Sinkronisasi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Selain itu, pemerintah dituntut untuk bertindak secara bijak, tepat, dan hati- hati; e. Setiap tindakan harus diarahkan kepada tujuan yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan; f. Aparat pemerintah dalam hal ini adalah pembuat peraturan daerah dalam melaksanakan tugas-tugasnya hendaknya berpandangan jauh ke depan. Pemerintah harus dapat meramalkan dengan tepat gejala-gejala yang memungkinkan timbul yang dapat menunjang serta berkaitan dengan langkah ini diharapkan akan selalu sesuai dengan situasi dan kondisi; g. Merupakan kewajiban bagi aparat pemerintah dalam menciptakan produk- produk hukum, hendaknya menghayati dan memperhatikan rasa keadilan, kesadaran hukum dan kebudayaan yang hidup dalam masyarakat. Dengan demikian produk hukum yang dihasilkan tidak hanya berdasarkan kesadaran hukum penguasa saja, akan tetapi merupakan perpaduan yang serasi antara kesadaran hukum penguasa dan kesadaran hukum masyarakat.

3. Sinkronisasi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah dengan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Ijin Usaha Industri, Ijin Usaha Perdagangan dan Tanda Daftar Gudang Sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-Undang Dasar 1945 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang ditunjukkan dalam Pasal 18 ayat 2, yaitu pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah menurut asas otonomi daerah dan tugas pembantuan. Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antar susunan pemerintah dan atau pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan persaingan global dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintah negara. Dalam kenyataannya, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan ketatanegaraan dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah maka kemudian disahkan undang-undang baru yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pemerintah daerah dalam era otonomi dalam hal ini berwenang untuk membuat peraturan daerah untuk mengatur pemerintahan daerahnya, hal ini tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 bahwa pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah berdasarkan asas otonomi. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efesiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antar susunan pemerintahan. Tata cara pembuatan perda bahwa dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah bahwa perda ditetapkan oleh kepala daerah setelah mendapat persetujuan dari DPRD. Perda tersebut merupakan penjabaran dari undang- undang yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-masing daerah. Dalam tahap menyiapkan peraturan daerah tersebut, masyarakat berhak memberikan masukan lisan atau tertulis dalam rangka penyiapan atau pembahasan rancangan perda, aturan tersebut disampaikan kepada pemerintah paling lama 7 hari setelah ditetapkan dan tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundangan yang lebih tinggi karena dapat dibatalkan oleh pemerintah. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah disusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, hal tersebut disusun oleh pemerintah daerah provinsi, kabupatenkota sesuai dengan kewenangan yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Dari ketentuan tata cara pembuatan Perda di atas bahwa Perda Nomor 9 Tahun 2003 sudah memenuhi syarat pembentukan Perda. Akan tetapi dari segi substansi perda tersebut harus disesuaikan dengan undang-undang penanaman modal yang baru dimana perijinan harus melalui Unit Pelayanan Terpadu bukan lagi melalui Dinas atau Departemen.

4. Sinkronisasi Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan