a. Bagaimana tanggung jawab pengangkut terhadap Penumpang dan Barang
Angkutan Kereta Api ? a.
Bagaimana pelaksanaan perlindungan hukum terhadap pengguna jasa angkutan kereta api ?
b. Bagaimana akibat hukum jika salah satu pihak wanprestasi dalam
perjanjian pengangkutna penumpang dan barang melalui kereta api ?
G. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan, yang menjadi sub bab terdiri dari, yaitu Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Metode
Penelitian, Keaslian Penelitian, Sistematika Penulisan
Bab II : Pelaksanaan Perjanjian Pengangkutan meliputi : Pengertian
Perjanjian Pengangkutan dan Asas-Asas Hukum Pengangkutan, Pengaturan Perjanjian Pengangkutan Melalui Kereta Api, Objek dan Dokumen dalam
Perjanjian Pengangkutan Melalui Kereta Api. Bab III Pengangkutan Barang Melalui Kereta Api meliputi :
Penyelenggaraan Perjanjian Pengangkutan Melalui Kereta Api, Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Pengangkutan Melalui Kereta Api,
Wanprestasi dan Resiko dalam Perjanjian Pengangkutan Melalui Kereta Api. BAB IV Tanggungjawab PT. Kereta Api Indonesia Dalam Pengangkutan
CPO PTPN Nusantara IV Kebun Air Batu meliputi : Pengaturan Hukum Yang Berkaitan Dengan Perjanjian Pengangkutan CPO antara PT. Kereta Api Indonesi
dengan PTPN Nusantara IV Kebun Air Batu, Prosedur Pelaksanaan Pengangkutan Yang Harus Dilakukan Pihak PT. Kereta Api Indonesia dalam Pengangkutan
Universitas Sumatera Utara
CPO, Pertanggungjawaban PT. Kereta Api Indonesia Jika Melakukan Kelalaian Dan Menyebabkan Berkurangnya CPO yang diangkut
BAB V Kesimpulan dan Saran.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN
A. Pengertian Perjanjian Pengangkutan dan Asas-Asas Pengangkutan Menurut Hukumnya
Keberadaan kegiatan pengangkutan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan
manusia yang modern senantiasa didukung oleh pengangkutan. Bahkan salah satu barometer penentu kemajuan kehidupan dan peradaban suatu masyarakat adalah
kemajuan dan perkembangan kegiatan maupun teknologi yang dipergunakan masyarakat tersebut dalam kegiatan pengangkutan.
15
Istilah “Pengangkutan” berasal dari kata “angkut” yang berarti “mengangkut dan membawa”, sedangkan istilah “pengangkutan” dapat diartikan
sebagai “pembawaan barang-barang atau orang-orang penumpang”.
16
Pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan
pengangkutan barang danatau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang
angkutan.
17
Pengertian lain dari pengangkutan adalah kegiatan pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain baik melalui angkutan darat,
angkutan perairan, maupun angkutan udara dengan menggunakan alat angkutan.
18
Pada pokoknya pengangkutan adalah perpindahan tempat, baik mengenai benda -
15
Hasim Purba, Hukum Pengangkutan di Laut, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2005, hal.1.
16
Ibid. hal.2
17
H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 3 Hukum Pengangkutan. Djambatan. Jakarta, 2001. hal. 60.
18
Hasim Purba, Op.Cit, hal. 4.
Universitas Sumatera Utara
benda maupun orang-orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai dan meninggikan manfaat serta efisiensi.
19
Perjanjian pengangkutan adalah kesepakatan antara pengguna jasa dengan pengangkutan, dimana kedua belah pihak masing-masing berhak dan mempunyai
kewajiban. Soegijatna Tjakranegara berpendapat pengangkutan merupakan bagian hubungan hukum lalu lintas communication atau verker dan angkutan juga
termasuk bidang pelayanan jasa ekonomis sesuai dengan sifat usaha memindahkan barang dari tempat asal ke tempat lain.
20
Pengangkutan sebagai proses process, yaitu serangkaian perbuatan mulai dari pemuatan ke dalam alat angkut, kemudian di bawa menuju ke tempat yang
telah ditentukan, dan pembongkaran atau penurunan di tempat tujuan.
21
Pengangkutan merupakan suatu proses kegiatan yaitu memuat barang kedalam angkutan serta membawanya tempat tujuan dengan selamat. Pengangkutan adalah
suatu perjanjian di mana suatu pihak menyanggupi untukmembawa orang atau barang dari satu tempat ketempat yang lain sedangkan pihak lain menyanggupi
akan membayar ongkosnya. Menyadari peran perusahaan pengangkutan merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa angkutan untuk
keperluan umum. Pemberian jasa angkutan seperti halnya perjanjian-perjanjian yang lain
siapa saja diberi kebebasan yang seluas-luasnya untuk mengatur sendiri segala hal mengenai pemngangkutan mempunyai tanggung jawab besar terhadap segala
19
Sution Usman Adji, Op.Cit, hlm 1.
20
Ibid
21
Soegijatno Tjakranegara. Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, Rineka Cipta, Jakarta, 2005, hal. 3.
Universitas Sumatera Utara
sesuatu yang
berhubungan dengan
tugasnya yaitu
menyelenggarakan pengangkutan. Subjek-subjek dalam hukum pengangkutan yaitu siapa saja yang
mendukung hak dan kewajiban dalam hubungan hukum pengangkutan. Pihak- pihak dalam pengangkutan yaitu pihak pengangkut pihak yang menyanggupi
untuk dengan aman membawa orang atau barang dari satu kelain tempat dan pihak pemberi pekerjaan pihak yang menyanggupi akan membayar ongkosnya.
Perjanjian pengangkutan merupakan suatu peristiwa yang telah mengikat seseorang untuk melaksanakan pengangkutan karena orang tersebut
telah berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal berupa pengangkutan, sedangkan seseorang yang lain telah berjanji pula untuk melaksanakan sesuatu
hal berupa pemberian imbalan atau upah.
22
Karena perjanjian itu antara dua pihak, maka perjanjian tersebut disebut perjanjian timbal balik yang karenanya
menimbukan hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak. Perjanjian pengangkutan ini sering terjadi dalam kehidupan manusia, di
samping perjanjian-perjanjian lainnya. Karena sesuai dengan fungsinya pengangkutan itu yakni untuk memindahkan barang-barang atau orang dari
suatu tempat ke tempat lainnya dengan maksud untuk menaikkan daya guna dan nilai barang itu. Bila daya guna dan nilai barang tidak naik, maka angkutan
itu tidak perlu diadakan. Perlu diketahui apa yang menjadi sifat dasar dari persetujuan
pengangkutan itu. Untuk itu ada pendapat yang mengatakan yaitu:
22
Ibid, hal.9.
Universitas Sumatera Utara
1. Sifat hukum perjanjian pengangkutan adalah pelayanan berkala.
Maksudnya adalah dalam melaksanakan perjanjian pengangkutan itu, hubungan antara pihak pengangkut barang dan pemakai jasa tidak secara terus
menerus tetapi hanya kadang-kadang sewaktu pemilik barang membutuhkan pengangkutan untuk pengiriman barangnya.
23
Perjanjian pengangkutan yang bersifat berkala ini dalam Pasal 1601 KUH. Perdata telah menyinggungnya. Maksud kata menyinggung di sini adalah
bahwa perjanjian yang bersifat berkala ini tidak ada diatur dengan tegas dan tersendiri dalam KUH. Perdata tetapi hanya berpedoman pada ketentuan umum
tentang persetujuan-persetujuan untuk melakukan pekerjaan. 2.
Sifat hukum perjanjian pengangkutan adalah pemborongan. Menurut ketentuan di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Pasal 1601- b disebutkan: “Pemborongan pekerjaan adalah persetujuan dengan
pihak yang satu, si pemborong, mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain yang memborongkan, dengan menerima suatu
harga yang ditentukan. Perjanjian pengangkutan tidak bisa disamakan dengan perjanjian
borongan, karena pemborongan kerja mengarahkan pengertian pada hasil dari suatu rangkaian perbuatan yang dalam keseluruhannya menjadi tujuan dari
persetujuan itu, seperti pembuatan rumah maupun pembuatan jalan. Sedangkan perjanjian pengangkutan hanyalah mengenai suatu perbuatan tertentu yakni
memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat lainnya.
23
Ibid, hal.17
Universitas Sumatera Utara
3. Sifat hukum perjanjian pengangkutan adalah campuran.
Perjanjian pengangkutan ada unsur melakukan pekerjaan pelayanan berkala dan ada unsur penyimpanan. Karena pengangkut berkewajiban
untuk menyelenggarakan pengangkutan dan menyimpan barang-barang
yang diserahkan padanya untuk diangkut Pasal 468 ayat 1 dan Pasal 466 KUH.
Dagang. Perjanjian pengangkutan terjadi setelah ada kesepakatan antara para pihak
yang mengadakannya. Pihak pengangkut dikatakan menerima barang dan sepakat untuk mengantarkan barang kiriman pada alamat yang dituju dan pihak pengirim
sepakat untuk membayar biaya pengangkutannya. Kedua belah pihak diberikan hak-hak untuk mengatur sendiri segala sesuatu mengenai perjanjian yang
dilakukan. Pengangkutan merupakan perjanjian timbal balik antara pengangkut dan pengirim
barang atau penumpang, dimana pihak pengangkut mengikatkan dirinya untuk menyelengarakan pengangkutan barang atau orang ke suatu tempat tujuan
tertentu, dan pihak pengirim barang atau penumpang mengikatkan diri untuk membayar ongkos angkutannya.
24
Penggunaan terhadap jasa pengangkutan barang akan mengakibatkan terjadi kesepakatan antara perusahaan angkutan barang dan pengguna jasa
angkutan. Kesepakatan itu berujud lisan ataupun tulisan. Kesepakatan yang dilakukan para pihak, dalam hal ini berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata, telah
melahirkan suatu perjanjian yang mengikat para pihak. Menurut sistem hukum yang berlaku di Indonesia, untuk mengadakan
perjanjian pengangkutan barang atau orang tidak disyaratkan harus secara tertulis, jadi cukup diwujudkan dengan persetujuan kehendak secara lisan saja. Umumnya
24
Sinta Uli. Op.Cit. hal. 58
Universitas Sumatera Utara
dalam suatu perjanjian pengangkutan pihak pengangkut adalah bebas untuk memilih sendiri alat pengangkutan yang hendak dipakainya.
25
Adanya kegiatan pengangkutan akan memberikan kemanfaatan terhadap daya guna dan nilai suatu barangorang, yang pada dasarnya dapat dikemukakan
dalam dua nilai kegunaan pokok, yaitu: a.
Kegunaan Tempat place utility. Menimbulkan nilai dari suatu barang tertentu karena dapat dipindahkan
dari tempat dimana barang yang berkelebihan kurang diperlukan di suatu tempat, dimana barang itu sangat dibutuhkan di tempat lain karena langka.
b. Kegunaan Waktu time utility.
Menimbulkan sebab karena barang-barang dapat diangkut atau dikirim dari suatu tempat ke tempat lain atau dari part or orgin diangkut ke tempat
tertentu dimana benda atau barang sangat dibutuhkan menurut keadaan, waktu dan kebutuhan.
26
Pelaksanaan pengangkutan barang melalui darat, tidak dapat semua jenis barang diangkut oleh pihak perusahaan pengangkut barang umum. Hal ini terkait
adanya ketentuan peraturan perundang-undangan yang melarang terhadap perusahaan angkutan barang umum untuk mengangkut jenis-jenis barang tertentu
dan hanya dapat diangkut oleh angkutan barang khusus. Ketentuan yang mengatur mengenai larangan tersebut adalah sebagaimana
diatur dalam penjelasan Pasal 160 huruf b Undang-Undang No. 1 Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berbunyi: Yang dimaksud dengan “angkutan barang khusus” adalah angkutan
yang membutuhkan mobil barang yang dirancang khusus untuk mengangkut benda yang berbentuk curah, cair, dan gas, peti kemas, tumbuhan, hewan hidup,
dan alat berat serta membawa barang berbahaya, antara lain:
25
Syaiful Watni, dkk. Penelitian Tentang Aspek Hukum Tanggung Jawab Pengangkut dalam Sistem Pengangkutan Multimoda, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen
Kehakiman dan HAM RI, Jakarta, 2004, hal.15.
26
Soegijatno Tjakranegara. Op.Cit, hal. 1-2.
Universitas Sumatera Utara
1. Barang yang mudah meledak.
2. Gas mampat, gas cair, gas terlarut pada tekanan atau temperatur tertentu.
3. Cairan mudah menyala.
4. Padatan mudah menyala.
5. Bahan penghasil oksidan.
6. Racun dan bahan yang mudah menular.
7. Barang yang bersifat radioaktif.
8. Barang yang bersifat korosif.
Kegiatan di dalam proses pengangkutan terdapat pihak-pihak yang saling mengikatkan diri yaitu pihak pengangkut dan pihak pengirim. Antara pihak
pengangkut dan pihak pengirim terjadi suatu perjanjian yang mendasari pelaksanaan proses kegiatan pengangkutan yaitu perjanjian pengangkutan.
Pengangkutan memiliki peranan yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari aktifitas manusia. Mulai dari zaman kehidupan manusia yang
paling sederhana tradisional sampai kepada taraf kehidupan manusia yang modern senantiasa didukung oleh kegiatan pengangkutan. Pengangkutan
mempunyai pengaruh besar terhadap perorangan, masyarakat pembantunan ekonomi, dan sosial politik suatu negara. Pengangkutan merupakan sarana dan
prasarana bagi pembangunan ekonomi negara yang bisa mendorng lajunya pertumbuhan ekonomi rate of growt.
27
Pentingnya pengangkutan ditujukan untuk membantu manusia untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Pengangkutan itu merupakan
27
Hasnil Basri, Hukum Pengangkutan, Kelompok Studi Hukum Fakultas Hukum USU, Medan, 2002, hal.22
Universitas Sumatera Utara
perpindahan tempat, baik mengenai benda-benda maupun orang-orang.
28
Dalam dunia perniagaan pun untuk memenuhi kebutuhan, seperti hasil kebun, pertanian,
peternakan dan lain sebagainya, diperlukan juga adanya jasa pengangkutan. Adanya jasa angkutan tersebut, untuk mengantarkan barang-barang ke tempat
tujuan akhir penjualannya seperti pasar, mall dan tempat-tempat lainnya. Barang- barang yang dihasilkan oleh produsen dapat sampai ditangan konsumen hanya
dengan cara pengangkutan. Peranan pengangkutan juga mencakup aktivitas masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya sebagai transportasi untuk
pergi bekerja, sekolah, dan kegiatan sehari-hari lainnya. Selain fungsi-fungsi di atas, adanya pengangkutan juga bergungsi untuk melancarkan arus barang dan
mobilitas manusia untuk membantu tercapainya pengalokasian sumber-sumber ekonomi secara optimal.
