LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

International Financial Reporting Standars IFRS merupakan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh International Accounting Standards Committee IASC atau International Accounting Standard Board IASB yang sekarang ini telah diterapkan dan diadopsi di negara- negara Eropa dan Amerika pada tahun 2005. Praktik akuntansi di tiap negara berbeda disebabkan adanya pengaruh lingkungan, ekonomi, sosial, dan politik di tiap negara. Adanya globalisasi dan agar terjadi persamaan persepsi akuntansi di setiap negara maka dibentuklah Standar Akuntansi Internasional yang dikenal dengan International Financial Reporting Standars IFRS yang nantinya bertujuan memudahkan rekonsiliasi bisnis dalam lintas negara dan sekarang ini satu per satu negara di dunia telah dan mulai mengadopsi IFRS. IFRS diterapkan di Indonesia melalui tahapan konvergensi yang dimulai pada tahun 2007. Terdapat dua macam strategi adopsi yaitu bigbang strategy yang mengadopsi IFRS secara penuh tanpa melalui tahapan tertentu digunakan oleh negara-negara maju dan gradual strategy yang dilakukan secara bertahap dilakukan oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia. Penerapan dan adopsi mengenai IFRS ini merupakan suatu hal yang menimbulkan perdebatan dan berbagai macam reaksi dari berbagai negara di commit to user dunia, baik reaksi yang mendukung maupun reaksi yang menentang. Pihak yang mendukung adanya adopsi IFRS diantaranya adalah Gebhardt dan Farkas 2011, Chen et al 2010 dan Armstrong et al. 2010. Penelitian oleh Armstrong et al. 2010 yang menemukan bahwa pasar secara positif merespon adanya adopsi IFRS. Chen et al. 2010 juga menemukan bukti empiris bahwa dengan adopsi IFRS secara mandatory dapat meningkatkan kualitas informasi akuntansi dan menurunkan manajemen laba dibandingkan sebelum mengadopsi IFRS. Penelitian yang sama oleh Gebhardt dan Farkas 2011 dan Paglietti 2009, juga memberikan bukti empiris bahwa kualitas informasi akuntansi meningkat setelah adopsi IFRS di negara anggota Uni Eropa. Sementara menurut Mazars, 2006 pihak yang telah menentang ini telah menyatakan bahwa adopsi IFRS tidak akan menghasilkan manfaat yang diperlukan, akan tetapi hanya menyajikan perubahan akuntansi murni dengan tanpa memilki manfaat ekonomis atau mungkin dapat menurunkan kualitas akuntansi Janjean dan Stolowy, 2008 yang dalam penelitiannya menggunakan data dari negara Australia, Inggris, dan Perancis yang menguji dampak adopsi mandatory IFRS yang dikaitkan dengan earnings management dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak terjadi penurunan earnings management setelah adopsi mandatory IFRS bahkan di Perancis terjadi peningkatan praktik earnings management. Banyak penelitian yang telah dilakukan sehubungan dengan adopsi IFRS selain yang telah disebutkan sebelumnya diantaranya adalah penelitian oleh Daske et al. 2008 yang melakukan penelitian mengenai adopsi IFRS terhadap commit to user likuiditas pasar, cost of capital, dan penilaian terhadap ekuitas yang hasilnya menunjukkan bahwa adopsi IFRS dapat meningkatkan likuiditas pasar, mengurangi cost of capital, dan peningkatan nilai ekuitas. Barth et al. 2008 yang meneliti adopsi IAS terhadap kualitas akuntansi yang menunjukkan bahwa dengan adanya adopsi IAS secara sukarela, dapat menurunkan earnings management, pengakuan kerugian yang lebih tepat, dan meningkatkan value relevance atas informasi laba.Informasi akuntansi menjadi informatif dan kualitas akuntansi menjadi lebih tinggi setelah periode adopsi IFRS. Cuzman et al. 2010 juga melakukan penelitian mengenai meta analisis setelah adpsi IFRS pada pasar Eropa yang terkait dengan financial instrument yang hasilnya menunjukkan adopsi IFRS dapat membawa stabilisasi pasar keuangan Eropa. Penerapan IFRS sebagai standar global akan berdampak pada semakin sedikitnya pilihan-pilihan metode akuntansi yang dapat diterapkan sehingga akan meminimalisir praktik-praktik kecurangan akuntansi Prihadi, 2011; 4 dalam Rohaeni dan Aryati; 2012. Fleksibilitas ketika memilih metode akuntansi kadang-kadang memotivasi manajer untuk memilih metode akuntansi atau untuk