PENGARUH PERGAULAN KAWAN SEBAYA TERHADAP KENAKALAN REMAJA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PERGAULAN KAWAN SEBAYA TERHADAP KENAKALAN REMAJA SISWA KELAS XI SMA

NEGERI 1 NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

AMBAR KUSUMAWATI

Masalahdalampenelitianiniadalahkenakalanremaja.Permasalahandalampenelitianiniadalah”apaka hadapengaruhpergaulankawansebayaterhadapkenakalanremajapadasiswakelas XI SMA Negeri 1

Natartahunpelajaran 2011-2012?”Metodepenelitian yang

digunakandalampenelitianiniadalahkuantitatif.Subjekdalampenelitianiniadalah 30 orang yang melakukankenakalanremaja

Hasil penelitian menunjukkan adapengaruhpergaulankawansebayaterhadapkenakalanremaja siswa kelas XI SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012. Hal ini ditunjukkan

dariperhitungankorelasiantarapergaulankawansebayadankenakalanremajadenganindeksChi Kuadrat (X2) sebesar 37,303 dengannilai t tabeldengandf=22 pada α = 0,05 adalah 33,924. Jadithitung≥ttabelyaitu 37,303 >33,924 maka Ha diterimadan Ho ditolak.

Kesimpulanpenelitianiniyaituadapengaruhpergaulankawansebayaterhadapkenakalanremajapadasi swa-siswikelas XI SMA Negeri 1 Natartahunpelajaran 2011-2012.Artinyakenakalanremaja yang dilakukansiswadipengaruhiolehpergaulannyadengankawansebaya.

Saran yang dapatdiberikanadalah (1) kepada guru, hendaknya dapat memperhatikanpergaulansiswa di sekolah, dan proses pemilihankawan yang tepat. (2) Saran kepadasiswahendaknyaberusahamenolakajakankawanuntukmelakukanhal-hal yang negatif, selektifdalampemilihankawan, sertadapatmemikirkansegalasesuatusebelummelakukanperbuatan yang dapatmenjerumuskandirikedalamhal-hal yang tidakbaik.


(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi “sesuatu”, menggali serta memahami arti dan makna dari segala sesuatu yang ada (Hamalik, 1995:2). Selain menurut Hamalik secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Untuk mencapai kematangan emosi, remaja harus belajar memperoleh gambaran tentang situasi-situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional.

Dari pendapat di atas tentang pengertian remaja dapat dilihat bahwa masa remaja merupakan masa-masa labil seseorang dalam menentukan sesuatu hal, baik sesuatu yang berhubungan bagi dirinya sendiri ataupun bagi orang lain. Remaja percaya bahwa pada masa ini, mereka dapat belajar lebih banyak dari kawan sebaya daripada orang tua mereka.

Pandangan remaja yang mengganggap pentingnya kehadiran kawan sebaya memiliki konsekuensi-konsekuensi tertentu. Pertama, mereka menjadikan kawan sebaya sebagai sumber informasi. Hal ini menyebabkan remaja benar-benar percaya bahwa kawan sebaya memiliki perilaku atau pandangan yang benar. Kedua mereka merasa bahwa mereka ingin diterima. Pada


(3)

masa ini banyak remaja yang terjebak dalam suatu hal yang negatif, seperti kenakalan remaja. Kenakalan remaja merupakan berbagai perilaku, mulai dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial (seperti berbuat onar di sekolah) status pelanggaran (melarikan diri dari rumah), hingga tindakan kriminal (seperti pencurian). Kenakalan remaja tersebut sering menimbulkan keresahan di lingkungan masyarakat, sekolah, maupun keluarga.

Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan dalam perilaku menyimpang. Dalam prespektifnya perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Kenakalan remaja ini membawa banyak dampak negatif baik bagi dirinya ataupun bagi orang lain.

Menurut Santrock, (1996) faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja adalah identitas, kontrol diri, usia, jenis kelamin, harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah, proses keluarga, pengaruh teman sebaya, kelas sosial ekonomi, kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal. Pembentukan sikap, tingkah laku, dan perilaku sosial remaja banyak ditentukan oleh pengaruh lingkungan ataupun kawan-kawan sebaya, maka dari itu jika individu tidak dapat memilih kawan sebaya yang benar-benar baik mereka akan dapat terpengaruh dalam hal-hal yang negatif.

Ewerts dalam Monks (2004: 282) menyebutkan bahwa pemberian norma tingkah laku ini dilakukan oleh kawan sebaya (peers). Kemudian mereka akan lebih mementingkan perannya sebagai anggota kelompok dari pada mengembangkan pola norma diri sendiri yang kemudian akan berpengaruh terhadap tingkah laku kehidupan. Dalam pernyataan ini setiap orang yang sudah menemukan kawan-kawan yang cocok bahkan membuat kelompok sebaya, individu lebih


(4)

mengutamakan kepentingan kelompok dibandingkan dengan kepentingan sendiri. Oleh karena itu jika individu menemukan kawan yang memiliki perilaku menyimpang yaitu kenakalan remaja, maka dengan sendirinya individu tersebut akan ikut terseret dalam hal-hal yang menyimpang.

Remaja menginginkan kawan yang mempunyai minat dan nilai-nilai yang sama, dapat mengerti, dapat membuatnya merasa aman, dan dapat mempercayakan masalah-masalah serta membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orang tua ataupun guru. Sebagian besar remaja mengatakan bahwa mereka ingin seseorang yang dapat dipercaya, seseorang yang dapat diajak bicara, seseorang yang dapat diandalkan.

Dari studi pendahuluan yang peneliti lakukan di SMA Negeri 1 Natar banyak siswa yang melakukan kenakalan remaja bersama dengan kawan sebaya, seperti membolos saat jam pelajaran hanya untuk merokok di belakang kelas, ke kantin saat jam pelajaran walaupun sekedar mengobrol dengan kawan sebaya ataupun makan di kantin, merencanakan hal jahat dengan kawan sebaya hanya untuk menjahili guru, serta perkelahian antar kelompok di sekolah. Informasi ini peneliti dapatkan dari guru bimbingan konseling di SMA Negeri 1 Natar, dan dengan melakukan observasi pada saat jam pelajaran, dari observasi yang peneliti lakukan memang masih banyak siswa-siswi yang membolos pada saat jam pelajaran. Siswa-siswi yang membolos pelajaran biasanya makan ataupun duduk-duduk di kantin.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas dan dari latar belakang yang telah dijelaskan maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “ Pengaruh Pergaulan Kawan Sebaya Terhadap Kenakalan Remaja Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Natar Tahun Ajaran 2011-2012”.


(5)

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada beberapa masalah yang dapat di identifikasikan sebagai berikut :

1. Sering terjadi perkelahian antar kelompok siswa

2. Banyak siswa yang meninggalkan kelas saat pelajaran sedang berlangsung bersama kawan-kawan sebayanya

3. Terdapat siswa yang merokok bersama di dalam lingkungan sekolah

4. Ada siswa merencanakan hal jahat dengan kawan sebaya hanya untuk menjahili guru 5. Terdapat siswa dengan kawan sebayanya melanggar tata tertib sekolah

6. Terdapat siswa yang tidak mematuhi perintah guru 3. Pembatasan Penelitian

Sebagaimana telah dikemukakan dalam latar belakang masalah serta dari pengamatan awal yang ditemukan pada fenomena-fenomena yang dipilih sebagai objek perhatian untuk dikaji secara ilmiah. Penelitian ini hanya dibatasi pada “pengaruh pergaulan kawan sebaya terhadap kenakalan remajapada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2011-2012”.

4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka masalah dalam penelitian ini adalah banyaknya siswa yang melakukan kenakalan remaja, adapun permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah ,

“apakah ada pengaruh pergaulan kawan sebaya terhadap kenakalan remaja pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2011-2012”.


(6)

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Peneliatian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase pengaruh pergaulan kawan sebaya terhadap kenakalan remajapada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2011-2012. 2. Manfaat Penelitian

Setelah mengetahui “pengaruh pergaulan kawan sebaya terhadap kenakalan remajapada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2011-2012”. maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan khususnya pada bidang bimbingan dan konseling.

b. Manfaat Praktis

a. Sebagai pengetahuan terhadap pengaruh pergaulan kawan sebaya terhadap kenakalan remaja, penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pada lembaga pendidikan khususnya dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling.

b. Memberi masukan bagi orang tua sebagai pertimbangan agar memberi perhatian lebih terhadap diri anak khususnya dalam pemilihan teman untuk anak.

c. Memberikan gambaran bagi remaja tentang pentingnya pemilihan teman dalam kehidupan bermasyarakat.

d. Memberikan masukan bagi guru bahwa pentingnya pengawasan bagi remaja di sekolah dalam pergaulannya.


(7)

e. Sebagai bahan masukan pada guru pembimbing untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja sehingga dapat mengantisipasi siswa terlibat dalam kenakalan remaja.

C. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Ruang Lingkup Objek

Ruang lingkup objek penelitian ini adalah pengaruh pergaulan kawan sebaya terhadap kenakalan remaja.

b. Ruang Lingkup Subjek

Ruang lingkup subjek penelitian adalah siswa yang melakukan kenakalan remaja di SMA Negeri 1 Natar Tahun Ajaran 2011-2012.

D. Kerangka Pikir

Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi “sesuatu”, menggali serta memahami arti dan makna dari segala sesuatu yang ada (Hamalik, 1995:2). Masa remaja merupakan masa-masa labil seseorang dalam menentukan sesuatu hal, baik sesuatu yang berhubungan bagi dirinya sendiri ataupun bagi orang lain.

Pada masa ini banyak remaja yang terjebak dalam suatu hal yang negatif, seperti kenakalan remaja. Kenakalan remaja sebagai merupakan berbagai perilaku, mulai dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial (seperti berbuat onar di sekolah) status pelanggaran (melarikan diri


(8)

dari rumah), hingga tindakan kriminal (seperti pencurian). Kenakalan remaja tersebut sering menimbulkan keresahan dilingkungan masyarakat, sekolah, maupun keluarga.

Menurut Santrock, (1996) faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja adalah identitas, kontrol diri, usia, jenis kelamin, harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah, proses keluarga, pengaruh teman sebaya, kelas sosial ekonomi, kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal.

Pembentukan sikap, tingkah laku, dan prilaku sosial remaja banyak ditentukan oleh pengaruh lingkungan ataupun kawan-kawan sebaya, maka dari itu jika individu tidak dapat memilih kawan sebaya yang benar-benar baik mereka akan dapat terpengaruh dalam hal-hal yang negatif.

Ewerts dalam Monks (2004: 282) menyebutkan bahwa pemberian norma tingkah laku ini dilakukan oleh kawan sebaya (peers). Kemudian mereka akan lebih mementingkan perannya sebagai anggota kelompok dari pada mengembangkan pola norma diri sendiri yang kemudian akan berpengaruh terhadap tingkah laku kehidupan. Dalam pernyataan ini setiap orang yang sudah menemukan kawan-kawan yang cocok bahkan membuat kelompok sebaya, individu lebih mengutamakan kepentingan kelompok dibandingkan dengan kepentingan sendiri.

Relasi diantara kawan-kawan sebaya di masa kanak-kanak dan masa remaja juga berdampak pada perkembangan di masa selanjutnya. Dalam sebuah studi ditemukan bahwa relasi di antara kawan sebaya yang buruk dimasa kanak-kanak berkaitan dengan putus sekolah dan kenakalan di masa remaja (Roff, Sells, & Golden 1972 dalam Santrock, 2007: 57).

Remaja menginginkan kawan yang mempunyai minat dan nilai-nilai yang sama, dapat mengerti, dapat membuatnya merasa aman, dan dapat mempercayakan masalah-masalah serta membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orang tua ataupun guru. Sebagian besar remaja mengatakan bahwa mereka ingin seseorang yang dapat dipercaya, seseorang yang dapat diajak bicara, seseorang yang dapat diandalkan.


(9)

Berdasarkan uraian di atas kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1 : Paradigma Penelitian E. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap persoalan yang diajukan dalam penelitian. Hipotesis tidak hanya disusun berdasarkan pengamatan awal terhadap objek penelitian, melainkan juga didasarkan pada hasil kajian terhadap literatur yang relevan dengan bidang penelitian.

Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus di uji lagi keberhasilannya melalui penelitian ilmiah atau berdasarkan data yang di peroleh melalui sampel penelitian. (Ridwan, 2005:37). Hipotesis dibangun dari kerangka pemikiran dan rumusan permasalahan penelitian.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha : “Ada pengaruh pergaulan kawan sebaya terhadap kenakalan remajapada siswa-siswi kelas XI SMA Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2011-2012.

Ho : “Tidak Ada pengaruh pergaulan kawan sebaya terhadap kenakalan remajapada siswa-siswi kelas XI SMA Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2011-2012.


(10)

(11)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kenakalan Remaja

1. Pengertian Kenakalan Remaja

Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal.(Kartono, 2003).

Santrock (2007) juga menambahkan kenakalan remaja sebagai merujuk pada berbagai perilaku, mulai dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial (seperti berbuat onar disekolah) status pelanggaran (melarikan diri dari rumah), hingga tindakan kriminal (seperti pencurian).

Selain pendapat di atas Mussen dkk (1994), mendefinisikan kenakalan remaja sebagai perilaku yang melanggar hukum atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh anak remaja yang berusia 16-18 tahun, jika perbuatan ini dilakukan oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja adalah perilaku menyimpang yang yang tidak dapat diterima secara sosial, seperti membuat onar di sekolah bahkan sampai melakukan tindakan kriminal yang dapat melanggar hukum.

2. Bentuk dan Aspek-Aspek Kenakalan Remaja

Jensen (dalam Sarwono, 2002) membagi kenakalan remaja menjadi empat bentuk yaitu:

a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain- lain.

b. Kenakalan yang meninbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan dan lain- lain.


(12)

c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat, hubungan seks bebas.

d. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, minggat dari rumah, membantah perintah.

Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock (1973) berpendapat bahwa kenakalan yang dilakukan remaja terbagi dalam empat bentuk, yaitu:

a. Perilaku yang menyakiti diri sendiri dan orang lain.

b. Perilaku yang membahayakan hak milik orang lain, seperti merampas, mencuri, dan mencopet. c. Perilaku yang tidak terkendali, yaitu perilaku yang tidak mematuhi orangtua dan guru seperti

membolos, mengendarai kendaran dengan tanpa surat izin, dan kabur dari rumah.

d. Perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain, seperti mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, memperkosa dan menggunakan senjata tajam.

Dari beberapa bentuk kenakalan pada remaja dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek kenakalan remaja menimbulkan dampak negatif yang tidak baik bagi dirinya sendiri dan orang lain, serta lingkungan sekitarnya. Aspek-aspek kenakalan remaja menurut pendapat Hurlock (1973) & Jensen (dalam Sarwono, 2002) terdiri dari aspek perilaku yang melanggar aturan dan status, perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain, perilaku yang mengakibatkan korban materi, dan perilaku yang mengakibatkan korban fisik.

Meskipun kenakalan tidak lagi secara eksklusif merupakan gejala dikalangan sosial ekonomi rendah dibandingkan dulu, terdapat sejumlah karakteristik dari budaya sosial ekonomi rendah yang dapat mendorong kenakalan. Norma yang dianut oleh sebagian besar kelompok kawan sebaya yang berasal dari sosial ekonomi rendah dan kelompok yang bersifat anti sosial dan kontra produktif bagi tujuan dan norma masyarakat yang lebih luas. Terjerumus dalam masalah dan bertahan dalam kondisi tersebut merupakan karakteristik utama dari kehidupan sejumlah remaja yang tinggal dalam lingkungan berpenghasilan rendah. Remaja yang memiliki latar belakang penghasilan rendah mungkin menangkap bahwa mereka dapat memperoleh perhatian dan status apabila menampilkan perilaku antisosial.


(13)

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Kenakalan Remaja

Berikut ini adalah faktor-faktor yang sering kali dijumpai pada anak muda yang memiliki resiko dan agaknya akan terdorong untuk melakukan tindakan kekerasan Walker (dalam Santrock 2007):

a. Pernah menggunakan obat terlarang dan alkohol diusia dini b. Memiliki akses untuk memperoleh senjata, khususnya senjata api c. Sering melihat tayangan kekerasan dimedia

Banyak anak muda beresiko mudah diprovokasi untuk marah, bereaksi secara negatif terhadap celaan, entah celaan tersebut nyata atau tidak, dan kadang kala memiliki dampak yang tragis.

Faktor-faktor kenakalan remaja menurut Santrock, (1996) lebih rinci dijelaskan sebagai berikut : 1. Identitas

Menurut teori perkembangan yang dikemukakan oleh Erikson (dalam Santrock, 1996) masa remaja berada pada tahap dimana krisis identitas versus difusi identitas. Perubahan biologis dan sosial memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi terjadi pada kepribadian remaja: (1) terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya dan (2) tercapainya identitas peran, kurang lebih dengan cara menggabungkan motivasi, nilai-nilai, kemampuan dan gaya yang dimiliki remaja dengan peran yang dituntut dari remaja.

Erikson percaya bahwa delinkuensi pada remaja terutama ditandai dengan kegagalan remaja untuk mencapai integrasi yang kedua, yang melibatkan aspek-aspek peran identitas. Ia mengatakan bahwa remaja yang memiliki masa balita, masa kanak-kanak atau masa remaja yang membatasi mereka dari berbagai peranan sosial yang dapat


(14)

diterima atau yang membuat mereka merasa tidak mampu memenuhi tuntutan yang dibebankan pada mereka, mungkin akan memiliki perkembangan identitas yang negatif. Beberapa dari remaja ini mungkin akan mengambil bagian dalam tindak kenakalan, oleh karena itu bagi Erikson, kenakalan adalah suatu upaya untuk membentuk suatu identitas, walaupun identitas tersebut negatif.

