Dalam penelitian ini, pengukuran manajemen laba menggunakan dasar penelitian oleh barth 2008 yang dalam penelitiannya pengukuran manajemen
laba berkaitan dengan earning smoothing yang didasarkan pada tiga regresi yaitu, perbedaan perubahan net income yang diukur dengan total aset, rasio tengah dari
perbedaan perubahan net income pada perbedaan perubahan dalam arus kas operasi, dan Korelasi antara akrual dan arus kas.
B. PERUMUSAN HIPOTESIS
Beberapa penelitian telah banyak dilakukan mengenai adopsi IFRS terhadap kualitas informasi akuntansi yang dicerminkan dengan manajemen laba
di tiap negara di dunia. Antara lain adalah penelitian oleh Barth et al. 2008 yang meneliti kualitas akuntansi sebelum dan sesudah dikenalkannya IFRS dengan
menggunakan sampel sebanyak 327 perusahaan di 21 negara yang telah mengadopsi IAS secara sukarela antara tahun 1994 dan 2003. Dalam penelitian ini
ditemukan bukti bahwa setelah diperkenalkannya IFRS, tingkat manajemen laba menjadi lebih rendah, relevansi nilai menjadi lebih tinggi, dan pengakuan
kerugian menjadi semakin tepat waktu, dibandingkan dengan masa sebelum transisi di mana akuntansi masih berdasarkan local GAAP.
Penelitian ini didukung oleh Chen et al. 2010 juga menemukan bukti empiris bahwa dengan adopsi IFRS secara mandatory dapat meningkatkan
kualitas informasi akuntansi dan menurunkan manajemen laba dibandingkan sebelum mengadopsi IFRS.
Penelitian-penelitian yang lain juga menekankan pengaruh positif adopsi IFRS terhadap kualitas informasi setelah perusahaan menerapkan adopsi IFRS
commit to user
diantaranya adalah penelitian oleh Hung dan Subramanyan 2007 yang membandingkan dampak IAS dengan standar akuntansi Jerman terhadap laporan
keuangan yang hasilnya menunjukkan bahwa standar akuntansi Jerman lebih menekankan pada income smoothing, sedangkan IAS lebih menekankan pada fair
value dan penilaian pada neraca. IAS signifikan meningkatkan book value dari laba yang juga meningkatkan value relevance dari laba itu sendiri serta
meningkatkan timeliness dari informasi akuntansi. Penelitian oleh Horton dan Serafeim 2010 yang mempelajari rekonsiliasi
aturan akuntansi dari GAAP ke IFRS pada tahun 2005 di Inggris, pada saat adopsi IFRS wajib bagi semua perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa pasar bereaksi
terhadap penyesuaian laba negatif karena rekonsiliasi IFRS dan juga penyesuaian positi negatif saat sebelum dan setelah IFRS. Ini mengindikasikan bahwa
kualitas informasi akuntansi menjadi lebih informatif. Penelitian oleh Daske et.al 2008 tentang konsekuensi ekonomis dari adopsi IFRS secara mandatory di
seluruh dunia dengan mengamati dampak adopsi IFRS terhadap likuiditas pasar, cost of capital dan penilaian terhadap ekuitas yang diproksikan melalui tobins’Q,
dengan sampel 26 perusahaan besar di negara di seluruh dunia. Hasilnya menunjukkan bahwa secara rata-rata likuiditas pasar meningkat setelah adopsi
IFRS, cost of capital perusahaan menjadi rendah, dan terjadi peningkatan nilai ekuitas.
Selanjutnya penelitian oleh Anggraita 2012 yang menemukan adanya penurunan manajemen laba pada masa setelah adopsi IFRS khususnya pada
komponen Cadangan kerugian penurunan nilai CKPN sebagai salah satu
commit to user
komponen proksi manajemen laba. Mengacu pada pernyataan IAI tahun 2009 yang menyebutkan bahwa IFRS dapat mempersulit tindakan manajemen laba
melalui penerapan fair value dan balance sheet approach, maka asumsi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang mengadopsi IFRS secara penuh cenderung
memiliki tingkat manajemen laba yang lebih kecil. Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis 1 yang diajukan dalam
penelitian ini adalah : H1
: Adopsi IFRS berpengaruh terhadap manajemen laba
C. KERANGKA BERPIKIR