Perbedaan IFRS dengan GAAP

Tetapi, prediksi bahwa aplikasi IFRS berhubungan dengan kualitas akuntansi yang tinggi tidak selalu benar. Ada dua alasan yang pertama, adalah bahwa IFRS mungkin mempunyai kualitas yang lebih rendah daripada standar domestik yang digunakan. Dengan contoh keterbatasan kebijaksanaan manajerial yang berhubungan dengan alternatif akuntansi dapat menghilangkan kemampuan perusahaan untuk melaporkan pengukuran akuntansi yang pengukurannya lebih baik dicerminkan oleh posisi ekonomi dan kinerja perusahaan. Fleksibilitas dalam principles-based standards dapat memberikan kesempatan yang lebih besar untuk melakukan manajemen laba yang dapat mengurangi kualitas akuntansi. Fleksibilitas ini, telah lama menjadi perhatian dalam peraturan pasar saham, khususnya dalam konteks internasional e.g Breeden, 1994. Yang kedua, sekalipun jika IFRS adalah merupakan standar kualitas yang tinggi, adanya pengaruh utama dari penerapan sistem pelaporan keuangan yang lain adalah dapat mengurangi kemajuan dalam menciptakan kualitas akuntansi dari adopsi IFRS. Pelaksanaan IFRS yang lemah dapat menghasilkan standar yang terbatas, dengan demikian keefektifannya juga terbatas Barth,2008.

1.6 Perbedaan IFRS dengan GAAP

Ada beberapa perbedaan penggunaan standar akuntansi internasional atau IFRS dan GAAP Generally Accepted Accounting Priciples yang ditinjau dari nilai wajar, Principal Based, dan persyaratan pengungkapan yang lebih banyak dan rinci: commit to user 1. Nilai wajar Sebelum menggunakan standar akuntansi internasional IFRS, sistem akuntansi menggunakan historical cost untuk mengukur transaksi. Historical cost adalah merupakan jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh asset pada saat perolehan atau konstruksi, atau jika dapat diterapkan jumlah yang dapat diatribusikan langsung ke asset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu di dalam PSAK lain PSAK 19, revisi 2009. Kelemahan historical cost adalah kurang mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Sedangkan keunggulan historical cost adalah bahwa historical cost lebih objektif dan variable karena didasarkan pada transaksi, tetapi pihak manajemen bisa memanfaatkan kelemahan historical cost untuk melakukan manajemen laba, misalnya pada saat kinerja perusahaan sedang buruk apabila nilai wajar asset pada tanggal pelaporan lebih besar dari nilai tercatatnya, maka pihak manajemen akan menjual asset tersebut sehingga ada keuntungan yang terjadi dan diakui dalam laporan laba rugi Qomariah, 2013. Standar akuntansi internasional IFRS cenderung menggunakan nilai wajar fair value. Nilai wajar fair value adalah jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran asset atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham knowledgeable dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar arm’s length transaction IAI, 2009. Keuntungan dengan digunakannya nilai wajar adalah pos-pos asset dan liabilitas yang dimiliki lebih mencerminkan nilai yang sebenarnya pada saat tanggal laporan keuangan. Namun terdapat argumen yang menolak penggunaan nilai wajar yang meyatakan bahwa nilai wajar commit to user menyebabkan volatilitas dalam laporan keuaangan dan mengurangi prediksi laba. Namun jika penggunaan nilai wajar menyebabkan volatilitas yang tinggi hal tersebut sebenarnya hanya mengungkapkan realitas ekonomi yang sebenanrnya Siregar, 2010. 2. Principal Based Sebelum konvergensi IFRS, standar akuntansi Indonesia menggunakan US GAAP yang telah dirumuskan oleh FASB. US GAAP itu sendiri merupakan standar yang rules based berbasis aturan. Standar yang berbasis aturan ini akan meningkatkan konsistensi dan keterbandingan antar perusahaan dan antar waktu, akan tetapi di sisi lain kurang relevan karena tidak mampu merefleksikan kejadian ekonomi entitas yang berbeda antar perusahaan dan antar waktu. Semakin banyak aturan, maka aturan tersebut akan makin memiliki banyak celah untuk dilanggar yang mengakibatkan aturan semakin banyak untuk menutup celah-celah lain. Standar yang detail sangat insentif bagi manajemen untuk mengatur transaksi sesuai hasil yang diharapkan berdasarkan aturan yang ada dalam standar. Auditor menjadi sulit menolak manipulasi yang dilakukan oleh manajemen saat ada aturan detail yang menjustifikasinya. Standar yang detail tidak dapat memenuhi tantangan mengenai perubahan kondisi keuangan yang kompleks dan cepat. Standar yang detail menyajikan dengan aturan form tapi tidak merefleksi kejadian ekonomi yang mendasari secara substansial Ari, 2011. Sedangkan standar akuntansi IFRS berbasis prinsip Principal Based. Principal based merupakan pengaturan pada tingkat prinsip yang meliputi segala hal dibawahnya. Principel based memiliki kelemahan antara lain membutuhkan commit to user penalaran, judgement, dan pemahaman yang mendalam dari para pembaca aturan yang kemudian menerapkannya. Sedangkan keunggulannya dalam hal kemungkinan manajer memilih perlakuan akuntansi yang merefleksikan transaksi atau kejadian ekonomi yang mendasarinya, meski hal sebaliknya dapat terjadi Ari 2011. 3. Persyaratan pengungkapan yang lebih banyak dan lebih rinci IFRS telah mensyaratkan mengenai pengungkapan berbagai informasi tentang risiko baik kualitatif maupun kuantitatif. Pengungkapan dalam laporan keuangan harus sesuai dan sejalan dengan informasi yang nantinya dipakai untuk proses pengambilan keputusan oleh manajemen. Tingkat pengungkapan penuh full disclosure dapat mengurangi tingkat asimetri informasi ketidakseimbangan informasi. Ketidaksembangan informasi terjadi antara pihak manajer dengan pihak pengguna laporan keuangan. Sedangkan Asimetri informasi itu sendiri adalah suatu keadaan dimana pihak manajer mempunyai informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak lain Scott, 2009. Dengan adanya asimetri informasi tersebut mengakibatkan diysfunctional behavior yaitu tindakan manajemen laba oleh manajer terutama jika informasi tersebut terkait dengan pengukuran kinerja manajer.

1.7 Adopsi IFRS