Buku III KUH Perdata mengatur berbagai bentuk daripada perjanjian, dimana perjanjian-perjanjian tersebut memiliki nama-nama tertentu seperti
misalnya perjanjian jual-beli, tukar-menukar, sewa-menyewa dan sebagainya. Berhubung karena adanya kebebasan untuk mengadakan perjanjian, sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata dan Pasal 1337 KUH Perdata, maka dalam prakteknya banyak terdapat perjanjian yang tidak dapat digolongkan
ke dalam satu nama perjanjian secara utuh dalam Buku III KUH Perdata itu. Dan salah satu nama perjanjian yang terdapat di luar Buku III KUH Perdata adalah
Perjanjian Pengangkutan barang di Jalan Raya.
28
Siti Utari, Op.Cit, hal. 7.
Universitas Sumatera Utara
Adapun sebagai jenis-jenis pengangkutan adalah: 1.
Pengangkutan udara. Pengangkutan udara adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan
tehnik yang ada pada kendaraan itu dan biasanya dipergunakan untuk pengangkutan orang atau barang yang dijalankan di udara.
29
Pasal 1 butir 13 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan menjelaskan Angkutan Udara adalah setiap kegiatan dengan
menggunakan pesawat udara untuk mengangkut penumpang, kargo, danatau pos untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain
atau beberapa bandar udara. 2.
Pengangkutan Laut Pengangkutan laut yaitu kendaraan yang digerakkan oleh peralatan tehnik
yang ada pada kendaraan itu dan biasanya dipergunakan untuk pengangkutan orang atau barang yang dijalankan di laut.
30
Pengangkutan laut diatur di dalam: a.
KUHD, Buku II, Bab V, tentang “Perjanjian Carter kapal”. b.
KUHD, Buku II, Bab V-A, tentang “Pengangkutan barang-barang”. Pengangkutan
barang-barang ini
adalah merupakan
suatu bentuk
pengangkutan dengan objek yang diangkut berupa barang-barang. Muatan barang lazim disebut dengan barang saja. Barang yang dimaksud adalah yang
sah menurut undang-undang. Dalam pengertian barang termasuk juga hewan.
31
29
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal.36
30
Ibid, hal.37
31
Ibid, hal.38
Universitas Sumatera Utara
c. KUHD, Buku II, Bab V-B, tentang “Pengangkutan orang”.
d. Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran yang menjelaskan
angkutan laut merupakan angkutan di perairan. Pasal 1 butir 3 Undang- Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, menjelaskan angkutan di
Perairan adalah kegiatan mengangkut danatau memindahkan penumpang danatau barang dengan menggunakan kapal.
3. Pengangkutan darat.
Pengangkutan darat yaitu kendaraan yang digerakkan oleh peralatan tehnik yang ada pada kendaraan itu dan biasanya dipergunakan untuk pengangkutan
orang atau barang di jalan selain daripada kendaraan yang berjalan di atas rel.
32
Pengangkuta darat dapat dibagi: a.
Pengangkutan kereta api yaitu kendaraan yang digerakkan oleh peralatan tehnik yang ada pada kendaraan itu dan biasanya
dipergunakan untuk pengangkutan orang atau barang yang dijalankan di atas rel. Pasal 1 butir 14 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007
Tentang Perkeretaapian dijelaskan Angkutan kereta api adalah kegiatan pemindahan orang danatau barang dari satu tempat ke tempat lain
dengan menggunakan kereta api.
b. Pengangkutan jalan raya yaitu kendaraan yang digerakkan oleh
peralatan tehnik yang ada pada kendaraan itu dan biasanya dipergunakan untuk pengangkutan orang atau barang yang dijalankan di
setiap jalan dalam bentuk apapun yang terbuka untuk lalu lintas umum.
33
Undang-undang yang mengatur tentang pengangkutan di jalan raya adalah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
32
Ibid, hal.40
33
Ibid, hal.42
Universitas Sumatera Utara
4. Pengangkutan Perairan darat atau perairan pedalaman.
Pengangkutan perairan darat atau perairan pedalaman yaitu kendaraan yang biasanya dipergunakan untuk pengangkutan orang atau barang yang
dijalankan di atas perairan seperti sungai, danau ataupun terusan-terusan.
34
Pengangkutan perairan darat atau perairan pedalaman diatur di dalam: a.
KUHD, Buku II, Bab XIII, Pasal 748 sampai dengan 754, mengenai kapal- kapal yang melalui perairan darat.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Angkutan di Perairan.
35
Setiap perjanjian, sudah barang tentu harus ada pihak-pihak yang mengadakan perjanjian itu, karena tanpa adanya pihak-pihak tersebut maka
perjanjian itu tidak mungkin ada. Demikian pula halnya pada perjanjian pengangkutan, karena tanpa adanya yang mengadakan perjanjian pengangkutan
tidaklah akan ada lahir. Perjanjian pengangkutan adalah suatu perjanjian timbal balik antara
pengangkut dengan pengirim barang, dimana pengangkut mengikatkan dirinya untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dari suatu tempat ke tempat tujuan
tertentu dengan selamat dan tepat pada waktunya, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar ongkos uang angkutan sebagaimana yang
diperjanjikan. Pihak-pihak dalam perjanjian pengangkutan itu adalah pengangkut dan
pengirim.
36
Dengan kata lain bahwa, pengangkut dan pengirimlah yang mengadakan perjanjian pengangkutan. Pengangkut adalah orang yang
34
Sutiono Usman Aji, Op.Cit, hal.51
35
Ibid, hal.52.
36
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal.42
Universitas Sumatera Utara
mengikatkan dirinya untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat dan tepat pada waktunya.
Sedangkan pengirim adalah orang yang mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan ongkos sebagai imbalan jasa yang dilakukan oleh pihak pengangkut
dalam menyelenggarakan pengangkutan itu.
37
Pengangkut mengikatkan diri untuk mengangkut barang muatan yang diserahkan kepadanya, selanjutnya menyerahkan barang itu kepada orang yang
ditunjuk tempat tujuan sebagai penerima, dan menjaga keselamatan barang muatan itu. Dalam hal ini, maka si penerima barang tersebut, mungkin saja di
pengirim sendiri atau juga orang lain sebagai pihak ketiga. Orang lain yang menjadi pengirim barang, maka disini kedudukan penerima tersebut adalah pihak
ketiga di luar pihak dalam perjanjian pengangkutan yang berkepentingan terhadap terlaksananya perjanjian pengangkutan itu.
Dasar hukum bagi si penerima menjadi pihak ketiga yang berkepentingan terhadap terlaksananya perjanjian pengangkutan itu, terdapat pada Pasal 1317
KUHPerdata, yang menyebutkan: “Lagi pula diperbolehkan juga untuk meminta
ditetapkannya suatu janji guna kepentingan seorang pihak ketiga, apabila suatu penetapan janji yang dibuat oleh seorang untuk dirinya sendiri, atau suatu
pemberian yang dilakukannya kepada orang lain, memuat suatu janji yang seperti itu
”. Undang-Undang nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan Pasal 186 disebutkan tentang kewajiban Pengangkut kepada penumpang
37
Ibid, hal.44.
Universitas Sumatera Utara
atau barangnya: “Perusahaan angkutan umum wajib mengangkut orang danatau barang setelah disepakati perjanjian angkutan danatau dilakukan pembayaran
biaya angkutan oleh penumpang danatau pengirim barang”. Pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian pengangkutan adalah pihak
pengangkut, pihak pengirim atau pihak penerima yang disebut juga sebagai pengguna jasa. Dalam perjanjian terdapat asas-asas yang mendasari dari
perjanjian tersebut. Arti asas secara etimologi adalah dasar sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat”
38
Mahadi menjelaskan bahwa asas adalah sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alas, sebagai dasar, sebagai tumpuan,
sebagai tempat untuk menyandarkan, untuk mengembalikan sesuatu hal, yang hendak dijelaskan.
39
Apabila arti asas tersebut diartikan sebagai bidang hukum maka dapat diperoleh suatu makna baru yaitu asas hukum merupakan dasar atau pikiran yang
melandasi pembentukan hukum positif. Dengan perkataan lain asas hukum merupakan suatu petunjuk yang masih bersifat umum dan tidak bersifat konkrit
seperti norma hukum yang tertulis dalam hukum positif. Bellefroid memberikan pengertian asas hukum adalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif
dan oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan yang lebih umum. Asas hukum merupakan pengendapan hukum positif dalam suatu masyarakat.
40
Jadi pembentukan hukum sebagaimana yang dikatakan oleh Eikema Hommes adalah
38
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2008, hal.52
39
Mahadi, Falsafah Hukum Suatu Pengantar, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009, hal.11
40
Sudikno Mertokusumo, Mengenai Hukum, Liberty, Yogyakarta, 2003, hal.32
Universitas Sumatera Utara
praktis berorientasi pada asas-asas hukum, dengan perkataan lain merupakan dasa
r atau petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif”.
41
Pentingnya asas hukum ini dalam suatu sistem hukum, maka asas hukum ini lazim juga disebut sebagai jantungnya peraturan hukum, disebut demikian kata
Satjipto Rahardjo karena dua hal yakni, pertama, asas hukum merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum, artinya peraturan hukum
itu pada akhirnya bisa dikembalikan kepada asas-asas tersebut. Kedua, sebagai alasan bagi lahirnya peraturan hukum atau merupakan ratio legis dari peraturan
hukum.
42
Asas-asas hukum perjanjian itu, menurut Mariam Darus Badrulzaman adalah sebagai berikut :
43
1. Asas kebebasan berkontrak
Terdapat dalam Pasal 1338 ayat 1 KUH. Perdata yang menentukan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya. Undang-undang memperbolehkan membuat perjanjian berupa dan berisi apa saja dan perjanjian itu akan mengikat mereka
yang membuatnya. Tujuan dari pembuat undang-undang menuangkan kebebasan berkontrak dalam bentuk formal, sebagai suatu asas dalam hukum
perjanjian adalah untuk menghindari terjadinya kekosongan hukum dilapangan hukum perjanjian.
41
Ibid., hal.33.
42
Sajtipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 2006, hal.85.
43
Munir Fuady, op.Cit, hal.14
Universitas Sumatera Utara
2. Asas Pacta Sunt Servanda.
Asas ini merupakan asas yang berhubungan dengan mengikatnya suatu perjanjian.
44
Perjanjian yang dibuat secara sah oleh para pihak adalah mengikat bagi mereka yang membuatnya sendiri seperti undang-undang,
kedua belah pihak terikat oleh kesepakatan dalam perjanjian yang mereka buat.
3. Asas Konsensualisme
Suatu perjanjian cukup adanya kata sepakat dari mereka yang membuat perjanjian itu tanpa diikuti dengan perbuatan hukum yang lain.
4. Asas Itikad Baik
Menurut Pasal 1338 ayat 3 KUH. Perdata, semua perjanjian itu harus dilaksanakan dengan itikad baik.
5. Asas Kekuatan Berlakunya Suatu Perjanjian
Pada prinsipnya semua perjanjian itu hanya berlaku bagi para pihak yang membuatnya saja, tidak ada pengaruhnya bagi pihak ketiga, diatur dalam Pasal
1315 dan Pasal 1340 KUH. Perdata. 6.
Asas Kepercayaan Seseorang mengadakan perjanjian dengan pihak lain menumbuhkan
kepercayaan diantara kedua belah pihak itu bahwa satu sama lain akan memegang janjinya atau memenuhi prestasinya.
7. Asas Persamaan Hukum
Asas ini menempatkan para pihak dalam persamaan derajat, tidak ada perbedaan, sehingga para pihak wajib menghormati satu sama lain.
44
Ibid, hal.16
Universitas Sumatera Utara
8. Asas Keseimbangan
Asas ini merupakan kelanjutan dari asas persamaan yang menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian itu.
9. Asas Kepastian Hukum
Kepastian ini terungkap dari kekuatan mengikat perjanjian itu yaitu sebagai undang-undang bagi para pihak.
10. Asas Moral
Terdapat dalam Pasal 1339 KUHPerdata, dalam asas ini terdapat faktor-faktor yang memberikan motivasi pada yang bersangkutan melakukan perbuatan
hukum berdasarkan pada moral-moral 11.
Asas Kebiasaan Asas ini terdapat dalam Pasal 1347 KUHPerdata, suatu perjanjian tidak hanya
mengikat untuk apa yang secara tegas diatur akan tetapi juga hal-hal yang dalam keadaan dan kebiasaan yang lazim diikuti.
Asas-asas yang mendasari perjanjian pengangkutan antara lain : 1.
Asas konsensional Asas ini mensyaratkan adanya perjanjian pengangkutan secara tertulis,
sudah cukup apabila ada persetujuan kehendak antara pihak -pihak. Perjanjian pengangkutan dibuat secara tidak tertulis lisan namun
didukung oleh surat angkutan. Surat angkutan tersebut bukanlah perjanjian tertulis melainkan hanya sebagai bukti bahwa persetujuan
antara pihak-pihak itu ada.
2. Asas koordinasi
Asas ini mensyaratkan kedudukan yang sejajar antara pihak-pihak dalam perjanjian pengangkutan. Dalam hal ini, perjanjian keseluruhan
tidak berlaku dalam perjanjian pengangkutan. Pihak pengangkut baik dalam pengangkutan darat, laut dan udara bukan merupakan buruh
pihak pengirim.
3. Asas campuran
Perjanjian pengangkut merupakan campuran dari tiga jenis perjanjian yaitu pemberian kuasa dari pengirim kepada pengangkut, penyimpan
Universitas Sumatera Utara
barang, dan melakukan perkerjaan pengangkutan yang diberikan oleh pengirim kepada pengangkut.
4. Asas tidak ada hak retensi.
Penggunaan hak retensi dalam perjanjian pengangkutan tidak dibenarkan. Penggunaan hak retensi bertentangan dengan fungsi dan
tujuan pengangkutan. Penggunaan hak retensi akan menyulitkan pengangkutan sendiri misalnya penyediaan tempat penyimpanan, biaya
penyimpanan, penjagaan, dan perawatan barang.
45
B. Pengaturan Perjanjian Pengangkutan Melalui Kereta Api.
Pengangkutan memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Pengangkutan pada pokoknya bersifat perpindahan tempat, baik mengenai benda -
benda maupun mengenai orang-orang. Karena perpindahan itu mutlak mencapai dan meningkatkan efisiensi.
