pengirim barang, oleh karena itu perjanjian pengangkutan kereta api dibedakan atas dua bentuk yaitu, perjanjian pengangkutan penumpang dan perjanjian
pengangkutan barang. PT. Kereta Api Indonesia Persero dalam penyelenggaraan pengangkutan
menyediakan beberapa jenis pelayanan, diantaranya kelas ekonomi, kelas bisnis dan kelas eksekutif. Setiap keberangkatan disediakan 8 sampai 9 gerbong
penumpang dengan kapasitas muatan 80 sampai 100 orang penumpang pada setiap gerbongnya. Biaya atau tarif angkutan yang dikenakan kepada penumpang
berbeda untuk setiap kelas. Tarif angkutan penumpang ditetapkan oleh Penyelenggara Sarana Perkeretaapian berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh
Pemerintah. Pedoman penetapan tarif angkutan dilakukan berdasarkan perhitungan modal, biaya operasi dan keuntungan, ketentuan ini terdapat pada
Pasal 151 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian.
B. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Pengangkutan Melalui Kereta Api.
Subjek hukum adalah pendukung hak dan kewajiban. Subjek hukum pengangkutan adalah pendukung hak dan kewajiban dalam hubungan hukum
pengangkutan, yaitu pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam proses perjanjian sebagai pihak dalam perjanjian pengangkutan.
73
Adapun kewajiban dalam perjanjian pengangkutan adalah:
73
Ibid, hal. 59.
Universitas Sumatera Utara
1. Kewajiban pihak pengangkut.
Kewajiban pihak pengangkut adalah mentaati perjanjian pengangkutan, pengangkut dengan itikad baik harus menyelenggarakan pengangkutan yang
dipercayakan kepadanya dengan sebaik-baiknya sejak mulai diangkut sampai diserahkan kepada pihak yang dialamat di tempat tujuan.
74
Pengangkut berarti melakukan segala ikhtiar agar barang yang diangkutnya dengan lengkap dan utuh, serta tidak rusak dan tidak kurang sampai ditempat
tujuan kepada yang berhak menerimanya. Pengangkut dalam perjanjian pengangkutan dikatakan sudah mengakui
menerima barang dan menyanggupi untuk membawanya ke tempat yang telah ditunjuk dan menyerahkannya kepada orang yang telah dialamatkan.
Kewajiban ini dapat dipersamakan dengan kewajiban yang dimaksud dalam Pasal 1235 KUHPerdata. Apabila pihak pengangkut melalaikan kewajibannya
maka pada umumnya akan berlaku peraturan-peraturan yang untuk itu telah ditetapkan dalam Buku II dari KUHPerdata yaitu Pasal 1243.
Kewajiban ini timbul tanggung jawab pengangkut yang memberi arti pengangkut sebagai pengangkut berkewajiban menanggung segala kerugian
yang timbul atas barang yang diangkutnya selama dalam jangka waktu pengangkutan kepada pengguna jasa angkutan.
75
Kewajiban yang dibebankan kepada pihak pengangkut adalah sebagai tanggung jawabnya untuk
melaksanakan dengan sebaik-baiknya. Kewajiban dari pihak pengangkut ini adalah merupakan hak bagi pihak pemakai jasa angkutan.
74
Sutiono Usman Aji, et.al. Op.Cit, hal.28
75
Ibid, hal.29
Universitas Sumatera Utara
2. Kewajiban pengguna jasa angkutan.
Berdasarkan ketentuan Pasal 491 KUHDagang menentukan bahwa setelah barang yang diangkut itu diserahkan di tempat tujuan maka segala apa
yang lainnya yang wajib dibayar menurut surat-surat berdasarkan nama barang tersebut telah diterima kepadanya.
Pembayaran biaya pengangkutan merupakan sebagai prestasi balasan kepada pengangkut karena biasanya tiap pengirim itu adalah orang dari pada pihak
penerima yang disebut juga pengguna jasa. Siapakah yang harus membayar biaya pengangkutan dalam hal ini tergantung dari perjanjian yang dibuat mereka.
