Indikator Pencapaian Kompetensi Uraian Materi Peta Kompetensi

4. Menganalisis masalah keluhan konsumen yang berhubungan dengan kinerja lembaga keuangan yang berhubungan dengan OJK melalui diskusi.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Memahami kewenangan OJK. 2. Mendiskripsikan peranan Edukasi dan Perlindungan Konsumen EPK . 3. Menganalisis masalah layanan pada konsumen yang dilakukan oleh OJK 4. Menganalisis masalah keluhan konsumen yang berhubungan dengan kinerja lembaga keuangan yang berhubungan dengan OJK.

C. Uraian Materi Peta Kompetensi

1. Memahami kewenangan OJK. 2. Mendiskripsikan peranan Edukasi dan Perlindungan Konsumen EPK . 3. Menganalisis layanan pada konsumen yang dilakukan oleh OJK . 4. Menganalisis keluhan konsumen yang berhubungan dengan kinerja lembaga keuangan yang berhubungan dengan OJK. Sesuai Pasal 28 UU No. 21 Tahun 2011 Tentang OJK, OJK berwenang melakukan tindakan pencegahan kerugian demi melindungi konsumen dan masyarakat yang meliputi:  Edukasi  Pelayanan Pengaduan Konsumen  Pembelaan Hukum Edukasi dan Perlindungan Konsumen EPK dibentuk dalam rangka melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat terhadap pelanggaran dan kejahatan di sektor keuangan seperti manipulasi dan berbagai bentuk penggelapan dalam kegiatan jasa keuangan, sesuai Pasal 4 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. Aktivitas sosialisasinya meliputi:  Produk Keuangan  Pengelolaan Keuangan  Lembaga Jasa Keuangan 35  Investasi Ilegal Fungsi dan tugas OJK adalah sebagai regulator dan pengawas lembaga jasa keuangan yang terintegrasi dan yang tak kalah pentingnya adalah melakukan perlindungan konsumen, kata Endang. Pendirian OJK sendiri setidaknya dilatarbelakangi oleh tiga faktor yakni perkembangan sistem keuangan dengan mencermati kondisi di lapangan bahwa terjadi konglomerasi bisnis, adanya produk hibrid alias turunan dan aturan arbitrase.Sementara faktor kedua dengan melihat permasalahan di sektor keuangan yang berkaitan dengan moral hazard, perlindungan konsumen dan koordinasi lintas sektoral. Sedang faktor ketiga lebih pada semangat amanat Undang-Undang Bank Indonesia untuk membentuk lembaga pengawasan sektor jasa keuangan. Berangkat dari tiga pertimbangan tersebut, maka dipandang perlu melakukan penataan kembali lembaga-lembaga yang melaksanakan fungsi pengaturan dan pengawasan pada industri jasa keuangan.Akhirnya pada 22 November 2011, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK pun disahkan, namun saat itu masih dalam masa transisi sehingga pengawasan pasar modal dan Industri Keuangan Non Bank IKNB masih berada di tangan Bapepam-LK yang kemudian berada di BI, hingga akhirnya sepenuhnya dilimpahkan ke OJK pada 31 Desember 2013.

D. Aktivitas Pembelajaran