46
Perkeretaapian merupakan salah satu moda transportasi yang memiliki peranan yang penting dan strategis sehingga penyelenggaraannya dikuasai oleh
negara dan pembinaannya dilakukan oleh pemerintah serta pengoperasian pengusahaan prasarana dan sarana kereta api dilakukan oleh badan usaha yang
dibentuk untuk itu. Konsep pengangkutan secara komprehensif, perlu dikaji lebih dahulu
aspek-aspek yang tersirat dalam konsep pengangkutan. Konsep pengangkutan meliputi tiga aspek, yaitu:
1. Pengangkutan sebagai usaha Business.
Pengangkutan usaha sebagai bisnis business adalah kegiatan usaha di bidang jasa pengangkutan yang menggunakan alat pengangkut mekanik. Alat
pengangkut mekanik contohnya ialah gerbong untuk mengangkut barang. Kereta untuk mengangkut penumpang, truk untuk mengangkut barang, bus
45
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Darat, Laut Dan Udara, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hal 23
46
Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, Rajawali, Jakarta,2006, hal 2
Universitas Sumatera Utara
untuk mengangkut penumpang, pesawat kargo untuk mengangkut barang, pesawat penumpang untuk mengangkut penumpang, kapal kargo untuk
mengangkut barang, dan kapal penumpang untuk mengangkut penumpang. 2.
Pengangkutan sebagai perjanjian agreement. Pengangkutan sebagai perjanjian selalu didahului oleh kesepakatan antara
pihak pengangkut dan pihak penumpang atau pengirim. Kesepakatan tersebut pada dasarnya bersisi kewajiban dan hak, baik pengangkut dan penumpang
maupun pengirim. Kewajiban pengangkut adalah mengangkut penumpang atau barang sejak tempat pemberangkatan sampai ke tempat tujuan yang telah
disepakati dengan selamat. 3.
Pengangkutan sebagai proses penerapan applying process. Pengangkutan sebagai proses terdiri atas serangkaian perbuatan mulai dari
pemuatan ke dalam alat pengangkut, kemudian dibawa oleh pengangkut menuju ke tempat tujuan yang telah ditentukan, dan pembongkaran atau
penurunan di tempat tujuan. Ketiga aspek pengangkutan tersebut menyatakan kegiatan yang berakhir dengan pencapaian tujuan pengangkutan. Tujuan
kegiatan usaha pengangkutan adalah memperoleh keuntungan danatau laba; tujuan kegiatan perjanjian pengangkutan adalah memperoleh hasil realisasi
yang diinginkan oleh pihak-pihak; dan tujuan kegiatan pelaksanaan pengangkutan adalah memperoleh keuntungan dan tiba dengan selamat di
tempat tujuan. Ketiga aspek pengangkutan tersebut menyatakan kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan pelakunya.
47
47
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal. 1
Universitas Sumatera Utara
Asas hukum pengangkutan merupakan landasan filosofis fundamental norm yang menjadi dasar ketentuan-ketentuan pengangkutan yang menyatakan
kebenaran, keadilan, dan kepatutan yang diterima oleh semua pihak, kebenaran, keadilan, dan kepatutan juga menjadi tujuan yang diharapkan oleh pihak -pihak.
Fungsi pengaturan ini mengarahkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengangkutan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yaitu tiba ditempat tujuan
dengan selamat, aman, bermanfaat, nilai guna meningkat, serta menguntungkan semua pihak.
Kegiatan dari transportasi adalah memindahkan barang dan orang dari satu tempat ke tempat lain, maka dengan demikian pengangkut menghasilkan jasa
angkutan atau dengan perkataan lain produksi jasa bagi masyarakat yang membutuhkan sangat bermanfaat untuk pemindahan atau pengiriman barang-
barangnya. Peraturan hukum pengangkutan adalah keseluruhan peraturan hukum yang
mengatur tentang jasa pengangkutan. Istilah peraturan hukum rule of law dalam defenisi ini meliputi semua ketentuan :
1. Undang-Undang pengangkutan
2. Perjanjian pengangkutan
3. Konvensi Internasional tentang pengangkutan.
4. Kebiasaan dalam pengangkutan kereta api, darat, perairan, dan penerbangan.
48
48
Ibid, hal 6
Universitas Sumatera Utara
Khusus perjanjian pengangkutan melalui kereta api diatur dalam : 1.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4722. 2.
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048. 3.
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086. 4.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 48 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pemuatan, Penyusunan, Pengangkutan dan Pembongkaran Barang dengan
Kereta Api.
C. Objek dan Dokumen dalam Perjanjian Pengangkutan Melalui Kereta Api.
Perjanjian pengangkutan oleh PT. Kereta Api Indonesia Persero tentu ada subjek dan objek perjanjian. Subjek suatu perjanjian adalah pihak-pihak yang
terikat di dalam perjanjian tertentu.
49
Dengan demikian yang menjadi subjek dalam perjanjian pengangkutan ini adalah PT. Perkebunan Nusantara IV
Persero dan PT. Kereta Api Indonesia Persero. Menurut CST. Kansil mengatakan bahwa yang dimaksud dengan subjek
hukum pembawa hak yaitu sesuatu yang mempunyai hak dan kewajiban. Subjek
49
CST. Kansil. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta, 2007, hal. 117.
Universitas Sumatera Utara
hukum itu terdiri dari manusia natuurlijke persoon dan badan hukum rechtpersoon.
50
Mariam Darus Badrulzaman berpendapat bahwa: Ada 2 dua macam subjek perikatan yaitu sebagai berikut:
1. Pihak yang berhak atas prestasi, pihak yang aktif adalah kreditur atau yang
berpiutang.. 2.
Pihak yang wajib memenuhi prestasi yaitu pihak yang pasif adalah debitur atau yang berutang.
51
Manusia sebagai subjek hukum harus cakap menurut hukum dan manusia yang cakap itu sudah dewasa. Kedewasaan seseorang menunjukkan
segala tindak tanduknya yang diperbuat khususnya suatu perjanjian pengangkutan adalah sah. Keabsahan suatu perjanjian merupakan keterikatan
dalam dunia hukum yang tidak terlepas pada objek yang disepakati. Objek pada perjanjian pengangkutan merupakan pertemuan antara pihak pengangkut dengan
pihak pemakai jasa angkutan. Objek hukum adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujuan
hukum. Objek hukum pengangkutan adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujuan hukum pengangkutan.
52
Tujuan hukum pengangkutan adalah terpenuhinya kewajiban dan hak pihak-pihak dalam pengangkutan, maka yang
menjadi objek hukum pengangkutan adalah: 1.
Muatan barang. 2.
Muatan penumpang. 3.
Alat pengangkutan.
50
Ibid.
51
Mariam Darus Badrulzaman, KUHPerdata Bukum III Hukum Perikatan dengan Penjelasannya, Alumni, Bandung, 2003, hal.6
52
AbdulKadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Darat, Laut dan Udara. Op.Cit. hal 60
Universitas Sumatera Utara
4. Biaya pengangkutan.
53
Objek perjanjian adalah suatu prestasi yang diperjanjikan tentang apa yang disepakati oleh para pihak, baik berbentuk benda bergerak maupun benda
tidak bergerak. Objek perjanjian yang disepakati oleh para pihak dalam perjanjian pengangkutan adalah pengangkutan hasil produksi milik PT.
Perkebunan Nusantara IV Persero untuk dibawa ke Belawan.
54
Jenis barang yang diangkut oleh PT. Kereta Api Indonesia Persero adalah yang merupakan
objek dari perjanjian yang disepakati oleh pihak PT. Kereta Api Indonesia Persero dengan PT. Perkebunan Nusantara IV Persero.
Pasal 1332 KUHPerdata menyebutkan bahwa “hanya yang dapat
diperdagangkan saja yang dapat menjadi pokok persetujuan”. Dengan demikian
jelaslah bahwa yang dapat dijadikan objek suatu perjanjian oleh para pihak adalah yang dapat diperdagangkan.
Pasal 1333 ayat 1 KUHPerdata menyatakan bahwa “suatu persetujuan
harus mempunyai sebagai pokok suatu yang paling sedikit ditentukan jenisnya ”.
Undang-undang juga menunjukkan bahwa sesuatu yang diperjanjikan sebagai objek perjanjian jika tidak ditentukan bentuknya, jumlahnya dan lain-lain maka
setidak-tidaknya harus ditentukan jenisnya. Dari kategori menentukan jenis sesuatu yang diperjanjikan memastikan bahwa apa yang diperjanjikan para pihak
sudah mulai nampak kriterianya, jenis apa yang diperjanjikan. PT. Kereta Api Indonesia Persero dalam melakukana pengangkutan
menerbitkan dokumen angkutan berupa karcis penumpang dan surat muatan
53
Ibid, hal.61
54
Hasil Wawancara dengan Roeslan Nasution Kepala Divisi Pengembangan dan Sumber Daya Manusia PT. Kereta Api Indonesia Persero Divisi Regional Sumatera Utara Tanggal 09
Maret 2015 Pukul 10.00 Wib.
Universitas Sumatera Utara
barang. Karcis penumpang berfungsi sebagai tanda bukti terjadinya perjanjian pengangkutan penumpang, ketentuan ini diatur dalam Pasal 132 ayat 3 Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian, sedangkan surat muatan berfungsi sebagai tanda bukti terjadinya perjanjian pengangkutan barang.
Pengangkutan barang dengan kereta api wajib dilengkapi dengan dokumen yang meliputi surat perjanjian pengangkutan dan surat muatan barang Pasal 166
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian.
55
Dokumen pengangkutan darat terdiri dari suarat muatan vrachbrief untuk pengangkutan
barang dan tiket penumpang untuk angkutan penumpang. Baik surat maupun tiket penumpang diatur dalam undang-undang.
56
Menurut Pasal 40 ayat 1 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 48 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pemuatan, Penyusunan, Pengangkutan dan
Pembongkaran Barang dengan Kereta Api disebutkan bahwa pengangkutan barang khusus berupa barang curah sebagairnana dirnaksud dalarn Pasal 4 huruf a
rnenggunakan gerbong terbuka atau gerbong tertutup. Ayat 2 menyebutkan pengangkutan barang khusus berupa barang cair sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf b menggunakan gerbong tangki sesuai dengan jenis barangnya, kecuali barang cair dalam kemasan dapat menggunakan gerbong tertutup atau
kereta bagasi. Kegiatan pengangkutan barang didasarkan atas:
1. Perjanjian angkutan barang antara penyelenggara sarana perkeretapian
dan pengguna jasa angkutan kereta api.
55
Abdulkadir Muhammad., Op. Cit, hal 150
56
Ibid, hal.152
Universitas Sumatera Utara
2. Surat Angkutan Barang yang diterbitkan oleh penyelenggara sarana
perkeretapian atau badan usaha sebagai penyelenggara kegiatan jasa angkutan.
3. Khusus untuk pengangkutan B3 dan Limbah B3 harus dilengkapi
dengan Izin Menteri setelah mendapat rekomendasi dari instansi yang berwenang.
57
Isi perjanjian angkutan barang paling sedikit memuat: 1.
Nama dan alamat penyelenggara sarana perkeretaapian dan pengguna jasa angkutan kereta api.
2. Nama stasiun pemberangkatan dan stasiun tujuan.
3. Tanggal dan waktu keberangkatan dan kedatangan.
4. Jenis barang yang diangkut.
5. Tarif yang disepakati.
58
Perjanjian angkutan barang dibuat dalam rangkap 2 dua yang masing- masing disimpan oleh penyelenggara sarana perkeretapian dan pengguna jasa
angkutan barang.
59
Perjanjian angkutan barang dapat dibuat untuk satu kali keberangkatan pengiriman barang atau lebih sesuai dengan kesepakatan kedua
belah pihak. Isi surat angkutan barang yang diterbitkan oleh penyelenggara sarana perkeretapian atau badan usaha sebagai penyelenggara kegiatan jasa angkutan
paling sedikit memuat: 1.
Nama dan alamat penyelenggara sarana perkeretapian atau badan usaha sebagai penyelenggara kegiatan jasa angkutan.
2. Nama dan alamat pengguna jasa angkutan barang.
3. Jenis, karakteristik, dan berat barang,
4. Nama stasiun pemberangkatan dan stasiun tujuan
5. Tanggal dan waktu keberangkatan dan kedatangan;
6. Tarif yang disepakati.
7. Tanda tangan penyelenggara sarana perkeretapian atau badan usaha
sebagai penyelenggara kegiatan jasa angkutan.
60
57
Ibid, hal.153
58
Ibid, hal.154.
59
Ibid, hal.155
60
Syaiful Watni, Op.Cit, hal.67
Universitas Sumatera Utara
Surat angkutan barang dibuat dalam rangkap 4 empat yang masing- masing disimpan oleh:
1. 1 satu eksemplar penyelenggara sarana perkeretaapian atau badan
usaha sebagai penyelenggara kegiatan jasa angkutan. 2.
1 satu eksemplar pengguna jasa pengiriman barang. 3.
2 dua eksemplar disertakan pada barang yang dikirimkan yang akan disimpan masing-masing oleh pengirim barang dan penerima barang.
Surat angkutan barang dibuat untuk satu kali keberangkatan pengiriman barang.
61
61
Ibid. hal.69.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI
KERETA API
A. Penyelenggaraan Perjanjian Pengangkutan Melalui Kereta Api.
Perjanjian pengangkutan adalah persetujuan di mana pihak pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan penumpang danatau
barang dari satu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat dan penumpang atau pemilik barang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan.
62
Perjanjian pengangkutan pada umumnya bersifat lisan tidak tertulis, tetapi selalu didukung oleh dokumen pengangkut. Dokumen pengangkutan
berfungsi sebagai bukti sudah terjadi perjanjian pengangkutan dan wajib dilaksanakan oleh para pihak yang mengadakan perjanjian. Dokumen
pengangkutan barang lazim disebut surat muatan, sedangkan dokumen pengangkutan penumpang disebut karcis pengangkutan.
63
Perjanjian pengangkutan hasil produksi milik PT. Perkebunan Nusantara IV Persero oleh PT. Kereta Api Indonesia Persero dilakukan dalam bentuk
tertulis.
64
Dengan adanya kesepakatan para pihak tentang isi perjanjian, maka telah terjadi persetujuan kehendak konsensus, dan pada saat itulah telah lahir
perjanjian pengangkutan yang bersifat konsensual. Adanya konsensus diantara kedua belah pihak dianggap telah dapat melahirkan perjanjian pengangkutan.
62
Suwardjoko Warpani, Merencanakan Sistem Pengangkutan, Mandar Madju, Bandung, 2000, hal.3
63
Ibid.
64
Hasil Wawancara dengan Roeslan Nasution Kepala Divisi Pengembangan dan Sumber Daya Manusia PT. Kereta Api Indonesia Persero Divisi Regional Sumatera Utara Tanggal 09
Maret 2015 Pukul 10.00 Wib.