Adapun yang menjadi kewajiban dari pihak pengguna jasa angkutan dalam perjanjian tersebut adalah:
1. Memberi perintah pengangkutan kepada pihak pengangkut.
2. Membayar semua ongkos atau biaya pengangkutan yang dilaksanakan.
76
Kedua belah pihak dalam perjanjian pengangkutan wajib memenuhi kewajibannya. Apabila dari kewajiban ini salah satu pihak tidak memenuhi
kewajibannya, maka timbullah hak dari pihak yang dirugikan. Sebagai pihak yang merasa dirugikan maka pihak tersebut dapat menuntut haknya akibat
dari kerugian yang dideritanya oleh salah satu pihak, baik pihak pengangkut
maupun pihak pengguna jasa angkutan.
Khusus dalam perjanjian pengangkutan hasil produksi milik PT. Perkebunan Nusantara IV Persero oleh PT. Kereta Api Indonesia Persero, kewajiban para
pihak diatur dalam Pasal 3 Surat Perjanjian Nomor 04.10S.Perj12I2014 yang isinya memuat:
76
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal.65.
Universitas Sumatera Utara
1. Kewajiban PT. Perkebunan Nusantara IV Persero adalah :
a. Menyiapkan dan menyerahkan volume rencana angkutan setiap bulan
hasil produksi minyak sawit milih pihak pertama PT. Perkebunan Nusantara IV Persero kepada pihak kedua PT. Kereta Api Indonesia
Persero paling lambat tanggal 10 berjalan dan mendahulukan pemuatan untuk gerbong kereta api yang disiapkan oleh pihak kedua di lokasi
pemuatan. b.
Melaksanakan pemasangan locis pada angkutan langsung maupun tidak langsung pra angkutan dengan disaksikan oleh petugas yang ditunjuk
oleh pihak kedua di unit usaha dan stasiun pemuatan, berikut melaksanakan dan mengamankanpengawasan secara sungguh-sungguh
pengiriman minyak sawit dan bagi angkutan tidak langsung minyak sawit angkutan dimulai dari pemuatanpengiriman dari unit usaha sampai ke
stasiun pemuatan. c.
Membuat dan menandatanani berita acara pemasangan locis dalam kadaan baik dengan disaksikan petugas yang ditunjuk oleh pihak kedua
baik di unit usaha maupun di stasiun pemuatan. 2.
Pihak kedua PT. Kereta Api Indonesia Persero berkewajiban sesuai dengan pasal 3 Surat Perjanjian Nomor : 04.10S.Perj12I2014 antara PT
Perkebunan Nusantara IV Persero dengan PT Kereta Api Persero tentang Pengangkutan Hasil Produksi PT Perkebunan Nusantara IV Persero adalah
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Menyiapkan pola operasi dan penyediaan gerbong siap pakai yang
memenuhi persyaratan teknis yang dibutuhkan oleh pihak pertama. b.
Menyiapkan gerbong-gerbong kosong siap pakai untuk dimuati minyak sawit sesuai rencana angkutan yang diserahkan oleh pihak pertama.
c. Menyaksikan dan menandatangani berita acara pemasangan locis dalam
keadaan baik di unit usaha dan stasiun pemuatan serta menjamin kuantitas muatan.
d. Menerbitkan berita acara penerimaan di stasiun terhadap angkutan tidak
langsung langsiran pra angkutan ditandatangani bersama oleh petugas pihak pertama, pihak kedua dan jasa angkutan pihak lain yang ditunjuk.
e. Melaksanakan dan mengamankanpengawalan secara sungguh-sungguh
pengiriman minyak sawit mulai dari stasiun pemuatan sampai dibongkar di PT. SAN Belawan.
f. Apabila terjadi perubahan pola operasi maka pihak kedua harus
memberitahukan paling lambat 7 tujuh hari sebelum hari pelaksanaan. g.
Bertanggungjawab atas segala resiko yang timbul dalam pengangkutan minyak sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Persero.
C. Wanprestasi dan Resiko dalam Perjanjian Pengangkutan Melalui Kereta Api oleh PT. Kereta Api Indonesia Persero.
Prestasi atau yang dalam bahasa Inggris disebut juga dengan istilah “performance” dalam hukum kontrak dimaksudkan sebagai suatu pelaksanaan
hal-hal yang tertulis dalam suatu kontrak oleh pihak yang telah mengikatkan diri
Universitas Sumatera Utara
untuk itu, pelaksanaan mana sesuai dengan “term” dan “condition” sebagaimana disebutkan dalam kontrak yang bersangkutan.
77
Adapun yang merupakan model-model dari prestasi adalah seperti yang disebutkan dalam Pasal 1234 KUHPerdata, yaitu berupa :
1. Memberikan sesuatu.
2. Berbuat sesuatu.
3. Tidak berbuat sesuatu.
Sementara itu, yang dimaksud dengan wanprestasi default atau non fulfiment ataupun yang disebut juga dengan istilah breach of contract adalah
tidak dilaksanakan prestasi atau kewajiban sebagaimana mestinya yang dibebankan oleh kontrak terhadap pihak-pihak tertentu seperti yang disebutkan
dalam kontrak yang bersangkutan.
78
Menurut pendapat M. Yahya Harahap yang dimaksud dengan wanprestasi adalah : “Pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan
tidak menurut selayaknya”.
79
Kata “Tidak tepat pada waktunya dan kata tidak layak” apabila dihubungkan dengan kewajiban merupakan perbuatan melanggar
hukum. Pihak debitur sebagian atau secara keseluruhannya tidak menempati ataupun berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan isi perjanjian yang telah
disepakati bersama. Tindakan wanprestasi membawa konsekuensi terhadap timbulnya hak
pihak yang dirugikan untuk menuntut pihak yang melakukan wanprestasi untuk memberikan ganti rugi, sehingga oleh hukum diharapkan agar tidak ada satu pihak
77
Munir Fuady, Op.Cit, hal 87
78
Ibid, hal.88
79
M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 2002, hal. 60
Universitas Sumatera Utara
pun yang dirugikan karena wanprestasi tersebut. Tindakan wanprestasi ini dapat terjadi karena :
1. Kesengajaan.
2. Kelalaian.
3. Tanpa kesalahan tanpa kesengajaan atau kelalaian.
80
Akan tetapi berbeda dengan hukum pidana atau hukum tentang perbuatan melawan hukum, hukum kontrak tidak begitu membedakan apakah suatu kontrak
tidak dilaksanakan karena adanya suatu unsur kesalahan dari para pihak atau tidak. Akibatnya umumnya tetap sama, yakni pemberian ganti rugi dengan
perhitungan-perhitungan tertentu. Kecuali tidak dilaksanakan kontrak tersebut karena alasan-alasan force majeure, yang umumnya membebaskan pihak yang
tidak memenuhi prestasi untuk sementara atau untuk selama-lamanya. Apabila seseorang telah tidak melaksanakan prestasinya sesuai ketentuan
dalam kontrak, maka pada umumnya dengan beberapa pengecualian tidak dengan sendirinya dia telah melakukan wanprestasi. Apabila tidak ditentukan lain
dalam kontrak atau dalam undang-undang, maka wanprestasinya si debitur resmi terjadi setelah debitur dinyatakan lalai oleh kreditur ingebrehstelling yakni
dengan dikeluarkannya “akta lalai” oleh pihak kreditur. Perjanjian pengangkutan yang telah disepakati oleh para pihak, jika salah
satu pihak tidak memenuhi prestasinya, maka dikatakan telah melakukan perbuatan wanprestasi. Wanprestasi tersebut dapat dilakukan baik pihak yang
menyewakan maupun pihak penyewa. Jika terjadi wanprestasi, maka pihak yang
80
Ibid, hal.62
Universitas Sumatera Utara
dirugikan dapat melakukan tuntutan ganti rugi kepada pihak tidak memenuhi kewajibannya.
