca surat.
2.6.1 Pemakaian Ejaan Yang Disempurnakan
Ejaan adalah ketentuan yang mengatur penulisan huruf menjadi suatu yang lebih besar berikut penggunaan tanda bacanya (Musakim, 1994:128). Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana menghubungkan lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa), penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian kata dan pemakain tanda baca (Arifin dan Tasai, 2004:170). Ejaan dalam pennulisan surat menyurat sangat dibutuhkan guna mengefektifkan isi surat.
(44)
2.6.1.1Huruf Kapital
Pedoman penulisan huruf kapital dipakai pada: 1) Huruf pertama pada awal kalimat;
Contoh: Ayah pergi ke kebun.
2) Huruf pertama unsur-unsur nama orang, tetapi tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran; Contoh: Ani Yunilar, Yeti Ramaita
3) Huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti oleh nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat, tetapi tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan nama pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat; Contoh: Presiden Susilo Bambang Yudoyono, Dokter Hendra.
4) Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan nama peristiwa sejarah, tetapi tida dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama;
Contoh: hari Selasa, bulan April, tahun Hijriah, bahasa Lampung.
5) Huruf pertama nama geografi, tetapi tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang digunakan sebagai nama jenis dan yang tidak menjadi unsur nama diri;
Contoh: Danau Ranau, Asia Tenggara, Gunung Himalaya.
6) Huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisis awal; dan
(45)
Contoh: Radar Lampung, Pedoman Lengkap, Surat Menyurat, Bahasa
Indonesia
7) Huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Contoh: S.Pd. (Sarjana Pendidikan), Dr. (Doktor), Sdr (Saudara)
2.6.1.2 Pemakaian Tanda Baca
Tanda baca adalah tanda-tanda yang digunakan di dalam bahasa tulis agar kalimat-kalimat yang kita tulis dapat kita pahami orang persis seperti yang kita maksudkan.
1. Tanda titik
a. Tanda ttitik tidak dipakai akhir judul, subjudul, kepala karangan, tabel dan sejenisnya;
b. Tanda titik tidak dipakai dibelakang alamat pengirim dan tanda surat, nama dan alamat penerima surat.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan keterangan.
a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian;
Contoh: untuk membuat kue mentega dibutuhkan bahan-bahan: tepung terigu, mentega, telur, dan vanili.
b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
(46)
Contoh:
Tempat rapat : Ruangan 11 Pemimpin rapat : Fahmi Zulkarnain Hari : Selasa Tanggal : 23 Mei 2009 Waktu : 11.00
3. Tanda koma
a. Tanda koma dipakai di antara nama dan alamat, bagian-bagian alamat, tepat dan tanggal, nama tempat dan wilayah atau negara yang ditulis secara berurutan;
b. Tanda koma dipakai di depan angka persepuluh atau diantara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka; dan
4. Tanda koma dipakai di antara nama gelar dan akademik yang mengikutinya dengan tujuan untuk membedakan dari singkatan nama diri, keluarga atau marga. Contoh: Ny.Anita Dewi, S.Pd.
2.6.1.3 Penulisan Kata
1) kata dasar, kata yang berupa kata dasar ditulis satu kesatuan. 2) kata turunan
a) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya; b) Jika bentuk dasarnya meupakan gabungan kata, maka awalan atau akhiran
ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya; c) Jika bentuk dasarnya merupakan gabungan kata yang telah mendapat awalan
dan akhiran, maka unsure gabungan itu ditulis serangkai.
(47)
4) Gabungan kata
a) Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis secara terpisah;
b) Gabungan kata termasuk istilah khusus yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung atau menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.
5) Kata depan di, ke, dan dari ditulis secara terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan
daripada.
6) Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
b) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat ditulis dengan tanda titik.
c) Unruk singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik, kecuali untuk singkatan berikut seperti a.n (atas nama), u.b (untuk beliau), d.a (dengan alamat), u.p (untuk perhatian), c.q (dalam hal ini).