2. Kontrol diri

Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku. Beberapa anak gagal dalam mengembangkan kontrol diri yang esensial yang sudah dimiliki orang lain selama proses pertumbuhan. Kebanyakan remaja telah mempelajari perbedaan antara tingkah laku yang dapat diterima dan tingkah laku yang tidak dapat diterima, namun remaja yang melakukan kenakalan tidak mengenali hal ini. Mereka mungkin gagal membedakan tingkah laku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, atau mungkin mereka sebenarnya sudah mengetahui perbedaan antara keduanya namun gagal mengembangkan kontrol yang memadai dalam menggunakan perbedaan itu untuk membimbing tingkah laku mereka.

Hasil penelitian yang dilakukan Santrock (1996) menunjukkan bahwa ternyata kontrol diri mempunyai peranan penting dalam kenakalan remaja. Pola asuh orangtua yang efektif di masa kanak-kanak (penerapan strategi yang konsisten, berpusat pada anak dan tidak aversif) berhubungan dengan dicapainya pengaturan diri oleh anak. Selanjutnya,


(15)

dengan memiliki ketrampilan ini sebagai atribut internal akan berpengaruh pada menurunnya tingkat kenakalan remaja.

3. Usia

Munculnya tingkah laku anti sosial di usia dini berhubungan dengan penyerangan serius nantinya di masa remaja, namun demikian tidak semua anak yang bertingkah laku seperti ini nantinya akan menjadi pelaku kenakalan, seperti hasil penelitian dari McCord (dalam Kartono, 2003) yang menunjukkan bahwa pada usia dewasa, mayoritas remaja nakal tipe terisolir meninggalkan tingkah laku kriminalnya. Paling sedikit 60 % dari mereka menghentikan perbuatannya pada usia 21 sampai 23 tahun.

4. Jenis kelamin

Remaja laki- laki lebih banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada perempuan. Menurut catatan kepolisian Kartono (2003) pada umumnya jumlah remaja laki- laki yang melakukan kejahatan dalam kelompok diperkirakan 50 kali lipat daripada kelompok remaja perempuan.

5. Harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah

Remaja yang menjadi pelaku kenakalan seringkali memiliki harapan yang rendah terhadap pendidikan di sekolah. Mereka merasa bahwa sekolah tidak begitu bermanfaat untuk kehidupannya sehingga biasanya nilai-nilai mereka terhadap sekolah cenderung rendah. Mereka tidak mempunyai motivasi untuk sekolah.

Riset yang dilakukan oleh Janet Chang dan Thao N. Lee (2005) mengenai pengaruh orangtua, kenakalan teman sebaya, dan sikap sekolah terhadap prestasi akademik siswa di Cina, Kamboja, Laos, dan remaja Vietnam menunjukkan bahwa faktor yang berkenaan


(16)

dengan orangtua secara umum tidak mendukung banyak, sedangkan sikap sekolah ternyata dapat menjembatani hubungan antara kenakalan teman sebaya dan prestasi akademik.

6. Proses keluarga

Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja. Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orangtua dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja.

Penelitian yang dilakukan oleh Gerald Patterson dan rekan-rekannya (dalam Santrock, 1996) menunjukkan bahwa pengawasan orangtua yang tidak memadai terhadap keberadaan remaja dan penerapan disiplin yang tidak efektif dan tidak sesuai merupakan faktor keluarga yang penting dalam menentukan munculnya kenakalan remaja. Perselisihan dalam keluarga atau stress yang dialami keluarga juga berhubungan dengan kenakalan. Faktor genetik juga termasuk pemicu timbulnya kenakalan remaja, meskipun persentasenya tidak begitu besar.

7. Pengaruh teman sebaya

Memiliki teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan risiko remaja untuk menjadi nakal. Pada sebuah penelitian Santrock (1996) terhadap 500 pelaku kenakalan dan 500 remaja yang tidak melakukan kenakalan di Boston, ditemukan persentase kenakalan yang lebih tinggi pada remaja yang memiliki hubungan reguler dengan teman sebaya yang melakukan kenakalan.


(17)

8. Kelas sosial ekonomi

Ada kecenderungan bahwa pelaku kenakalan lebih banyak berasal dari kelas sosial ekonomi yang lebih rendah dengan perbandingan jumlah remaja nakal di antara daerah perkampungan miskin yang rawan dengan daerah yang memiliki banyak privilege diperkirakan 50 : 1 (Kartono, 2003). Hal ini disebabkan kurangnya kesempatan remaja dari kelas sosial rendah untuk mengembangkan ketrampilan yang diterima oleh masyarakat. Mereka mungkin saja merasa bahwa mereka akan mendapatkan perhatian dan status dengan cara melakukan tindakan antisosial. Menjadi “tangguh” dan “maskulin” adalah contoh status yang tinggi bagi remaja dari kelas sosial yang lebih rendah, dan status seperti ini sering ditentukan oleh keberhasilan remaja dalam melakukan kenakalan dan berhasil meloloskan diri setelah melakukan kenakalan.

9. Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal

Komunitas juga dapat berperan serta dalam memunculkan kenakalan remaja. Masyarakat dengan tingkat kriminalitas tinggi memungkinkan remaja mengamati berbagai model yang melakukan aktivitas kriminal dan memperoleh hasil atau penghargaan atas aktivitas kriminal mereka. Masyarakat seperti ini sering ditandai dengan kemiskinan, pengangguran, dan perasaan tersisih dari kaum kelas menengah.

Kualitas sekolah, pendanaan pendidikan, dan aktivitas lingkungan yang terorganisir adalah faktor- faktor lain dalam masyarakat yang juga berhubungan dengan kenakalan remaja.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling berperan menyebabkan timbulnya kecenderungan kenakalan remaja adalah faktor keluarga yang kurang


(18)

harmonis dan faktor lingkungan terutama kawan sebaya yang kurang baik, karena pada masa ini remaja mulai bergerak meninggalkan rumah dan menuju kawan sebaya, sehingga minat, nilai, dan norma yang ditanamkan oleh kelompok lebih menentukan perilaku remaja dibandingkan dengan norma, nilai yang ada dalam keluarga dan masyarakat.

4. Karakteristik Remaja Nakal

Menurut Kartono (2003), remaja nakal itu mempunyai karakteristik umum yang sangat berbeda dengan remaja tidak nakal. Perbedaan itu mencakup :

1. Perbedaan struktur intelektual

Pada umumnya inteligensi mereka tidak berbeda dengan inteligensi remaja yang normal, namun jelas terdapat fungsi- fungsi kognitif khusus yang berbeda biasanya remaja nakal ini mendapatkan nilai lebih tinggi untuk tugas-tugas prestasi daripada nilai untuk ketrampilan verbal (tes Wechsler). Mereka kurang toleran terhadap hal-hal yang ambigius biasanya mereka kurang mampu memperhitungkan tingkah laku orang lain bahkan tidak menghargai pribadi lain dan menganggap orang lain sebagai cerminan dari diri sendiri.

2. Perbedaan fisik dan psikis

Remaja yang nakal ini lebih “idiot secara moral” dan memiliki perbedaan ciri karakteristik yang jasmaniah sejak lahir jika dibandingkan dengan remaja normal. Bentuk tubuh mereka lebih kekar, berotot, kuat, dan pada umumnya bersikap lebih agresif. Hasil penelitian juga menunjukkan ditemukannya fungsi fisiologis dan neurologis yang khas pada remaja nakal ini, yaitu: mereka kurang bereaksi terhadap stimulus kesakitan dan menunjukkan ketidakmatangan jasmaniah atau anomali perkembangan tertentu.

3. Ciri karakteristik individual

Remaja yang nakal ini mempunyai sifat kepribadian khusus yang menyimpang, seperti : a. Rata-rata remaja nakal ini hanya berorientasi pada masa sekarang, bersenang-senang dan

puas pada hari ini tanpa memikirkan masa depan. b. Kebanyakan dari mereka terganggu secara emosional.

c. Mereka kurang bersosialisasi dengan masyarakat normal, sehingga tidak mampu mengenal norma-norma kesusilaan, dan tidak bertanggung jawab secara sosial.

d. Mereka senang menceburkan diri dalam kegiatan tanpa berpikir yang merangsang rasa kejantanan, walaupun mereka menyadari besarnya risiko dan bahaya yang terkandung di dalamnya.

e. Pada umumnya mereka sangat impulsif dan suka tantangan dan bahaya. f. Hati nurani tidak atau kurang lancar fungsinya.


(19)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja nakal biasanya berbeda dengan remaja yang tidak nakal. Remaja nakal biasanya lebih ambivalen terhadap otoritas, percaya diri, pemberontak, mempunyai kontrol diri yang kurang, tidak mempunyai orientasi pada masa depan dan kurangnya kemasakan sosial, sehingga sulit bagi mereka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial.

5. Jenis Kenakalan Remaja

Jensen (dalam Sarwono, 1985,hal 417) membagi kenakalan remaja ini menjadi 4 jenis yaitu : a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan,

pembunuhan.

b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan. c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan

obat. Di Indonesia mungkin dapat juga dimasukkan hubungan seks sebelum menikah dalam jenis ini.

d. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari anak sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah mereka.

