Upaya Pengembangan Danau Air Panas Linting Sebagai Obyek Wisata Di Desa Sibunga-Bunga Kabupaten Deli Serdang

(1)

UPAYA PENGEMBANGAN DANAU AIR PANAS LINTING SEBAGAI OBYEK WISATA DI DESA SIBUNGA-BUNGA KABUPATEN DELI SERDANG

KERTAS KARYA Disusun

O L E H

FRILLY DEA NIM: 072204010

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI NON GELAR D3 PARIWISATA BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA

MEDAN 2010


(2)

UPAYA PENGEMBANGAN DANAU AIR PANAS LINTING SEBAGAI OBYEK WISATA DI DESA SIBUNGA-BUNGA KABUPATEN DELI SERDANG

KERTAS KARYA O

L E H

FRILLY DEA NIM: 072204010 Pembimbing

Drs. Haris Sutan Lubis, MSP

Kertas karya ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non gelar Fakultas Sastra USU Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Diploma III dalam Program Studi Pariwisata.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PENDIDIDKAN NON GELAR BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA MEDAN


(3)

Disetujui oleh :

PROGRAM DIPLOMA SASTRA DAN BUDAYA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Medan, Maret 2010 PROGRAM STUDI PARIWISATA

KETUA

NIP : 195509231982031001 Drs. Ridwan Azhar, M.Hum


(4)

PENGESAHAN Diterima

PANITIA UJIAN PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR SASTRA DAN BUDAYA FAKULTAS SASTRA USU MEDAN UNTUK MELENGKAPI SALAH SATU SYARAT UJIAN DIPLOMA III DALAM BIDANG STUDI PARIWISATA.

Pada : Tanggal : Hari :

PROGRAM DIPLOMA SASTRA DAN BUDAYA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEKAN

Prof. Syaifuddin MA.Ph.D NIP : 196509091994031004

Panitia Ujian

No Nama Tanda Tangan

1. Drs. Ridwan Azhar, M.Hum. ( ) 2. Mukhtar, S.sos. SE, MA. ( ) 3. Drs. Haris Sutan Lubis, MSP. ( ) 4. Soegeng Parmono, SE, MSI. ( )


(5)

God Will Make A Way

God will make a way

Where there seems to be no way

He works in ways we can not see

He will make a way for me

He will be my guide

Hold me closely to His side

With love and strengh for each new day

He will make a way, He will make a way

By a roadway in the wilderness, He’ll lead me

And rivers in the desert will I see

Heaven and earth will fade but His word will still remaind

And He will do something new today

God Will Make A Way…

Aku mau bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hatiku, aku mau bersukacita dan

bersukaria karna Engkau, bermazmur bagi nama-Mu yang Mahatinggi…

Kupersembahkan kertas karya ini sebagai ungkapan rasa cinta, penghormatan dan baktiku

kepada:

Bapakku terkasih Ir. Janti Girsang dan Mamaku Emita Br. Ginting

Pengorbanan dan Cinta mereka yang menguatkan ,mendorongku untuk terus semangat.

.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini dengan baik.

Adapun judul kertas karya ini adalah “Upaya Pengembangan Danau Air Panas Linting Sebagai Obyek Wisata di Desa Sibunga-Bunga Kabupaten Deli Serdang”. Penulisan kertas karya ini merupakan salah satu syarat yang harus di penuhi untuk memperoleh gelar Ahli Madya Diploma-III, Jurusan Usaha Wisata, Program Studi Pariwisata, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan kertas karya ini, penulis menyadari banyak bantuan yang telah diberikan oleh berbagai pihak baik berupa dukungan, masukan, saran, sehingga penulisan kertas karya ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Chairudin P.Lubis, DTM&H, Sp.A (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Drs. Syaifuddin, M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Ridwan Azhar, selaku Ketua Program Studi Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Solahuddin Nasution, SE, MSP, selaku Koordinator Usaha Wisata DIII Pariwisata Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, MSP, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan kertas karya ini.


(7)

6. Bapak Soegeng Parmono, SE, MSI, selaku dosen pembaca yang telah memberikan masukan dan nasehat dalam penyelesaian kertas karya ini.

7. Bapak Mukhtar, S.sos, SE, MA, selaku sekretaris jurusan yang juga memberikan dukungan dalam penyelesaian kertas karya ini.

8. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, khususnya staf administrasi di Program Studi Pariwisata.

9. Kepada seluruh mahasiswa angkatan 2007 yang selalu mendukung saya dalam hal yang positif.

Dengan segala kerendahan hati, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu namun tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu. Semoga kebaikan-kebaikannya mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Medan, Maret 2010

Penulis


(8)

ABSTRAKSI

Obyek wisata Danau Air Panas Linting di Desa Sibunga-Bunga Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu obyek wisata yang tidak begitu terkenal. Padahal obyek wisata ini memiliki potensi yang baik, yang seharusnya dapat dikembangkan menjadi obyek wisata yang menarik. Disamping itu Danau Air Panas Linting merupakan obyek wisata yang cukup unik. Selain terletak di atas bukit, danau ini juga menghasilkan air panas yang tidak berbau belerang. Kawasan di sekitar danau juga begitu asri dan penduduk yang tinggal di sekitar danau masih menjunjung tinggi adat istiadat, kebudayaan yang mereka miliki. Sungguh sangat disayangkan apabila obyek wisata ini kurang mendapat perhatian baik oleh pemerintah ataupun masyarakat. Adapun upaya pengembangan Danau Air Panas Linting seharusnya menjadi prioritas yang utama bagi pemerintah maupun masyarakat setempat. Dengan adanya pengembangan dan pengelolaan yang baik bagi kawasan obyek wisata Danau Air Panas Linting diharapkan kedepannya pariwisata di daerah ini semakin meningkat dan memberikan manfaat khususnya di sektor ekonomi. Pendapatan daerah semakin meningkat dan kesejahteraan masyarakat setempat semakin merata dengan adanya peningkatan pendapatan.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR……….. i

ABSTRAKSI………iii

DAFTAR ISI……… vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul………1

1.2 Tujuan Penulisan………..2

1.3 Pembatasan Masalah……… 3

1.4 Metode Penelitian ………4

1.5 Sistematika Penulisan ………..4

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Wisata dan Pariwisata ………6

2.2 Pengertian Wisatawan………..11

2.3 Obyek dan Daya Tarik Wisata ………...12

2.4 Pengertian Atraksi Wisata………16

2.5 Sarana dan Prasarana Pariwisata ………17


(10)

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN DELI SERDANG, DESA SIBUNGA-BUNGA DAN DANAU AIR PANAS LINTING

3.1 Kabupaten Deli Serdang ………...21

3.1.1 Sejarah Kabupaten Deli Serdang ………..22

3.1.2 Ragam Penduduk dan Budaya………..….23

3.2 Desa Sibunga-bunga ……….24

3.2.1 Gambaran Umum Demografis………25

3.2.1 Sarana dan Prasarana yang Tersedia………25

3.3 Danau Air Panas Linting………27

3.3.1 Daya Tarik Danau Air Panas Linting………..28

BAB IV UPAYA PENGEMBANGAN DANAU AIR PANAS LINTING SEBAGAI OBYEK WISATA DI DESA SIBUNGA-BUNGA KABUPATEN DELI SERDANG 4.1 Pengembangan Danau Air Panas Linting Sebagai Obyek Wisata yang Menarik………..29

4.2 Kebutuhan Wisatawan dan Jasa Pariwisata yang Diperlukan ………..31

4.3 Dampak yang Terjadi dengan Adanya Pengembangan Danau Air Panas Linting Sebagai Obyek Wisata …………33

4.3.1 Dampak Positif………...34

4.3.2 Dampak Negatif………..35

4.4 Tantangan yang Dihadapi dalam Pengembangan Pariwisata ………...36


(11)

BAB V PENUTUP………40 DAFTAR PUSTAKA ……….43 LAMPIRAN


(12)

ABSTRAKSI

Obyek wisata Danau Air Panas Linting di Desa Sibunga-Bunga Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu obyek wisata yang tidak begitu terkenal. Padahal obyek wisata ini memiliki potensi yang baik, yang seharusnya dapat dikembangkan menjadi obyek wisata yang menarik. Disamping itu Danau Air Panas Linting merupakan obyek wisata yang cukup unik. Selain terletak di atas bukit, danau ini juga menghasilkan air panas yang tidak berbau belerang. Kawasan di sekitar danau juga begitu asri dan penduduk yang tinggal di sekitar danau masih menjunjung tinggi adat istiadat, kebudayaan yang mereka miliki. Sungguh sangat disayangkan apabila obyek wisata ini kurang mendapat perhatian baik oleh pemerintah ataupun masyarakat. Adapun upaya pengembangan Danau Air Panas Linting seharusnya menjadi prioritas yang utama bagi pemerintah maupun masyarakat setempat. Dengan adanya pengembangan dan pengelolaan yang baik bagi kawasan obyek wisata Danau Air Panas Linting diharapkan kedepannya pariwisata di daerah ini semakin meningkat dan memberikan manfaat khususnya di sektor ekonomi. Pendapatan daerah semakin meningkat dan kesejahteraan masyarakat setempat semakin merata dengan adanya peningkatan pendapatan.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Saat ini dunia pariwisata mengalami perkembangan yang sangat pesat. Salah satu pendorongnya ialah dengan terjadinya proses globalisasi, perubahan ekonomi dunia yang berjalan semakin cepat, persaingan yang semakin meningkat dan perkembangan teknologi yang berjalan begitu cepat.

Setelah diberlakukannya AFTA pada tahun 2003 dan dilanjutkan dengan APEC 2010. Berlakunya globalisasi di segala aspek menuntut kesiapan masing-masing Negara untuk berkompetisi secara bebas dengan memperlihatkan keunggulan dan sumberdaya yang mereka miliki.

Banyak negara di dunia sekarang ini yang menganggap pariwisata sebagai sebuah aspek penting dari strategi pengembangan negara. Setiap literatur pariwisata memberikan ulasan bahwa sektor pariwisata dapat memberikan keuntungan ekonomi terhadap negara yang bersangkutan. Keuntungan-keuntungan ini biasanya didapatkan dari pendapatan nilai tukar mata uang asing, pendapatan pemerintah, penciptaan lapangan kerja serta peningkatan pendapatan tenaga kerja.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki potensi alam, keanekaragaman flora dan fauna, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, serta seni dan budaya yang semuanya itu merupakan sumberdaya modal yang besar artinya bagi usaha pengembangan dan peningkatan kepariwisataan. Sektor pariwisata diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan ekonomi nasional.


(14)

Tetapi bagaimanapun juga perlu diingat bahwa dalam pariwisata terjadi interaksi yang begitu besar dalam masyarakat, masukan-masukan yang mendorong kesempatan dan tantangan kepada negara yang bersangkutan. Oleh sebab itu perlu adanya strategi pariwisata yang tidak hanya untuk menghadapi masalah yang terjadi pada saat ini namun juga di masa yang akan datang. Dengan demikian negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia perlu menetapkan strategi khusus untuk menghindari terjadinya pengembangan yang tidak terarah agar kegiatan pariwisata dapat menjadi salah satu sektor yang mendatangkan keuntungan yang berarti.

Sumatera Utara dengan ibukotanya Medan, merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki banyak obyek wisata yang menarik, baik yang sudah di kenal secara nasional seperti Danau Toba maupun obyek wisata lain yang hanya di kenal oleh penduduk lokal.

Salah satu objek wisata yang kurang dikenal secara luas namun memiliki potensi yang baik untuk menjadi objek wisata yang menarik adalah Danau Air Panas Linting yang terletak di Desa Sibunga-Bunga Hilir. Danau ini bisa dicapai sekitar 1.5 jam melalui rute Medan-Delitua-Desa Tiga Juhar-Desa Sibunga-Bunga.

Posisi Danau ini cukup unik karena terletak di atas bukit, dengan air panas yang tidak berbau belerang seperti danau air panas pada umumnya, semisal wisata air panas Sidebuk-Debuk. Selain itu pemandangan di sekitar Danau Air Panas Linting yang dikelilingi pohon-pohon rindang membuat suasana menjadi lebih nyaman. Akan tetapi Danau ini kurang begitu dikenal dikalangan wisatawan domestik, hanya penduduk sekitar yang mengenal Danau Air Panas Linting tersebut.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis memilih Danau Air Panas Linting sebagai obyek dalam penulisan kertas karya. Dengan harapan kedepannya


(15)

Danau Air Panas Linting ini dapat dikembangkan menjadi objek wisata yang tidak hanya dikenal di Sumatera Utara khususnya, melainkan secara Nasional pada umumnya, serta dapat menjadi sumber pendapatan daerah dan meningkatkan pendapatan ekonomi penduduk setempat.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan Penulisan kertas karya ini adalah :

1. Untuk melengkapi tugas akhir penyelesaian pendidikan Diploma Program Studi Pariwisata Bidang Keahlian Usaha Wisata yang diwajibkan oleh Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh Diploma Ahli Madya Pariwisata.

2. Untuk memperkenalkan Danau Air Panas Linting sebagai obyek wisata sehingga dapat dikenal secara luas.

3. Sebagai bahan kajian dan masukan untuk masyarakat setempat serta pihak-pihak yang berkepentingan dalam sektor pariwisata dan proses pengembangan daerah tujuan wisata.

1.3 Pembatasan Masalah

Adapun pembatasan masalah adalah untuk meluruskan arah, maksud dan tujuan dalam penulisan mengingat luasnya ruang lingkup kepariwisataan oleh sebab itu penulis membuat rumusan masalah dari judul ini sebagai berikut :

1. Potensi yang dimiliki oleh Danau Air Panas Linting untuk dapat menjadi salah satu obyek wisata yang menarik untuk di kunjungi.


(16)

2. Upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan Danau Air Panas Linting sehingga dapat dikenal secara luas.

3. Manfaat pengembangan Danau Air Panas Linting dikembangkan secara maksimal.

1.4 Metode Penelitian

Metode penelitian dan pengumpulan data yang dipergunakan penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini melalui dua cara yaitu:

1. Penelitian Perpustakaan (Library Research)

Penelitian perpustakaan merupakan suatu cara pengumpulan data dan informasi yang diperlukan dari literature seperti buku-buku perpustakaan, majalah, diktat, perkuliahan, media internet dan brosur-brosur yang berhubungan dengan permasalahan.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan merupakan cara pengumpulan data-data dan informasi yang dibutuhkan bersumber dari objek wisata yang diteliti dengan mengadakan wawancara langsung dengan masyarakat dan orang-orang yang terlibat dalam pengembangan daerah tujuan wisata.


(17)

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan kertas karya ini, penulis membagi dalam lima bab yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai alasan pemilihan judul, pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, serta sistematika penulisan.

BAB II: URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN

Dalam bab ini dibahas mengenai pengertian pariwisata, wisatawan, obyek dan daya tarik wisata, sarana dan prasarana pariwisata, atraksi wisata, produk industri pariwisata.

BAB III: GAMBARAN UMUM KABUPATEN DELI SERDANG,

DESA SIBUNGA-BUNGA, DAN DANAU AIR PANAS LINTING Berisiskan informasi umum mengenai Kabupaten Deli Serdang, Desa Sibunga-Bunga, keadaan penduduk, sarana dan prasarana yang tersedia, serta gambaran umum Danau Air Panas Linting, daya tarik Danau Air Panas Linting.

BAB IV: UPAYA PENGEMBANGAN DANAU AIR PANAS LINTING SEBAGAI OBYEK WISATA DI DESA SIBUNGA-BUNGA

Bab ini memaparkan pengembangan Danau Air Panas Linting sebagai obyek wisata, apa saja upaya yang bisa dilakukan, kebutuhan yang diperlukan wisatawan, dampak yang terjadi akibat pengembangan


(18)

pariwisata di Danau Air Panas Linting, serta respon masyarakat dalam pengembangan pariwisata.

BAB V: PENUTUP

Berisiskan kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(19)

BAB II

URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

2.1 Pengertian Wisata dan Pariwisata

Berdasarkan ketentuan World Association of Travel Agent (WATA) pengertian Wisata adalah perjalanan keliling selama tiga hari, yang diselenggarakan oleh suatu kantor perjalanan di dalam kota dan acaranya antara lain melihat-lihat di berbagai tempat atau kota baik di dalam maupun di luar negeri.

Ada berbagai macam perjalanan wisata bila ditinjau dari berbagai macam sudut pandang yakni:

1. Dari segi jumlahnya, wisata dibedakan atas:

a) Individual Tour yaitu, suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh satu orang atau sepasang suami istri.

b) Family Group yaitu, suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh

serombongan keluarga yang masih memiliki hubungan kekerabatan satu sama lain.

c) Group Tour yaitu, suatu perjalanan wisata yang di lakukan bersama-sama dengan dipimpin oleh seorang yang bertanggung jawab atas keselamatan dan kebutuhan seluruh anggotanya. Biasanya jumlah peserta yang ikut dalam perjalanan ini sedikitnya berjumlah 10 orang.

2. Dari segi kepengaturannya, wisata dibedakan atas

a) Pre-arranged Tour yaitu, suatu perjalanan wisata yang jauh hari sebelumnya telah diatur segala sesuatunya, baik transportasi, akomodasi, maupun objek-objek wisata yang akan dikunjungi. Wisata seperti ini biasanya sudah diatur


(20)

oleh lembaga yang khusus mengurus, mengatur maupun menyelenggarakan perjalanan wisata dengan bekerja sama dengan semua instansi atau lembaga yang terkait dengan kepentingan tersebut.

b) Package Tour yaitu, suatu produk perjalanan wisata yang dijual oleh suatu Perusahaan Biro Perjalanan dimana harga paket wisata tersebut sudah mencakup biaya perjalanan, hotel, ataupun fasilitas lainnya, dengan kata lain paket wisata ini adalah suatu produk wisata yang merupakan suatu komposisi perjalanan yang disusun dan dijual guna memberikan kemudahan dan kepraktisan dalam melakukan perjalanan wisata.

c) Coach Tour yaitu, suatu paket perjalanan ekskursi yang dijual oleh biro perjalanan dengan dipimpin oleh seorang pemandu wisata dan merupakan perjalanan wisata yang diselenggarakan secara rutin, dalam jangka yang di tetapkan dangan rute perjalanan yang tertentu pula.

d) Special Arranged Tour yaitu, suatu perjalanan wisata yang disusun secara khusus guna memenuhi permintaan pelanggan.

e) Optional Tour yaitu, suatu perjalanan wisata tambahan di luar pengaturan yang telah disusun dan diperjanjikan pelaksanaannya, yang dilakukan atas permintaan pelanggan.

3. Dari segi maksud dan tujuannnya, wisata dibedakan atas:

a) Holiday Tour yaitu, suatu perjalanan wisata yang diselenggarakan dan diikuti oleh anggotanya guna berlibur, bersenang-senang.

b) Familiarization Tour yaitu, suatu perjalanan yang dimaksudkan guna

mengenal lebih lanjut bidang atau daerah yang mempunyai kaitan dengan pekerjaannya.


(21)

c) Educational Tour yaitu, suatu perjalanan wisata yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran, studi perbandingan, ataupun pengetahuan mengenai bidang kerja yang dikunjunginya. Wisata jenis ini desebut juga sebagai study tour.

d) Scientific Tour yaitu, perjalanan wisata yang tujuan pokoknya adalah untuk memperoleh pengetahuan terhadap sesuatu bidang ilmu pengetahuan.

e) Pileimage Tour yaitu, perjalanan wisata yang dimaksudkan guna melakukan ibadah keagamaan.

f) Special Mission Tour yaitu, suatu perjalanan khusus yang dilakukan dengan maksud tertentu misalnya, misi dagang, misi kesenian, dan lain-lain.

g) Hunting Tour yaitu, suatu kunjungan wisata yang dimaksudkan untuk

menyelenggarakan perburuan hewan yang telah mendapat ijin dari penguasa setempat sebagai hiburan semata.

4. Dari segi penyelenggaraannya, wisata dibedakan menjadi

a) Excursion yaitu, suatu perjalanan wisata jarak pendek yang ditempuh kurang dari 24 jam guna mengunjungi suatu ojek wisata.