7) Pemenggalan kata
a) Pemenggalan kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, diantara dua huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan;
(48)
b. Jika di tengah ada vokal berurutan, pemenggalan itu dilakukan itu dilakukan diantara kedua huruf vocal itu kecuali huruf diftong ai,au,dan
io tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan diantara kedua huruf itu;
c. Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan diantara kedua huruf konsonan itu, gabungan huruf konsonan tidak pernahdiceraikan;
d. Jika ditengah kata ada tiga huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan diantara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua;
b) Awalan dan akhiran, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya dapat dipenggal pada pergantian baris;
c) Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsure lain, pemenggalan dapat dilakukan diantara unsur-unsur itu atau pada unsur-unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah satu;
8) Angka dan bilangan
a) Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Didalam tulisan lazim digunakan angka Arab dan angka Romawi;
b) Angka digunakan untuk menyatakan ukuran (panjang, berat, luas, isi, satuan waktu, nilai uang, dan kuantitas);
c) Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat;
(49)
e) Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca;
f) Menulis dengan angka dan bilangan dalam dokumen resmi seperti akta atau kuitansi;
2.6.2 Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhu syarat-syarat berikut: 1) secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis, 2) sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan pembaca atau penulis (Keraf, 1997:34). Dengan demikian kedua syarat tersebut bila diimplikasikan kedalam surat perjanjian jual-beli kemungkinan tidak akan terjadi kesalahpahaman antara penjual dan pembeli, karena dalam membuat surat gagasannya datang dari kedua belah pihak.
Selain itu, Mustakim (1994:85) mengungkapkan bahwa kalimat efektif adalah suatu jenis kalimat yang dapat memberikan efek tertentu dalam berkomunikasi, efek yang dimaksudkan dalam hal ini adalah kejelasan informasi mengenai objek yang akan diperjual belikan, sehingga isi surat lebih efektif.
Akhaidah, dkk (1988:116) mengemukakan kalimat efektif merupakan kalimat yang benar dan jelas sehingga mudah dipahami orang lain secara tepat. Dengan kata lain sebuah kalimat efektif haruslah memiliki kemampuan untuk menumbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis atau pembicara.
Menurut Arifin (1984:52), kalimat efektif adalah kalimat yang sesedikit mungkin menggunakan kata-kata tetapi dapat menyampaikan lebih banyak isi pikiran.
(50)
Berdasarkan pendapat diatas, pengertian kalimat efektif pada intinya sama, yaitu kalimat itu harus benar dan jelas sehingga mudah dipahami orang lain secara tepat. Dalam hal ini, penulis mengacu kepada pendapat yang dikemukakan oleh Akhaidah, dkk.
Kelengkapan unsur dalam sebuah kalimat sangat menentukan kejelasan sebuah kalimat. Sehubungan dengan itu Akhaidah, dkk. Juga berpendapat bahwa kalimat yang lengkap itu harus ditulis sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku, kalimat tersebut meliputi unsur-unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat, sekurang-kurangnya unsur subjek dan predikat, ejaan yang disempurnakan, dan cara memilih kata dalam kalimat (diksi).
Dengan demikian, penggunaan kalimat dalam sebuah surat harus efektif agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Hal ini, sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Nurlaksana, dkk. (1997:58), bahwa dalam bahasa ditulis sebuah kaliamat tergolong efektif jika mempunyai ciri-ciri kesepadanan struktur, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, dan kelogisan.
2.6.2.1Kesepadanan
Kesepadanan adalah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai (Nurlaksana, dkk., 1997:58). Selain itu, Parera (1991:43), menyatakan bahwa kesepadanan adalah kemaksimalan struktur bahasa mendukung gagasan dan ide yang dikandung. Dengan demikian, kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan dan kepaduan pikiran. Ciri-ciri kaliamt yang mempunyai kesepadanan struktur adalah sebagai berikut.
(51)
1. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat yang jelas. Ketidakjelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindari pemakaian preposisi (kata depan) seperti di, dalam, bagi, untuk, dan pada di depan subjek. Contoh : Untuk semua pengendara sepeda bermotor harus memiliki SIM. Seharusnya : Semua pengendara kendaraan bermotor harus memiliki SIM. 2. Kalimat itu tidak mempunyai sujek yang ganda. Kalimat yang mempunyai
subjek lebih dari satu (kalimat tunggal) menjadikan kalimat tidak efektif. Contoh : Perbaikan jalan itu kami dibantu oleh masyarakat setempat. Seharusnya : Perbaikan jalan itu, kami dibantu masyarakat setempat. Atau
Kami dibantu oleh masyarakat setempat dalam memperbaiki jalan itu.
3. Kata penghubung antar kalimat seperti sehingga, sedangkan, karena, dan,
tetapi tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh : Malam ini hujan turu sangat deras. Sehingga nenek menggigil kedinginan.
Seharusnya : Malam ini hujan turun sangat deras sehingga nenek menggigil kedinginan.
4. Predikat kalimat tunggal tidak didahului oleh kata yang. Kata yang biasanya dipakai sebagai keterangan pewatas pada kalimat majemuk bertingkat.
Contoh : Tanjung Karang yang terletak di pusat Bandar Lampung. Seharusnya : Tanjung Karang terletak di pusat Bandar Lampung.
2.6.2.2Keparalelan
Keparalelan dalam kalimat ialah dalam bentuk-bentuk bahasa yang sama atau kontruksi bahasa yang sama yang dipakai dalam susunan serial (Akhadah, 1988:122), selain itu, Nurlaksana (1997:60), mengemukakan bahwa keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam sebuah kalimat. Dengan demikian, jika bentuk pertama menggunakan nomina, maka bentuk kedua dan seterusnya juga menggunakan nomina. Jika suatu gagasan dinyatakan dengan
(52)
verba, gagasan lain yang serial dinyatakan dengan verba pula. Andaikan bentuk pertama menggunakan vrba + yang, bentuk kedua dan sterusnya juga menggunakan verba + yang.
Contoh: Penyakit Alzheimer alias pikun adalah satu segi usia tua yang paling
mengerikan dan berbahaya, sebab pencegahan dan cara pengobatannya
tidak ada yang tahu.
Seharusnya: Penyakit Alzheimer alias pikun adalah satu segi usia tua yang paling
mengerikan dan membahayakan, sebab pencegahannya dan
pengobatannya tidak ada yang tahu.
2.6.2.3 Ketegasan
Ketegasan adalah memberikan penekanan pada ide pokok kalimat. Dengan demikian, kalimat yang efektif adalah kalimat yang ide pokoknya tampak lebih ditekankan. Untuk membentuk ketegasan dalam kalimat dapat dilakukan dengan cara-cara berikut ini.
1. Meletakkan kata yang ditekankan pada awal lakimat. Contoh: saya sudah baca surat kabar itu.
Seharusnya: Surat kabar itu sudah saya baca. 2. Membuat urutan secara bertahap.
Contoh: Ia membeli empat potong baju yang masing-masing berukuran M, L, S, dan XL.
Seharusnya: Ia membeli empat potong baju yang masing-masing berukuran XL, L, M, dan S.
3. Menggunakan partikel –lah untuk memberi penekanan ide pokok. Contoh: Tolonglah bawa buku ini
(53)
2.6.2.4 Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, ungkapan, atau frase yang dipandang tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang dapat menambah kejelasan kalimat. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menicptakan kehematan kalimat, yaitu:
1. Menghindari pengulangan unsur yang sama pada kalimat majemuk Contoh : Karena saya tidak membawa paying, saya basah kuyup. Seharusnya : Karena tidak membawa payung, saya basah kuyup. 2. Menghindari pemakaian superordinat pada hiponimi.
Contoh : Warna kuning dan warna hijau adalah warna ksayangan ayah saya.
Seharusnya : Kuning dan hijau adalah warna ksayangan ayah saya. 3. Menghindari kesinoniman dalam satu kalimat
Contoh : Reza sejak dari kemarin belum makan nasi Seharusnya : Reza sejak kemarin belum makan nasi.
Reza dari kemarin belum makan nasi.
4. Menghindari penjamahan kata-kata yang bermakna jamak.
Contoh : Tanaman petani hancur diserang oleh sekelompok gajah-gajah liar.
Seharusnya : Tanaman petani hancur diserang oleh sekelompok gajah liar. Tanaman petani hancur diserang oleh gajah-gajah liar.
2.6.2.5 Kecermatan
Kecermatan adalah cermat dan tepat dalam memilih kata sehingga kalimat yang dihasilkan tidak rancu dan ambigu. Dengan perkataan lain, kalimat cermat adalah kalimat yang tidak menimbulkan tafsiran ganda.