Wanprestasi itu dapat ditemukan dalam praktek di lapangan setelah diadakan transaksi oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Namun dalam
pelaksanaan perjanjian pengangkutan, jika timbul wanprestasi harus ada data secara otentik secara resmi bahwa dalam perjanjian tersebut salah satu pihak
tidak memenuhi perjanjian yang telah disepakati. Perjanjian pengangkutan bagi kedua pihak tidak ada penuntutan hak
apabila pihak-pihak tersebut melaksanakan kewajibannya sesuai dengan yang telah diperjanjikan. Diantara kedua pihak atas perjanjian tersebut telah menyetujui
tanpa dibantah oleh masing-masing pihak. Tetapi karena terjadinya suatu kerusakan atau ketidaksesuaian terhadap objek perjanjian pengangkutan , maka
timbullah yang dinamakan resiko kerugian yang diderita. Misalnya penyewa melakukan perombakan gedung yang disewa tanpa meminta izin terlebih dahulu
kepada pihak yang menyewakan. “Resiko adalah ketidaktentuan uncertainty yang bisa menyebabkan
kerugian ”.
81
Masalah resiko risk dalam pengangkutan sering terjadi baik yang menyangkut jiwa manusia maupun barang-barang muatan serta alat angkutnya
means of transport ”.
82
Hidup bermasyarakat dan dalam hukum mewajibkan kepada seseorang yang berjanji untuk menepati apa yang telah diperjanjikannya itu. Hal ini
mempunyai pengaruh baik bagi yang bersangkutan maupun bagi orang lain yang
81
A.Abas Salim. Op.Cit, hal. 201.
82
Ibid
Universitas Sumatera Utara
menerima janji itu. Bagi orang yang telah bersangkutan dengan menepati janji berarti ia telah menjaga nama baiknya sehubungan dengan harkat dan martabatnya
sebagai manusia yang seharusnya dapat dipercaya. Sedangkan bagi orang yang menerima janji itu, ketetapan atas pelaksanaan janji akan berarti menimbulkkan
kepuasan dan jika janji itu diingkari, maka orang yang akan menerima janji akan menderita suatu kekecewaan bahkan lebih jauh lagi dapat menimbulkan kerugian
padanya. Tujuan dari suatu perjanjian tidak lain adalah untuk ditepati atau dipenuhi
oleh orang atau pihak-pihak yang mengadakannya. Memenuhi janji yang telah dibuat dan disepakati berarti pula merupakan suatu perbuatan mementingkan
orang lain terhadap siapa janji itu ditujukan. Dengan demikian tidak dapat dipungkiri bahwa didalam pergaulan hidup manusia seringkali terjadi hal yang
disebut ingkar janji atau wanprestasi. Wanprestasi, kreditur tidak memperoleh apa yang dijanjikan oleh pihak lawan. Debitur tidak melaksanakan kewajiban
prestasinya atau tidak melaksanakan sebagaimana mestinya.
83
Adanya ingkar janji atau wanprestasi terhadap janji tersebut, maka penting adanya peraturan hukum perjanjian yang di dalamnya mengatur seluk beluk
peristiwa sehubungan dengan orang yang ingkar janji atau wanprestasi. Ingkar janji di sini adalah tidak menepati janji sebagaimana mestinya. Tujuan akhir dari
wanprestasi adalah memberikan penggantian-penggantian kerugian kepada pihak yang dirugikan, cara-cara untuk menuntut ganti kerugian tersebut telah diatur
sesuai dengan peraturan yang berkenan dengan itu.