:

b) Safari Tour yaitu, suatu perjalanan wisata yang diselenggarakan secara

khusus dengan perlengkapan maupun peralatan khusus dan objek yang dikunjungi juga khusus seperti, safari tour ke Ujung Kulon.

c) Cruize Tour yaitu, perjalanan dengan menggunakan kapal pesiar

menggunjungi objek-objek wisata bahari dan objek-objek wisata darat tetapi menggunakan kapal pesiar sebagai basis pemberangkatannya.

d) Youth Tour yaitu, kunjungan wisata yang diperuntukan bagi para remaja


(22)

e) Marine Tour yaitu, kunjungan ke objek wisata khususnya untuk menyaksikan keindahan laut.

Adapun pengertian Pariwisata menurut Undang-undang No. 9 tahun 1990, pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan perjalanan yang bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata tersebut.

Selain pengertian di atas, beberapa ahli juga merumuskan pengertian pariwisata sebagai berikut:

1. Menurut Mathieson dan Wall, mengemukakan pariwisata adalah kegiatan perpindahan orang untuk sementara waktu ke suatu daerah tujuan wisata diluar tempat tinggal dan tempat bekerja serta mendapatan fasilitas dan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan selama berada di daerah tujuan wisata tersebut.

2. Menurut Mc.Inthosh, mendefinisikan pariwisata sebagai ilmu, seni, memindahkan dan mengakomodasikan dan secara ramah memenuhi kebutuhan dan kegiatan pengunjung.

3. Menurut Prof. Salah Wahab, pariwisata adalah suatu aktifitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapatkan pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri maupun diluar negeri untuk sementara waktu serta mencari kepuasan yang berbeda dengan apa yang dialaminya dimana orang itu memperoleh pekerjaan tetap.

Berdasarkan beberapa defenisi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan pariwisata memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


(23)

1. Terdapat dua lokasi yang terkait yaitu daerah asal dan daerah tujuan/destinasi. 2. Daerah tujuan harus memiliki objek dan daya tarik wisata.

3. Daerah tujuan harus memiliki sarana dan prasarana pariwisata.

4. Pelaksanaan perjalanan ke destinasi dilakukan dalam waktu sementara.

5. Terdapat dampak yang ditimbulkan, khususnya pada daerah tujuan wisata baik dari segi sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan.

Selain itu seseorang melakukan perjalanan didorong oleh berbagai macam motif. McIntosh mengklasifikasikan motif-motif wisata sebagai berikut:

1. Motif fisik yaitu, motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan badaniah, seperti olahraga, istirahat, kesehatan, dan lain-lain.

2. Motif budaya, yang harus diperhatikan adalah yang bersifat budaya itu motif wisatawan bukan atraksinya. Atraksinya dapat berupa pemandangan alam, flora, fauna, namun wisatawan tidak hanya menikmati atraksi itu melainan wisatawan itu juga ingin mengenal atau memahami tata cara dan kebudayaan suatu bangsa atau daerah lain seperti tari-tariannya, cara hidup dan kebiasaan, dan lain sebagainya.

3. Motif interpersonal yang berhubungan dengan keinginan untuk bertemu dengan keluarga, teman, saudara, atau ingin berjumpa dengan tokoh-tokoh terkenal, penyanyi, dan lain-lain.

4. Motif status atau prestise, banyak orang beranggapan bahwa orang yang pernah mengunjungi tempat-tempat tertentu dengan sendirinya


(24)

melebihi sesamanya. Orang yang pernah pergi ke daerah-daerah atau negara lain dianggap atau merasa naik status atau gengsinya.

2.2 Pengertian Wisatawan

Wisatawan secara umum dapat diartikan sebagai seseorang atau kelompok orang yang melakukan perjalanan wisata. Jika lama tinggalnya di daerah atau di negara yang dikunjungi lebih dari 24 jam maka dikatakan sebagai tourist sedangkan apabila tinggal di daerah atau di negara kurang dari 24 jam maka disebut excursionist (pelancong).

Sedangkan visitor yaitu orang yang melakukan perjalanan ke daerah yang bukan merupakan tempat tinggalnya dan tujuan perjalannya bukan untuk melakukan kegiatan mencari nafkah di tempat tujuan tersebut.

Suwantoro, Gamal (1997) melakukan klasifikasi terhadap wisatawan dengan menggolongkan wisatawan menjadi tujuh bagian, yaitu:

1. Explorer yaitu, wisatawan yang mencari perjalanan baru dan berinteraksi dengan masyarakat lokal, bersedia menerima fasilitas seadanya, serta menghargai norma dan nilai-nilai lokal.

2. Elite yaitu, wisatawan yang mengunjungi daerah tujuan wisata yang belum dikenal, tetapi dengan pengaturan terlebih dahulu, dan berpergian dalam jumlah yang kecil.

3. Off-Beat yaitu, wisatawan yang mencari atraksi sendiri, tidak ikut

mengunjungi tempat-tempat yang biasanya ramai dikunjungi. Biasanya wisatawan ini siap menerima fasilitas seadanya di tempat lokal.


(25)

4. Unusual yaitu, wisatawan yang dalam perjalananya sekali waktu juga mengambil aktivitas tambahan, untuk mengunjungi tempat baru atau melakukan aktifitas yang beresiko.

5. Incipient Mass yaitu, wisatawan yang melakukan perjalanan secara individual atau dalam kelompok kecil, mencari daerah tujuan wisata yang mempunyai fasilitas standar tetapi masih menawarkan keaslian.

6. Mass yaitu, wisatawan yang berpergian kedaerah tujuan wisata dengan

fasilitas yang sama dengan di daerahnya, serta berinteraksi dengan masyarakat lokal.

7. Charter yaitu, wisatawan yang mengunjungi daerah tujuan wisata dengan

meminta fasilitas berstandar internasional.

2.3 Obyek dan Daya Tarik Wisata

Obyek wisata merupakan suatu kawasan yang memiliki daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. Dalam pelaksanaanya obyek wisata itu seharusnya dikelola secara profesional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang.

Umumnya daya tarik suatu obyek wisata berdasarkan pada:

a) Adanya sumberdaya yang dapat menimbulkan rasa senang, nyaman, indah, bersih.

b) Adanya aksesbilitas yang baik.

c) Adanya ciri khusus yang mungkin bersifat langka.

d) Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk dapat memenuhi kebutuhan wisatawan.


(26)

e) Obyek wisata alam meliputi keindahan pegunungan, sungai, danau, pantai, hutan dan sebagainya.

f) Obyek wisata budaya meliputi atraksi-atraksi kesenian, upacara-upacara adat,dan sebagainya.

Sedangkan daya tarik wisata diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu: A) Daya tarik alam.

B) Daya tarik budaya.

C) Daya tarik buatan manusia.

A) Daya Tarik Alam

Daya tarik alam adalah segala sesuatu yang behubungan dengan alam, misalnya flora dan fauna, air, pegunungan, dan sebagainya.

Menurut Pitana, I Gde (2009:71) sumber daya alam yang bisa dikembangkan menjadi sumberdaya pariwisata yaitu:

1. Lokasi Geografis

Hal ini menyangkut karakteristik ruang yang menentukan kondisi yang terkait dengan beberapa variabel lain. Misalnya wilayah Eropa yang dingin cocok dikembangkan atraksi wisata ski.

2. Iklim dan Cuaca

Diukur dari permukaan air laut, daratan, pegunungan, dan sebagainya. Bersama faktor geologis, iklim merupakan penentu utama dari lingkungan fisik yang mempengaruhi vegetasi, kehidupan hewan, angin, dan sebagainya.


(27)

3. Topografis

Bentuk umum dari permukaan bumi dan struktur permukaan bumi membuat beberapa areal geografis menjadi bentang alam yang unik. Kedua aspek ini menjadi daya tarik yang dapat membedakan kondisi geografis suatu wilayah/benua dengan wilayah/benua lainnya.

4. Surface Material

Menyangkut sifat dan ragam material yang menyusun permukaan bumi, misalnya pasir, formasi bebatuan alam, dan sebagainya.

5. Air

Air memiliki peranan penting dalam menentukan tipe dari jenis rekreasi. Misalnya bisa dikembangkan jenis wisata panatai, danau, sungai, dan lain sebagainya.

6. Vegetasi

Vegetasi mengarah pada keseluruhan kehidupan tumbuhan yang menutupi suatu area tertentu. Kegiatan wisata sangat tergantung pada kehidupan dan formasi tumbuhan. Contohnya ekowisata pada kawasan konservasi alam/hutan lindung.

7. Fauna

Beragam jenis hewan berperan cukup signifikan terhadap aktifitas wisata baik dipandang dari segi konsumsi misalnya wisata berburu atau mancing maupun non-konsumsi misalnya melihat pertunjukan satwa.

Beberapa alasan mengapa alam menarik bagi wisatawan:

1) Banyak wisatawan yang tertarik oleh kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di alam terbuka. Misalnya di daerah pegunungan wisatawan itu bisa mendaki gunung, berkuda, dan lain-lain.


(28)

2) Seseorang yang melakukan perjalanan ingin terbebas dari rutinitas sehari-hari sehingga mungkin ia mengunjungi tempat-tempat yang memberikan suasana tenang misalnya ke pantai, danau, dan lain-lain.

3) Alam juga sering menjadi bahan studi untuk wisatawan budaya. Untuk berbagai keperluan wisatawan ini meneliti, mengamati, bagaimana keunikan, keanekaragaman yang ditawarkan oleh alam.

B) Daya Tarik Budaya

Budaya sangat penting perananya dalam pariwisata. Salah satu hal yang menyebabkan orang ingin melakukan perjalanan wisata adalah adanya keinginan untuk melihat cara hidup dan budaya orang lain. Istilah “budaya” bukan saja mengarah pada seni atau sastra tetapi juga keseluruhan cara hidup yang dipraktikkan manusia dalam kehidupannya sehari-hari dan diwariskan dari generasi ke generasi. Adapun sumberdaya budaya yang bisa dikembangkan menjadi daya tarik wisata diantaranya:

1. Bangunan bersejarah, situs, monumen, galeri seni, situs budaya kuno, dan lain-lain.

2. Seni dan patung, arsitektur, pusat kerajinan tangan, pusat desain, dan lain-lain. 3. Seni pertunjukan, drama, lagu daerah, tari, festival, atau even khusus lainnya. 4. Peninggalan keagamaan seperti pura, candi, masjid, dan lain-lain.