Universitas Sumatera Utara
Untuk sahnya suatu perjanjian menurut pasal 1320 KUHPerdata diperlukan empat syarat:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.
3. Suatu hal tertentu.
4. Suatu sebab yang halal.
Selain Pasal 1320 KUHPerdata yang harus dipenuhi, pasal lain yang melindungi pasal tersebut juga harus dipenuhi yaitu:
1. Pasal 1321 KUHPerdata yang mensyaratkan tidak boleh ada kekhilafan.
2. Pasal 1323 KUHPerdata yang mensyaratkan tidak boleh ada paksaan.
3. Pasal 1328 KUHPerdata yang mensyaratkan tidak boleh ada penipuan.
65
Ada beberapa alasan yang menyebabkan para pihak menginginkan perjanjian pengangkutan dilakukan secara tertulis, yaitu:
1. Kedua belah pihak ingin memperoleh kepastian mengenai hak dan
kewajiban masing-masing. 2.
Kejelasan rincian mengenai objek, tujuan, dan beban risiko para pihak. 3.
Kepastian dan kejelasan cara pembayaran dan penyerahan barang. 4.
Menghindari berbagai macam tafsiran arti kata dan isi perjanjian, 5.
Kepastian mengenai waktu, tempat dan alasan apa perjanjian berakhir. 6.
Menghindari konflik pelaksanaan perjanjian akibat ketidakjelasan maksud yang dikehendaki para pihak.
66
Persetujuan antara pihak-pihak yang berkepentingan itu melahirkan
hubungan kewajiban dan hak yang harus direalisasikan melalui proses penyelenggaraan pengangkutan. Kewajiban dan hak ini dapat diberi bentuk
tertulis atau dengan persetujuan lisan saja. Tetapi sebagai bukti bahwa pihak-
65
Sutiono Usman Aji, et.al, Op.Cit., hal. 195.
66
Ibid, hal.196
Universitas Sumatera Utara
pihak telah memenuhi kewajiban dan memperoleh hak biasanya diterbitkan dokumen pengangkutan.
Proses penyelenggaraan pengangkutan meliputi empat tahap, yaitu: 1.
Tahap persiapan pengangkutan, meliputi penyediaan alat pengangkutan dan penyerahan barang atau orang untuk diangkut.
2. Tahap penyelenggaran pengangkutan, meliputi kegiatan pemindahan
barang atau orang dengan alat pengangkutan dari tempat pemberangkatan sampai di tempat tujuan yang disepakati.
3. Tahap penyerahan barang atau orang kepada penerima, turunnya
penumpang dan pembayaran biaya pengangkutan dalam hal tidak terjadi peristiwa selama pengangkutan.
4. Tahap pemberesan atau penyelesaian persoalan yang timbul atau
terjadi selama pengangkutan atau sebagai akibat pengangkutan.
67
Kereta api adalah salah satu sarana transportasi yang memiliki karakteristik dan keunggulan khusus terutama dalam kemampuannya untuk mengangkut
penumpang secara massal, hemat energi, hemat dalam penggunaan ruang dan tingkat pencemaran yang rendah dibanding dengan sarana transportasi yang lain
seperti pesawat terbang, kapal laut, bus, dan lain-lain. Perkeretaapian diselenggarakan dengan tujuan untuk memperlancar
perpindahan orang danatau barang secara massal dengan selamat, aman, nyaman, cepat dan lancar, tepat, tertib dan teratur, efisien serta menunjang pemerataan,
pertumbuhan, stabilitas, pendorong dan penggerak pembangunan nasional. Keunggulan dan karakteristik kereta api tersebut dapat dimanfaatkan dalam upaya
pengembangan sistem transportasi secara terpadu di mana penyelenggaraannya mulai dari perencanaan dan pembangunan, pengusahaan, pemeliharaan dan
pengoperasiannya dapat diatur dengan sebaik-baiknya sehingga terdapat keterpaduan dan keserasian serta keseimbangan beban antar sarana transportasi
67
Ibid, hal.198.
Universitas Sumatera Utara
yang mampu meningkatkan penyediaan jasa angkutan bagi mobilitas orang secara aman, nyaman, cepat, tepat dan teratur dengan biaya yang terjangkau oleh daya
beli masyarakat. Kereta api juga menjadi solusi beberapa permasalahan transportasi nasional
seperti : 1.
Kondisi jalan raya yang mengalami banyak kerusakan. 2.
Kemacetan di jalan raya akibatlalu lintas yang semakin padat. 3.
Kenaikan harga BBM yang menyebabkanbiaya transportasi terus meningkat.
68
Perkeretaapian menurut fungsinya terdiri dari perkeretaapian umum dan perkeretaapian khusus. Perkeretaapian umum adalah perkeretaapian yang
digunakan untuk melayani angkutan orang danatau barang dengan dipungut bayaran, yang terdiri dari perkeretaapian perkotaan dan perkeretaapian antar kota,
sedangkan perkeretaapian khusus adalah kereta api yang digunakan secara khusus oleh badan usaha tertentu untuk menunjang kegiatan pokok badan usaha tersebut.
Angkutan kereta api adalah kegiatan sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian
lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api. Jenis angkutan pada perkeretaapian dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Jenis angkutan.
a. Angkutan orang.
Pasal 130 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian menyebutkan angkutan orang adalah pengangkutan orang
68
Ibid, hal. 120.
Universitas Sumatera Utara
dengan kereta api dilakukan dengan menggunakan kereta. Dalam keadaan tertentu
penyelenggara sarana
Perkeretaapian dapat
melakukan pengangkutan orang dengan menggunakan gerbong atas persetujuan
pemerintah atau pemerintah daerah, serta wajib memperhatikan keselamatan dan fasilitas minimal. Bagi penyandang cacat, wanita hamil,
anak dibawah lima tahun, orang sakit, dan lansia dari pihak penyelenggara Perkeretaapian wajib memberikan fasilitas Khusus dan kemudahan serta
tidak dipungut biaya tambahan.
69
b. Angkutan barang adalah angkutan barang dengan kereta api dilakukan
dengan menggunakan gerbong. Angkutan barang menurut Pasal 2 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 48 Tahun 2014 Tentang Tata Cara
Pemuatan, Penyusunan, Pengangkutan dan Pembongkaran Barang dengan Kereta Api terdiri atas:
1 Barang umum
2 Barang khusus
3 Bahan berbahaya dan beracun
4 Limbah bahan berbahaya dan beracun.
Angkutan barang umum sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 2 huruf a diklasifikasikan atas:
1 Barang aneka.
2 Kiriman pos.
3 Jenazah.
69
Ibid, hal. 121.
Universitas Sumatera Utara
Angkutan barang khusus sebagairnana dirnaksud dalarn Pasal 2 huruf b diklasifikasikan atas :
1 barang curah
2 barang cair
3 rnuatan yang diletakkan di atas palet
4 kaca lembaran
5 barang yang memerlukan fasilitas pendingin
6 tumbuhan dan hewan hidup
7 kendaraan
8 alat berat
9 barang dengan berat tertentu.
10 peti kemas.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan pengangkutan umum dan khusus yaitu :
a. Pemuatan, penyusunan dan pembongkaran barang pada tempat-tempat
yang telah ditetapkan sesuai klasifikasinya. b.
Keselamatan dan keamanan barang yang diangkut. c.
Gerbong yang digunakan sesuai dengan klasifikasi barang yang diangkut.
70
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan pengangkutan bahan dan limbah berbahaya serta beracun yaitu :
a. Memenuhi persyaratan dan keselamatan sesuai dengan sifat bahan
berbahaya dan beracun yang diangkut. b.
Menggunakan tanda sesuai dengan sifat bahan berbahaya dan beracun yang diangkut.
70
Ibid, hal. 124.
Universitas Sumatera Utara
c. Menyertakan petugas yang memiliki kualifikasi tertentu sesuai dengan
sifat bahan berbahaya dan beracun yang diangkut. 2.
Berdasarkan fungsinya. a.
Kereta api Umum. Kereta api umum adalah perkeretaapian yang digunakan untuk melayani
angkutan orang danatau barang dengan dipungut biaya. Kereta api umum dibagi menjadi 2 yaitu:
1 Perkeretaapian perkotaan
2 Perkeretaapian antarkota
Ditinjau secara tatanan perkeretaapian umum satu kesatuan system perkeretaapian dibagi menjadi 3 yaitu:
1 Perkeretaapian nasional
2 Perkeretaapian provinsi
3 Perkeretaapian kabupatenkota
b. Kereta Api khusus.
Kereta api khusus adalah perrkeretaapian yang hanya digunakan untuk menunjang kegian pokok badan usaha tertentu dan tidak digunakan untuk
melayani masyarakat umum.
71
Penyelenggara perkeretaapian khusus adalah badan usaha yang mengusahakan penyelenggaraan perkeretaapian
khusus. Serta penyelenggaraannya berupa sarana dan prasarana. Pengusahaan sarana dan prasarana perkeretaapian dilakukan berdasarkan
norma, standar dan kriteria perkeretaapian.
71
Ibid, hal. 125.
Universitas Sumatera Utara
Menurut kegunaannya, kereta api terbagi atas dua jenis, yaitu kereta api yang digunakan khusus untuk mengangkut barang gerbong barang dan kereta
api yang digunakan khusus untuk mengangkut penumpang gerbong penumpang.
72
Setiap sarana dan prasarana perkeretaapian umum yang dioperasikan harus memenuhi standar kelaikan operasi dan memenuhi persyaratan
keselamatan sebagaimana diatur dalam Pasal 20 dan Pasal 27 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian. Memenuhi persyaratan kelaikan
adalah kondisi prasarana siap operasi dan secara teknis aman untuk dioperasikan. Untuk menjamin kelaikan prasarana perkeretaapian, wajib dilakukan pemeriksaan
dan pengujian untuk pertama kali dioperasikan dan pengujian secara berkala oleh Pemerintah dan dapat dilimpahkan kepada badan hukum atau lembaga yang
mendapat akreditasi dari Pemerintah. Prasarana yang telah lulus dari pengujian akan diberikan sertifikat kelaikan
operasi. Penyelenggara sarana perkeretaapian wajib melakukan perawatan atas sarana perkeretaapian agar tetap laik operasi. Pengoperasian sarana perkeretaapian
wajib dilakukan oleh awak sarana perkeretaapian yang memenuhi persyaratan dan kualifikasi kecakapan yang dibuktikan dengan sertifikat kecakapan setelah lulus
pendidikan dan pelatihan. Perkeretaapian dikuasai oleh negara dan pembinaannya dilakukan oleh
Pemerintah. Penyelenggaraan angkutan kereta api dilakukan dengan suatu perjanjian pengangkutan antara pihak pengangkut dengan penumpang dan atau
72
Suwardjoko Warpani, Op.Cit, hal.47.
Universitas Sumatera Utara
pengirim barang, oleh karena itu perjanjian pengangkutan kereta api dibedakan atas dua bentuk yaitu, perjanjian pengangkutan penumpang dan perjanjian
pengangkutan barang. PT. Kereta Api Indonesia Persero dalam penyelenggaraan pengangkutan
menyediakan beberapa jenis pelayanan, diantaranya kelas ekonomi, kelas bisnis dan kelas eksekutif. Setiap keberangkatan disediakan 8 sampai 9 gerbong
penumpang dengan kapasitas muatan 80 sampai 100 orang penumpang pada setiap gerbongnya. Biaya atau tarif angkutan yang dikenakan kepada penumpang
berbeda untuk setiap kelas. Tarif angkutan penumpang ditetapkan oleh Penyelenggara Sarana Perkeretaapian berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh
Pemerintah. Pedoman penetapan tarif angkutan dilakukan berdasarkan perhitungan modal, biaya operasi dan keuntungan, ketentuan ini terdapat pada
Pasal 151 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian.
B. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Pengangkutan Melalui Kereta Api.
Subjek hukum adalah pendukung hak dan kewajiban. Subjek hukum pengangkutan adalah pendukung hak dan kewajiban dalam hubungan hukum
pengangkutan, yaitu pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam proses perjanjian sebagai pihak dalam perjanjian pengangkutan.
73
Adapun kewajiban dalam perjanjian pengangkutan adalah:
73
Ibid, hal. 59.
Universitas Sumatera Utara
1. Kewajiban pihak pengangkut.
Kewajiban pihak pengangkut adalah mentaati perjanjian pengangkutan, pengangkut dengan itikad baik harus menyelenggarakan pengangkutan yang
dipercayakan kepadanya dengan sebaik-baiknya sejak mulai diangkut sampai diserahkan kepada pihak yang dialamat di tempat tujuan.
74
Pengangkut berarti melakukan segala ikhtiar agar barang yang diangkutnya dengan lengkap dan utuh, serta tidak rusak dan tidak kurang sampai ditempat
tujuan kepada yang berhak menerimanya. Pengangkut dalam perjanjian pengangkutan dikatakan sudah mengakui
menerima barang dan menyanggupi untuk membawanya ke tempat yang telah ditunjuk dan menyerahkannya kepada orang yang telah dialamatkan.
Kewajiban ini dapat dipersamakan dengan kewajiban yang dimaksud dalam Pasal 1235 KUHPerdata. Apabila pihak pengangkut melalaikan kewajibannya
maka pada umumnya akan berlaku peraturan-peraturan yang untuk itu telah ditetapkan dalam Buku II dari KUHPerdata yaitu Pasal 1243.
Kewajiban ini timbul tanggung jawab pengangkut yang memberi arti pengangkut sebagai pengangkut berkewajiban menanggung segala kerugian
yang timbul atas barang yang diangkutnya selama dalam jangka waktu pengangkutan kepada pengguna jasa angkutan.
75
Kewajiban yang dibebankan kepada pihak pengangkut adalah sebagai tanggung jawabnya untuk
melaksanakan dengan sebaik-baiknya. Kewajiban dari pihak pengangkut ini adalah merupakan hak bagi pihak pemakai jasa angkutan.
74
Sutiono Usman Aji, et.al. Op.Cit, hal.28
75
Ibid, hal.29
Universitas Sumatera Utara
2. Kewajiban pengguna jasa angkutan.
Berdasarkan ketentuan Pasal 491 KUHDagang menentukan bahwa setelah barang yang diangkut itu diserahkan di tempat tujuan maka segala apa
yang lainnya yang wajib dibayar menurut surat-surat berdasarkan nama barang tersebut telah diterima kepadanya.
Pembayaran biaya pengangkutan merupakan sebagai prestasi balasan kepada pengangkut karena biasanya tiap pengirim itu adalah orang dari pada pihak
penerima yang disebut juga pengguna jasa. Siapakah yang harus membayar biaya pengangkutan dalam hal ini tergantung dari perjanjian yang dibuat mereka.
Adapun yang menjadi kewajiban dari pihak pengguna jasa angkutan dalam perjanjian tersebut adalah:
1. Memberi perintah pengangkutan kepada pihak pengangkut.
2. Membayar semua ongkos atau biaya pengangkutan yang dilaksanakan.
76
Kedua belah pihak dalam perjanjian pengangkutan wajib memenuhi kewajibannya. Apabila dari kewajiban ini salah satu pihak tidak memenuhi
kewajibannya, maka timbullah hak dari pihak yang dirugikan. Sebagai pihak yang merasa dirugikan maka pihak tersebut dapat menuntut haknya akibat
dari kerugian yang dideritanya oleh salah satu pihak, baik pihak pengangkut
maupun pihak pengguna jasa angkutan.
Khusus dalam perjanjian pengangkutan hasil produksi milik PT. Perkebunan Nusantara IV Persero oleh PT. Kereta Api Indonesia Persero, kewajiban para
pihak diatur dalam Pasal 3 Surat Perjanjian Nomor 04.10S.Perj12I2014 yang isinya memuat:
76
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal.65.
Universitas Sumatera Utara
1. Kewajiban PT. Perkebunan Nusantara IV Persero adalah :
a. Menyiapkan dan menyerahkan volume rencana angkutan setiap bulan
hasil produksi minyak sawit milih pihak pertama PT. Perkebunan Nusantara IV Persero kepada pihak kedua PT. Kereta Api Indonesia
Persero paling lambat tanggal 10 berjalan dan mendahulukan pemuatan untuk gerbong kereta api yang disiapkan oleh pihak kedua di lokasi
pemuatan. b.
Melaksanakan pemasangan locis pada angkutan langsung maupun tidak langsung pra angkutan dengan disaksikan oleh petugas yang ditunjuk
oleh pihak kedua di unit usaha dan stasiun pemuatan, berikut melaksanakan dan mengamankanpengawasan secara sungguh-sungguh
pengiriman minyak sawit dan bagi angkutan tidak langsung minyak sawit angkutan dimulai dari pemuatanpengiriman dari unit usaha sampai ke
stasiun pemuatan. c.
Membuat dan menandatanani berita acara pemasangan locis dalam kadaan baik dengan disaksikan petugas yang ditunjuk oleh pihak kedua
baik di unit usaha maupun di stasiun pemuatan. 2.
Pihak kedua PT. Kereta Api Indonesia Persero berkewajiban sesuai dengan pasal 3 Surat Perjanjian Nomor : 04.10S.Perj12I2014 antara PT
Perkebunan Nusantara IV Persero dengan PT Kereta Api Persero tentang Pengangkutan Hasil Produksi PT Perkebunan Nusantara IV Persero adalah
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Menyiapkan pola operasi dan penyediaan gerbong siap pakai yang
memenuhi persyaratan teknis yang dibutuhkan oleh pihak pertama. b.
Menyiapkan gerbong-gerbong kosong siap pakai untuk dimuati minyak sawit sesuai rencana angkutan yang diserahkan oleh pihak pertama.
c. Menyaksikan dan menandatangani berita acara pemasangan locis dalam
keadaan baik di unit usaha dan stasiun pemuatan serta menjamin kuantitas muatan.
d. Menerbitkan berita acara penerimaan di stasiun terhadap angkutan tidak
langsung langsiran pra angkutan ditandatangani bersama oleh petugas pihak pertama, pihak kedua dan jasa angkutan pihak lain yang ditunjuk.
e. Melaksanakan dan mengamankanpengawalan secara sungguh-sungguh
pengiriman minyak sawit mulai dari stasiun pemuatan sampai dibongkar di PT. SAN Belawan.
f. Apabila terjadi perubahan pola operasi maka pihak kedua harus
memberitahukan paling lambat 7 tujuh hari sebelum hari pelaksanaan. g.
Bertanggungjawab atas segala resiko yang timbul dalam pengangkutan minyak sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Persero.
C. Wanprestasi dan Resiko dalam Perjanjian Pengangkutan Melalui Kereta Api oleh PT. Kereta Api Indonesia Persero.
Prestasi atau yang dalam bahasa Inggris disebut juga dengan istilah “performance” dalam hukum kontrak dimaksudkan sebagai suatu pelaksanaan
hal-hal yang tertulis dalam suatu kontrak oleh pihak yang telah mengikatkan diri
Universitas Sumatera Utara
untuk itu, pelaksanaan mana sesuai dengan “term” dan “condition” sebagaimana disebutkan dalam kontrak yang bersangkutan.
77
Adapun yang merupakan model-model dari prestasi adalah seperti yang disebutkan dalam Pasal 1234 KUHPerdata, yaitu berupa :
1. Memberikan sesuatu.
2. Berbuat sesuatu.
3. Tidak berbuat sesuatu.
Sementara itu, yang dimaksud dengan wanprestasi default atau non fulfiment ataupun yang disebut juga dengan istilah breach of contract adalah
tidak dilaksanakan prestasi atau kewajiban sebagaimana mestinya yang dibebankan oleh kontrak terhadap pihak-pihak tertentu seperti yang disebutkan
dalam kontrak yang bersangkutan.
78
Menurut pendapat M. Yahya Harahap yang dimaksud dengan wanprestasi adalah : “Pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan
tidak menurut selayaknya”.
79
Kata “Tidak tepat pada waktunya dan kata tidak layak” apabila dihubungkan dengan kewajiban merupakan perbuatan melanggar
hukum. Pihak debitur sebagian atau secara keseluruhannya tidak menempati ataupun berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan isi perjanjian yang telah
disepakati bersama. Tindakan wanprestasi membawa konsekuensi terhadap timbulnya hak
pihak yang dirugikan untuk menuntut pihak yang melakukan wanprestasi untuk memberikan ganti rugi, sehingga oleh hukum diharapkan agar tidak ada satu pihak
77
Munir Fuady, Op.Cit, hal 87
78
Ibid, hal.88
79
M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 2002, hal. 60
Universitas Sumatera Utara
pun yang dirugikan karena wanprestasi tersebut. Tindakan wanprestasi ini dapat terjadi karena :
1. Kesengajaan.
2. Kelalaian.
3. Tanpa kesalahan tanpa kesengajaan atau kelalaian.
80
Akan tetapi berbeda dengan hukum pidana atau hukum tentang perbuatan melawan hukum, hukum kontrak tidak begitu membedakan apakah suatu kontrak
tidak dilaksanakan karena adanya suatu unsur kesalahan dari para pihak atau tidak. Akibatnya umumnya tetap sama, yakni pemberian ganti rugi dengan
perhitungan-perhitungan tertentu. Kecuali tidak dilaksanakan kontrak tersebut karena alasan-alasan force majeure, yang umumnya membebaskan pihak yang
tidak memenuhi prestasi untuk sementara atau untuk selama-lamanya. Apabila seseorang telah tidak melaksanakan prestasinya sesuai ketentuan
dalam kontrak, maka pada umumnya dengan beberapa pengecualian tidak dengan sendirinya dia telah melakukan wanprestasi. Apabila tidak ditentukan lain
dalam kontrak atau dalam undang-undang, maka wanprestasinya si debitur resmi terjadi setelah debitur dinyatakan lalai oleh kreditur ingebrehstelling yakni
dengan dikeluarkannya “akta lalai” oleh pihak kreditur. Perjanjian pengangkutan yang telah disepakati oleh para pihak, jika salah
satu pihak tidak memenuhi prestasinya, maka dikatakan telah melakukan perbuatan wanprestasi. Wanprestasi tersebut dapat dilakukan baik pihak yang
menyewakan maupun pihak penyewa. Jika terjadi wanprestasi, maka pihak yang
80
Ibid, hal.62
Universitas Sumatera Utara
dirugikan dapat melakukan tuntutan ganti rugi kepada pihak tidak memenuhi kewajibannya.
Wanprestasi itu dapat ditemukan dalam praktek di lapangan setelah diadakan transaksi oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Namun dalam
pelaksanaan perjanjian pengangkutan, jika timbul wanprestasi harus ada data secara otentik secara resmi bahwa dalam perjanjian tersebut salah satu pihak
tidak memenuhi perjanjian yang telah disepakati. Perjanjian pengangkutan bagi kedua pihak tidak ada penuntutan hak
apabila pihak-pihak tersebut melaksanakan kewajibannya sesuai dengan yang telah diperjanjikan. Diantara kedua pihak atas perjanjian tersebut telah menyetujui
tanpa dibantah oleh masing-masing pihak. Tetapi karena terjadinya suatu kerusakan atau ketidaksesuaian terhadap objek perjanjian pengangkutan , maka
timbullah yang dinamakan resiko kerugian yang diderita. Misalnya penyewa melakukan perombakan gedung yang disewa tanpa meminta izin terlebih dahulu
kepada pihak yang menyewakan. “Resiko adalah ketidaktentuan uncertainty yang bisa menyebabkan
kerugian ”.
81
Masalah resiko risk dalam pengangkutan sering terjadi baik yang menyangkut jiwa manusia maupun barang-barang muatan serta alat angkutnya
means of transport ”.
82
Hidup bermasyarakat dan dalam hukum mewajibkan kepada seseorang yang berjanji untuk menepati apa yang telah diperjanjikannya itu. Hal ini
mempunyai pengaruh baik bagi yang bersangkutan maupun bagi orang lain yang
81
A.Abas Salim. Op.Cit, hal. 201.
82
Ibid
Universitas Sumatera Utara
menerima janji itu. Bagi orang yang telah bersangkutan dengan menepati janji berarti ia telah menjaga nama baiknya sehubungan dengan harkat dan martabatnya
sebagai manusia yang seharusnya dapat dipercaya. Sedangkan bagi orang yang menerima janji itu, ketetapan atas pelaksanaan janji akan berarti menimbulkkan
kepuasan dan jika janji itu diingkari, maka orang yang akan menerima janji akan menderita suatu kekecewaan bahkan lebih jauh lagi dapat menimbulkan kerugian
padanya. Tujuan dari suatu perjanjian tidak lain adalah untuk ditepati atau dipenuhi
oleh orang atau pihak-pihak yang mengadakannya. Memenuhi janji yang telah dibuat dan disepakati berarti pula merupakan suatu perbuatan mementingkan
orang lain terhadap siapa janji itu ditujukan. Dengan demikian tidak dapat dipungkiri bahwa didalam pergaulan hidup manusia seringkali terjadi hal yang
disebut ingkar janji atau wanprestasi. Wanprestasi, kreditur tidak memperoleh apa yang dijanjikan oleh pihak lawan. Debitur tidak melaksanakan kewajiban
prestasinya atau tidak melaksanakan sebagaimana mestinya.
83
Adanya ingkar janji atau wanprestasi terhadap janji tersebut, maka penting adanya peraturan hukum perjanjian yang di dalamnya mengatur seluk beluk
peristiwa sehubungan dengan orang yang ingkar janji atau wanprestasi. Ingkar janji di sini adalah tidak menepati janji sebagaimana mestinya. Tujuan akhir dari
wanprestasi adalah memberikan penggantian-penggantian kerugian kepada pihak yang dirugikan, cara-cara untuk menuntut ganti kerugian tersebut telah diatur
sesuai dengan peraturan yang berkenan dengan itu.
83
M. Yahya Harahap. Op.Cit, hal.64
Universitas Sumatera Utara
Perjanjian pengangkutan bahwa apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban sebagaimana diatur dalam akta perjanjian, maka para pihak yang tidak
memenuhi kewajiban tersebut dikatakan telah ingkar janji. Di dalam perjanjian pengangkutan apabila salah satu pihak sudah dengan tegas ditagih janjinya tetapi
tetap tidak melaksanakan prestasinya, maka pihak yang tidak memenuhui kewajiban itu berada dalam keadaan lalai atau alpa yang mengakibatkan dapat
dituntut di Pengadilan. Para pihak tidak berprestasi pada saat yang telah ditentukan karena lalai
atau alpa, maka pihak yang dirugikan dapat menuntut di muka Pengadilan pembatalan perikatan atau perjanjian dengan atau tanpa tambahan ganti rugi,
biaya dan bunga. Penagihan janji oleh salah satu pihak kepada pihak yang menimbulkan kerugian pada pihak lain yang dinyatakan lalai adalah berbentuk
surat teguran atau peringatan yang dibuat oleh pihak yang dirugikan. Mengetahui bahwa salah satu pihak telah berada dalam keadaan
wanprestasi, maka harus didahului dengan teguran atau tagihan yang isinya menghendaki agar melaksanakan prestasi apa yang telah diperjanjikan dengan
segera atau pada suatu waktu yang telah ditentukan, kecuali jika memang secara tegas nyata-nyata telah memutuskan untuk tidak melakukan apa yang menjadi
kewajibannya sehubungan dengan perjanjian yang telah dibuat. Menentukan bahwa salah satu pihak berada dalam keadaan wanprestasi
adalah apabila berada dalam keadaan tertagih, dengan tagihan atau teguran itu harus melaksanakan prestasinya. Dalam keadaan normal perjanjian dapat
dilaksanakan sebagaimana mestinya tanpa gangguan ataupun halangan. Tetapi pada waktu yang tertentu, yang tidak dapat diduga oleh para pihak, muncul
Universitas Sumatera Utara
halangan, sehingga pelaksanaan perjanjian tidak dapat dilaksanakan dengan baik, faktor penyebab terjadinya wanprestasi diklasifikasikan menjadi dua faktor yaitu:
a. Faktor dari luar.
b. Faktor dari dalam diri para pihak.
84
Faktor dari luar adalah peristiwa yang tidak diharapkan terjadi dan tidak dapat diduga akan terjadi ketika perjanjian dibuat. Sedangkan faktor dari
dalam diri manusiapara pihak merupakan kesalahan yang timbul dari diri para pihak, baik kesalahan tersebut yang dilakukan dengan sengaja atau
pun karena kelalaian pihak itu sendiri, dan para pihak itu sendiri, dan para pihak sebelumnya telah mengetahui akibat yang timbul dari perbuatannya
tersebut.
85
Kelalaian atau wanprestasi pada pihak dalam perjanjian ini harus dinyatakan terlebih dahulu secara resmi yaitu dengan memperingatkan kepada
pihak yang lalai, bahwa pihak kreditur menghendaki pemenuhan prestasi oleh pihak debitur. Menurut undang-undang peringatan tersebut harus dinyatakan
tertulis, namun sekarang sudah dilazimkan bahwa peringatan itu pula dapat dilakukan secara lisan asalkan cukup tegas menyatakan desakan agar segera
memenuhi prestasinya terhadap perjanjian mereka perbuat. Adanya pernyataan lalai yang diberikan oleh pihak kreditur kepada pihak
debitur, maka menyebabkan pihak debitur dalam keadaan wanprestasi, bila ia tidak mengindahkan pernyataan lalai tersebut. Pernyatan lalai sangat diperlukan
karena akibat wanprestasi tersebut adalah sangat besar baik bagi kepentingan pihak kreditur maupun pihak debitur. Dalam perjanjian biasanya telah ditentukan
di dalam isi perjanjian itu sendiri, hak dan kewajiban para pihak serta sanksi yang
84
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2002, hal.55.