B. Pergaulan Kawan Sebaya

1. Pengertian Kawan Sebaya

Haditomo (2004: 260) mengartikan “kawan sebayaadalah kawan setingkat dalam perkembangan, tetapi tidak perlu sama usianya, yaitu sekumpulan orang yang memiliki keadaan atau tingkat perkembangan yang setingkat, dengan usia tidak harus sama”.


(20)

Berbeda pendapat dari Haditomo (2004:260) Hartup (dalam Santrock, 1983: 223) memiliki pendapat sendiri yang mengatakan bahwa “kawan sebaya adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau kedewasaan yang sama”.

Dari beberapa pengertian tentang kawan sebaya, dapat diambil kesimpulan Bahwa kawan sebayaadalah sekelompok orang yang merasa memiliki beberapa kesamaan, baik dari segi usia, pola berfikir, minat, atau hal yang lain. Interaksi diantara kawan-kawan sebaya yang berusia sama memiliki peran yang unik, pertemanan berdasarkan tingkat usia dengan sendirinya akan terjadi meskipun sekolah tidak menerapkan sistem usia dalam memilih kawan.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pergaulan Remaja

Menurut Retina dalam buku Bimbingan dan Konseling (2002:64), faktor-faktor yang mempengaruhi pergaulan remaja adalah sebagai berikut:

a. Kondisi fisik

Penampilan fisik merupakanaspek penting bagi remaja dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Remaja perlu menanamkan keyakinan bahwa keindahan lahiriah bukanlah makna kecantikan yang sesengguhnya. Kecantikan sejati justru bersumber dari hati nurani, ahlak, serta kepribadian yang baik.

b. Kebebasan emosional

Pada umumnya, remaja ingin memperoleh kebebasan emosional. Mereka ingin bebas melakukan apa saja yang mereka sukai. Dalam masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, seorang remaja senantiasa berusaha agar pendapat atau pikiran-pikirannya diakui dan disejajarkan dengan orang dewasa.


(21)

Kemampuan untukk melakukan interaksi sosial juga sangat penting dalam membentuk konsep diri yang positif, sehingga seseorang mampu melihat dirinya sebagai orang yang kompeten dan disenangi oleh lingkungan.

d. Pengetahuan terhadap kemampuan diri

Setiap kelebihan atau potensi yang ada dalam diri manusia sesunguhnya bersifat laten. Artinya, harus digali dan terus dirangsang agar keluar secara optimal.

e. Penguasaan diri terhadap nilai-nilai moral dan agama

Orang yang memiliki komitmen terhadap nilai-nilai agama cenderung mempunyai jiwa yang lebih sehat. Kondisi tersebut ditampilkan dengan sikap yang positif, optimis, spontan, bahagia, serta penuh gairah dan vitalitas.

3. Perubahan Perkembangan di Masa Berkawan

Di masa remaja, relasi dengan kawan sebaya memiliki proporsi yang besar dari kehidupan individu. Berdasarkan sebuah penyelidikan, diketahui bahwa selama satu minggu, remaja baik laki-laki ataupun perempuan meluangkan waktunya dua kali lebih banyak untuk berkumpul bersama kawan-kawan sebaya dibandingkan bersama orang tuanya.

Relasi yang baik di antara kawan-kawan sebaya dibutuhkan bagi perkembangan sosial yang normal di masa remaja. Isolasi sosial, atau ketidakmampuan untuk “terjun” dalam sebuah jaringan sosial, berkaitan dengan berbagai bentuk masalah gangguan mulai dari masalah kenakalan dan masalah minuman keras hingga depresi. Relasi di antara kawan-kawan sebaya di masa kanak-kanak dan masa remaja juga berdampak bagi perkembangan di masa selanjutnya. dalam sebuah studi, ditemukan bahwa relasi diantara kawan sebaya yang buruk dimasa kanak-kanak ;berkaitan dengan putus sekolah dan kenakalan di masa remaja. Relasi yang harmonis dengan kawan-kawan sebaya di masa remaja berkaitan dengan kesehatan mental yang positif diusia paruh baya Hightower (dalam Santrock, 2007:57).

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan remaja sangat dipengaruhi oleh kawan sebaya, dapat dijelaskan bahwa remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman


(22)

sebaya dibandingkan dengan keluarga. Dengan berkumpulnya remaja dengan teman sebaya akan lebih dapat membangun interaksi sosial yang lebih baik dengan orang lain, dan remaja cenderung memilih kawan sebaya yang meiliki jenis kelamin yang sama. Relasi di antara kawan sebaya sangat mempengaruhi perkembangan remaja, jika sudah salah memilih kawan sebaya dari kanak-kanak hingga pada saat remaja akan berdampak pada hidupnya seperti putus sekolah, kenakalan remaja hingga mempengaruhi kesehatannya.

4. Relasi yang Positif dan Negatif dengan Kawan Sebaya

Jean Piaget dan Harry Stack Sullivan (dalam Santrock, 2007) adalah ahli teori yang berpengaruh, yang menekankan bahwa interaksi melalui dengan interaksi dengan kawana-kawan sebaya, anak-anak dan remaja mempelajari modus relasi yang timbal balik secara simetris. Anak-anak-anak mengeksplorasi prinsip-prinsip kesetaraan dan keadilan melalui pengalaman mereka ketika menghadapi perbedaan pendapat dengan kawan-kawan sebaya. Mereka juga belajar mengamati dengan tajam minat dari sudut pandang kawan-kawannya agar mereka dapat mengintegrasikan minat dan sudut pandangnya sendiri dalam aktivitas yang berlangsung bersama kawan-kawan.

Ketika menjalin persahabatan yang karib dengan kawan-kawan terpilih, remaja dapat belajar untuk menjadi mitra yang lebih terampil dan peka. Selanjutnya, keterampilan ini akan berguna dalam pembentukan basis ketika menjalin relasi pacaran dan relasi perkawinan di masa selanjutnya. Sebaliknya, terdapat sejumlah ahli teori yang menekankan pengaruh negatif dari kawan-kawan sebaya bagi perkembangan anak dan remaja. Bagi beberapa remaja, pengalaman ditolak atau diabaikan dapat membuat mereka merasa kesepian dan bersikap bermusuhan. Selain itu pengalaman ditolak dan diabaikan oleh kawan-kawan yang berkaitan dengan masalah


(23)

kesehatan mental dan masalah kejahatan di masa selanjutnya. Di samping itu, kawan-kawan sebaya dapat memperkenalkan remaja kepada alkohol, minuman keras, kenakalan, serta bentuk-bentuk lain dari perilaku yang dianggap maladaptive oleh orang dewasa.

5. Status Kawan Sebaya

Menurut Wentzel & Asher (dalam Santrock, 2007:62) lima status kawan sebaya yaitu :

a. Anak-anak popular (popular children) sering kali dipilih sebagai kawan terbaik dan jarang tidak disukai oleh kawan-kawannya.

b. Anak rata-rata (average children) memperoleh rata-rata untuk dipilih secara positif maupun negatif oleh kawan-kawannya.

c. Anak-anak yang diabaikan (neglected children) jarang dipilih sebagai kawan terbaik namun tidak ditolak oleh kawan-kawannya.

d. Anak-anak yang ditolak (rejected children) jarang dipilih sebagai kawan terbaik seseorang dan secara aktif tidak disukai oleh kawan-kawannya.

e. Anak-anak controversial (controversial children) mungkin dipilih sebagai kawan terbaik seseorang dan mungkin pula tidak disukai oleh kawan-kawannya.

Anak-anak yang popular memiliki sejumlah keterampilan sosial yang membuat mereka disukai kawan-kawannya. Sebuah studi longitudinal menemukan bahwa para remaja yang popular memiliki tingkat perkembangan ego yang lebih baik, kelekatan yang aman, serta interaksi yang positif dengan ibu dan sahabat, dibandingkan dengan remaja yang kurang popular (Allen, dkk, 2005). Meskipun demikian, remaja yang meningkatkan perilaku yang dapat diterima oleh kelompok kawan sebaya, seprti mengurangi tingkat kenakalan dan penggunaan alcohol, serta mengurangi perilaku yang tidak diterima, seperti sikap bermusuhan, dapat meningkatkan popularitasnya diantara kawan sebaya.

Anak-anak yang ditolak hanya sedikit berinteraksi dengan kawan-kawan dan oleh kawan-kawan mereka sering dikenal sebagai anak pemalu. Anak-anak yang ditolak sering kali memiliki masalah penyesuaian diri yang serius dibandingkan dengan anak-anak yang tidak ditolak (Coie,


(24)

2004; Ladd, 2006; Parker & Asher, 1987; Sandstrom & Zakriski, 2004 dalam Santrock, 2007: 62).

Dari pandangan di atas dapat dikatakan bahwa masuknya individu dalam status kawan sebaya sesuai dari diri individu itu sendiri, apakah individu dapat membuka diri sehingga menjadi popular atau bahkan menutup diri atau pemalu yang menjadi individu tersebut ditolak oleh kawan-kawan sebayanya.