5. Kegiatan dan cara hidup masyarakat lokal, sistem pendidikan, alat-alat tradisional, cara kerja, dan sebagainya.

6. Perjalanan ke tempat bersejarah menggunakan alat transportasi unik contohnya: dokar.


(29)

7. Mencoba kuliner khas daerah yang dikunjungi. Melihat persiapan, cara membuat, menyajikan, dan cara menyantapnya merupakan daya tarik budaya yang menarik bagi wisatawan.

C) Daya Tarik Buatan Manusia

Manusia juga memiliki potensi untuk menciptakan hal-hal yang menjadi daya tarik bagi wisatawan. Dengan imajinasi dan kreatifitas manusia dapat menciptakan produk wisata yang mampu menjadi daya tarik tersendiri. Misalnya dibukanya Dunia Fantasi sebagai tempat rekreasi.

2.4 Pengertian Atraksi Wisata

Atraksi wisata adalah atraksi yang diidentifikasikan dalam suatu penelitian dan telah dikembangkan menjadi atraksi wisata yang berkualitas.

A) Atraksi dapat digolongkan menjadi:

1. Atraksi resource-based, yang unik, langka, dan tidak ada di daerah-daerah tujuan wisata yang berdekatan. Jenis atraksi ini memiliki daya tarik yang kuat untuk mendatangkan wisatawan. Contohnya: Candi Borobudur.

2. Atraksi consumer oriented, seperti kolam renang, air terjun, dan sebagainya. Atraksi ini memiliki daya tarik pengunjung lokal dan kurang menarik perhatian wisatawan jarak jauh.

3. Atraksi Primer atau atraksi utama, mendapatkan prioritas untuk dikembangkan. Bersamaan dengan pengembangan atraksi primer turut juga dikembangan atraksi sekunder . Dengan demikian dapat menahan wisatawan untuk tinggal lebih lama di suatu daerah tujuan wisata.


(30)

B) Atraksi dapat dibedakan sebagai:

1. Atraksi geografis daerah, yang diperhatikan dalam usaha pengembangan daerah. 2. Peristiwa menarik, seperti festival Borobudur, festival Danau Toba. Peristiwa menarik perlu dipromosikan sebagai bentuk persaingan dalam pasar wisata.

2.5 Sarana dan Prasarana Pariwisata

Dalam pengembangan sebuah objek wisata seharusnya juga memperhatikan faktor pendukung seperti sarana dan prasarana pariwisata. Sarana dalam bidang kepariwisataan dikelompokkan menjadi tiga bagian di mana antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan melengkapi. Ketiga sarana ini meliputi:

1. Sarana Pokok Kepariwisataan ( Main Tourism Superstructure )

Sarana pokok kepariwisataan ini merupakan perusahaan-perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung pada kegiatan kepariwisataan seperti penginapan, rumah makan, dan transportasi. Fungsinya ialah menyediakan fasilitas pokok yang dapat memberikan pelayanan bagi wisatawan.

2. Sarana Pelengkap Kepariwisataan (Supplementing Tourism Superstructure)

Sarana pelengkap kepariwisataan merupakan fasilitas-fasilitas yang dapat melengkapi sarana pokok sehingga fungsinya dapat membuat wisatawan lebih lama tinggal di daerah tujuan wisata yang dikunjunginya. Contohnya antara lain fasilitas untuk berolahraga, seperti kolam renang, outbound area, lapangan tenis, dan lain-lain.


(31)

3. Sarana Penunjang Kepariwisataan ( Supporting Tourism Superstructure )

Fasilitas yang diperlukan wisatawan yag fungsinya tidak hanya melengkapi sarana pokok tetapi fungsi yang lebih penting agar wisatawan lebih banyak membelanjakan uangnya ditempat yang dikunjunginya tersebut.Termasuk kedalam kelompok ini adalah shouvenir shop, bioskop, dan sebagainya. Sarana semacam ini perlu tetapi tidak mutlak pengadaannya karena tidak semua wisatawan senang dengan kegiatan tersebut.

Prasarana dalam kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses kepariwisataan dapat berjalan dengan lancar sehingga dapat memudahkan serta memberikan pelayanan kepada wisatawan. Yang termasuk kedalam prasarana kepariwisataan meliputi:

1. Prasarana Umum (General Infrastructure )

Prasarana Umum yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan umum bagi kelancaran perekonomian. Adapun yang termasuk kedalam kelompok ini diantaranya adalah penyediaan air bersih, pembangkit tenaga listrik, jaringan jalan raya dan jembatan, pelabuhan laut, terminal, stasiun, telekomunikasi, dan sebagainya.

2. Kebutuhan Masyarakat Banyak (Basic Needs of Civilized )

Prasarana yang menyangkut kebutuhan masyarakat banyak adalah prasarana umum seperti rumah sakit, bank, kantor pos, pompa bensin, dan lain-lain.

2.6 Produk Industri Pariwisata

Produk industri pariwisata dapat diartikan sebagai barang-barang yang disediakan oleh kelompok-kelompok industri pariwisata sebagai kebutuhan yang dikehendaki wisatawan baik yang bersifat materil maupun non materil, maksudnya


(32)

yang diperoleh dari alam seperti pemandangan alam, cuaca, dan sebagainya maupun yang diciptakan oleh manusia seperti tempat-tempat bersejarah, candi, monumen, museum, dan sebagainya.

Dalam arti luas produk pariwisata menyangkut semua jasa-jasa yang diperlukan oleh wisatawan. Pada dasarnya ada tiga produk industri pariwisata yaitu: 1) Tourist Objects atau obyek pariwisata yang terdapat pada daerah-daerah tujuan

wisata yang menjadi daya tarik wisatawan untuk datang berkunjung kedaerah tersebut.

2) Fasilitas yang dibutuhkan ditempat tujuan seperti akomodasi perhotelan, restoran, tempat hiburan, dan lain-lain.

3) Transportasi yang menghubungkan antara daerah asal wisatawan dengan daerah tujuan wisatawan serta transportasi di daerah tujuan wisata ke obyek-obyek wisata.

Beberapa ciri produk wisata diantaranya:

a) Hasil atau produk industri pariwisata itu tidak dapat dipindahkan. Karena itu dalam penjualannya tidak mungkin produk itu dibawa kepada konsumen melainkan konsumen yang datang dan menikmati secara langsung.

b) Hasil atau produk pariwisata itu tidak mempunyai ukuran seperti halnya industri barang lainnya yang mempunyai ukuran panjang, lebar, dan sebagainya akan tetapi hanya menggunakan patokan bagus, jelek, puas atau tidak puasnya orang yang diberi pelayanan.

c) Permintaan terhadap hasil atau produk industri sangat tidak tetap dan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor misalnya faktor keamanan, musim, dan sebagainya.


(33)

d) Calon konsumen tidak dapat mencoba produk yang hendak dibelinya namun hanya bisa melihat dari brosur, internet, atau media lainnya.

e) Hasil atau produk industri pariwisata itu banyak tergantung dari tenaga manusia dan sedikit sekali yang bisa digantikan dengan mesin.


(34)

BAB III

GAMBARAN UMUM KABUPATEN DELI SERDANG, DESA SIBUNGA-BUNGA DAN DANAU AIR PANAS LINTING

3.1 Kabupaten Deli Serdang

Kabupaten Deli Serdang terletak di wilayah pantai timur Provinsi Sumatera Utara dengan kedudukan geografi pada posisi 2 - 57 ‘ – 3- 16 LU dan 98 – 27 BT. Berada posisi silang di kawasan pasifik barat, dengan luas wilayah 4.397.94 km atau 6,21% dari luas Provinsi Sumatera Utara. Dari luas wilayahnya 84,34 % adalah areal pertanian danperkebunan, 8,15 % kawasan hutan dan 4,12 % merupakan pemukiman dan pengguna lainnya.

Letak daerah kabupaten Deli Serdang terdiri dari 3 wilayah yakni dataran pantai, dengan luas lebih kurang 26,06 % terdiri dari 9 kecamatan serta jumlah desa dan kelurahan 142. Sedangkan dataran rendah 39,76 % terdiri dari 15 kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan sebanyak 304. Wilayah lainnya yakni dataran tinggi pegunungan dengan ketinggian lebih besar dari 500 m dengan luas lebih kurang 34,18 % yang terdiri dari 9 kecamatan dengan jumlah desa sebanyak 197 desa.

Wilayah administrasi Pemerintahan terdiri dari 33 kecamatan, serta 637 desa dan kelurahan yang terdiri dari 617 desa dan 20 kelurahan. Ibu kota kabupaten Deli Serdang adalah Labuk Pakam merupakan pusat pemerintahan yang terletak lebih kurang 30 km dari kota Medan sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Utara.


(35)

Wisata alam terdapat di daerah ini seperti, hutan Sibolangit, Pemandian Air Panas Danau Linting di Kecamatan STM Hulu dan di desa Penen Kecamatan Biru-Biru yang disertai dengan goa-goa alamnya, pemandian alam Sembahe di kecamatan Sibolangit.

Sedangkan wisata bahari antara lain Pantai Cermin, Pantai Sialang Buah di kecamatan Teluk Mengkudu, Pantai Kelang dan masih banyak lagi lokasi pantai yang belum dikelola, masih dapat diharapkan untuk dikelola dan telah dilirik investor asing untuk dikembangkan.

3.1.1 Sejarah Kabupaten Deli Serdang

Dalam sejarahnya sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, wilayah ini terdiri dari dua bentuk pemerintahan yang berbentuk kerajaan/kesultanan yaitu Kesultanan Deli yang berpusat di Kota Medan dan Kesultanan Serdang yang berpusat di Perbaungan.

Daerah ini dulunya mengelilingi tiga daerah kota madya yaitu Kota Medan yang sekarang merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, Kota Binjai, dan Kota Tebing Tinggi serta berbatasan dengan beberapa kabupaten yaitu Kabupaten Langkat, Karo, dan Simalungun. Dengan total luas daerah 6.400 km2 terdiri dari 33 kecamatan dan 902 kampung. Sekita tahun 70-an daerah ini mengalami beberapa kali perubahan luas wilayah sebab Kota Medan, Tebing Tinggi, dan Binjai mengadakan perluasan wilayah sehingga luasnya berkurang menjadi 4.397,94 km2.