Contoh : Hujan tiba di saat rombongan akan berangkat. Seharusnya : Hujan tiba pada saat rombongan akan berangkat.
(54)
2.6.2.6 Kepaduan
Kepaduan adalah kepaduan dalam pernyataan dalam sebuah kalimat sehingga informasi yang di sampaikan tidak terpecah-pecah. Berkaitan dengan hal tersebut dua hal tersebut perlu diperhatikan.
1. Kalimat yang padu menggunakan pola: aspek + agen + verba secara tertib pada kalimat-kalimat yang berpredikat persona.
Contoh : Simpulan yang salah saya akan perbaiki. Seharusnya : Simpulan yang salah akan saya perbaiki.
2. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata antara predikat verba transitif dan objek penderita.
Contoh : Dia menyalahi daripada peraturan itu. Seharusnya : Dia menyalahi peraturan itu.
2.6.2.7Kelogisan
Sebuah kalimat dianggap logis apabila kalimat itu mengandung makna yang diterima akal sehat (Kosasih, 2002:129). Selain itu, Nurlaksana, dkk. (1997:64), memyatakan bahwa kelogisan adalah ide kalimat itu dapat diterima dengan akal sehat dan sesuai dengan kaidah ejaan yang disempurnakan. Sebuah kalimat yang efektif harus mengandung makna yang logis, yang dapat diterima akal sehat. Kelogisan sebuah kalimat harus diperhatikan oleh setiap penulis agar makna kalimat yang dibuatnya tidak menimbulkan penafsiran yang beragam pada pembaca.
Contoh : Bersama surat ini saya beritahukan bahwa pada hari ini saya tidak masuk sekolah karena sakit.
Seharusnya : Dengan surat ini, saya beritahukan bahwa pada hari ini saya tidak masuk sekolah karena sakit.
(55)
2.7 Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli
Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan (KBBI:707). Menulis adalah menyusun atau mengorganisasikan buah pikiran atau ide ke dalam
rangkaian kalimat yang logis dan terpadu dalam bahasa yang tertulis (Ambary, 1990:175). Surat perjanjian jual beli adalah surat perjanjian tertulis antara kedua belah pihak yang berisi perjanjian antara kedua belah pihak yang berisi perjanjian antara penjual dan pembeli yang berisi pernyataan bahwa pihak penjual berkewajiban menyarahkan suatu barang dan berhak atas harga barang tersebut, sedangkan pembeli berkewajiban membayar harga atas harga barang dan berhak menerima barang tersebut dari penjual.
Berdasarkan uraian tersebut kemampuan menulis surat perjanjian jual beli adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan, menyusun atau mengorganisasikan buah pikiran atau ide ke dalam rangkaian kalimat yang logis dan terpadu dalam bahasa yang tertulis antara kedua belah pihak yang berisi perjanjian antara kedua belah pihak yang berisi perjanjian antara penjual dan pembeli yang berisi pernyataan bahwa pihak penjual berkewajiban menyarahkan suatu barang dan berhak atas harga barang tersebut, sedangkan pembeli berkewajiban membayar harga atas harga barang dan berhak menerima barang tersebut dari penjual.
(56)
III. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode ini sesuai dengan tujuan penelitian yakni mengetahui dan mendeskripsikan tingkat kemampuan menulis surat perjanjian jual beli siswa kelas XI SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2010/2011. Metode deskriptif adalah prosedur penyelesaian masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek/objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya (Nawawi, 2001:63).
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan digunakan peneliti, sedangkan sampel adalah penentuan subjek yang akan digunakan dalam penelitian. Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
3.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:108). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 157 siswa yang tersebar dalam empat kelas. Jumlah siswa tiap kelas berkisar 35 siswa.
(57)
Tabel 3.1 Daftar Populasi Siswa Kelas XI SMA Swadhipa Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011
No Kelas Jumlah
Populasi
1. XI IPA 1 34
2. XI IPA 2 35
3. XI IPS 1 43
4. XI IPS 2 44
JUMLAH SISWA 157
3.2.2 Sampel
Penentuan sampel yang jumlah subjeknya lebih dari seratus, dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih (Arikunto, 2002:112). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 siswa dari 157 siswa. Karena jumlah subjek lebih dari 100, maka dalam penelitian ini penulis mengambil 25% sebagai sampel dari keseluruhan jumlah populasi. Dalam penentuan sampel, penulis menggunakan teknik Propotional Cluster Random Sampling, yaitu sampel acak sederhana di mana setiap sampling unit terdiri dari kumpulan atau kelompok elemen.