6. Kognisi Sosial dan Emosi Remaja

Keterampilan kognisi sosial dan pengetahuan sosial remaja merupakan aspek yang penting untuk mencapai keberhasilan ketika menjalin relasi dengan kawan sebaya. Demikian pula kemampuan untuk mengelola dan meregulasi emosi.

a. Kognisi Sosial

Dalam kognisi, kita dapat melakukan pembagian antara pengetahuan dan proses kognisi. Pembagian ini dibuat untuk mempelajari aspek-aspek kognitif dalam menjalin relasi dengan kawan sebaya. Mempelajari pengetahuan sosial yang digunakan oleh remaja ketika menjalin relasi dengan kawan sebaya merupakan suatu hal yang penting. Demikian pula dengan mempelajari pemrosesan informasi remaja ketika berinteraksi dengan kawan sebaya.

Ketika anak-anak mulai memasuki masa remaja, mereka memperoleh pengetahuan social yang lebih banyak. Di samping itu, pengetahuan mereka mengenai bagaimana caranya berkawan, membuat kawan-kawan sebaya menyukai mereka cenderung bervariasi. Apabila ditinjau dari perspektif kognisi social, anak-anakdan remaja yang mungkin mengalami kesulitan dalam menjalin relasi dengan kawan sebaya dapat disebabkan karena mereka kurang memiliki keterampilan kognisi sosial yang memadai. Sebuah penyelidikan mencoba mengeksplorasi


(25)

kemungkinan bahwa anak-anak yang mengalami kesulitan dalam menjalin relasi dengan kawan-kawan sebaya, kurang memiliki keterampilan kognisi sosial.

b. Emosi

Tidak hanya kognisi yang berperan penting dalm relasi dengan kawan-kawan sebaya. Emosi juga tidak kalah penting. Sebagai contoh, kemampuan meregulasi emosi berkaitan dengan keberhasilan dalam menjalin relasi dengan kawan-kawan sebaya. Individu yang sering murung dan emosi negatif lebih sering mengalami penolakan oleh kawan-kawan sebaya, sementara individu yang memiliki emosi positif akan lebih popular. Remaja yang memiliki keterampilan regulasi diri yang efektif dapat mengatur ekspresi emosinya dalam konteks membangkitkan emosi yang kuat, seperti ketika seorang kawan mengatakan sesuatu yang negatif. (Santrock, 2007: 65)

7. Pentingnya Persahabatan Bagi Remaja

Menurut Gotman & Parker (dalam Santrock, 2007:69) fungsi persahabatan bagi remaja dapat dikategorikan ke dalam enam golongan yaitu:

a. Kebersamaan (companionship). Persahabatan memberikan mitra yang dikenal, seseorang yang dapat diajak menghabiskan waktu dan melakukan aktivitas kolaboratif secara bersama-sama.

b. Stimulasi (stimulation). Persahabatan memberikan informasi, kegembiraan, keasyikan yang menarik.

c. Dukungan fisik (physical support). Persahabatan memberikan sumber-sumber dan bantuan yang dibutuhkan.

d. Dukungan bagi ego (ego support). Persahabatan dapat memberikan dukungan, dorongan, dan umpan balik yang dapat membantu remaja untuk membina kesan mengenai dirinya sendiri sebagai sosok yang kompeten, menarik dan berharga.

e. Perbandingan sosial (social comparison). Persahabatan dapat memberikan informasi mengenai posisi remaja dan apakah remaja itu baik-baik saja dibandingkan orang lain. f. Intimasilafeksi (intimacylaffection). Persahabatan dapat menjadi relasi yang hangat, karib,

saling percaya, dan sebuah relasi yang memungkinkan mereka saling membuka diri.

Menurut pendapat di atas, banyaknya keuntungan yang didapatkan dari menjalin hubungan persahabatan dengan kawan-kawan sebaya. Banyaknya masukan yang didapatkan, remaja tidak


(26)

sekedar member tetapi juga banyak masukkan dari kawan-kawannya. Tetapi remaja harus dapat memilih masukkan yang dapat diterapkan dalam kehidupannya yaitu masukkan yang positif yang dapat membantu remaja mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya, misalnya kebersamaan, stimulasi, dukungan bagi fisik, dan dukungan bagi ego. Dan masukkan yang dapat membawa hal negatif dapat ditinggalkan seperti perbandingan sosial, remaja tidak dapat membeda-bedakan berteman dengan remaja yang memiliki kelas sosial yang rendah.

8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Seseorang Remaja diterima oleh Kawan Sebaya Faktor-faktor yang mempengaruhi seorang remaja diterima dalam kawan sebaya antara lain :

a. Penampilan (performance) dan perbuatan dengan tampang yang baik.

b. Kemampuan pikir yaitu mempunyai inisiatif, banyak pemikiran kepentingan kelompok dan mengemukakan pikirannya.

c. Sikap, sifat, perasaan yaitu bersikap sopan, memperhatikan orang lain, penyabar atau dapat menahan marah jika berada dalam keadaan yang tidak menyenangkan dirinya. d. Pribadi yaitu jujur dan dapat dipercaya, bertanggung jawab dan suka menjalankan

pekerjaannya, menaati peraturan-peraturan kelompok, maupun menyesuaikan diri dalam berbagai situasi dan pergaulan sosial.

C. Pengaruh Kawan Sebaya terhadap Kenakalan Remaja

Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi “sesuatu”, menggali serta memahami arti dan makna dari segala sesuatu yang ada (Hamalik, 1995:2). Masa remaja merupakan masa-masa labil seseorang dalam menentukan sesuatu hal, baik sesuatu yang berhubungan bagi dirinya sendiri ataupun bagi orang lain.


(27)

Pada masa ini banyak remaja yang terjebak dalam suatu hal yang negatif, seperti kenakalan remaja. Kenakalan remaja sebagai merupakan berbagai perilaku, mulai dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial (seperti berbuat onar di sekolah) status pelanggaran (melarikan diri dari rumah), hingga tindakan kriminal (seperti pencurian). Kenakalan remaja tersebut sering menimbulkan keresahan di lingkungan masyarakat, sekolah, maupun keluarga.

Menurut Santrock, (1996) faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja adalah identitas, kontrol diri, usia, jenis kelamin, harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah, proses keluarga, pengaruh teman sebaya, kelas sosial ekonomi, kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal. Pembentukan sikap, tingkah laku, dan prilaku sosial remaja banyak ditentukan oleh pengaruh lingkungan ataupun teman-teman sebaya, maka dari itu jika individu tidak dapat memilih teman sebaya yang benar-benar baik mereka akan dapat terpengaruh dalam hal-hal yang negatif.

Ewerts dalam Monks (2004: 282) menyebutkan bahwa pemberian norma tingkah laku ini dilakukan oleh kawan sebaya (peers). Kemudian mereka akan lebih mementingkan perannya sebagai anggota kelompok dari pada mengembangkan pola norma diri sendiri yang kemudian akan berpengaruh terhadap tingkah laku kehidupan. Dalam pernyataan ini setiap orang yang sudah menemukan teman-teman yang cocok bahkan membuat kelompok sebaya, individu lebih mengutamakan kepentingan kelompok dibandingkan dengan kepentingan sendiri.

Relasi di antara kawan-kawan sebaya di masa kanak-kanak dan masa remaja juga berdampak pada perkembangan di masa selanjutnya. Dalam sebuah studi ditemukan bahwa relasi di antara kawan sebaya yang buruk dimasa kanak-kanak berkaitan dengan putus sekolah dan kenakalan di masa remaja (Roff, Sells, & Golden 1972 dalam Santrock, 2007: 57).


(28)

Remaja menginginkan teman yang mempunyai minat dan nilai-nilai yang sama, dan dapat mengerti dan membuatnya merasa aman, dan yang kepadanya ia dapat mempercayakan masalah-masalah dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orang tua ataupun guru. Sebagian besar remaja mengatakan bahwa mereka ingin seseorang yang dapat dipercaya, seseorang yang dapat diajak bicara, seseorang yang dapat diandalkan.


(29)

III. METODOLOGI PENELITIAN

Metode dalam penelitian ini memegang peranan penting, sehingga penerapannya memerlukan metode khusus yang dianggap relevan dan dapat membantu memecahkan masalah. Metode ini digunakan untuk melaksanakan penelitian dan menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian, maka peneliti akan mengadakan penelitian penelitian ini di SMA Negeri 1 Natar yang dilaksanakan pada semester ganjil 2011-2012.

B. Metode Penelitian

Menurut Arikunto (1996 : 150) berpendapat, metodologi penelitian adalah cara yangdigunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif, yaitu metode ilmiah yang analisisnya dengan menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran data dan hasilnya (Arikunto, 2006:12). Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif, karena hasil yang diperoleh melalui penelitian berupa data kuantitatif. Data penelitian berupa skor (angka-angka) dan diproses melalui pengolahan statistik, selanjutnya dideskripsikan untuk mendapatkan gambaran mengenai variabel pergaulan kawan sebaya dan variabel kenakalan remaja.