(36)

Di awal pemerintahannya Kota medan menjadi pusat pemerintahan, namun sekitar tahun 1980-an daerah pemerintahan berpindah ke Lubuk Pakam. Tahun 2004 Kabupaten ini kembali mengalami perubahan baik secara geografis maupun administrasi pemerintahan. Setelah adanya pemekaran daerah dengan terbentuknya kabupaten baru Serdang Bedagai sesuai dengan U.U No.36 Tahun 2003.

3.1.2 Ragam Penduduk dan Budaya

Penduduk Kabupaten Deli Serdang terdiri dari berbagai suku bangsa antara lain: Melayu, Karo, Simalungun, Toba, Mandailing, Jawa, Minangkabau, dan lain-lain yang pada umumnya memeluk agama Kristen, Islam, Hindu, Katolik, Budha.

Akibat pemekaran Kabupaten Deli Serdang menjadi dua wilayah pemerintahan yang berakibat terjadinya perubahan jumlah penduduk. Berdasarkan data kependudukan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang jumlah penduduk yang bermukim di daerah ini diperkirakan sebanyak 1.686.366 jiwa pada tahun 2007. Dengan kepadatan rata-rata 6.057 jiwa/km, penduduk terpadat yaitu di Kecamatan Deli Tua berjumlah 6.057 jiwa dan jumlah penduduk terendah ada di Kecamatan Gunung Meriah yaitu berjumlah 33 jiwa/km.

Jumlah penduduk yang besar merupakan modal pelaksanaan pembangunan dan potensi bagi peningkatan pembangunan di segala bidang. Namun apabila tidak diupayakan pengembangan kualitas sumber daya manusianya maka hal itu dapat menjadi beban bagi pembangunan. Dampak pembangunan dinamika penduduk antara lain dapat dilihat dari aspek kuantitas dan kualitas penduduk, kepadatan


(37)

penduduk, rasio jenis kelamin, angka ketergantungan umur, median umur, angka kelahiran dan kematian, angka migrasi, pendidikan, dan ketenagakerjaan.

3.2 Desa Sibunga-Bunga

Desa Sibunga-Bunga merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan STM Hulu. Adapun Kecamatan STM Hulu terbagi atas:

- Desa Sipinggan - Desa Bulu Nipis - Desa Tangga Batu - Desa Rumah Rih - Desa Sibunga-Bunga

Desa Sibunga-Bunga merupakan suatu desa tradisional yang sebagian besar masyarakatnya masih berpegang pada tradisi dan adat istiadat. Sebenarnya desa ini bisa dikembangkan melalui pola perencanaan yang disebut community based development. Dalam hal ini masyarakat lokal yang akan membangun, mengelola langsung fasilitas wisata serta pelayananya, sehingga masyarakat diharapkan dapat menerima secara langsung keuntungan ekonomi serta mencegah terjadinya urbanisasi. Namun sejauh ini pola perencanaan itu tidak diterapkan di Desa Sibunga-Bunga. Penataan zonasi dan lingkungan alam belum mendapatkan perhatian demikian juga penyediaan fasilitas bagi wisatawan atau pengunjung.


(38)

3.2.1 Gambaran Umum Demografis

Masyarakat yang tinggal di Desa ini sebagian besar dari etnis Batak. Keharmonisan antar masyarakat begitu terpancar. Sebagian besar masyarakat di Desa Sibunga-Bunga ini mata pencahariannya adalah sebagai petani. Adapun hasil pertanian yang diperoleh seperti padi, coklat, dan tanaman palawija lainnya.

Di Desa Sibunga-Bunga lebih kurang terdapat 100 keluarga, dipimpin oleh seorang kepala desa yang bernama Mansyur Saragih SH. Ada juga beberapa orang yang dituakan di desa ini yaitu Bapak Makmur dan Bapak Pagar.

3.2.2 Sarana dan Prasarana yang tersedia di Desa Sibunga-Bunga

Seperti yang sudah diketahui bahwa pariwisata dapat berjalan dengan baik apabila segala aspek yang berhubungan degan kepariwsiataan itu berjalan dengan seimbang. Objek wisata itu harus diintegrasikan dengan syarat-syarat pariwisata lainnya yaitu kelengkapan sarana dan prasarana, jasa pelayanan wisata, transportasi, dan aktualisasi perjalanan atau pemasaran. Prasarana adalah fasilitas untuk kebutuhan masyarakat umum dan pembangunanya merupakan suatu usaha yang besar, karena itu biasanya ditangani oleh pemerintah, sedangkan pembangunan sarana biasanya ditangani oleh pihak swasta. Adapun hal-hal yang berhubungan dengan sarana dan prasarana umum meliputi:

a) Jaringan Transportasi

Tanpa dihubungkan oleh jaringan transportasi tidak mungkin suatu obyek mendapatkan kunjungan wisatawan. Obyek wisata harus mudah dicapai, oleh sebab itu harus ada jalan menuju obyek wisata. Jalan itu merupakan jalan akses ke obyek dan jalan itu harus berhubungan dengan jalan prasarana umum. Kondisi jalan


(39)

menetukan aksesbilitas suatu obyek wisata. Di Desa Sibunga-Bunga jalannya cukup bagus, meskipun jalan menuju Danau tidak teraspal namun akses jalan menuju danau mudah dicapai serta sarana transportasi juga banyak misalnya angkutan umum, becak motor, sepeda motor, yang tarifnya juga tidak terlalu mahal. Apabila anda menggunakan becak motor maka tarif/ongkos dapat disetujui melalui tawar menawar.

b) Akomodasi

Selain dihubungkan dengan fasilitas angkutan, obyek wisata juga harus menyediakan akomodasi. Selama di tempat obyek wisata para wisatawan mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang harus disediakan, Akomodasi atau jasa pelayanan yang terpenting adalah fasilitas untuk beristirahat, juga harus tersedia toilet, juga ada fasilitas untuk makan dan minum. Di Desa Sibunga-Bunga tidak ada hotel atau penginapan kelas melati, hanya ada rumah-rumah penduduk yang bisa dijadikan tempat peristirahatan. Toilet umum memang ada disediakan namun tidak memenuhi standar kebersihan. Hal ini menjadi faktor mengapa Danau Air Panas Linting kurang mendapat perhatian dari wisatawan sebab akomodasi yang tersedia tidak memenuhi kebutuhan wisatawan.

a) Tenaga Listrik

Salah satu prasarana lain yang penting adalah tenaga listrik. Di kawasan Danau Air Panas Linting telah tersedia tenaga listrik sehingga dapat melancarkan berbagai kegiatan masyarakat setempat. Secara langsung pemerintah mulai memperhatikan obyek wisata itu dengan menyediakan tenaga listrik sehingga masyarakat tidak ketinggalan informasi untuk mengembangkan obyek wisata Danau Air Panas Linting.


(40)

b) Air Bersih

Air menjadi faktor penting dalam kehidupan manusia. Di desa Sibunga-Bunga pemanfaatan Danau Air Panas Linting sudah dilakukan oleh masyarakat. Air yang bersumber dari danau juga dialirkan kerumah-rumah warga guna memenuhi kebutuhan akan air.

3.3 Danau Air Panas Linting

Danau Air Panas Linting berada di Desa Tiga Juhar terletak di atas bukit di Desa Sibunga-Bunga Hilir, Sinembah Tanjung Muda Hulu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.Jaraknya sekitar 49 km dari Medan, dan dapat ditempuh lebih kurang sekitar 2 jam, melalui rute Titi Kuning- Deli Tua- Desa Tiga Juhar- Desa Sibunga-Bunga.

Tidak banyak yang tahu bagaimana terjadinya danau ini, seiring berkembangnya cerita mistik sebab kedalaman Danau Air Panas Linting ini masih menyimpan misteri. Beberapa orang yang dituakan di daerah ini berpendapat bahwa dulunya danau adalah kawah atau retakan akibat peristiwa vulkanik. Kandungan belerang yang tinggi menjadi salah satu faktor anggapan tersebut. Airnya bewarna biru jernih dan tidak berbau belerang meskipun kandungan belerangnya sangat tinggi. Mayarakat sekitar percaya bahwa apabila seseorang mandi di danau ini maka segala penyakit bisa sembuh.

Di sekitar danau juga terdapat pohon-pohon rimbun yang menjadikan suasana asri dan nyaman. Selain itu jalan untuk menuju danau ini cukup bagus. Pepohonan yang tumbuh di sisi jalan memberikan suasana nyaman dan segar, sangat berbeda dengan pemandangan di kota-kota besar. Luas Danau ini lebih kurang sekitar satu


(41)

hektar. Danau Air Panas Linting merupakan salah satu obyek wisata alam yang apabila dikembangankan dapat menjadi objek wisata yang unggul.

3.3.1 Daya Tarik Danau Air Panas Linting

Seperti yang telah diuraikan dalam bab sebelumya bahwa Danau Air Panas Linting ini kurang mendapat perhatian khusus dari pemerintah setempat. Keberadaan danau ini di daerah yang terpencil menjadi salah satu faktor mengapa danau ini kurang begitu terkenal. Meskipun demikian potensi Danau Air Panas Linting ini sangat baik, pengunjung yang datang ke danau ini dapat menikmati suasana yang tenang, lingkungan yang alami, serta masyarakat tradisional.

Adapun daya tarik wisata Danau Air Panas Linting ini yaitu: a) Suasana yang memberikan rasa tenang, nyaman.

b) Bebas dari keramaian lalu lintas.

c) Air Panas yang bersumber dari dalam tanah mengandung belerang dan bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit kulit, namun tidak berbau.

d) Pemandangan yang indah dan masih alami, menjadi daerah tujuan wisata yang menarik bagi wisatawan yang menyukai keindahan alam.


(42)

BAB IV

UPAYA PENGEMBANGAN DANAU AIR PANAS LINTING SEBAGAI OBYEK WISATA DI DESA SIBUNGA-BUNGA KABUPATEN DELI

SERDANG

4.1 Pengembangan Danau Air Panas Linting sebagai Objek Wisata yang Menarik

Pariwisata masih merupakan suatu aktifitas yang relatif baru bagi banyak daerah di Indonesia. Tidak terencananya suatu pengembangan pariwisata memberikan hasil yang kurang memuaskan.

Danau Air Panas Linting merupakan salah satu objek wisata yang menarik namun kurang dikembangkan. Kurangnya pengelolan ini dapat dlihat dari fasilitas akomodasi yang tidak ada seperti hotel dan restoran, juga kondisi jalan yang masih berbatu, belum teraspal sehingga menyulitkan wisatawan yang hendak berkunjung ke Danau Linting.

Tidaklah cukup hanya mengandalkan keindahan Danau Air Panas Linting untuk menarik wisatawan agar mau berkunjung namun diperlukan berbagai usaha sehingga Danau Air Panas Linting dapat diterima sebagai objek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Adapun upaya-upaya yang bisa dilakukan antara lain:

1) Dalam mengembangkan obyek wisata maka kebutuhan wisatawan juga harus dipertimbangkan. Dengan demikian diharapkan adanya proses pembangunan sarana dan prasarana. Misalnya di sekitar Danau Air Panas Linting dapat dibangun tempat penginapan dengan fasilitas yang baik, restoran, juga toilet


(43)

umum yang bersih. Namun pembangunan itu tidak merusak ekosistem danau dan lingkungan.

2) Tempat obyek wisata merupakan tempat kegiatan pemasaran pariwisata. Oleh sebab itu untuk menawarkan Danau Air Panas Linting sebagai obyek wisata yang menarik kepada wisatawan haruslah dengan sarana promosi yang menarik perhatian wisatawan seperti memberikan brosur, leafleat, yang menjadi media untuk memberikan keterangan kepada wisatawan mengenai keberadaan Danau Air Panas Linting. Selain itu seharusnya di sekitar Danau Air Panas Linting ada juga yang menjual souvenir atau cendra mata yang dijadikan kenangan dari kunjungan seseorang ke suatu obyek wisata.

3) Adanya kerjasama antara pemerintah daerah dan swasta untuk mengembangkan Danau Air Panas Linting. Pemerintah dapat melakukan pembinaan kepada masyarakat sehingga masyarakat tahu bagaimana bersikap dengan wisatawan yang berkunjung ke danau. Jika diperlukan pemerintah juga memberikan pelatihan berbahasa asing kepada masyarakat lokal. Sedangkan bagi pihak swasta diharapkan memeberi bantuan baik secara materil maupun non materil untuk pengembangan danau.

4) Kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola hidup yang menitikberatkan pada konsep dan prilaku sadar wisata guna menjaga kelestarian Danau Air Panas Linting serta menerapkan sapta pesona dalam mengembangkan pariwisata di Desa Sibunga-Bunga. Masyarakat sadar wisata dapat diartikan sebagai masyarakat yang mengetahui dan menyadari apa yang dikerjakan dan juga masalah-masalah yang akan terjadi untuk membangun pariwisata di daerahnya.


(44)

Upaya pengembangan tersebut juga didasarkan pada prinsip-prinsip pengelolaaan yang menekankan nilai-nilai kelestarian lingkungan alam, komunitas, dan nilai sosial yang memungkinkan wisatawan menikmati kegiatan wisatanya serta bermafaat bagi kesejahteraan komunitas loal.

Menurut Pitana, I Gde (2009: 81) pengelolaan pariwisata harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut:

1) Pembangunan dan pengembangan pariwisata haruslah didasarkan pada kearifan lokal dan special local sense yang merefleksikan keunikan peninggalan budaya dan keunikan lingkungan.

2) Preservasi, proteksi, dan peningkatan kualitas sumber daya yang menjadi basis pengembangan kawasan pariwisata.

3) Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada khasah budaya lokal. 4) Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan budaya dan lingkungan

lokal.

5) Memberikan dukungan dan legitimasi pada pembangunan dan pengembangan pariwisata jika terbukti memberikan manfaat positif, tetapi sebaliknya mengendalikan atau menghentikan aktivitas pariwisata tersebut jika melampaui ambang batas (carrying capacity) lingkungan alam atau sosial walaupun disisi lain mampu meningkatkan pendapatan masyarakat.

4.2 Kebutuhan Wisatawan dan Jasa Pariwisata yang Diperlukan

Setiap orang mempunyai kebutuhan hidup baik yang bersifat fisik, psikis, maupun sosial. Setiap orang membutuhkan makanan, memerlukan ketenangan, memerlukan teman untuk bergaul dan sebagainya. Apabila wisatawan meninggalkan


(45)

tempat kediamannya dan mengadakan perjalanan maka ia keluar dari lingkungan kebudayaannya sendiri dan ditengah-tengah masyarakat yang berkebudayaan lain. Timbulah suatu pergaulan lintas budaya (cross-cultural communication), yang menimbulkan culture shock. Dalam keadaan seperti itu orang tidak memiliki kepastian akan reaksi orang lain. Orang menjadi canggung, ragu-ragu. Dalam keadaan seperti itu tidak mungkin timbul pariwisata.

Apabila orang menghendaki adanya pariwisata di suatu daerah, maka daerah yang bersangkutan harus menciptakan sarana yang memberi keudahan kepada wisatawan untuk memenuhi kebutuhannya. Wisatawan harus tahu apa yang harus dilakukannya untuk mendapatkan makanan atau akomodasi serta mendapatkan semuanya itu dengan mudah apabila ia berkunjung ke suatu obyek wisata.

Untuk memberikan pelayanan yang baik kepada wisatawan maka harus memahami dan menyesuaikan jasa yang akan diberikan kepada wisatawan sesuai dengan yang dibutuhkan. Keberhasilan jasa itu juga diukur dengan kepuasan orang yang menerima jasa. Dalam pemberian jasa itu ada aktivitas, baik dari orang yang menerima jasa maupun orang yang memberikan jasa. Orang yang memberikan jasa menyesuaikan aktivitasnya dengan orang yang menerima jasa. Ketepatan jasa yang diberikan bergantung pada:

a) Jenis jasa yang diberikan

Jenis jasa yang bisa diberikan misalnya, untuk orang yang memerlukan penginapan, maka jasa yang dibutuhkan yaitu kamar tidur yang bersih, toilet, ada furniture kamar dan sebagainya. Tidak perlu memberikan jasa yang berlebihan seperti menolong mengganti pakaian tidur, atau sebagainya.


(46)

Mengenai orientasi keuangan wisatawan dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, ada wisatawan yang berpegangan pada anggaran tertentu (budget oriented) artinya dengan jumlah uang yang seadanya ingin menikmati sebanyak-banyaknya. Kedua, ada wisatawan yang berpegang pada mutu pelayanan. Wisatawan tersebut menuntut jasa sebaik-baiknya.

c) Kebiasaan atau kebudayaan orang yang menerima jasa

Dalam memberi jasa yang baik selalu memberikan kesempatan kepada orang yang diberi jasa untuk meminta tambahan aktivitas dari pihak yang diberi jasa.

4.3 Dampak yang Terjadi dengan Adanya Pengembangan Danau Air Panas Linting Sebagai Obyek Wisata

Pembangunan kepariwisataan ditujukan untuk memberikan manfaat kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat dan peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Namun pada kenyataannya sering juga muncul dampak lain yang tidak menguntungkan. Adapun dampak positif dan negatif yang terjadi meliputi:

4.3.1 Dampak Positif

a) Dengan adanya pengembangan pariwisata di daerah maka terbukalah lapangan pekerjaan. Pariwisata merupakan sektor yang tidak bisa berdiri sendiri tetapi memerlukan dukungan dari sektor lain. Dengan di kembangkannya Danau Air Panas Linting sebagai obyek wisata maka diperlukan juga sarana pendukung yang pada akhirnya menyerap tenaga kerja. Diharapkan bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat.


(47)

b) Pariwisata mendorong pengembangan wilayah. Dengan dikembangkannya Danau Air Panas Linting sebagai obyek wisata di Desa Sibunga-Bunga maka mendorong pembangunan di desa tersebut. Hal ini merupakan manfaat yang positif sebab dengan adanya pambangunan di daerah maka dapat juga dimanfaatkan oleh masyarakat lokal untuk berbagai kepentingan.

c) Terjadinya multiplier effects yaitu efek ekonomi yang ditimbulkan kegiatan ekonomi pariwisata terhadap kegiatan ekonomi secara keseluruhan di suatu wilayah. Misalnya wisatawan yang mengunjungi Danau Air Panas Linting membelanjakan uangnya untuk membeli souvenir maka uang wisatawan itu tidak berhenti di toko souvenir itu melainkan penjual souvenir juga akan membelanjakan uang dari wisatawan kepada orang lain untuk berbagai keperluan dan seterusnya.

d) Memperluas wawasan dan cara pandang masyarakat lokal. Keberadaan wisatawan di suatu kawasan obyek wisata menyebabkan parilaku masyarakat setempat berubah sebab perubahan cara pandang terhadap wisatawan. Mayarakat setempat dapat lebih terbuka menerima keberadaan wisatawan.

e) Memberikan kontribusi terhadap pemerintah daerah serta menambah devisa negara.

f) Danau Air Panas Linting semakin dikenal sebagai obyek wisata yang menarik.

4.3.2 Dampak Negatif

a) Timbulnya sikap ketergantungan yang terlalu besar terhadap wisatawan. Dengan adanya pengembangan pariwisata di Danau Air Panas Linting maka masyarakat menggantungkan pendapatan atau kegiatan ekonominya pada sektor pariwisata.


(48)

Disisi lain pariwisata sangat rentan terhadap berbagai isu yang mungkin akan mempengaruhi minat wisatawan untuk pergi berwisata ke daerah tersebut. Akibatnya kegiatan ekonomi juga mengalami penurunan.

b) Masyarakat dan kebudayaannya cenderung mengalami perubahan diakibatkan oleh keberadaan pariwisata di suatu kawasan. Kebudayaan manusia terdiri atas kepercayaan, nilai, dan siap, semuanya itu bagian dari masyarakat. Masyarakat setempat kadang-kadang memperoleh keinginan untuk meniru pola perilaku wisatawan yang datang. Hal itu salah satu contoh terjadinya perubahan kebiasaan di dalam kehidupan bermasyarakat.

c) Perkembangan Danau Air Panas Linting berpengaruh terhadap lingkungan sekitar. Dengan dikembangkannya danau tersebut menjadi obyek wisata maka akan mendorong pembangunan yang mempunyai dampak terhadap lingkungan. Kondisi lingkungan yang natural merupakan atraksi utama bagi wisatawan namun untuk memenuhi kebutuhan wisatawan maka lingkungan itu akan diubah menjadi suatu kawasan penginapan atau lain sebagainya yang pada akhirnya akan menimbulkan kerusakan lingkungan.

d) Terjadinya transformasi struktur mata pencaharian. Peluang kerja di sektor pariwisata memiliki kelebihan dibandingkan dengan sektor lainnya. Hal ini akan menarik minat orang untuk bekerja di sektor pariwisata. Desa Sibunga-Bunga yang umumnya sumber mata pencaharian penduduknya sebagian besar berasal dari sektor pertanian dapat berubah menjadi sektor pariwisata.

e) Kelangkaan sumber energi dan bertambahnya biaya pengelolaan limbah. Kegiatan pariwisata memerluakan sumber energi yang sangat besar baik listrik, air, dan sebagainya. Hal itu akan memicu terjadinya kelangkaan sumber energi


(49)

bagi wilayah tersebut. Apalagi Desa Sibunga-Bunga merupakan desa yang tidak begitu dekat dari perkotaan. Disisi lain limbah yang ditimbulkan dengan adanya pengembangan obyek wisata memerlukan biaya pengelolaan yang besar.

f) Munculnya kejahatan di wilayah tujuan wisata. Baik kejahatan terhadap wisatawan maupun kejahatan yang dilakukan oleh wisatawan.

Ada beberapa alasan mengapa wisatawan menjadi target kejahatan yaitu:

1. Wisatawan mewakili orang yang memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih baik seperti mereka memiliki uang, artu kredit, laptop, kamera dan lain-lain.

2. Wisatawan mudah dikenali sebab perbedaan yang mencolok baik dari gaya, pakaian, warna kulit apabila merupakan wisatawan asing, dan lain-lain.

3. Kurangnya kewaspadaan wisatawan akan ancaman kejahatan karena mereka biasanya mempunyai pandangan positif tentang daerah wisata yang akan dikunjungi.

Sedangkan kejahatan yang dilakukan wisatawan dikategorikan sebagai masalah sosial karena adanya perilaku menyimpang dari wisatawan. Contohnya penggunaan obat terlarang, mengkonsumsi minuman beralkohol, dan sebagainya.

4.4 Tantangan yang Dihadapi dalam Pengembangan Pariwisata

Dalam upaya pengembangan suatu obyek ataupun daerah tujuan wisata ada banyak tantangan yang dihadapi. Apalagi dalam era globalisasi, dengan perubahan ekonomi dunia yang berjalan semakin cepat dan persaingan yang semakin meningkat dan kemajuan teknologi yang mengakibatkan peran tenaga kerja sebagai pelaksana semakin berkurang. Dalam situasi yang demikian paningkatan kualitas sumberdaya manusia merupakan hal yang mutlak.


(50)

Adapun bentuk-bentuk tantangan dalam pengembangan di sektor pariwisata meliputi:

1) Mutu Produk

Pada dasarnya produk wisata meliputi tiga unsur yaitu alam, budaya, serta buatan. Kondisi daya tarik yang dimiliki oleh negara Indonesia masih tergantung pada keindahan alam. Namun belum ada usaha untuk meningkatkan mutu produk melalui pembangunan disebabkan beberapa faktor seperti stabilitas politik dan ekonomi, kesejahteraan masyarakat yang tidak merata, dan lain-lain.

2) Mekanisme Pasar

Mekanisme pasar akan menentukan dan mengatur siapa yang terbaik dengan segala komoditas dan produk pelayanan yang terbaik yang dimiliki oleh setiap daerah. Oleh sebab itu dukungan dari sektor swasta sangat dibutuhkan untuk dapat bersaing.

3) Akses Informasi

Kemajuan teknologi yang memungkinkan manusia untuk menyalurkan segala bentuk keinginanya telah menjadikan dunia sebagai suatu tempat tanpa batas. Meluasnya jaringan internet memberikan akses informasi tiada batas. Masukan informasi yang lengkap tentunya akan menyebabkan para wisatawan semakin mudah untuk menyeleksi kawasan-kawasan yang akan mereka kunjungi. Oleh sebab itu dibutuhkan usaha dan kerja keras untuk mampu mengembangkan pariwisata di suatu daerah.


(51)

4.5 Respon Masyarakat Terhadap Dampak Pariwisata

Menurut Pitana, I Gde (2009:209) seiring meningkatnya aktivitas pariwisata di suatu kawasan maka penduduk di kawasan tersebut akan bereaksi terhadap wisatawan. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Euporia

Masyarakat lokal mendukung pembangunan pariwisata, dan umumnya masyarakat mengharapkan dan memperkirakan akan mendapatkan pekerjaan baru, peningkatan pendapatan. Pada tahap ini hanya sedikit warga yang menentang pariwisata. Tahapan ini cenderung terjadi ketika kondisi ekonomi lokal mengalami stagnasi dan pariwisata dipandang sebagai sektor yang menawarkan peluang pertumbuhan ekonomi. Atau adanya pengangguran akibat penurunan aktivitas ekonomi lokal sehingga pariwisata di pandang dapat mengatasi masalah ini. Dukungan pada tahapan ini lebih terfokus pada sisi ekonomi dan kurang memperhitungkan dampak sosial budayanya.

2. Aphaty

Pertumbuhan pariwisata mulai mengalami penurunan. Pariwisata yang telah diterima sebagai sektor yang telah memacu pertumbuhan ekonomi kawasan tidak lagi dianggap sebagai yang paling utama. Struktur sosial kawasan mulai mengalami perubahan oleh kedatangan orang baru yang mencari pekerjaan, peranan keluarga mengalami perubahan karena anggota keluarganya bekerja di sektor pariwisata. Keajaiban pariwisata untuk meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat mulai tidak dapat dirasakan masyarakat secara keseluruhan tetapi hanya menguntungkan sebagian warga saja. Mulai tumbuh rasa apatis akan keberadaan pariwisata.


(52)

3. Irritation

Jika tahapan pengembangan pariwisata terus berlanjut, tahapan iritasi sosial mungki terjadi. Saat ini perkembangan pariwisata mulai lagi tidak sesuai perencanaan awal dan mulai meluas ke area yang sensitif terhadap perubahan lingkungan. Masyarakat lokal mulai berbagi tempat rekreasi yang mereka miliki. Harga makanan naik lebih cepat dari kenaikan pendapatan. Kerusakan lingkungan yang menyebabkan obyek wisata tidak lagi menarik sehingga kunjungan wisatawan menurun. Hal ini selanjutnya berakibat kelebihan fasilitas yang tersedia tetapi kekurangan wisatawan. Akibatnya penurunan aktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Dalam tahap iritasi ini dampak sosial dan lingkungan mulai mendapat perhatian.

4. Antagonism

Masyarakat lokal mulai menyalahkan wisatawan atas perubahan yeng terjadi di tempat mereka. Ada kecenderungan wisatawan yang datang selama masa euphoria telah tergantikan oleh wisatawan baru yang kurang menghargai kearifan lokal tetapi terfokus pada ketertarikan faktor fisik alam. Masyarakat lokal menunjukkkan sikap antaginisme. Misalnya melalui media massa mengenai perilaku wisatawan. Jika tidak ada solusi mungkin saja masyarakat akan bertindak lebih agresif jika masyarakat menganggap pariwisata sama sekali tidak memberi manfaat seperti penyerapan tenaga kerja lokal.


(53)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa pariwisata di suatu daerah tidak akan berkembang secara optimal apabila tidak adanya kesinambungan antar pengembangan suatu obyek wisata dengan sarana dan prasarana pendukung lainnya.

Obyek wisata Danau Air Panas Linting adalah suatu obyek wisata yang sungguh menarik dan memiliki potensi yang baik sebagai obyek wisata. Namun di satu sisi belum adanya perhatian khusus dari pemeritah maupun dari masyarakat setempat untuk membangun, mengembangkan, melestarikan, dan memperkenalkan Danau Air Panas Linting sebagai Obyek Wisata yang memiliki daya tarik. Oleh sebab itu perlu adanya usaha dan kerja keras untuk mengupayakan Danau Air Panas Linting sebagai salah satu obyek wisata yang berpotensi.

Selain itu perlu diketahui bahwa berhasil atau tidaknya upaya pengembangan suatu daerah atau obyek wisata diukur dengan banyak atau tidaknya jumlah wisatawan yang datang ke daerah atau obyek wisata tersebut. Untuk menarik minat wisatawan agar mau berkunjung ke suatu obyek wisata maka kebutuhan dan selera wisatawan harus dipenuhi. Oleh sebab itu persiapan atas jasa dan produk harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan wisatawan.


(54)

5.2 Saran

Sesuai dengan analisis dan simpulan yang tersebut diatas sebelumnya, ada beberapa saran yang sebaiknya dilakukan untuk mengembangkan Danau Air Panas Linting sebagai salah satu obyek wisata yang menarik meliputi:

1. Pembangunan jalan serta perbaikan jalan menuju Danau Air Panas Linting.

2. Penyediaan akomodasi, selain dibangunnya jalan sebagai sarana penghubung, sarana akomodasi juga harus tersedia di kawasan obyek wisata. Penyediaan akomodasi dapat berupa fasilitas untuk beristirahat apabila wisatawan lelah, toilet yang bersih, adanya fasilitas makan dan minum, serta harus diusahakan petugas keamanan yang berjaga-jaga di sekitar obyek wisata.

3. Pelatihan dan sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat setempat. Dengan adanya sosialisasi sadar wisata pada masyarakat maka masyarakat setempat akan lebih tahu akan pentingnya menjaga dan melestarikan obyek wisata khususnya Danau Air Panas Linting, sehingga mereka dapat mengelola obyek wisata tersebut secara optimal. Selain itu pelatihan kepada masyarakat setempat juga sebaiknya dilakukan, misalnya dengan mengadakan pelatihan berbahasa asing, sehingga masyarakat dapat lebih mudah memahami wisatawan khususnya wisatawan asing.

4. Promosi pariwisata dapat dilakukan untuk memperkenalkan suatu obyek wisata. Misalnya membuat brosur, billboard, atau sebagainya guna memperkenalkan obyek wisata kepada orang lain. Semakin gencarnya promosi yang dilakukan maka semakin mudah wistawan mengetahui obyek wisata tersebut. Promosi melalui media internet juga bisa dilakukan.


(55)

5. Dibentuknya lembaga kepariwisataan di kawasan obyek wisata. Misalnya di desa Sibunga-Bunga dibentuk agen perjalanan, atau biro perjalanan wisata yang dalam pelaksanaannya menjual paket wisata untuk mengunjungi Danau Air Panas Linting. Dengan demikian secara tidak langsung Danau Air Panas Linting diperkenalkan kepada wisatawan. Sumber daya manusia yang bergerak di lembaga kepariwisataan ini haruslah yang profesional, sehingga mengetahui secara pasti bagaimana keadaan Danau Air Panas Linting.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Djoeli, Hazed, 2001. Guiding Technique, Medan.

Hadinoto, Kusudianto. 1996. Perencanaan, Pengembangan Destinasi Pariwisata. Jakarta: Universitas indonesia (UI-Press).

Pitana, I Gde 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi.

Marpaung, Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta. Soekadijo, R.G. 1996. Anatomi Pariwisata. Jakarta: Sun Printing

Suwantoro, Gamal. 1997. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi. Yoety, Oka A. 1996. Pemasaran Pariwisata. Bandung: Angkasa. www.hariansib.com


(1)

4.5 Respon Masyarakat Terhadap Dampak Pariwisata

Menurut Pitana, I Gde (2009:209) seiring meningkatnya aktivitas pariwisata di suatu kawasan maka penduduk di kawasan tersebut akan bereaksi terhadap wisatawan. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Euporia

Masyarakat lokal mendukung pembangunan pariwisata, dan umumnya masyarakat mengharapkan dan memperkirakan akan mendapatkan pekerjaan baru, peningkatan pendapatan. Pada tahap ini hanya sedikit warga yang menentang pariwisata. Tahapan ini cenderung terjadi ketika kondisi ekonomi lokal mengalami stagnasi dan pariwisata dipandang sebagai sektor yang menawarkan peluang pertumbuhan ekonomi. Atau adanya pengangguran akibat penurunan aktivitas ekonomi lokal sehingga pariwisata di pandang dapat mengatasi masalah ini. Dukungan pada tahapan ini lebih terfokus pada sisi ekonomi dan kurang memperhitungkan dampak sosial budayanya.

2. Aphaty

Pertumbuhan pariwisata mulai mengalami penurunan. Pariwisata yang telah diterima sebagai sektor yang telah memacu pertumbuhan ekonomi kawasan tidak lagi dianggap sebagai yang paling utama. Struktur sosial kawasan mulai mengalami perubahan oleh kedatangan orang baru yang mencari pekerjaan, peranan keluarga mengalami perubahan karena anggota keluarganya bekerja di sektor pariwisata. Keajaiban pariwisata untuk meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat mulai tidak dapat dirasakan masyarakat secara keseluruhan tetapi hanya menguntungkan sebagian warga saja. Mulai tumbuh rasa apatis akan


(2)

3. Irritation

Jika tahapan pengembangan pariwisata terus berlanjut, tahapan iritasi sosial mungki terjadi. Saat ini perkembangan pariwisata mulai lagi tidak sesuai perencanaan awal dan mulai meluas ke area yang sensitif terhadap perubahan lingkungan. Masyarakat lokal mulai berbagi tempat rekreasi yang mereka miliki. Harga makanan naik lebih cepat dari kenaikan pendapatan. Kerusakan lingkungan yang menyebabkan obyek wisata tidak lagi menarik sehingga kunjungan wisatawan menurun. Hal ini selanjutnya berakibat kelebihan fasilitas yang tersedia tetapi kekurangan wisatawan. Akibatnya penurunan aktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Dalam tahap iritasi ini dampak sosial dan lingkungan mulai mendapat perhatian.

4. Antagonism

Masyarakat lokal mulai menyalahkan wisatawan atas perubahan yeng terjadi di tempat mereka. Ada kecenderungan wisatawan yang datang selama masa euphoria telah tergantikan oleh wisatawan baru yang kurang menghargai kearifan lokal tetapi terfokus pada ketertarikan faktor fisik alam. Masyarakat lokal menunjukkkan sikap antaginisme. Misalnya melalui media massa mengenai perilaku wisatawan. Jika tidak ada solusi mungkin saja masyarakat akan bertindak lebih agresif jika masyarakat menganggap pariwisata sama sekali tidak memberi manfaat seperti


(3)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa pariwisata di suatu daerah tidak akan berkembang secara optimal apabila tidak adanya kesinambungan antar pengembangan suatu obyek wisata dengan sarana dan prasarana pendukung lainnya.

Obyek wisata Danau Air Panas Linting adalah suatu obyek wisata yang sungguh menarik dan memiliki potensi yang baik sebagai obyek wisata. Namun di satu sisi belum adanya perhatian khusus dari pemeritah maupun dari masyarakat setempat untuk membangun, mengembangkan, melestarikan, dan memperkenalkan Danau Air Panas Linting sebagai Obyek Wisata yang memiliki daya tarik. Oleh sebab itu perlu adanya usaha dan kerja keras untuk mengupayakan Danau Air Panas Linting sebagai salah satu obyek wisata yang berpotensi.

Selain itu perlu diketahui bahwa berhasil atau tidaknya upaya pengembangan suatu daerah atau obyek wisata diukur dengan banyak atau tidaknya jumlah wisatawan yang datang ke daerah atau obyek wisata tersebut. Untuk menarik minat wisatawan agar mau berkunjung ke suatu obyek wisata maka kebutuhan dan selera wisatawan harus dipenuhi. Oleh sebab itu persiapan atas jasa dan produk harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan wisatawan.


(4)

5.2 Saran

Sesuai dengan analisis dan simpulan yang tersebut diatas sebelumnya, ada beberapa saran yang sebaiknya dilakukan untuk mengembangkan Danau Air Panas Linting sebagai salah satu obyek wisata yang menarik meliputi:

1. Pembangunan jalan serta perbaikan jalan menuju Danau Air Panas Linting.

2. Penyediaan akomodasi, selain dibangunnya jalan sebagai sarana penghubung, sarana akomodasi juga harus tersedia di kawasan obyek wisata. Penyediaan akomodasi dapat berupa fasilitas untuk beristirahat apabila wisatawan lelah, toilet yang bersih, adanya fasilitas makan dan minum, serta harus diusahakan petugas keamanan yang berjaga-jaga di sekitar obyek wisata.

3. Pelatihan dan sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat setempat. Dengan adanya sosialisasi sadar wisata pada masyarakat maka masyarakat setempat akan lebih tahu akan pentingnya menjaga dan melestarikan obyek wisata khususnya Danau Air Panas Linting, sehingga mereka dapat mengelola obyek wisata tersebut secara optimal. Selain itu pelatihan kepada masyarakat setempat juga sebaiknya dilakukan, misalnya dengan mengadakan pelatihan berbahasa asing, sehingga masyarakat dapat lebih mudah memahami wisatawan khususnya wisatawan asing.


(5)

5. Dibentuknya lembaga kepariwisataan di kawasan obyek wisata. Misalnya di desa Sibunga-Bunga dibentuk agen perjalanan, atau biro perjalanan wisata yang dalam pelaksanaannya menjual paket wisata untuk mengunjungi Danau Air Panas Linting. Dengan demikian secara tidak langsung Danau Air Panas Linting diperkenalkan kepada wisatawan. Sumber daya manusia yang bergerak di lembaga kepariwisataan ini haruslah yang profesional, sehingga mengetahui secara pasti bagaimana keadaan Danau Air Panas Linting.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Djoeli, Hazed, 2001. Guiding Technique, Medan.

Hadinoto, Kusudianto. 1996. Perencanaan, Pengembangan Destinasi Pariwisata. Jakarta: Universitas indonesia (UI-Press).

Pitana, I Gde 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi.

Marpaung, Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta. Soekadijo, R.G. 1996. Anatomi Pariwisata. Jakarta: Sun Printing

Suwantoro, Gamal. 1997. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi. Yoety, Oka A. 1996. Pemasaran Pariwisata. Bandung: Angkasa. www.hariansib.com


Dokumen yang terkait

Perancangan Model Zonasi Kawasan Danau Linting, Desa Sibunga-bunga Hilir, Kecamatan STM Hulu, Kabupaten Deli Serdang

1 64 87

Identifikasi Potensi Obyek Wisata dan Analisis Kesiapan Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat di Kawasan Danau Linting Kabupaten Deli Serdang

7 28 75

Analisis Supply dan Demand Potensi Ekowisata Di Kawasan Danau Linting, Desa Sibunga-bunga Hilir, Kecamatan STM Hulu, Kabupaten Deli Serdang

2 23 98

Identifikasi Potensi Obyek Wisata dan Analisis Kesiapan Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat di Kawasan Danau Linting Kabupaten Deli Serdang

0 0 11

Identifikasi Potensi Obyek Wisata dan Analisis Kesiapan Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat di Kawasan Danau Linting Kabupaten Deli Serdang

0 0 2

Identifikasi Potensi Obyek Wisata dan Analisis Kesiapan Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat di Kawasan Danau Linting Kabupaten Deli Serdang

0 0 3

Identifikasi Potensi Obyek Wisata dan Analisis Kesiapan Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat di Kawasan Danau Linting Kabupaten Deli Serdang

0 0 13

Identifikasi Potensi Obyek Wisata dan Analisis Kesiapan Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat di Kawasan Danau Linting Kabupaten Deli Serdang

0 2 2

Perancangan Model Zonasi Kawasan Danau Linting, Desa Sibunga-bunga Hilir, Kecamatan STM Hulu, Kabupaten Deli Serdang

0 0 13

PERANCANGAN MODEL ZONASI KAWASAN DANAU LINTING DESA SIBUNGA-BUNGA HILIR KECAMATAN STM HULU KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI

0 0 12