83
M. Yahya Harahap. Op.Cit, hal.64
Universitas Sumatera Utara
Perjanjian pengangkutan bahwa apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban sebagaimana diatur dalam akta perjanjian, maka para pihak yang tidak
memenuhi kewajiban tersebut dikatakan telah ingkar janji. Di dalam perjanjian pengangkutan apabila salah satu pihak sudah dengan tegas ditagih janjinya tetapi
tetap tidak melaksanakan prestasinya, maka pihak yang tidak memenuhui kewajiban itu berada dalam keadaan lalai atau alpa yang mengakibatkan dapat
dituntut di Pengadilan. Para pihak tidak berprestasi pada saat yang telah ditentukan karena lalai
atau alpa, maka pihak yang dirugikan dapat menuntut di muka Pengadilan pembatalan perikatan atau perjanjian dengan atau tanpa tambahan ganti rugi,
biaya dan bunga. Penagihan janji oleh salah satu pihak kepada pihak yang menimbulkan kerugian pada pihak lain yang dinyatakan lalai adalah berbentuk
surat teguran atau peringatan yang dibuat oleh pihak yang dirugikan. Mengetahui bahwa salah satu pihak telah berada dalam keadaan
wanprestasi, maka harus didahului dengan teguran atau tagihan yang isinya menghendaki agar melaksanakan prestasi apa yang telah diperjanjikan dengan
segera atau pada suatu waktu yang telah ditentukan, kecuali jika memang secara tegas nyata-nyata telah memutuskan untuk tidak melakukan apa yang menjadi
kewajibannya sehubungan dengan perjanjian yang telah dibuat. Menentukan bahwa salah satu pihak berada dalam keadaan wanprestasi
adalah apabila berada dalam keadaan tertagih, dengan tagihan atau teguran itu harus melaksanakan prestasinya. Dalam keadaan normal perjanjian dapat
dilaksanakan sebagaimana mestinya tanpa gangguan ataupun halangan. Tetapi pada waktu yang tertentu, yang tidak dapat diduga oleh para pihak, muncul
Universitas Sumatera Utara
halangan, sehingga pelaksanaan perjanjian tidak dapat dilaksanakan dengan baik, faktor penyebab terjadinya wanprestasi diklasifikasikan menjadi dua faktor yaitu:
a. Faktor dari luar.
b. Faktor dari dalam diri para pihak.
84
Faktor dari luar adalah peristiwa yang tidak diharapkan terjadi dan tidak dapat diduga akan terjadi ketika perjanjian dibuat. Sedangkan faktor dari
dalam diri manusiapara pihak merupakan kesalahan yang timbul dari diri para pihak, baik kesalahan tersebut yang dilakukan dengan sengaja atau
pun karena kelalaian pihak itu sendiri, dan para pihak itu sendiri, dan para pihak sebelumnya telah mengetahui akibat yang timbul dari perbuatannya
tersebut.
85
Kelalaian atau wanprestasi pada pihak dalam perjanjian ini harus dinyatakan terlebih dahulu secara resmi yaitu dengan memperingatkan kepada
pihak yang lalai, bahwa pihak kreditur menghendaki pemenuhan prestasi oleh pihak debitur. Menurut undang-undang peringatan tersebut harus dinyatakan
tertulis, namun sekarang sudah dilazimkan bahwa peringatan itu pula dapat dilakukan secara lisan asalkan cukup tegas menyatakan desakan agar segera
memenuhi prestasinya terhadap perjanjian mereka perbuat. Adanya pernyataan lalai yang diberikan oleh pihak kreditur kepada pihak
debitur, maka menyebabkan pihak debitur dalam keadaan wanprestasi, bila ia tidak mengindahkan pernyataan lalai tersebut. Pernyatan lalai sangat diperlukan
karena akibat wanprestasi tersebut adalah sangat besar baik bagi kepentingan pihak kreditur maupun pihak debitur. Dalam perjanjian biasanya telah ditentukan
di dalam isi perjanjian itu sendiri, hak dan kewajiban para pihak serta sanksi yang
84
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2002, hal.55.
85
Ibid, hal.56
Universitas Sumatera Utara
ditetapkan apabila pihak debitur tidak menepati waktu atau pelaksanaan perjanjian.
Para pihak dikatakan dalam keadaan wanprestasi, yaitu apabila tidak melaksanakan perjanjian atau keadaan tertagih. Dengan demikian di dalam
perjanjian pengangkutan , wanprestasi dapat menampakkan bentuknya dalam beberapa macam yaitu:
1. Tidak melaksanakan apa yang diperjanjikan.
2. Melaksanakan apa yang diperjanjikan tetapi tidak dengan semestinya.
3. Melakukan apa yang diperjanjikan tetapi terlambat.
86
Akibat wanprestasi tersebut di atas, maka pihak yang melakukan wanprestasi itu dapat dipertanggung jawabkan untuk membayar ganti rugi Pasal
1365 KUH.Perdata kepada pihak lawannya yang dirugikan. Ganti rugi di sini adalah merupakan sanksi atas kealpaan dari pihak yang melakukan wanprestasi.
86
M. Yahya Harahap. Op.Cit, hal.66.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV TANGGUNGJAWAB PT. KERETA API INDONESIA DALAM