Berdasarkan hal di atas, sampel yang penulis ambil adalah 157x25%=40. Jadi, dari setiap kelas diambil 9-11 siswa sebagai anggota sampel.
Adapun langkah-langkah pengambilan sampel sebagai berikut.
1. Nama seluruh siswa setiap kelas diberi kode berupa angka yang sesuai dengan urutan nama dalam daftar hadir siswa.
(58)
3. Mengocok gelas tersebut kemudian mengeluarkan gulungan kertas satu per satu. Setiap kelas berjumlah 9-11 siswa sehingga jumlah keseluruhan sampel sebanyak 40 siswa.
4. Dalam pelaksanaan pengetesan , peneliti mengetes secara keseluruhan. Tabel 3.2 Penghitungan Sampel dari Jumlah Siswa Kelas XI SMA Swadhipa
Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes menulis surat perjanjian jual beli. Tes digunakan untuk mengetahui tentang kemampuan siswa kelas XI SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan dalam menulis surat perjanjian jula beli. Waktu yang digunakan untuk mengerjakan tugas selama 90 menit. 3.4 Teknik Analisis Data
Cara yang digunakan penulis dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengumpulkan seluruh data. 2. Mengoreksi hasil pekerjaan siswa.
3. Memberi skor pada surat perjanjian jual beli yang dibuat siswa berdasarkan indikator judul perjanjian, identitas (penjual dan pembeli), ketentuan isi surat, dan klausul (penutup).
No Kelas Jumlah Siswa 25% dari
Jumlah Siswa Sampel yang
ditetapkan
1. XI IPA 1 34 9 9
2. XI IPA 2 35 9 9
3. XI IPS 1 43 11 11
4. XI IPS 2 44 11 11
(59)
Table 3.3 Indikator dan Deskriptor Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli pada Siswa Kelas XI SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011
NO. INDIKATOR DESKRIPTOR SKOR
1. Judul perjanjian Letak judul perjanjian dan
informasi isi perjanjian ditulis lengkap, jelas, dan benar di tengah-tengah mengunakan huruf kapital.
Letak judul perjanjian dan informasi isi perjanjian ditulis lengkap, jelas, di tengah – tengah, tetapi menggunakan huruf kapital hanya di setiap awal kata saja.
Letak judul perjanjian ditulis di tengah-tengah, tetapi tidak mencantumkan informasi isi perjanjian, menggunakan huruf kapital,
Letak judul perjanjian dan informasi isi perjanjian tidak ditulis di tengah-tengah dan tidak menggunakan huruf kapital.
Letak judul perjanjian tidak ditulis di tengah-tengah, tidak mencantumkan informasi isi perjanjian, dan tidak
menggunakan huruf kapital.
5 4 3 2 1
2. Identitas penjual dan pembeli (meliputi nama, alamat, dan pekerjaan)
Identitas nama, alamat, dan pekerjaan ditulis dengan lengkap, jelas, dan benar , kalaupun ada kesalahan hanya 1-2 kesalahan penulisan. Identitas nama, alamat, dan pekerjaan ditulis dengan lengkap, dan jelas, tetapi terdapat 3-4 kesalahan penulisan.
Identitas nama, alamat, dan
5
4
(60)
pekerjaan ditulis kurang lengkap dan jelas, dan terdapat 5-6 kesalahan penulisan. Identitas nama, alamat, dan pekerjaan ditulis tidak lengkap dan jelas, dan terdapat 7-8 kesalahan penulisan. Identitas nama, alamat, dan pekerjaan ditulis tidak lengkap dan terdapat lebih dari 8 kesalahan dalam penulisan.
2
1
3. Ketentuan-ketentuan yang disepakati kedua belah pihak (meliputi: harga, waktu dan cara penyerahan, hak dan kewajiban kedua belah pihak, dan cara
menyelesaikan perselisihan).
