Faktor Fisik Kimia Air

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU 12 menyipon atau membuang kotoran dan sisa-sisa pakan yang tidak termakan Suharno, 2003

2.9 Faktor Fisik Kimia Air

Parameter fisik dalam kualitas air merupakan parameter yang bersifat fisik, artinya dapat dideteksi oleh panca indera manusia yaitu melalui visual, penciuman, peraba dan perasa, sedangkan parameter kimia didefinisikan sebagai sekumpulan bahanzat kimia yang keberadaannya dalam air mempengaruhi kualitas air. Faktor fisik kimia air diantaranya DO oksigen terlarut, suhu, pH, amonia dan nitrit Irawan et al. 2009. Parameter kualitas air harus dijaga dan dikontrol dengan baik karena perubahan kualitas air secara langsung akan memberikan pengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan. Perubahan kualitas air dapat menyebabkan nafsu makan ikan menurun sehingga daya tahan tubuh ikan menjadi lemah bahkan ikan dapat dengan mudah terserang penyakit dan mati. Selain kualitas air dan kondisi lingkungan, kualitas pakan yang diberikan pada ikan juga dapat memberikan pengaruh bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam lingkungan perairan dan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung. Apabila suhu mengalami kenaikan akan meningkatkan laju pertumbuhan sampai batas tertentu, dan kenaikan suhu justru menurunkan laju pertumbuhan Rahardjo et al. 2010. Menurut Kordi 2000, perubahan suhu sebesar 5 derajat selsius di atas normal dapat menyebabkan stres pada ikan bahkan kerusakan jaringan dan kematian. Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu penyebaran organisme baik di lautan maupun di perairan tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut. Suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan ikan. Secara umum laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dan dapat menekan kehidupan ikan bahkan menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sampai ekstrim drastis. Kisaran suhu optimum bagi kehidupan ikan adalah 25-28 C. Bila suhu rendah ikan akan kehilangan nafsu makan, sebaliknya bila suhu terlalu tinggi ikan akan stres bahkan mati kekurangan Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU 13 oksigen. Baik suhu rendah maupun terlalu tinggi dapat membahayakan ikan, karena beberapa patogen berkembang baik pada suhu tersebut Kordi, 2004. Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam ekosistem air, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar organisme air. Pada ekosistem air tawar, pengaruh temperatur menjadi sangat dominan Barus, 2004. Menurut Watten 1994 dalam Hapsari 2001 mengatakan bahwa oksigen terlarut merupakan parameter kualitas air yang merupakan faktor pembatas pada sistem tertutup dan semi tertutup. Stickney 2000 dalam Hapsari 2001 mengatakan bahwa respirasi merupakan proses fisiologi normal dari ikan. Menurut Stickney 2000 dalam Hapsari 2001 kelarutan oksigen dalam air tergantung dari berbagai faktor diantaranya adalah suhu, salinitas dan ketinggian. Untuk lingkungan air tawar oksigen terlarut tergantung pada suhu dan ketinggian, sedangkan pada lingkungan air laut oksigen terlarut tergantung pada salinitas dan suhu. Menurut Forteath 1993 dalam Husin 2001 mengatakan bahwa bakteri nitrifikasi merupakan bakteri aerob yang tidak bisa mengoksidasi amonia jika kandungan oksigen terlarut DO kurang dari 2 mgL. Berikut ini Tabel Pengaruh Konsentrasi Oksigen Terlarut Terhadap Ikan. Kandungan Oksigen Terlarut MgL Pengaruh Terhadap Ikan 1 Letal atau menyababkan kematian dalam beberapa jam. 1-5 Ikan dapat bertahan akan tetapi pertumbuhan dan reproduksi terhambat. 5 Ikan dapat tumbuh dan bereproduksi secara normal. Boyd, 1990 dalam Hapsari, 2001. Derajat keasaman pH merupakan suatu parameter penting untuk menentukan kadar asambasa dalam air. Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion hydrogen di dalam suatu larutan. Organisme air dapat hidup dalam suatu perairan mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai dengan basa lemah. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air antara 7 sampai 8,5 Barus, 2004. Berdasarkan Boyd 1990 dalam Husin 2001, jaringan merupakan target organ utama akibat stres asam. Ketika ikan berada pada pH rendah, peningkatan lendir akan terlihat pada permukaan insang. Begitu juga pada pH tinggi, dimana insang ikan sangat sensitive dan berbahaya bagi mata Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU 14 ikan. Akumulasi bahan kimia dalam sistem resirkulasi menyebabkan pH mengalami depresi asam, kecuali kalau sistem adalah buffer sehingga pH dapat stabil. Pada saat air lebih asam, stress pada ikan budidaya terjadi dan jika pH. Nilai pH air mempunyai efek yang sangat besar pada kesehatan organisme akuatik yang ada dalam sistem resirkulasi Forteath et al., dalam Husin 2001. Dari semua parameter kualitas air yang mempengaruhi ikan, amonia adalah yang paling penting setelah oksigen, terutama dalam sistem yang intensif. Amonia menyebabkan stress dan bahkan kerusakan inang dan jaringan lain, termasuk dalam jumlah yang kecil. Amonia mudah terakumulasi dalam sistem perairan karena merupakan produk samping dari metabolisme ikan. Keseimbangan dari amonium dan amoniak di dalam air sangat dipengaruhi oleh nilai dari pH Barus, 2002. Sumber ammonia di perairan adalah hasil pemecahan nitrogen protein dan urea dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan juga di dalam air Effendi, 2002. Ammonia NH 3 adalah hasil utama dari penguraian protein yang merupakan racun bagi ikan, karena itu kandungan NH 3 perairan dianjurkan tidak lebih dari 1 ppm Sundari, 2002. Amonium dilepaskan ke dalam air oleh penguraian organik dan juga sebagai buangan metabolik organisme perairan Syukri, 2011. Konsentrasi beracun amoniak terhadap ikan air tawar berkisar antara 0,7-0,4 mgL Boyd 1990 dalam Amrial 2009. Amonia dihasilkan oleh pemupukan, ekskresi ikan dan dekomposisi mikrobial dari komponen nitrogen Boyd 1982 dalam Hapsari 2001. Menurut Zonneveld et al.,1991 menyatakan bahwa Amonia merupakan hasil akhir metabolisme protein dan amonia dalam bentuk yang tidak terionisasi NH3 merupakan racun bagi ikan sekalipun pada konsentrasi yang rendah. Menurut Forteath 1993 dalam Hapsari 2001 amonia total terdiri dari amonia NH3 dan ion ammonium NH4+, pada umumnya amonia yang berbentuk NH3lebih bersifat racun bagi kehidupan ikan. Kadar amonia di dalam air baik dalam bentuk NH3 ataupun dalam bentuk NH4+ tergantung dari besarnya pH di dalam perairan. Air yang memiliki pH rendah mampunyai kandungan H+ yang tinggi sehingga kandungan amonia dalam bentuk NH4+ akan lebih banyak dibandingkan dengan kandungan NH3 yang lebih bersifat toksik bagi ikan, jika pH berada di atas 7,2 maka kandungan H+ menurun dan kosentrasi amonia dalam bentuk NH3 akan Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU 15 meningkat Forteath 1993 dalam Hapsari 2001. Amonia dalam bentuk total NH3-N merupakan amonia nitrogen dalam bentuk tidak terionisasi danpada umumnya konsentrasi total amonia di lingkungan yang dapat ditoleransi oleh ikan berada di bawah 0,5 mgL. Amonia yang tinggi akan mempengaruhi permeabilitas ikan terhadap air dan menurunkan konsentrasi ion dalam dalam tubuh, sehingga meningkatkan konsumsi oksigen pada jaringan dan mengakibatkan kerusakan pada insang serta mengurangi kemampuan darah dalam mentrasportasi oksigen Boyd 1982 dalam Hapsari 2001. Keberadaan amonia mempengaruhi pertumbuhan, karena mereduksi masuknya