C. Variabel Penelitian

Arikunto (2006:118) menyatakan bahwa: “variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Penelitian ini melibatkan dua variabel diantaranya satu variabel bebas dan satu variable terikat. Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:


(30)

a. Variabel Bebas

“Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable terikat (Sugiyono, 2010:61)”. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pergaulan kawan sebaya.

b. Variabel Terikat

“Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010:61)”. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kenakalan remaja.

D. Definisi Operasional Variabel 1. Pergaulan Kawan Sebaya

Pergaulan Kawan sebaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hubungan sosial siswa-siswa yang memiliki beberapa kesamaan dengan siswa lainnya. Karena memiliki banyaknya kesamaan seperti cara berfikir, kesamaan usia, kesamaan status sosial, siswa tersebut cenderung akan melakukan hal-hal bersama dengan kawan sebayanya. Seperti bermain bersama, membagi cerita bersama, membagi kesenangan dan kesedihan, dan belajar bersama dengan kawan sebaya.

2. Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja adalah suatu tindakan yang menjurus pada berbagai perilaku, seperti perilaku yang tidak terkendali yaitu peluapan emosi, keluar kelas saat jam palajaran, mengobrol di dalam kelas, menjahili Guru. Perilaku yang melakukan hal-hal yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain, yaitu : berkelahi, menggunakan benda berbahaya, dan menggunakan zat-zat berbahaya. Perilaku yang membahayakan hak milik orang lain, yaitu : merampas, mencuri, bertindak agresif, dan mengejek/mencela. Dan perilaku yang


(31)

melawan status, yaitu : membolos pada jam sekolah, tidak melakukan kewajiban sekolah, dan tidak disiplin.

E. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 siswa yang melakukan kenakaln remaja pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2011/2012. Subjek ini didaptkan dari hasil dokumentasi yang peneliti dapatkan dari konselor sekolah yang bertanggung jawab pada kelas XI.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Menurut Riduan (2005:69) “teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh penelitian untuk mengumpulkan data”. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam peneliatian ini adalah :

1. Angket Kenakalan Remaja

Angket adalah “sejumlah pertanyaan/pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.” Pertanyaan/pernyataan tersebut mengandung informasi mengenai segala hal yang berhubungan dengan subyek penelitian (Arikunto, 2002:128).

Angket yang diberikan adalah angket kenakalan remaja, angket ini diberikan untuk mengetahui pengaruh kawan sebaya terhadap kenakalan remaja. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan angket dalam bentuk check-list.


(32)

Penelitian ini akan menggunakan angket dalam bentuk check-list dengan empat alternatif jawaban yaitu “sangat sesuai”, “sesuai”, “tidak sesuai”, dan “sangat tidak sesuai”. Setiap jenis respon mendapat nilai sesuai dengan arah pernyataan yang bersangkutan, untuk lebih jelas perhatikan tabel berikut :

Tabel 3.1 Alternatif Jawaban Angket

Pernyataan Positif Negatif

Sangat sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Tidak sesuai (TS) 2 3

Sangat tidak sesuai (STS) 1 4

Dari pengertian tentang kenakalan remaja yang penulis uraikan sebelumnya, dapat diperoleh beberapa indikator sekaligus deskriptor sebagai poin menyusun pernyataan-pernyataan pada angket. Indikator yang dibuat dalam penelitian ini diambil dari bentuk-bentuk kenakalan remaja yang dikemukakan oleh Jensen (dalam Sarwono, 2002) dan Hurlock (1973). Kisi-kisi angket yang digunakan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Kisi-kisi angket kenakalan remaja

No Variabel Konsep

Variabel Indikator Deskriptor 1 Kenakalan

Remaja sebagai Kenakalan remaja merujuk pada berbagai perilaku, mulai dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial (seperti berbuat

1.Melakukan hal yang tidak terkendali.

a. Luapan emosi remaja

b.Ke kantin saat jam pelajaran

c.Mengobrol di dalam kelas d.Menjahili guru


(33)

onar disekolah) status pelanggaran (melarikan diri dari rumah), hingga tindakan kriminal (seperti pencurian).

2.Melakukan hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain

a. Berkelahi

b. Menggunakan benda berbahaya

c. Menggunakan Napza

3.Melakukan hal-hal yang dapat membahayakan hak orang lain.

4.Melakukan hal-halyang melawan status sebagai pelajar.

a. Mencuri b. Merampas

c. Manfaatkan orang lain demi

kepentingan sendiri

a. Membolos pada jam sekolah

b. Tidak melakukan kewajiban sekolah c. Tidak disiplin d. Tidak memelihara

kebersihan

lingkungan sekolah

2. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2006:231).

Dokumen yang akan digunakan peneliti untuk memperoleh data siswa-siswa yang melakukan kenakalan remaja adalah buku-buku kasus siswa yang melakukan kenakalan remaja.

G. Uji Persyaratan Instrumen 1. Validitas Instrumen


(34)

Menurut Baba (dalam Iskandar, 2007) “validitas adalah sejauh mana instrumen penelitian mengukur dengan tepat konstruk variable yang diteliti”. Sugiyono (2005) menyatakan, “instrument yang valid adalah instrument yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan validitas kontruksi (construct validity). Menurut Sugiyono (2011:125) untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment experts). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu.

Hasil Uji Ahli :

Banyak masukan yang telah diperoleh peneliti dari para ahli yang telah melakukan uji instrument yaitu :

a) Perbaikan bahasa, seperti penggunaan bahasa yang tidak baku menjadi kata-kata baku. b) Penambahan indikator

c) Penghilangan kata-kata yang tidak perlu yaiyu menganalisis masalah siswa, cepat marah, dan akan membantu mengurangi beban pikiran.

d) Penambahan deskriptor yang dianggap penting oleh ahli untuk dimasukkan dalam instrument yang akan peneliti ujikan.

e) Penggunaan EYD yang masih perlu diperhatikan f) Perubahan kata-kata yang masih berantakan

Setelah pengujian konstruksi dari ahli dan berdasarkan pengalaman empiris di lapangan selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Instrumen tersebut dicobakan pada sampel dari populasi yang diambil. (pengujian pengalaman empiris ditunjukkan pada


(35)

pengujian validitas external) jumlah anggota sampel yang digunakan sekitar 30 orang. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total (Sugiyono, 2011:125).

Uji coba instrumen dilakukan pada tanggal 17 Desember 2011 kepada 30 siswa kelas XI SMA Negeri 1 Natar Tahun Ajaran 2011/2012. Dengan diperolehnya indeks validitas tiap item dapat diketahui secara pasti item mana yang tidak memenuhi syarat ditinjau dari validitasnya (Arikunto, 2006:178).

Pengujian item soal dalam penelitian ini menggunakan product moment. Item-item yang tidak memenuhi kriteria akan dibuang terlebih dahulu sebelum dapat menjadi bagian instrumen penelitian. Pada taraf kesalahan 5% dengan n = 30 nilai kritik product moment sebesar 0,300. Sebagai kriteria pemilihan item, hasil korelasi item total dibandingkan dengan r tabel, apabila r hitung lebih besar dari pada r tabel maka butir instrumen tersebut valid. Menurut Azwar (2010:65) semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal daya pembedanya dianggap memuaskan.

Berdasarkan perhitungan uji item soal yang telah dilakukan terhadap 68 item instrumen kenakalan remaja diperoleh hasil yang menunjukan bahwa item yang berkontribusi sebanyak 52 dan yang tidak berkontribusi sebanyak 16 item. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 2 pada hal 4.


(36)

Realibilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk mengetahui reliabilitas alat ukur menggunakan rumus alpha. Alfa Cronbach merupakan suatu koefisien reliabilitas yang mencerminkan seberapa baik item pada suatu rangkaian berhubungan secara positif satu dengan lainnya (Koestoro dan Basrowi, 2006: 243).

Dalam penelitian ini, uji reliabilitas akan dilakukan dengan menggunakan rumus alpha yaitu dengan rumus :

Rumus:

Keterangan:

r11 = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir pertanyaan ΣSt2 = Jumlah varian butir

St2 = Varian total

Kriteria reliabilitas (Koestoro dan Basrowi, 2006 ; 244) sebagai berikut : 0,8 – 1,000 = sangat tinggi

0,6 – 0,799 = tinggi 0,4 – 0,599 = cukup tinggi 0,2 – 0,399 = rendah < 0,200 = sangat rendah

               2

11 1 1

t S St k k r

505,25

30 53 , 1663336 1678494 30 53 , 1663336 1678494 30 30 ) 7064 ( 1678494 2        N N x X Si 2 2 ( ) 

1 0,0345

  

1,03 0,965

0,9940 29 30 25 , 505 46 , 17 1 1 30 30

11    

                    r


(37)

Dari hasil uji realibilitas instrumen kenakalan remaja yang telah peneliti lakukan didapat rhitung adalah 0,994 dan dilihat dari kriteria yang sudah ditetapkan diatas tingkat realibilitas tersebut yaitu 0,994 > 0,8 termasuk sangat tinggi.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan suatu cara yang dilakukan untuk menguji dan membuktikan hipotesis yang diajukan dengan maksud untuk mengambil kesimpulan dari hasil yang diperoleh dari analisis data tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan teknik Chi Kuadrat (X2)one sampel. Chi Kuadrat (X2)one sampel merupakan teknik yang digunakan untuk menguji populasi dan sampel dalam jumlah besar. Untuk perhitungan Chi Kuadrat (X2)one sampel peneliti menggunakan bantuan proses SPSS.