Ketentuan –ketentuan yang disepakati kedua belah pihak meliputi: harga , waktu dan cara penyerahan, hak dan kewajiban, cara penyelesaian perselisihan ditulis dengan, lengkap, jelas dan benar, kalaupun ada kesalahan hanya 1-2 kesalahan penulisan. Ketentuan –ketentuan yang disepakati kedua belah pihak meliputi: harga , waktu dan cara penyerahan, hak dan kewajiban, cara penyelesaian perselisihan ditulis dengan, lengkap, jelas dan benar, tetapi terdapat 3-4 kesalahan penulisan.
Ketentuan –ketentuan yang disepakati kedua belah pihak meliputi: harga , waktu dan cara penyerahan, hak dan kewajiban, cara penyelesaian perselisihan ditulis kurang lengkap, jelas ,dan terdapat 5-6 kesalahan penulisan.
Ketentuan –ketentuan yang disepakati kedua belah pihak meliputi: harga , waktu dan cara penyerahan, hak dan kewajiban, cara penyelesaian perselisihan ditulis tidak
5
4
3
(61)
lengkap, tidak jelas ,dan terdapat 7-8 kesalahan penulisan.
Ketentuan –ketentuan yang disepakati kedua belah pihak meliputi: harga , waktu dan cara penyerahan, hak dan kewajiban, cara penyelesaian perselisihan ditulis tidak lengkap, tidak jelas ,dan terdapat lebih 8 kesalahan penulisan.
1
4. Klausul (penutup) meliputi: tempat, tanggal, dan saksi-saksi
Letak penulisan: tempat, tanggal, dan saksi-saksi ditulis dengan tepat, jelas, dan benar , kalaupun ada kesalahan hanya 1-2 kesalahan penulisan. Letak penulisan: tempat, tanggal, dan saksi-saksi ditulis dengan tepat, jelas, dan benar , tetapi terdapat 3-4 kesalahan penulisan.
Letak penulisan: tempat, tanggal, dan saksi-saksi ditulis cukup jelas , tetapi terdapat 5-6 kesalahan penulisan. Letak penulisan: tempat, tanggal, dan saksi-saksi ditulis tidak tepat, tidak jelas, dan tidak benar, terdapat 7-8 kesalahan penulisan. Letak penulisan: tempat, tanggal, dan saksi-saksi ditulis tidak tepat, tidak jelas, dan tidak benar, terdapat lebih dari 8 kesalahan penulisan.
5
4
3
2
1
(62)
4. Menghitung tiap skor aspek yang dieroleh dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
5. Menghitung tingkat kemampuan menulis surat perjanjian jual beli, dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
rumus :
NS = skor yang diperoleh x 100% Skor maksimal
keterangan:
NS = nilai siswa
Contoh : Untuk menghitung skor yang diperoleh Budi berdasarkan rumus penghitungan kemampuan menulis surat perjanjian jual beli yaitu:
NS = 18 x 100% = 90 20
Dengan demikian, jika disandingkan dengan tolok ukur penilaian, kemampuan menulis surat perjanjian jual beli yang diperoleh Budi termasuk kategori baik sekali.
6. Menghitung skor rata-rata yang diperoleh seluruh siswa menggunakan rumus
keterangan:
X = Skor rata-rata siswa jumlah
diperoleh yang
skor
(63)
Tabel 3.4 Tolak Ukur Penilaian Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli
Interval persentase tingkat
kemampuan Keterangan
85% - 100% Baik sekali
75% - 84% Baik
60% - 74% Cukup
40% - 59% Kurang
0%- 39 Gagal
(64)
V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa kemampuan menulis surat perjanjian jual beli pada siswa kelas XI SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2010/2011 tergolong baik, yakni dengan skor rata-rata 76,5. Kemampuan siswa kelas XI SMA Swadhipa Natar dalam menulis surat perjanjian jual beli ditinjau dari indikator (a) judul perjanjian tergolong baik, yakni dengan skor rata-rata 82,25; (b) identitas (penjual dan pembeli) tergolong baik, yakni dengan skor rata-rata 80; (c) ketentuan isi surat tergolong baik, yakni dengan skor rata-rata 81,75; (d) klausul tergolong cukup, yakni dengan skor rata-rata 65,25. Hasil nilai keseluruhan siswa menunjukkan bahwa penulisan bagian surat perjanjian yang mendapatkan nilai tertinggi adalah judul perjanjian, yakni mencapai skor keseluruhan 329 dengan persentase penguasaan 82,25% tergolong baik, sedangkan penulisan bagian surat perjanjian jual beli yang mendapatkan nilai terendah adalah klausul (penutup) dalam surat, yakni mencapai skor keseluruhan 261 dengan persentase penguasaan 65,25% tergolong cukup.