mengubah yang digunakan dalam rangka meningkatkan, menurunkan atau meratakan angka pendapatan dari tahun ke tahun. Isu ini sering dikaitkan dengan praktek income smoothing, yaitu merepresentasikan usaha manajer untuk menggunakan keleluasaan dalam pelaporan untuk dengan sengaja meredam fluktuasi realisasi pendapatan perusahaan represents manager’s attempts to use their reporting discretion to “intentionally dampen the fluctuations of their firms’ earnings realizations”Beidleman, 1973. commit to user Laba merupakan salah satu informasi yang sangat potensial pada laporan keuangan dan penting bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan. Laba juga menjadi perhatian utama bagi investor untuk menentukan dan mengambil keputusan dan mencerminkan kualitas informasi akuntansi perusahaan. Hal ini terkadang membuat manajemen untuk berpotensi melakukan manipulasi data dengan melakukan pemerataan laba. Sehubungan dengan manajemen laba dan adopsi IFRS ini beberapa penelitian juga telah dilakukan, antara lain Daske dan Gunther 2006 menyatakan bahwa pengapdopsian IFRS meningkatkan kualitas financial statement. Butler et al. 2004 bahwa earning management pada laporan keuangan dapat diidentifikasi dengan menggunakan rasio kunci yakni seperti gearing dan likuiditas, dan penerapan standar IFRS pada item laporan keuangan ini dapat mengurangi tingkat earning management. Barth et al. 2008 yang dalam penelitiannya meneliti kualitas akuntansi sebelum dan sesudah dikenalkannya IFRS dengan menggunakan sampel sebanyak 327 perusahaan di 21 negara dari 1896 perusahaan yang diobservasi yang telah mengadopsi IAS secara sukarela antara tahun 1994 dan 2003. Dalam penelitiannya ditemukan bukti bahwa setelah diperkenalkannya IFRS, tingkat manajemen laba menjadi lebih rendah, relevansi nilai menjadi lebih tinggi, dan pengakuan kerugian menjadi semakin tepat waktu, dibandingkan dengan masa sebelum transisi di mana akuntansi masih berdasarkan local GAAP. Penelitian-penelitian tersebut di atas bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jeanjean dan Stolowy 2008 yang meneliti dampak keharusan mengadopsi IFRS terhadap manajemen laba dengan mengobservasi commit to user 1146 perusahaan dari Australia, Prancis, dan UK mulai tahun 2005 hingga 2006. Penelitian tersebut menemukan bukti bahwa manajemen laba di negara-negara tersebut tidak mengalami penurunan setelah adanya keharusan mengadopsi IFRS, dan bahkan meningkat untuk Prancis. juga penelitian oleh Ball et al. 2003 juga menunjukkan bahwa standar berkualitas tinggi tidak selalu menghasilkan informasi akuntansi berkualitas tinggi. Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yaitu penelitian oleh Barth 2008 yang menguji hubungan IAS International Accounting Quality terhadap tiga kualitas akuntansi yaitu earnings management, timely loss recognition, and value relevance dengan mengambil sampel 21 perusahaan di Eropa tahun 1994-2003 yang dikelompokkan dalam perusahaan yang menerapkan IAS dan perusahaan yang tidak menerapkan IAS NIAS dengan membagi periode masa setelah dan sebelum adopsi IAS. Penulis dalam penelitian ini mencoba menguji bagaimana adopsi IFRS terhadap salah satu kualitas akuntansi yaitu manajemen laba pada sektor manufaktur di Indonesia yang terdaftar di BEI. Motivasi dalam penelitian ini adalah penulis ingin mengetahui dampak fenomena adopsi IFRS pada perusahaan sektor manufaktur di Indonesia, mengingat sekarang ini IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang harus diterapkan di negara-negara di dunia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian oleh Barth 2008 adalah data pada penelitian ini menggunakan periode yang pendek dengan membandingkan data dua tahun, yaitu tahun 2007 dimana masa sebelum adopsi IFRS dan data 2013 dimana periode adopsi IFRS telah dilakukan secara penuh. Alasan penulis commit to user memilih perusahaan manufaktur adalah karena menurut penulis, perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang mempunyai jumlah yang cukup banyak dalam list perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan lebih banyak menguaai sektor perekonomian di Indonesia.

B. PERUMUSAN MASALAH