85
Ibid, hal.56
Universitas Sumatera Utara
ditetapkan apabila pihak debitur tidak menepati waktu atau pelaksanaan perjanjian.
Para pihak dikatakan dalam keadaan wanprestasi, yaitu apabila tidak melaksanakan perjanjian atau keadaan tertagih. Dengan demikian di dalam
perjanjian pengangkutan , wanprestasi dapat menampakkan bentuknya dalam beberapa macam yaitu:
1. Tidak melaksanakan apa yang diperjanjikan.
2. Melaksanakan apa yang diperjanjikan tetapi tidak dengan semestinya.
3. Melakukan apa yang diperjanjikan tetapi terlambat.
86
Akibat wanprestasi tersebut di atas, maka pihak yang melakukan wanprestasi itu dapat dipertanggung jawabkan untuk membayar ganti rugi Pasal
1365 KUH.Perdata kepada pihak lawannya yang dirugikan. Ganti rugi di sini adalah merupakan sanksi atas kealpaan dari pihak yang melakukan wanprestasi.
86
M. Yahya Harahap. Op.Cit, hal.66.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV TANGGUNGJAWAB PT. KERETA API INDONESIA DALAM
PENGANGKUTAN CPO PTPN IV KEBUN AIR BATU
A. Pengaturan Hukum yang Berkaitan dengan Perjanjian Pengangkutan
CPO.
Pengangkutan dalam kehidupan manusia memegang peranan yang sangat penting. Demikian juga halnya dalam dunia perdagangan, bahkan pengangkutan
memegang peranan yang mutlak, sebab tanpa pengangkutan perusahaan akan mengalami kesulitan untuk dapat berjalan. Nilai suatu barang tidak hanya
tergantung dari barang itu sendiri, tetapi juga tergantung pada tempat dimana barang itu berada, sehingga dengan pengangkutan nilai suatu barang akan
meningkat. Fungsi pengangkutan adalah untuk memindahkan barang atau orang dari
suatu tempat yang lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai.
87
Jadi dengan pengangkutan maka dapat diadakan perpindahan barang-barang dari suatu tempat yang dirasa barang itu kurang berguna ketempat dimana barang-
barang tadi dirasakan akan lebih bermanfaat. Perpindahan barang atau orang dari suatu tempat ketempat yang lain yang diselenggarakan dengan pengangkutan
tersebut harus dilakukan dengan memenuhi beberapa ketentuan yang tidak dapat ditinggalkan, yaitu harus diselenggarakan dengan aman, selamat, cepat, tidak ada
perubahan bentuk tempat dan waktunya.
87
Soegijatno Tjakranegara, Op.Cit, hal.8
Universitas Sumatera Utara
Pengangkutan dapat dilakukan dalam suatu perjanjian yaitu: 1.
Bentuk tertulis. Perjanjian dibuat secara tertulis karena para pihak ingin membuktikan
adanya hak jika salah satu pihak tidak memenuhi isi yang diperjanjikan.
88
Adanya bukti secara tertulis suatu perjanjian dan telah mempunyai jangka waktu
tertentu yang sudah disepakati bersama untuk dipenuhi oleh para pihak. Hak ini bisa tercapai apabila pihak-pihak yang terikat di dalamnya telah memenuhi hak
dan kewajibannya masing-masing pihak. 2.
Bentuk tidak tertulis. Perjanjian yang dilakukan secara lisan adalah bentuknya sama dengan
perjanjian secara tertulis, hanya saja di dalam perjanjian ini adalah suatu perjanjian lisan yang biasanya dilaksanakan dalam hubungan keluarga.
89
Bentuk perjanjian secara lisan ini telah membudaya dimasyarakat, karena merupakan
adat kebiasaan yang dianut oleh setiap suku di seluruh Indonesia. Menurut sistem hukum Indonesia, pembuatan perjanjian pengangkutan
tidak disyaratkan harus tertulis, cukup dengan lisan, asal ada persesuaian kehendak konsensus.
Adanya suatu perjanjian pengangkutan cukup dengan adanya kesepakatan konsensus diantara para pihak. Dengan kata lain perjanjian pengangkutan
bersifat konsensuil. Dalam praktek sehari-hari, dalam pengangkutan darat terdapat dokumen yang disebut denga surat muatan seperti dimaksud dalam Pasal 90
KUHD. Demikian juga halnya dalam pengangkutan pengangkutan melalui laut
88
Adbulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Op.Cit, hal.32.
89
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
terdapat dokumen konosemen yakni tanda penerimaan barang yang harus diberikan pengangkut kepada pengirim barang. Dokumen-dokumen tersebut
bukan merupakan syarat mutlak tentang adanya perjanjian pengangkutan. Tidak adanya dokumen tersebut tidak membatalkan perjanjian pengangkutan yang telah
ada Pasal 454, 504 dan 90 KUHD. Jadi dokumen-dokumen tersebut tidak merupakan unsur dari perjanjian pengangkutan. Dari uraian tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa perjanjian pengangkutan bersifat konsensuil. Bentuk perjanjian pengangkutan hasil produksi milik PT. Perkebunan
Nusantara IV Persero oleh PT. Kereta Api Indonesia Persero yang dipergunakan adalah bentuk perjanjian secara tertulis yang di dalamnya memuat
secara tegas tentang hak dan kewajiban-kewajiban dari kedua belah pihak.
90
Proses penyelenggaraan pengangkutan merupakan rangkaian kegiatan pemindahan orang atau benda ke tempat tujuan. Pada angkutan darat dengan
kendaraan bermotor tempat pemuatan dan pembongkaran barang tersebut di terminal. Proses penyelenggaraan pengangkutan melalui darat, meliputi beberapa
tahap kegiatan, yaitu tahap pemuatan barang atau orang di terminal pemberangkatan, tahap pelaksanaan angkutan dan tahap penurunan dan
pembongkaran barang atau orang di terminal tujuan. Kewajiban dan hak pihak-pihak dapat diketahui dari penyelenggaraan
pengangkutan, atau berdasarkan dokumen pengangkutan yang diterbitkan dalam perjanjian itu. Sementara itu, yang dimaksud dokumen pengangkutan ialah setiap
tulisan yang dipakai sebagai bukti dalam pengangkutan, berupa naskah, tanda
90
Hasil Wawancara dengan Roeslan Nasution Kepala Divisi Pengembangan dan Sumber Daya Manusia PT. Kereta Api Indonesia Persero Divisi Regional Sumatera Utara Tanggal 09
Maret 2015 Pukul 10.00 Wib.
Universitas Sumatera Utara
terima, tanda penyerahan, tanda milik atau hak. Mengenai saat perjanjian pengangkutan terjadi dan mengikat pihak-pihak, sebagian ada ditentukan dalam
undang-undang dan sebagian lagi tidak ada. Dalam hal tidak ada ketentuan, maka kebiasaan yang hidup dalam praktek pengangkutan diikuti oleh perusahaan
pengangkutan. Undang-undang memberikan hak kepada setiap orang untuk secara bebas
membuat dan melaksanakan perjanjian. Pihak-pihak dalam perjanjian diberi kebebasan dalam menentukan aturan yang mereka kehendaki dalam perjanjian
dan melaksanakannya sesuai dengan kesepakatan yang telah tercapai diantara mereka selama para pihak tidak melanggar ketentuan mengenai klausula yang
halal, artinya ketentuan yang diatur dalam perjanjian tersebut tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum,
kesusilaan, kepatutan dan kebiasaan yang berlaku didalam masyarakat. Setiap orang diberi kebebasan untuk membuat perjanjian tetapi undang-
undang mengatur batasan-batasan dari kebebasan tersebut. Suatu perjanjian dikatakan tidak boleh bertentangan dengan:
1. Pasal 1337 KUHPerdata yang mengatur bahwa suatu sebab adalah
terlarang, apabila dilarang oleh Undang-Undang atau apabila berlawanan dengan kesusilaan atau ketertiban umum.
2. Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata yang mengatur bahwa suatu perjanjian
harus dilaksanakan dengan itikad baik. 3.
Pasal 1339 KUHPerdata yang mengatur bahwa suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan didalamnya,
tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang.
91
Berdasarkan ketiga Pasal tersebut maka ada 2 dua hal yang harus diperhatikan di dalam membuat suatu perjanjian baku, yaitu:
91
Adbulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Op.Cit, hal.45
Universitas Sumatera Utara
1. Tidak bertentangan dengan Undang-Undang, moral kesusilaan, ketertiban
umum, kepatutan, dan kebiasaan Pasal 1337 dan Pasal 1339 KUHPerdata. 2.
Memiliki itikad baik Pasal 1338 KUHPerdata.
92
Moral kesusilaan diartikan sebagai moral yang dalam suatu masyarakat diakui oleh umumkhalayak ramai. Sedangkan ketertiban umum adalah
kepentingan masyarakat yang dilawankan dengan kepentingan perseorangan, yang dalam berhadapan dengan kepentingan perseorangan itu dipermasalahkan apakah
kepentingan masyarakat itu dikesampingkan. Keadilan dapat dimasukan ke dalam arti kepatutan. Dengan demikian
sesuatu yang tidak adil berarti tidak patut. Dengan kata lain bila dikaitkan dengan kepatutan dalam arti keadilan, maka isiklausula-klausula suatu perjanjian tidak
boleh tidak adil. Klausula-klausula perjanjian yang secara tidak wajar sangat memberatkan pihak lainnya adalah syarat-syarat yang bertentangan dengan
keadilan. Sedangkan kebiasaan pada umumnya dapat diartikan sebagai kebiasaan setempat yaitu aturan-aturan yang diindahkan dalam lingkungan tertentu. Itikad
baik adalah niat dari pihak yang satu dalam suatu perjanjian untuk tidak merugikan konsumen maupun tidak merugikan kepentingan umum. Niat tersebut
harus merupakan niat yang jujur untuk tidak merugikan konsumenmerugikan kepentingan umum.
Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat komplek karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Dalam kehidupan
masyarakat, seringkali dapat dilihat bahwa aktivitas manusia dalam dunia bisnis
92
Ibid, hal.35.
Universitas Sumatera Utara
tidak lepas dari peran perusahaan pengangkutan selaku pemberi layanan dibidang jasa pengangkutan barang bagi masyarakat. Peranan pengangkutan dalam dunia
perniagaan bersifat mutlak. Sebab nilai suatu barang itu tidak hanya tergantung dari barang itu sendiri tetapi juga tergantung pada tempat dimana barang itu
berada. Pengangkutan bermanfaat bagi masyarakat dalam arti hasil-hasil produksi dan bahan-bahan baku suatu daerah dapat dipasarkan kepada perusahaan
industri.
93
Salah satu bentuk bentuk layanan di bidang pengakutan adalah kecepatan dan ketepatan dalam pengiriman barang. Apabila angkutan terlambat atau macet
maka seketika itu masyarakat gelisah dan harga barang-barang pun menjadi goncang. Pengangkutan bukan hanya berpengaruh terhadap sirkulasi barang tetapi
juga berpengaruh pada tinggi rendahnya harga barang tersebut. Peranan pengangkutan disamping untuk melancarkan arus barang dan
mobilitas manusia juga untuk membantu tercapainya pengalokasian sumber- sumber ekonomi secara optimal. Untuk itu jasa angkutan harus tersedia secara
merata dan terjangkau daya beli masyarakat. Salah satu sarana pengakutan melalui darat adalah dengan menggunakan kendaraan bermotor.
Terjadinya perjanjian pengangkutan menunjuk pada serangkaian perbuatan tentang penawaran dan penerimaan yang dilakukan oleh pengangkut dan pengirim
atau penumpang secara timbal balik. Serangkaian perbuatan semacam ini tidak terdapat pengaturannya dalam undang-undang, melainkan ada dalam kebiasaan
yang hidup dalam praktek pengangkutan, oleh karena itu serangkaian perbuatan tersebut perlu ditelusuri melalui kasus perjanjian pengangkutan.
93
A.Abas Salim, Op.Cit, hal.10.
Universitas Sumatera Utara
Adanya surat perjanjian pengangkutan ini maka terbuktilah adanya perikatan-perikatan yang telah disepakati para pihak dalam perjanjian
pengangkutan. Dalam perjanjian pengangkutan hasil produksi milik PT. Perkebunan Nusantara IV Persero oleh PT. Kereta Api Indonesia Persero
dilakukan berdasarkan: 1.
Permintaan pelaksanaan Anggaran Belanja Eksploitasi PPABE Nomor 04.10PPABEMS01I2014 tanggal 02 Januari 2014.
2. Surat PT. Perkebunan Nusantara IV Persero No. 04.10X149XII2013
tanggal 27 Desember 2013 perihal kontrk angkutan tahun 2014. 3.
Surat PT. Kereta Api Indonesia Persero No. HK.213XII58KA-2013 tanggal 31 Desember 2013 perihal surat perjanjian.
4. Adendum surat perjanjian surat perjanjian No. 04ADD02XI2013 tanggal
11 Nopember 2013. Adapun isi perjanjian pengangkutan hasil produksi milik PT. Perkebunan
Nusantara IV Persero oleh PT. Kereta Api Indonesia Persero meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Pekerjaan dan tujuan pengangkutan.
2. Penyerahan pengangkutan langsiran kepada pihak lain.
3. Kewajiban para pihak.
4. Jangka waktu perjanjian.
5. Tarifongkos pengangkutan.
6. Iuran dan pajak.
7. Asuransi
Universitas Sumatera Utara
8. Tatacara pembayaran.
9. Penundaan pelaksanaan perjanjian.
10. Sanksi-sanksi teerhadap susut timbangan
11. Pendelegasian dan wewenang.
12. Keadaan memaksa force majeur.
13. Tempat kedudukan hukum.
14. Lain-lain.
B. Prosedur Pelaksanaan Pengangkutan yang Harus Dilakukan Pihak PT. Kereta api Indonesia Persero dalam Pengangkutan CPO.
Sumatera Utara merupakan salah satu sentra perkebunan kelapa sawit terbesar termasuk karet yang menghasilkan produk olahan berupa CPO Crude
Palm Oil, PKO Palm Karnel Oil dan Lateks. Komoditas tersebut selain dipasok untuk kebutuhan dalam negeri, sebagian juga diekspor ke luar negeri. Dengan
potensi besar tersebut, PT Kereta Api Indonesia Persero menyediakan layanan angkutan barang cair. Minyak CPO, PKO dan Lateks dapat diangkut dengan
kereta api menggunakan gerbong ketel jenis KKW. Demikian juga dengan biji sawit, bisa diangkut dengan gerbong tertutup jenis TTW. Keunggulan lain yang
ditawarkan yaitu proses pengangkutan langsung dari KebunPabrik dengan tersedianya jalursepur simpang dan pengiriman ke Belawan langsung ke tempat
pembongkarannya di Ujung Baru. Pembongkaran langsung ke tangki penampungan.