(38)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkanhasilanalisis data danpembahasanpenelitian,

makakesimpulandalampenelitianiniadalahadapengaruhpergaulankawansebayaterhadapkenakalan

remajapadasiswa-siswikelas XI SMA Negeri 1 Natartahunpelajaran

2011-2012.Artinyakenakalanremaja yang

dilakukansiswadipengaruhiolehpergaulannyadengankawansebaya.

B. Saran

Saran yang dapat dikemukakan dari penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 1 Nataradalah:

1. Kepada guru

kepada guru, hendaknya dapat memperhatikanpergaulansiswa di sekolah, dan proses pemilihankawan yang tepat

2. Kepadasiswa

Saran kepadasiswahendaknyaberusahamenolakajakankawanuntukmelakukanhal-hal yang negatif, selektifdalampemilihankawan,

sertadapatmemikirkansegalasesuatusebelummelakukanperbuatan yang dapatmenjerumuskandirikedalamhal-hal yang tidakbaik.


(39)

(40)

PENGARUH PERGAULAN KAWAN SEBAYA TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS XI

SMA NEGERI 1 NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

AMBAR KUSUMAWATI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2012


(41)

(42)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1...Tabel 1.1 KerangkaPikir ...8


(43)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………..i

DAFTAR ISI ……….ii

DAFTAR TABEL ………iii

DAFTAR GAMBAR ………iv

BAB I PENDAHULUAN A...Latar Belakang dan Masalah ...1

1...Latar Belakang Masalah...1

2...Identifikasi Masalah...4

3...Pembatasan Masalah...4

4...Rumusan Masalah... B...Tujuan dan Manfaat Penelitian ...5

1...Tujuan Penelitian ... 2...Manfaat Penelitian...5

C...Ruang Lingkup Penelitian...6

D...Kerangka Pikir ... E...Hipotesis 8 BAB II TINJAUAN TEORI A...Kenakalan Remaja 1...Pengertian Kenakalan Remaja ...10

2...Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja ...11

3...Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Kenakalan Remaja ...12

4...Karakteristik remaja nakal...18

5...Jenis kenakalan remaja...19


(44)

B...Pergaulan Kawan Sebaya

1...Pengertian Kawan Sebaya...20

2...Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pergaulan Remaja ...20

3...Perubahan Perkembangan di Masa Berkawan...22

4...Relasi yang Postif dan Negatif dengan kawan Sebaya ...23

5...Status Kawan Sebaya...24

6...Kognisi Sosial dan Emosi Remaja ...25

7...Pentingnya Persahabatan bagi Remaja ...26

8...Imitasi dan Kesamaan dalam Persahabatan...27

9...Faktor-faktor yang Mempengaruhi Remaja diterima Oleh

Kawan Sebaya...28

C...Pengaruh Kawan Sebaya Terhadap Kenakalan Remaja...28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A...Tempat Penelitian ...31

B...Metode Penelitian ...31

C...Variabel Penelitian...32 D...Definisi

Operasional ...32

E...Populasi dan Sampel Penelitian...33

F...Teknik Pengumpulan Data...35

G...Uji Persyaratan Instrumen ...37

H...Teknik Analisis Data...41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A...Hasil Penelitian ... ..42

1...Gambaran Umum Responden ...42


(45)

2...Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ...42

3...Pengujian Hipotesis ... ..43

B...Pembahasan ... 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A...Kesimpulan ...49

B...Saran 49


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ali, M. 2006. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Pontianak:Bumi Aksara Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rieneka Cipta __________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rieneka Cipta Basrowi, Ahmad, K. 2007. Metodelogi Penelitian Sosial, Konsep, Prosedur dan Aplikasi.

Kediri:CV Jenggala Pustaka Utama

Gerungan, A.G. 1986. Psikologi Sosial. Bandung: PT Eresco

Gunarsa, S.D. 2003, Psikologi Perkembangan, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia Hadi, S. 1986. Metodelogi Research. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Haditomo, S.R. 2004. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Unika Atma Jaya Hamalik, O. 1995. Psikologi Remaja. Maju mundur.

Hurlock, B.E. 1973. Psikologi Perkembangan. Jakarta:Erlangga

__________. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.

Penerjemah: Istiwidayati. Jakarta: Erlangga.

Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta:GP Press.

Kartono, K. 2002, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada __________. 2003, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Koestoro, B. 2006. Strategi Penelitian Sosial Dan Pendidikan.Surabaya:

Media Oetama Press

Martono, N. 2010. Statistik Sosial (Teori dan Aplikasi Program SPSS). Yogyakarta: Gava Media

Monks, F.J.K dkk. 2004. Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Jogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mussen dkk, 1994. Child Development and Personality. Fifth ed. New York: Happer and Row Publisher.


(47)

Maulida, N. 2008. Pengaruh Peer Group Terhadap Kesadaran Beragama pada Anggota

Pengajian Remaja Masjid Syarif, Saripanmakamhaji Pada Tahun 2008.Jurusan

Perbandingan Agama (Ushuludin). Fakultas Agama Islam. Universitas Muhammadiyah Surakrta.

Nazir, M. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Renita, B. 2007. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Erlangga.

Ridwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Penenliti

Pemula. Jakarta: Alfabeta.

Santoso, S. 2009. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Santrock, J.W. 1983. Life-Span Development(Perkembangan Masa Hidup). University of Texas at Dallas: Brown and Bench-Mark.

____________. 1996. Perkembangan Remaja, Edisi 6. Jakarta: Erlangga. ____________. 2007. Remaja, Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, S.W. 1998. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.

____________. 2002. Psikologi Remaja Edisi 6. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sudjana, 2002. Metoda Statistika. Bandung: Transito.

Sugiyono, 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

________. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&B. Bandung: CV.Alfabeta. Trihendradi, C. 2005. SPSS 13 Analisis Data Statistik: Yogyakarta.


(48)

(49)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1...Tabel 3.1 AlternatifJawabanAngket...36

2...Tabel 3.2 Kisi-kisiAngketKenakalanRemaja ...36

3...Tabel 3. 3 HasilAnalisis Item InstrumenInteraksiSosial ...39

4...Tabel 4.1Chi Kuadrat (X2)one sampel ...43


(50)

MOTTO

Suksestidakdiukurdariposisi yang

dicapaiseseorangdalamhidup,

tapidarikesulitan-kesulitan yang

berhasildiatasiketikaberusahameraihsukses

(Booker T. Washington)

Kegagalanadalahsukses yang tertunda

(AmbarKusumawati)


(51)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan Bismillahirohmanirohim

Kupersembahkan karya yang sederhana ini sebagai ungkapan rasa syukur dan bangga kepada:

BapakdanIbutercinta yang telahmembesarkan,

mendidikdanmendoakandenganhati yang tulus.

Mba, kakakdankeponakantersayang yang

selalumenantikankeberhasilanku.

Sahabat-Sahabatku yang selalumembantu, memotivasiku, dan yang

selaluadadisaatbenar-benarkumembutuhkansemangatmereka.

Teman-temankumahasiswaBimbingandanKonseling

Serta


(52)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Natar pada tanggal 02 Maret 1990, yang merupakan anak bungsu dari dua bersaudara pasangan Bapak Drs. Amin Basuki dan Ibu Istoniah.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Darmawanita Natar selesai tahun 1995, Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Merak Batin, Natar selesai tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Natar, Lampung Selatan selesai tahun 2004, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Natar, Lampung Selatan Bandar Lampung selesai tahun 2007.

Pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa baru di Universitas Lampung di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan Pendidikan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Bimbingan dan Konseling melalui jalur PKAB. Pada Tahun 2010, Penulis melaksanakan Praktek Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah (PLBK-S) di SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan.

Penulis,


(53)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pergaulan Kawan Sebaya Terhadap Kenakalan Remaja Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2011/2012”. Adapun maksud penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung yang telah memberikan izin bagi penulis untuk mengadakan penelitian.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan Konseling sekaligus selaku pembahas pada penulisan skripsi ini. Terima kasih atas masukan dan saran-saran pada seminar terdahulu sampai menuju ujian akhir.

4. Bapak Drs. Giyono, M.Pd selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan masukan dan mengarahkan demi terselesaikannya skripsi ini.

5. Ibu Ranni Rahmayanthi Z, S.Pd, MA selaku Pembimbing Pembantu yang telah memberikan masukan dan arahan demi terselesaikannya skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling, terimakasih atas didikannya selama kurang lebih empat tahun perkuliahan. Semoga apa yang bapak dan ibu berikan dapat bermanfaat bagi kehidupan peneliti di masa depan.


(54)

7. Bapak dan Ibu staf dan karyawan FKIP Unila, terimakasih atas bantuannya selama ini dalam menyelesaikan segala keperluan administrasi kami.