(65)
5.2 Saran
Setelah dilakukan penelitian dan melihat hasil yang diperoleh, penulis menyampaikan beberapa saran sebagai berikut.
1. Guru Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Swadhipa khususnya yang mengajar di kelas XI, memberikan materi manulis tentang surat perjanjian jual beli yang menarik agar siswa terlatih dalam membuat surat perjanjian jual beli dan dapat dengan lebih mudah memahami bagian-bagian surat perjanjian jual beli terutama pada indikator klausul, karena berdasarkan hasil penelitian, kemampuan siswa pada indikator ini nilai rata-ratanya lebih rendah dibandingkan dengan indikator yang lain.
2. Siswa diharapkan belajar lebih giat menulis surat perjanjian jual beli dan banyak membaca buku yang berisi surat perjanjian jual beli agar siswa dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam menulis surat perjanjian jual beli.
(66)
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Ambary. 1990. Intisari Tata Bahasa Indonesia. Bandung: Djatmika.
Akhadiah, Sabarti, dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Arifin, Syamsir. 1984. Pedoman Penulisan Surat Menyurat Indoenesia. Padang: Angkasa Raya.
Arifin, Zaenal dan Tasai. 2004. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Presindo. 264 hlm.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Chamdiah, Siti. 1987. Kemampuan Mendengar Mahasiswa di Jakarta. Jakarta: P23B.
Degeng, I. N. S. 1997. Strategi Pembelajaran Mengorganisasi Isi dengan Model Elaborasi. Malang: IKIP dan IPTDI.
Depdikbud. 1995. Pedoman Proses Belajar Mengajar di SD. Jakarta: Proyek Pembinaan Sekolah Dasar.
Depdikbud. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Eko, Nurlaksana, dkk. 1997. Bahasa Indonesia. Bandar lampung: universitas lampung.
Finoza, Lamuddin. 1991. Aneka Surat Sekertaris dan Surat Bisnis Indonesia Manajemen Tingkat 2. Bandung: CV Armico.
Honiarti, Euis dan Ani Hasanah. 2000. Bahasa dan Sastra Indonesia Bisnis Menejemen Tingkat 2. Bandung: CV Amirico.
Keraf, Gorys. 1997. Komposisi. Flores: Nusa Indah.
Kosasih, E. 2002. Kompetensi ketatabahasaan: untuk SMU dan SMK. Bandung:
CV Yrama Widya.
(67)
Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahasa. Jakarta: Gramedia. 288 hlm. Parera, Jos Daniel. 1991. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta: Erlangga Suparno dan Yunus. 2002. Keterampulan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas
Terbuka. 664 hlm.
Suprapto. 2004. Pedoman lengkap Surat Menyurat Bahasa Indonesia. Surabaya:
Indah Surabaya.
Tarigan, Henry Guntur. 1992. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
(1)
4. Menghitung tiap skor aspek yang dieroleh dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
5. Menghitung tingkat kemampuan menulis surat perjanjian jual beli, dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
rumus :
NS = skor yang diperoleh x 100% Skor maksimal
keterangan:
NS = nilai siswa
Contoh : Untuk menghitung skor yang diperoleh Budi berdasarkan rumus penghitungan kemampuan menulis surat perjanjian jual beli yaitu:
NS = 18 x 100% = 90 20
Dengan demikian, jika disandingkan dengan tolok ukur penilaian, kemampuan menulis surat perjanjian jual beli yang diperoleh Budi termasuk kategori baik sekali.
6. Menghitung skor rata-rata yang diperoleh seluruh siswa menggunakan rumus
keterangan:
X = Skor rata-rata siswa jumlah diperoleh yang skor X
(2)
Tabel 3.4 Tolak Ukur Penilaian Kemampuan Menulis Surat Perjanjian Jual Beli
Interval persentase tingkat
kemampuan Keterangan
85% - 100% Baik sekali
75% - 84% Baik
60% - 74% Cukup
40% - 59% Kurang
0%- 39 Gagal
(3)
V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa kemampuan menulis surat perjanjian jual beli pada siswa kelas XI SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2010/2011 tergolong baik, yakni dengan skor rata-rata 76,5.
Kemampuan siswa kelas XI SMA Swadhipa Natar dalam menulis surat perjanjian jual beli ditinjau dari indikator (a) judul perjanjian tergolong baik, yakni dengan skor rata-rata 82,25; (b) identitas (penjual dan pembeli) tergolong baik, yakni dengan skor rata-rata 80; (c) ketentuan isi surat tergolong baik, yakni dengan skor rata-rata 81,75; (d) klausul tergolong cukup, yakni dengan skor rata-rata 65,25.
Hasil nilai keseluruhan siswa menunjukkan bahwa penulisan bagian surat perjanjian yang mendapatkan nilai tertinggi adalah judul perjanjian, yakni mencapai skor keseluruhan 329 dengan persentase penguasaan 82,25% tergolong baik, sedangkan penulisan bagian surat perjanjian jual beli yang mendapatkan nilai terendah adalah klausul (penutup) dalam surat, yakni mencapai skor keseluruhan 261 dengan persentase penguasaan 65,25% tergolong cukup.
(4)
5.2 Saran
Setelah dilakukan penelitian dan melihat hasil yang diperoleh, penulis menyampaikan beberapa saran sebagai berikut.
1. Guru Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Swadhipa khususnya yang mengajar di kelas XI, memberikan materi manulis tentang surat perjanjian jual beli yang menarik agar siswa terlatih dalam membuat surat perjanjian jual beli dan dapat dengan lebih mudah memahami bagian-bagian surat perjanjian jual beli terutama pada indikator klausul, karena berdasarkan hasil penelitian, kemampuan siswa pada indikator ini nilai rata-ratanya lebih rendah dibandingkan dengan indikator yang lain.
2. Siswa diharapkan belajar lebih giat menulis surat perjanjian jual beli dan banyak membaca buku yang berisi surat perjanjian jual beli agar siswa dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam menulis surat perjanjian jual beli.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Ambary. 1990. Intisari Tata Bahasa Indonesia. Bandung: Djatmika.
Akhadiah, Sabarti, dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Arifin, Syamsir. 1984. Pedoman Penulisan Surat Menyurat Indoenesia. Padang: Angkasa Raya.
Arifin, Zaenal dan Tasai. 2004. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Presindo. 264 hlm.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Chamdiah, Siti. 1987. Kemampuan Mendengar Mahasiswa di Jakarta. Jakarta: P23B.
Degeng, I. N. S. 1997. Strategi Pembelajaran Mengorganisasi Isi dengan Model Elaborasi. Malang: IKIP dan IPTDI.
Depdikbud. 1995. Pedoman Proses Belajar Mengajar di SD. Jakarta: Proyek Pembinaan Sekolah Dasar.
Depdikbud. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Eko, Nurlaksana, dkk. 1997. Bahasa Indonesia. Bandar lampung: universitas lampung.
Finoza, Lamuddin. 1991. Aneka Surat Sekertaris dan Surat Bisnis Indonesia Manajemen Tingkat 2. Bandung: CV Armico.
Honiarti, Euis dan Ani Hasanah. 2000. Bahasa dan Sastra Indonesia Bisnis Menejemen Tingkat 2. Bandung: CV Amirico.
Keraf, Gorys. 1997. Komposisi. Flores: Nusa Indah.
Kosasih, E. 2002. Kompetensi ketatabahasaan: untuk SMU dan SMK. Bandung:
CV Yrama Widya.
(6)
Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahasa. Jakarta: Gramedia. 288 hlm. Parera, Jos Daniel. 1991. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta: Erlangga Suparno dan Yunus. 2002. Keterampulan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas
Terbuka. 664 hlm.
Suprapto. 2004. Pedoman lengkap Surat Menyurat Bahasa Indonesia. Surabaya:
Indah Surabaya.
Tarigan, Henry Guntur. 1992. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.