Para pihak telah sepakat dalam perjanjian pengangkutan hasil produksi milik PT. Perkebunan Nusantara IV Persero oleh PT. Kereta Api Indonesia
Universitas Sumatera Utara
Persero. Dalam hal ini pihak pertama menyerahkan pekerjaan kepada pihak kedua dan pihak kedua setuju dan menerimanya dari pihak pertama yaitu minyak
sawit untuk diangkut dengan kereta api.
94
Jumlah volume yang diangkut tersebut di atas tergantung dari hasil produksi kebun-kebun yang tercantum dalam Pasal 5 yang diperuntukan untuk
memenuhi kebuthan ekspor melalui PT. SAN Belawan. Pengangkutan hasil produksi tersebut akan dilaksanakan oleh PT Kereta Api Indonesia Persero
selambat-lambatnya 1 satu hari kerja setelah mendapat instruksi pengangkutan dari PT. Perkebunan Nusantara IV Persero.
PT Kereta Api Indonesia Persero akan menyerahkan angkutan minyak sawit sesuai berat muatan yang tercantum dalam surat angkutan kepada penerima
yang ditunjuk oleh PT. Perkebunan Nusantara IV Persero dengan kedudukan locis dalam keadaan baik. PT Kereta Api Indonesia Persero dapat menggunakan
jasa pihak lain dengan sepengetahuan pihak PT. Perkebunan Nusantara IV Persero untuk melaksanakan pra angkutan atau langsiran dari unit usaha ke
stasiun terdekat dan melaksanakan pengawalan serta pengawasan terhadap kelancaran pemuatan di unit usaha, temasuk yang memiliki spur simpang yang
dilayani langsung kereta api dan pengawasan pembongkaran di tempat tujuan. PT. Kereta Api Indonesia Persero dan PT. Perkebunan Nusantara IV
Persero sepakat mengadakan rapat bulanan untuk melakukan evaluasi terhadap angkutan yang sedang berjalan dan menetapkan rencana angkutan bulan
berikutnya. Tarifongkos dalam perjanjian pengangkutan minyak sawit antara PT.
94
Hasil Wawancara dengan Roeslan Nasution Kepala Divisi Pengembangan dan Sumber Daya Manusia PT. Kereta Api Indonesia Persero Divisi Regional Sumatera Utara Tanggal 09
Maret 2015 Pukul 10.00 Wib.
Universitas Sumatera Utara
Kereta Api Indonesia Persero dengan PT. Perkebunan Nusantara IV Persero ditentukan sebagai berikut :
Tabel 1 TarifOngkos Pengangkutan
No Unit Usaha
Stasiun Muat Tujuan
Pengiriman Harga
RpKg 1
Gunung Bayu Perlanaan
Belawan 107,10
2 Berangir
Rantau Prapat Belawan
145,80 3
Dolok Ilir Dolok Merangir
Belawan 99,90
4 Adolina
Perbaungan Belawan
68,40
Tarifongkos pengangkutan minya sawit tersebut tidak termasuk PPN 10. Tarif di atas sudah termasuk biaya-biaya yang dibutuhkan oleh pihak kedua
untuk melaksanakan pekerjaan pengangkutan tersebut termasuk ongkos muatbongkar serta biaya-biaya lain yang timbul dalam pelaksanaan
pengangkutan berdasarkan berat netto di tempat tujuan. Tarifongkos pengangkutan minyak sawit dapat ditinjau kembali apabila
terjadi kenaikanpenyesuaian tarif angkutan atau perubahan lainnya yang ditetapkan secara resmi oleh pemerintah. Perubahan tarifongkos pengangkutan
minyak sawit dapat dilaksanakan berdasarkan kesepakatan oleh para pihak. Apabila dibutuhkan oleh pihak pertama, maka pihak kedua bersedia mengangkut
minyak sawit di luar usaha sesuai dengan instruksidelivery order yang diterbitkan bagian pemasaran PT. Perkebunan Nusantara IV Persero dengan tarif angkutan
yang telah ditetapkan yaitu :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2 TarifOngkos Pengangkutan di Luar Unit Usaha
No Unit Usaha
Stasiun Muat Tujuan
Pengiriman Harga
RpKg 1
Air Batu Henglo
Belawan 123,30
2 Pulu Raja
Pulu Raja Belawan
126,90 3
Pabatu Tebing Tinggi
Belawan 90,00
Adapun tatacara pembayaran pengangkutan minyak sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Persero setelah PT. Kereta Api Indonesia Persero menyelesaikan
seluruh pekerjaan pengangkutan sesuai dengan surat instruksidelivery order yang diterbitkan oleh pihak PT. Perkebunan Nusantara IV Persero. Pelaksanaan
pembayaran dilakukan setelah adanya tagihan dari PT. Kereta Api Indonesia Persero dengan kelengkapan dokumen-dokumen sebagai berikut :
1. Copy surat perjanjian.
2. Copy surat instruksidelivery order.
3. Asli surat tagihan invoice.
4. Bukti realisasi hasil pekerjaan.
5. Asli kuitansi tanda terima.
6. Asli faktur pajak.
Pelaksanaan pembayaran dilakukan dengan cara transfer ke Bank BNI Cabang Jalan Pemuda Medan rekening nomor AC.0057856421 atas nama PT.
Kereta Api Indonesia Persero. Pihak PT. Perkebunan Nusantara IV Persero tidak melayani permintaan perubahan nomor rekening bank yang menyimpang
dari yang tertulis dalam surat perjanjian, bila ternyata kemudian terjadi perubahan
Universitas Sumatera Utara
nomor rekening bank selain yang tercantum dalam kontrak, maka semua konsekuensi hukum yang timbul di kemudian hari akibat perubahan nomor
rekening tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak PT. Kereta Api Indonesia Persero dan selanjutnya pihak PT. Kereta Api Indonesia Persero
tidak melakukan tuntutan hukum apapun kepada pihak PT. Perkebunan Nusantara IV Persero setelah terjadinya pembayaran.
Pembayaran ongkos angkutan pihak PT. Perkebunan Nusantara IV Persero kepada pihak PT. Kereta Api Indonesia Persero dilakukan setiap bulan
melalui rekening koran pihak PT. Kereta Api Indonesia Persero sesuai besar tagihan pihak PT. Kereta Api Indonesia Persero dan harus segera dibayarkan
paling lambat 30 tiga puluh hari kalender terhitung mulai tanggal penerimaan nota tagihan dari pihak PT. Kereta Api Indonesia Persero kepada pihak PT.
Perkebunan Nusantara IV Persero cq. dibagian pemasaran yang dinyatakan lengkap.
Menurut Pasal 9 surat perjanjian pengangkutan disebutkan bahwa salah satu pihak dapat melakukan penundaan terhadap pelaksanaan perjanjian ini untuk
mencegah potensi kerugian apabila terdapat indikasi penyimpangan danatau kecurangan berupa manipulasi harga mark up danatau mark down, proyek fikti,
pemalsuan identitas, syarat umum dan administrasi yang disepakati berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh pihak independen yang ditunjuk oleh pihak pertama.
Penundaan disampaikan secara tertulis kepada pihak lain dan berlaku efektif sampai dengan hasil auditpemeriksaan oleh pihak independen yang sebelumnya
dinyatakan dalam berita acara.
Universitas Sumatera Utara
C. Pertanggungjawab PT. Kereta Api Indonesia Persero Jika Melakukan Kelalaian dan Menyebabkan Berkurangnya CPO yang Diangkut.
Tanggung jawab pada hakikatnya terdiri dari dua aspek, yaitu tanggung jawab yang bersifat kewajiban yang harus dilaksanakan sebaik-baiknya
responsibility dan tanggung jawab ganti rugi liability.
95
Tanggung jawab dalam bentuk perikatan yang mewajibkan penanggung jawab untuk menggantikan kerugian kepada pihak ketiga. Bila terjadi kerugian
yang disebabkan karena sebab-sebab yang menjadi tanggung jawab pengangkut yang disebut oleh undang-undang. Timbulnya konsep tanggung jawab karena
pengangkut memenuhi kewajiban tidak sebagaimana mestinya, tidak baik, tidak jujur, atau tidak dipenuhi sama sekali. Tetapi dalam perjanjian pengangkutan ada
beberapa hal yang bukan menjadi tanggung jawab pengangkut. Artinya apabila terjadi kerugian maka pengangkut bebas pembayaran dari ganti rugi.
Ada tiga prinsip tanggung jawab pengangkutan dalam hukum pengangkutan yaitu:
1. Prinsip tanggung jawab berdasarkan kesalahan fault liability.
Menurut prinsip ini setiap pengangkut yang melakukan kesalahan dalam penyelenggaraan pengangkutan harus bertanggung jawab
membayar ganti rugi atas segala kerugian yang timbul akibat dari kesalahannya itu. Pihak yang menderita kerugian harus membuktikan
kesalahan pengangkut. Beban yang pembuktian itu ada di pihak yang dirugikan bukan pada pengangkut. Prinsip ini adalah yang umum
berlaku seperti yang diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata tentang perbuatan melawan hukum.
2. Prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga presumption of liability.
Menurut prinsip ini pengangkut dianggap selalu bertanggung jawab atas setiap kerugian yang timbul dari pengangkutan yang diselenggarakan.
Tetapi jika pengangkut dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah, maka ia dibebaskan dari kewajiban membayar ganti kerugian. Yang
dimaksud dengan tidak bersalah adalah tidak melakukan kelalaian, telah
95
Hasim Purba, Op.Cit, hal. 101
Universitas Sumatera Utara
mengambil tindakan yang perlu untuk menghindari kerugian cukup menunjukkan adanya kerugian yang diderita dalam pengangkutan yang
diselenggarakan oleh pengangkut.
3. Prinsip tanggung jawab mutlak absolute liabilty.
Menurut prinsip ini pengangkut harus bertanggung jawab membayar ganti kerugian terhadap setiap kerugian yang timbul dari pengangkutan
yang diselenggarakan tanpa keharusan pembuktian ada tidaknya kesalahan pengangkut. Pengangkut tidak dimungkinkan untuk
membebaskan diri dari tanggung jawab dengan alasan apapun yang menimbulkan kerugian itu. Prinsip ini tidak mengenal beban
pembuktian tentang kesalahan.
96
Menurut Sinta Uli bahwa dalam perjanjian pengangkutan darat, pengangkut yaitu perusahaan angkutan dengan pengiriman barang masing-masing
mempunyai tanggungjawab.
97
sesuai dengan prinsip perjanjian dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, bahwa masing-masing pihak mempunyai hak
dan kewajiban secara timbal balik. Artinya kedua belah pihak pengangkut maupun pengirim barang masing-masing mempunyai kewajiban sendiri. Dimana
kewajiban pihak pengangkutan adalah menyelenggarakan pengangkutan barang dari satu tempat tujuan ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan
kewajiban pihak pengirim adalah membayar uang angkutan sebagai kontrak prestasi dari penyelenggaraan pengangkutan yang dilakukan oleh pengangkut.
Tanggung jawab pihak pengangkut terdapat dalam surat perjanjian kontrak yang antara lain PT. Kereta Api Indonesia Persero bertanggung jawab atas mutu
atau kualitas minyak yang diangkut, jumlah timbangan dan keamanan minya yang diangkut sehingga sampai di tempat yang ditunjuk oleh pengguna jasa
angkutan yaitu PT. Perkebunan Nusantara IV Persero.
98
96
Syaiful Watni, Op.Cit, hal. 79.
97
Sinta Uli. Op.Cit. halaman 61-62.
98
Hasil Wawancara dengan Roeslan Nasution Kepala Divisi Pengembangan dan Sumber Daya Manusia PT. Kereta Api Indonesia Persero Divisi Regional Sumatera Utara Tanggal 09
Maret 2015 Pukul 10.00 Wib.
Universitas Sumatera Utara
Tanggungjawab PT. Kereta Api Indonesia Persero dalam perjanjian pengangkutan minyak sawit milik PT. Perkebunan Nusantara IV Persero diatur
dalam Pasal 10 surat perjanjian pengangkutan yaitu : 1.
Di dalam pelaksanaan penimbangan di tempat pengiriman dan penerimaan PT. SAN Belawan atau timbangan tujuan yang ditunjuk pihak pertama,
posisi tangkit atau sarana angkutan harus dalam keadaan berhenti pada posisi yang ditentukan dan yang mempuyai gandengan di kepas terlebih dahulu
untuk memperoleh angka timbang lebih akurat. 2.
Untuk angkutan langsung oleh kereta api, jika tera timbangan pihak pengirim dan penerima masih berlaku timbangan dalam keadaan baik, maka selisih
jumlah di atas toleransi susu 0,3 dari berat neto dalam surat angkut kalo ternyata locis dalam keadaan baik, tetap menjadi tanggungjawab pihak kedua.
3. Untuk angkutan yang menggunakan para angkutan langsiran, maka jumlah
selisih di atas toleransi susut 0,3 dari berat neto dalam surat angkutan walaupun locis dalam keadaan baik tetap menjadi tanggungjawab pihak
kedua. 4.
Apabila locis di lokasi penerima dalam keadaan rusak yang mengakibatkan kekurangan jumlah berat muatan maka pihak kedua akan memberikan ganti
rugi kepada pihak pertama dengan perhitungan ganti rugi sebesar selisih muatan di atas toleransi susut seperti ditentukan dalam ayat 3 setelah
diadakan penimbangan di tempat penerima. 5.
Pembayaran ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 dan 4 pasal ini dipotongkan dari ongkos angkutan yang disesuaikan dengan harga rata-
Universitas Sumatera Utara
rata penjualan PT. Perkebunan Nusantara IV Persero setiap bulannya dan dilakukan pembayarannya setelah adanya kesepakatan kedua belah pihak
melalui berita acara penelitian yang ditandatangani wakil kedua belah pihak. 6.
Apabila muatan milik pihak pertama yang diangkut oleh pihak kedua diturunkan atau dibongkar di tempat-tempat lain yang tidak sesuai instruksi
pihak pertama, maka segala resiko yang ditimbulkannya sepenuhnya menjadi tanggungjawab pihak kedua.