oksigen yang disebabkan rusaknya insang, sehingga menambah energi untuk keperluan detoksifikasi, mengganggu osmoregulasi dan mengakibatkan kerusakan fisik pada jaringan Tucker dan Hargreaves 2004 dalam Amrial 2009. Nitrat merupakan suatu unsur penting dalam sintesa protein tumbuhan, namun pada badan perairan yang memiliki jumlah nitrat yang berlebih akan menyebabkan kurangnya oksigen terlarut di perairan dan nitrit merupakan suatu tahapan sementara dari proses oksidasi antara amonium dan nitrat yang dapat terjadi pada badan-badan perairan Fachrul, 2007. Kadar nitrit yang lebih dari 0.05 mgL bersifat toksik bagi organism perairan Effendi, 2003. Fosfat merupakan unsur yang sangat esensial sebagai bahan nutrient bagi berbagai organisme akuatik. Fosfor merupakan salah satu nutrisi utama yang sangat penting dalam pertumbuhan. Fosfor ditemukan sebagai fosfat dalam beberapa mineral dan dalam pertukaran energi dari organism yang sangat dibutuhkan dalam jumlah sedikit mikronutrien sehingga fosfor disebut sebagai faktor pembatas bagi pertumbuhan organisme Barus, 2004. Fosfat di dalam air sebagai ortofosfat. Ortofosfat merupakan bentuk fosfat yang dapat dimanfaatkan secara langsung, bereda dengan polifosfat yang harus terlebih dahulu mengalami Effendie, 2002. Ekosistem air fosfor terdapat dalam tiga bentuk yaitu senyawa fosfat anorganik yaitu ortofosfat, senyawa organik dalam protoplasma dan sebagai senyawa organik terlarut yang terbentuk dari proses penguraian tubuh organisme. Fosfor berasal terutama dari sedimen yang selanjutnya akan terinfiltrasi ke dalam air tanah dan akhirnya masuk ke dalam sistem perairan terbuka Barus, 2004. Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU 1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat keanekaragaman tinggi termasuk ikan di dalamnya dan salah satunya adalah ikan air tawar Kottelat et al, 1993. Di sebagian besar perairan tawar yang diteliti, Cyprinidae merupakan suku yang sangat dominan Haryono, 2005. Salah satu anggota Cyprinidae yang potensial dikembangkan adalah ikan jurung. Ikan jurung termasuk ke dalam marga Tor. Di Indonesia diketahui bahwa terdapat empat jenis Tor, yaitu Tor tambroides, T. tambra, T. douronensis dan T. soro. Ikan jurung sendiri lebih dikenal dengan sebutan mahseer ataupun kings of rivers karena ukuran tubuh ikan jurung dapat sangat besar sehingga dijuluki sebagai raja sungai. Di dunia terdapat 20 jenis ikan dari marga Tor yang tersebar di wilayah Asia Kiat, 2004. Ikan jurung mempunyai beberapa nama lokal yaitu sapan Kalimantan Tengah, semah Sumatera, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, garieng Padang, kancera Jawa Barat, dan Tambra di Jawa Tengah Haryono, 2006. Ikan jurung banyak ditemukan di sekitar perairan sungai Bahorok. Sungai Bahorok merupakan bagian penting dari Taman Nasional Gunung Leuser TNGL yang berada di Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Ikan jurung bagi masyarakat sekitar Sungai Bahorok menjadi sumber mata pencaharian. Ikan jurung dianggap menjanjikan bagi sumber mata pencaharian karena ikan jurung merupakan ikan konsumsi dengan tekstur daging yang tebal, lezat, manis dan kaya akan minyak ikan yang banyak digemari masyarakat sehingga memiliki nilai jual yang tinggi di pasaran. Penangkapan yang terus dilakukan oleh masyarakat sekitar Sungai Bahorok membuat populasi ikan jurung yang ada di alam lama kelamaan akan mengalami penurunan. Ikan jurung juga belum dapat dibudidayakan secara intensif dikarenakan berbagai macam kendala. Data dasar biologi dan ekologi ikan ini juga belum banyak diketahui. Untuk itu ikan jurung perlu dilakukan upaya pelestarian sehingga nantinya tidak akan mengganggu populasinya di alam. Universitas Sumatera Utara