8. Drs. Suwarlan, M.MPd selaku kepala Sekolah SMA Negeri ! Natar yang telah yang telah berkenan memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 9. Dra. Ni Made Suarmiati selaku koordinator BK yang telah membantu penelitian ini.

10. Kedua orang tuaku tercinta yang tak henti-hentinya menyayangiku, memberikan doa, dukungan, semangat serta menantikan keberhasilanku.

11. Mba ku Wiwiek, kakak ipar ku Zenal serta keponakan tersayang ku Galuh yang selalu memberikan doa serta dukungan untuk terselesainya skiripsi ini.

12. Sahabat-sahabat PASTI yang selalu menemani, tak henti-hentinya memberikan masukan serta dukungan untuk ku Pipit, Ayi, Tio, Enti terima kasih atas segala sesuatu yang telah kalian berikan sampai terselesainya skripsi ini.

13. Sahabat-sahabat seperjuanganku bimbingan dan konseling angkatan 2007 Metong, Supai, Lida, Emon, Once, Betey, Fika, Saeng Izni tempat berbagi banyak video serta cerita tentang OPPA ”we are ELF oeo”, Eonni Diah yang selalu galau, Resti, Sulis, Pede, Wita, Mba Dian, Ekasus, Wuri, Inoy, Siska, Ewin, Panjul, Arem, Asep, Wahid, Nadia Arissanti Wardhani, Yunis Mutiara Putri Ayogo, Boyce Saputra, Eka Lisdiana, Nikmah Ranti Maulidah,Yusbowo, Agus Purwanto, Alfitri Asmaul Husna, Ardian Mandela, Asep Lukman Efendi, Astutik Riyanti, Citra Passa Hartadi, Rekta Herwina, Susi Novianti, Trialita Widianingrum, Widi Sujatmiko, Yudhi Riski Prihantoro, Maleluan Pramana. 14. Semua adik tingkat BK 2008 yang tidak dapat lepas dari kakak tingkat 2007 nya yang tidak dapat

disebutkan satu persatu terimakasih atas bantuan dan dukungannya selama ini.

15. Teman-teman PLBK Jon, Nenek, Fatma, Endri, Mba Anita, Rekta, Dini, Vivi, Mba Yuni, Mba Dwika, Kak Panca terimakasih atas canda tawa kalian, kebersamaan itu membuat PLBK terasa begitumenyenangkan.


(55)

17. Semua yang mengisi dan mewarnai hidupku, terimakasih atas kasih sayang, kebaikan dan dukungannya yang telah memberikan pelajaran buatku.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Tidak sedikit kekurangan dan kelemahan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya skripsi ini.

Bandarlampung, 2012 Penulis


(1)

MOTTO

Suksestidakdiukurdariposisi yang

dicapaiseseorangdalamhidup,

tapidarikesulitan-kesulitan yang

berhasildiatasiketikaberusahameraihsukses

(Booker T. Washington)

Kegagalanadalahsukses yang tertunda

(AmbarKusumawati)


(2)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan Bismillahirohmanirohim

Kupersembahkan karya yang sederhana ini sebagai ungkapan rasa syukur dan bangga kepada:

BapakdanIbutercinta yang telahmembesarkan, mendidikdanmendoakandenganhati yang tulus.

Mba, kakakdankeponakantersayang yang selalumenantikankeberhasilanku.

Sahabat-Sahabatku yang selalumembantu, memotivasiku, dan yang selaluadadisaatbenar-benarkumembutuhkansemangatmereka.

Teman-temankumahasiswaBimbingandanKonseling Serta


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Natar pada tanggal 02 Maret 1990, yang merupakan anak bungsu dari dua bersaudara pasangan Bapak Drs. Amin Basuki dan Ibu Istoniah.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Darmawanita Natar selesai tahun 1995, Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Merak Batin, Natar selesai tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Natar, Lampung Selatan selesai tahun 2004, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Natar, Lampung Selatan Bandar Lampung selesai tahun 2007.

Pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa baru di Universitas Lampung di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan Pendidikan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Bimbingan dan Konseling melalui jalur PKAB. Pada Tahun 2010, Penulis melaksanakan Praktek Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah (PLBK-S) di SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan.

Penulis,


(4)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pergaulan Kawan Sebaya Terhadap Kenakalan Remaja Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2011/2012”. Adapun maksud penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung yang telah memberikan izin bagi penulis untuk mengadakan penelitian.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan Konseling sekaligus selaku pembahas pada penulisan skripsi ini. Terima kasih atas masukan dan saran-saran pada seminar terdahulu sampai menuju ujian akhir.

4. Bapak Drs. Giyono, M.Pd selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan masukan dan mengarahkan demi terselesaikannya skripsi ini.

5. Ibu Ranni Rahmayanthi Z, S.Pd, MA selaku Pembimbing Pembantu yang telah memberikan masukan dan arahan demi terselesaikannya skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling, terimakasih atas didikannya selama kurang lebih empat tahun perkuliahan. Semoga apa yang bapak dan ibu berikan dapat bermanfaat bagi kehidupan peneliti di masa depan.


(5)

7. Bapak dan Ibu staf dan karyawan FKIP Unila, terimakasih atas bantuannya selama ini dalam menyelesaikan segala keperluan administrasi kami.

8. Drs. Suwarlan, M.MPd selaku kepala Sekolah SMA Negeri ! Natar yang telah yang telah berkenan memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 9. Dra. Ni Made Suarmiati selaku koordinator BK yang telah membantu penelitian ini.

10. Kedua orang tuaku tercinta yang tak henti-hentinya menyayangiku, memberikan doa, dukungan, semangat serta menantikan keberhasilanku.

11. Mba ku Wiwiek, kakak ipar ku Zenal serta keponakan tersayang ku Galuh yang selalu memberikan doa serta dukungan untuk terselesainya skiripsi ini.

12. Sahabat-sahabat PASTI yang selalu menemani, tak henti-hentinya memberikan masukan serta dukungan untuk ku Pipit, Ayi, Tio, Enti terima kasih atas segala sesuatu yang telah kalian berikan sampai terselesainya skripsi ini.

13. Sahabat-sahabat seperjuanganku bimbingan dan konseling angkatan 2007 Metong, Supai, Lida, Emon, Once, Betey, Fika, Saeng Izni tempat berbagi banyak video serta cerita tentang OPPA ”we are ELF oeo”, Eonni Diah yang selalu galau, Resti, Sulis, Pede, Wita, Mba Dian, Ekasus, Wuri, Inoy, Siska, Ewin, Panjul, Arem, Asep, Wahid, Nadia Arissanti Wardhani, Yunis Mutiara Putri Ayogo, Boyce Saputra, Eka Lisdiana, Nikmah Ranti Maulidah,Yusbowo, Agus Purwanto, Alfitri Asmaul Husna, Ardian Mandela, Asep Lukman Efendi, Astutik Riyanti, Citra Passa Hartadi, Rekta Herwina, Susi Novianti, Trialita Widianingrum, Widi Sujatmiko, Yudhi Riski Prihantoro, Maleluan Pramana. 14. Semua adik tingkat BK 2008 yang tidak dapat lepas dari kakak tingkat 2007 nya yang tidak dapat

disebutkan satu persatu terimakasih atas bantuan dan dukungannya selama ini.

15. Teman-teman PLBK Jon, Nenek, Fatma, Endri, Mba Anita, Rekta, Dini, Vivi, Mba Yuni, Mba Dwika, Kak Panca terimakasih atas canda tawa kalian, kebersamaan itu membuat PLBK terasa begitumenyenangkan.


(6)

17. Semua yang mengisi dan mewarnai hidupku, terimakasih atas kasih sayang, kebaikan dan dukungannya yang telah memberikan pelajaran buatku.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Tidak sedikit kekurangan dan kelemahan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya skripsi ini.

Bandarlampung, 2012 Penulis


Dokumen yang terkait

DESKRIPSI KENAKALAN REMAJA AKIBAT ORANG TUA BROKEN HOME PADA SISWA KELAS XI SMA ARJUNA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

4 39 60

KEMAMPUAN MENULIS SURAT PERJANJIAN JUAL BELI PADA SISWA KELAS XI SMA SWADHIPA NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

2 30 67

PENGARUH PERGAULAN KAWAN SEBAYA TERHADAP KENAKALAN REMAJA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

16 204 55

KEMAMPUAN MENYIMPULKAN ISI BERITA MELALUI KEGIATAN MENYIMAK SISWA KELAS X SMAN 1 NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

4 37 55

UPAYA MENURUNKAN KENAKALAN REMAJA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA COVERT SENSITIZATION PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

3 11 78

PENGARUH CARA BELAJAR DAN PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI AKUNTANSI SEMESTER GANJIL SMK MUTIARA NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 16 68

PENGARUH CARA BELAJAR DAN PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI AKUNTANSI SEMESTER GANJIL SMK MUTIARA NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

2 17 69

HUBUNGAN KONSEP DIRI SISWA DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA SWADHIPA BUMISARI NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 6 67

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

3 12 87

PENGARUH METODE TUTOR SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 3 METRO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

1 26 71