7. Apabila pembayaran dari pihak pertama kepada pihak kedua tidak sesuai
dengan Pasal 8 ayat 5 perjanjian ini, maka pihak pertama dikenakan denda keterlambatan kepada pihak kedua sebesar 0,04 dari jumlah pembayaran
untuk setiap hari keterlambatan yang harus dibayarkan sekaligus. Pasal 11 surat perjanjian pengangkutan hasil produksi PT. Perkebunan
Nusantara IV persero oleh PT. Kereta Api Indonesia Persero juga mengatur tentang pengecualian terhadap susut timbangan, yaitu:
1. Apabila di dalam pelaksanaan penimbangan di tempat pengiriman dan
penerimaan terjadi selisih timbangan melebihi batas toleransi sesuai yang tercantum dalam Pasal 10 ayat 2 dan 3 surat perjanjian ini, sementara locis
dalam keadaan baik, maka pihak kedua bersama-sama petugas uji timbangan dari bidang meteorologi KanwilCabang Dinas Perindag Sumatera Utara dan
petugas yang ditunjuk oleh pihak pertama mengadakan uji petik timbangan. 2.
Uji petik timbangan dilaksanakan dengan melakukan penimbangan ulang dari angkutan yang bermasalah dengan menggunakan timbangan si pengirim,
Universitas Sumatera Utara
penerima dan timbanan PT. Kereta Api Indonesia Persero di stasiun besar Medan.
3. Berdasarkan hasil uji petik timbangan yang dilaksanakan ayat 1 pasal ini
maka bidang meteorologi KanwilCabang Dinas Perindag Sumatera Utara akan membuat keputusan mengenai timbangan yang tidak akurat.
4. Segala biaya yang muncul akibat penimbangan ulang sebagaimana dimaksud
dalam ayat 1, 2 dan ayat 3 pasal ini menjadi beban dan tanggungjawab pihak kedua.
5. Susut timbangan melebihi batas toleransi yang diakibatkan oleh timbanan
yang tidak akurat sesuai ayat 3 pasal ini maka pihak kedua dikecualikan dibebaskan terhadap sanksi susut timbangan.
6. Pelaksanaan uji petik timbangan harus dilaksanakan oleh kedua pihak
secepatnya dan selambat-lambatnya dalam 10 sepuluh hari kerja dihitung dari tanggal terjadinya permasalahan.
Tanggungjawab karena kesalahan merupakan bentuk yang lazim dalam pertanggung jawaban para pihak yang mengadakan suatu perikatan yang
didasarkan pada tiga prinsip sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1365, 1366 dan Pasal 1367 KUHPerdata.
99
Pasal 1365 KUH. Perdata disebutkan bahwa tiap-tiap perbuatan melawan hukum yang membawa kerugian kepada orang lain mewajibkan orang
yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti kerugiannya tersebut. Pasal 1366 KUHPerdata juga terdapat perkataan tanggung jawab yaitu setiap
99
Adbulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Op.Cit, hal.56
Universitas Sumatera Utara
orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk keperluan yang disebabkan karena kelalaiannya.
Adapun perkataan tanggung jawab di dalam Pasal 1366 KUHPerdata ini adalah menerangkan bahwa setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian
yang disebabkan karena perbuatannya tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-hatinya.
100
Tanggung jawab yang diuraikan adalah mengenai pertanggung jawaban pihak pengangkut dalam
perjanjian pengangkutan. Sehubungan dengan pertanggung jawaban perusahaan dalam pengangkutan ini bertujuan untuk memberikan ganti rugi yang atas
kerugian diderita di samping untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Itulah sebabnya wanprestasi maupun perbuatan melawan hukum
merupakan dasar untuk menuntut tanggung jawab perusahaan dalam pengangkutan.
Pasal 1367 KUH. Perdata yang menyebutkan bahwa seorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatan orang-
orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh yang berada di bawah pengawasannya. Dihubungkan ketentuan-ketentuan Pasal 1367 KUH.
Perdata sebagaimana dikutipkan di atas, dalam perjanjian pengangkutan, maka pertanggung jawaban kesalahan perusahaan pengangkut harus dibuktikan oleh
pihak yang dirugikan dalam hal ini pemakai jasa angkutan. Penyelenggaraan proses pengangkutan tersebut juga tidak terlepas dari
hambatan-hambatan yang dapat mengakibatkan kerugian bagi pengirim ataupun
100
Ibid, hal.57
Universitas Sumatera Utara
penerima barang. Kerugian tersebut dapat disebabkan karena kelalaian atau kesalahan pengangkut. Kerugian yang ditimbulkan dapat berupa kerusakan barang
baik seluruh atau sebagian, juga dapat menyebabkan hilangnya barang, serta waktu penyerahan barang yang terlambat sampai ditempat tujuan.
Kerugian karena kesalahan atau kelalaian pengangkut, maka pihak penerima atau pengirim barang sebagai pihak yang dirugikan berhak untuk
menuntut haknya. Kerusakan atau kelalaian yang terjadi diluar kesalahan atau kelalaian pengangkut, maka pengangkut dapat dibebaskan dari tanggung jawab.
Pengangkut biasanya bekerjasama dengan perusahaan asuransi dalam menentukan besarnya ganti rugi yang akan dibayarkan kepada pemilik barang, adakalanya
penerima barang merasa kurang pas dengan besarnya ganti rugi yang diberikan oleh pengangkut sehingga dia mengajukan klaim ganti rugi yang lebih besar
kepada pengangkut. Perusahaan pengangkutan harus memastikan bahwa semua kasus dari
kesalahan penanganan secara baik ditindaklanjuti sesuai dengan prosedur yang berlaku. Akibat kesalahan dalam penanganan sebuah barang kiriman, maka akan
menimbulkan kejadian atau kelainan yang merupakan hal-hal yang tidak diharapkan terjadi.
101
Peran pihak PT. Kereta Api Indonesia Persero sebagai pengangkut terhadap kelalaian dalam pengangkutan minyak sawit milik PT. Perkebunan
Nusantara IV Persero adalah sebagai berikut: 1.
Menangani klaim minyak sawit yang diangkut susut timbangannya. 2.
Menyelidiki klaim secara seksama dengan mencari informasi.
101
Syaiful Watni, Op.Cit, hal. 85
Universitas Sumatera Utara
3. Mengidentifikasikan akar permasalahan atau asal muasal klaim itu terjadi,
dan menentukan apakah pihak perusahaan pengangkut turut bertanggung jawab atas kerugian minyak sawit yang diangkut susut timbangannya.
4. Mengidentifikasikan dan mengevaluasi tingkat tanggungjawab secara legal
atas klaim tersebut sesuai dengan kontrak pengangkutan. 5.
Membuat keputusan untuk melakukan pemberian kompensasipembayaran untuk klaim akibat minyak sawit yang diangkut susut timbangannya.
6. Mengklaim ulang pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk
menyelesaikan jumlah yang harus diselesaikan.
102
Perjanjian pengangkutan minyak CPO milik PT. Perkebunan Nusantara IV Persero yang menderita kerugian akibat kesalahan pihak PT. Kereta Api
Indonesia Persero maka pihak PT. Perkebunan Nusantara IV Persero dapat menuntut ganti rugi baik karena wanprestasi atau karena perbuatan melawan
hukum.
103
Jika didasarkan pada perbuatan melawan hukum, maka pihak PT. Perkebunan Nusantara IV Persero harus membuktikan bahwa kerugian yang
dideritanya disebabkan karena kesalahan tindakan pihak PT. Kereta Api Indonesia Persero yang bertentangan dengan kewajibannya, melanggar hak pengguna jasa
angkutan, bertentangan dengan kepatutan dalam masyarakat.
104
Namun jika tuntuntan ganti ruginya didasarkan pada wanprestasi, maka pihak pengguna jasa
angkutan harus membuktikan kerugian akibat dari tidak dipenuhinya kewajiban perusahaan pengangkut sesuai dengan perjanjian yang diadakan. Jelaslah bahwa
pertanggung jawaban perusahaan dalam pengangkutan didasarkan pada dua hal yaitu akibat melakukan wanprestasi serta karena perbuatan melawan hukum.
102
Hasil Wawancara dengan Roeslan Nasution Kepala Divisi Pengembangan dan Sumber Daya Manusia PT. Kereta Api Indonesia Persero Divisi Regional Sumatera Utara
Tanggal 09 Maret 2015 Pukul 10.00 Wib.
103
Hasil Wawancara dengan Roeslan Nasution Kepala Divisi Pengembangan dan Sumber Daya Manusia PT. Kereta Api Indonesia Persero Divisi Regional Sumatera Utara
Tanggal 09 Maret 2015 Pukul 10.00 Wib.
104
Hasil Wawancara dengan Roeslan Nasution Kepala Divisi Pengembangan dan Sumber Daya Manusia PT. Kereta Api Indonesia Persero Divisi Regional Sumatera Utara
Tanggal 09 Maret 2015 Pukul 10.00 Wib
Universitas Sumatera Utara
Salah satu pihak tidak dapat melaksanakan kewajiban sebagaimana ditentukan atau ditetapkan dalam perjanjian atau tidak melakukan prestasi sesuai
dengan yang diperjanjikan sehingga kepadanya diwajibkan untuk memberikan ganti rugi. Akan tetapi salah satu pengecualian hukuman terhadap tindakan yang
dilakukan untuk memberikan ganti rugi adalah apabila terjadi suatu keadaan memaksa force majeur. Keadaan memaksa atau force majeur adalah suatu
keadaan di dalam hukum perdata yang dapat menyebabkan bahwa suatu hak atau suatu kewajiban dalam suatu perjanjian tidak dapat dilaksanakan.
105
Dalam perjanjian pengangkutan disebutkan bahwa apabila dalam pelaksanaan perjanjian terjadi hal-hal di luar dugaan atau di luar perkiraan para
pihak yang diklasifikasikan sebagai force majeur, seperti banjir, hujan terus menerus sampai satu hari penuh, huru-hara, gempa bumi dan bencana alam
lainnya dan atas kebijaksanaan moneter pemerintah, yang mengakibatkan kerugian salah satu pihak, maka para pihak dapat mengajukan atau meminta
pertimbangan kepada pihak lainnya untuk mendapat ganti rugi yang layak. Pembelaan terhadap perbuatan yang dapat menggugurkan tuntutan ganti
rugi ini antara lain adalah karena terjadinya force majeur atau keadaan memaksa. Dengan keadaan memaksa ini maka para pihak terpaksa tidak dapat melaksanakan
prestasi yang diperjanjikannya karena suatu keadaan yang tidak dapat dihindarkannya dan memaksanya untuk itu. Dalam keadaan memaksa ini para
pihak tidak dapat dipersalahkan, karena keadaan ini timbulnya di luar kemampuan pihak salah satu pihak.
105
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal.89
Universitas Sumatera Utara
Keadaan memaksa force majeur itu adalah suatu keadaan tidak dapat dipenuhinya prestasi karena terjadi suatu peristiwa bukan karena kesalahannya,
sebab peristiwa tersebut tidak dapat diketahui atau tidak dapat diduga akan terjadi pada waktu membuat perjanjian.
Unsur-unsur yang terdapat dalam keadaan memaksa force majeur dalam perjanjian pengangkutan adalah:
1. Tidak dipenuhi prestasi karena suatu peristiwa yang membinasakan
atau memusnahkan benda yang menjadi objek perikatan. 2.
Tidak dapat dipenuhi prestasi karena suatu peristiwa yang menghalangi perbuatan untuk berprestasi.
3. Peristiwa itu tidak dapat diketahui atau diduga akan terjadi pada waktu
membuat perjanjian baik oleh penjual maupun oleh pembeli, jadi bukan kesalahan pihak-pihak.
106
Dalam perjanjian pengangkutan minyak sawit disebutkan bahwa apabila
waktu pelaksanaan perjanjian terjadi hal-hal yang di luar dugaan atau di luar perkiraan para pihak yang diklasifikasikan sebagai force majeur, seperti
disebutkan dalam pasal 13 Surat Perjanjian Pengangkutan yang dibuat antara PT. Kereta Api Indonesia Persero dan PT. Perkebunan Nusantara IV yaitu kedua
pihak dapat dibebaskan dari kewajibannya untuk melaksanakan isi perjanjian baik sebagian maupun keseluruhan apabila hal tersebut terjadi disebabkan oleh
keadaan memaksa force majeur seperti : 1.
Epidemi dan pemogokan umum yakni pemogokan massal yang dinyatakan resmi oleh pemerintah dengan pengertian apabila petugas pihak kedua PT.
Kereta Api Indonesia Persero mengadakan pemogokantidak mau bekerja, maka hal ini tidak termasuk pemogokan umum.
106
M. Yahya Harahap, Op.Cit, hal.78
Universitas Sumatera Utara
2. Huru hara, pemberontakan, peperangan dan blockade.
3. Bencana alam berupa angin topan, banjir, kebakaran dan gempa bumi yang
mengakibatkan terganggunya kelancaran pengangkutan oleh pihak kedua. 4.
Kebakaran tersebut adalah bukan disebabkan pelanggarankecelakaan, baik disengaja atau tidak disengaja, kurang hati-hati pihak kedua dan petuga yang
menjadi tanggungjawab pihak kedua. 5.
Kebijakan pemerintah di bidang moneter berupa pengumumankeputusan resmi pemerintah tentang perubahan penetapan ongkos angkut.
6. Tanah longsor pada lintasan kereta api yang terjadi bukan karena banjir dan
gempa bumi, dikualifikasikan tidak termasuk force majeur. Pihak yang tidak dapat melaksanakan kewajibannya karena alasan
memaksa wajib memberitahukan secara tertulis tentang terjadinya keadaan memaksa tersebut paling lama 3 tiga hari kerja setelah terjadinya keadaan
memaksa dengan menyerahkan bukti tentang terjadinya keadaan memaksa tersebut. Tidak terpenuhinya ketentuan Pasal 13 ayat 3 perjanjian ini
mengakibatkan keadaan memaksa tersebut dianggap tidak terjadi. Perjanjian pengangkutan hasil produksi PT. Perkebunan Nusantara IV
persero oleh PT. Kereta Api Indonesia Persero didasari oleh itikad baik dari para pihak tetapi diatur juga tentang kemungkinan timbulnya perselisihan atau
sengketa mengenai perjanjian tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 14 surat perjanjian, yaitu :
1. Apabila terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak maka terlebih dahulu
diadakan musyawarah untuk mufakat guna menyelesaikan masalah tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Musyawarah ini dilakukan untuk waktu paling lama 30 tiga puluh hari kerja.
2. Apabila musyawarah untuk belum tercapai dalam waktu ditentukan pada
Pasal 14 ayat 1, kedua belah pihak akan menyelesaikan perselisihan tersebut menurut hukum yang berlaku dan kedua belah pihak sepakat memilih tempat
kedudukan hukum yang tetap di kantor Pengadilan Negeri Medan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN