Pola Pertumbuhan HASIL DAN PEMBAHASAN

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU 26 pakan, sehingga sebagian besar protein ini nantinya yang digunakan untuk pertumbuhan Suhenda et al, 2005.

4.4 Pola Pertumbuhan

Perbedaan panjang dan bobot menunjukkan pengukuran panjang berat ikan bertujuan untuk mengetahui variasi berat dan panjang tertentu dari ikan secara individual atau kelompok –kelompok individu. Menurut Mulfizar et al 2012 bahwa analisa hubungan panjang berat juga dapat mengestimasi faktor kondisi yang merupakan salah satu hal penting dari pertumbuhan untuk membandingkan kondisi atau keadaan kesehatan relatif dari populasi ikan atau individu tertentu. Hubungan panjang –berat ikan merupakan salah satu informasi pelengkap yang perlu diketahui dalam kaitan pengelolaan sumber daya perikanan, misalnya dalam penentuan selektifitas alat tangkap agar ikan –ikan yang tertangkap hanya yang berukuran layak tangkap Vanichkul Hongskul dalam Merta, 1993. Hasil analisis hubungan panjang dan berat ikan jurung apat dilihat pada gambar 1 berikut ini. a. Pelet b. Tanpa pelet Gambar 1. Analisis hubungan panjang dan berat ikan jurung pada setiap perlakuan Gambar 1 menunjukan hubungan panjang bobot ikan dan berat ikan sangat erat. Persamaan hubungan panjang dan berat diantara dua perlakuan ini yaitu perlakuan diberi makan pelet dan tanpa pelet menujukkan hasil yang sama yaitu pola pertumbuhan allometrik positif dikarenakan nilai b dari perlakuan diberi pelet yaitu 4,6432 dan perlakuan tidak diberi makan yaitu 4,3879 yang menunjukkan 135 140 145 150 155 160 165 10 20 30 Panjang cm 154 156 158 160 162 164 166 22 23 24 25 26 Panjang cm Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU 27 bahwa nilai b keduanya dari 3 yaitu pertumbuhan berat lebih mendominasi. Ada banyak faktor yang mempengaruhi nilai b yang diperoleh. Faktor ini dapat dipengaruhi oleh kondisi fisik maupun kimia lingkungan. Faktor lingkungan pun tidak selamanya menjadi faktor utama, namun sedikit banyak cukup mempengaruhi nilai b. Secara umum, nilai b tergantung pada kondisi fisiologis dan lingkungan Jenning et al., 2001. Menurut Shukor et al., 2008 bahwa ikan yang hidup diperairan arus deras umumnya memiliki nilai b yang lebih rendah dan sebaliknya ikan yang hidup pada perairan tenang akan menghasilkan nilai b yang besar. Hal ini sesuai karena wadah pemeliharaan berada di perairan yang tenang sehingga menghasilkan nilai b yang besar. Nilai koefisien b yang besar juga diperngaruhi oleh faktor lainnya. Faktor tersebut adalah tingkah laku ikan dimana ikan yang memiliki pergerakan yang lebih banyak atau aktif berenang akan mempengaruhi nilai b yaitu nilai b akan menjadi rendah begitu juga dengan sebaliknya. Menurut Muchlisin 2010 bahwa besar kecilnya nilai b juga dipengaruhi oleh perilaku ikan, ikan yang berenang aktif menunjukkan nilai b yang lebih rendah bila dibandingkan dengan ikan yang berenang pasif. Hal ini terkait dengan alokasi energi yang dikeluarkan untuk pergerakan dan pertumbuhan dimana ikan yang berada di wadah pemeliharaan tidak banyak melakukan pergerakan. Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU 28

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN