33
kesulitan untuk merumuskan misi yang jelas. Akibatnya, ukuran kinerja organisasi publik di mata para stakeholder
juga berbeda-beda.
2.5. Manajemen Berbasis Sekolah MBS
Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari “School-based manajement”. Istilah ini
pertama kali muncul di Amerika Serikat pada saat masyarakat
mempertanyakan relevansi
pendidikan dengan
tuntutan dan
perkembangan masyarakat
setempat Mulyasa, 2009: 24. Manajemen Berbasis Sekolah MBS merupakan salah satu upaya pemerintah
untuk mencapai keunggulan masyakarat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi.
Dari segi bahasa, Manajemen Berbasis Sekolah MBS berasal dari kata manajemen, Berbasis dan
Sekolah. Manajemen adalah proses penggunaan sumber daya secara efektik dan efisien untuk mencapai sasaran.
Berbasis berasal dari kata dasar basis yang artinya dasar atau asas. Sekolah adalah tempat untuk belajar
mengajar. Berdasarkan hal tersebut, maka MBS dapat diartikan sebagai pengguna sumberdaya yang berasaskan
pada sekolah itu sendiri dalam proses pengajaran atau pembelajaran Nurkolis, 2003: 1.
Sedangkan menurut
Permadi, 2010:
26 Manajemen Berbasis Sekolah MBS adalah model
pengelolaan yang memberikan otonomi atau kemandirian kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan
partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah sesuai dengan standar pelayanan yang
ditetapkan oleh pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan kota.
34
Tujuan utama MBS adalah meningkatkan efisiensi, mutu dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi
diperoleh melalui keleluasan pengelola sumber daya yang ada,
partisipasi masyarakat,
dan penyederhanaan
birokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melalui partisipasi orangtua, kelenturan pengelolah sekolah, peningkatan
profesionalisme guru, adanya hadiah dan hukuman sebagai
kontrol, serta
hal lain
yang dapat
menumbuhkembangkan suasana
yang kondusif.
Pemerataan pendidikan ini tampak pada tumbuhnya partisipasi masyarakat, terutama masyarakat yang
mampu dan peduli, terhadap pendidikan, sedangkan masyarakat
yang kurang
mampu akan
menjadi tanggunjawab pemerintah Mulyasa, 2009: 13.
Dengan diterapkannya
Manajemen Berbasis
Sekolah MBS, maka sekolah dapat mengoptimalkan sumber
daya yang
tersedia untuk
memajukan sekolahnya, karena bisa lebih mengetahui peta kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman yang mungkin dihadapi. Disamping itu sekolah lebih mengetahui
kebutuhannya, khususnya input dan output pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam
proses pendidikan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
Kewenangan yang
bertumpu pada
sekolah merupakan inti dari MBS yang dipandang memiliki
tingkat efektifitas tinggi serta memberikan beberapa keuntungan yaitu: 1 Kebijaksanaan dan kewenangan
sekolah membawa pengaruh langsung kepada peserta didik, orang tua, dan guru; 2 bertujuan bagaimana
memanfaatkan sumber daya lokal; 3 efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran,
hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah,
35
moral guru, menajemen sekolah, rancang ulang sekolah, dan perubahan perencanaan Fattah, 2000: 17
Dari keempat pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Nurkolis memandang istilah MBS dari segi
leksikalnya yaitu sebagai pengguna sumberdaya yang berasaskan pada sekolah itu sendiri, sedangkan Mulyasa
mengutamakan partisipasi masyarakat, Permadi dan Fattah membahas tentang pemberian otonomi atau
kemandirian kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung
semua warga sekolah. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka
MBS dapat diartikan Pengelolaan pendidikan yang memberikan otonomi yang seluas-
luasnya kepada sekolah untuk pengambilan keputusan yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah
termasuk partisipasi masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan serta keunggulan masyarakat dan
bangsa.
2.6. Komite Sekolah 2.6.1. Komite Sekolah