Analisis pengembangan atraksi wisata hakekatnya menekankan pada analisis terhadap kondisi pemuasan satisfying antara penyediaan penawaran
supply dengan kebutuhan permintaan demand. Oleh karena itu pendekatan pengembangan tidak bisa hanya berangkat dari sisi produk atau sisi penawaran
saja product driven, sehingga dengan pendekatan ini produk yang dikembalikan akan dapat diterima dan diapresiasi oleh pasar wisatawan Nugraha, 2008.
E. Penilaian Potensi Ekowisata
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menilai suatu lokasi rekreasi adalah dengan pendekatan biaya perjalanan. Pendekatan ini dilakukan dengan
menggunakan informasi tentang jumlah uang yang dikeluarkan dan waktu yang digunakan orang untuk mencapai tempat rekreasi, untuk mengestimasi nilai
manfaat dari upaya perubahan kualitas lingkungan dari tempat rekreasi yang dikunjungi. Data tersebut lalu dipakai untuk mengestimasi kurva permintaan
hipotesis untukk lokasi rekreasi tersebut. Makin jauh tempat tinggal seseorang yang datang memanfaatkan fasilitas dari suatu objek wisata maka akan makin
kurang harapan pemanfaatan tempat barang lingkungan tersebut. Pemakai jasa yang bertempat tinggal dekat tempat rekreasi diharapkan mendapatkan jasa
lingkungan lebih banyak karena harga yang diukur dengan biaya perjalanan lebih rendah dari pemakaian yang sebenarnya. Biaya perjalanan adalah biaya yang
dikeluarkan pengunjung untuk kegiatan wisata, yang meliputi biaya konsumsi selama wisata dikurangi dengan biaya konsumsi sehari-hari jika tidak melakukan
perjalanan wisata, biaya transportasi, biaya dokumentasi dan biaya lainnya yang dikeliarkan sehubungan dengan kegiatan wisata perorang. Selain itu juga terdapat
Universitas Sumatera Utara
biaya waktu untuk responden yang mensubsitusikan waktu dengan pendapatan Fitriani, 2008.
Salah satu metode untuk menaksir jumlah maksimum seseorang bersedia membayar adalah dengan metode kontingensi. Metode ini dilakukan dengan
mewawancarai secara perorangan masing-masing pengunjung dewasa yang berkunjung ke daerah rekreasi tersebut berdasarkan penelitian diperoleh kesediaan
membayar dari setiap pengunjung. Pendekatan ini dilakukan dengan cara menentukan kesediaan membayar willingness to pay dari konsumen. Pendekatan
ini dapat diterapkan pada keadaan yang dapat menimbulkan ketenangan amenity seperti pemandangan alam, kebudayaan, historis dan karakteristik lain yang unik
serta situasi lain yang data harganya tidak ada. Asumsi yang digunakan dalam metode kontingensi menurut Davis dan
Johnson 1987 dalam Safri et.al 1996 : a.
Responden harus repesentatif dan comparable untuk semua survei b.
Pada survei pertama, pengunjung harus mempunyai kemampuan cukup untuk mengembangkan nilai kreatif.
c. Wawancara dan kuisioner secara obyektif dapat menentukan nilai
manfaat tanpa ada keadaan interpretasi dari masing-masing responden.
F. Perencanaan Pengembangan Ekowisata