35 cairan hal ini menunjukkan adanya glikosida. Penambahan serbuk Mg, asam
klorida pekat dan amil alkohol kemudian dibiarkan memisah memberikan warna kuning jingga hal ini menunjukkan adanya senyawa flavonoid. Penambahan
FeCl3 1 memberikan warna hijau kebiruan yang menunjukkan adanya senyawa tanin. Fraksi air yang ditambahkan pereaksi Molish dan asam sulfat pekat,
terbentuk cincin berwarna ungu pada batas cairan hal ini menunjukkan adanya glikosida. Penambahan serbuk Mg, asam klorida pekat dan amil alkohol kemudian
dibiarkan memisah memberikan warna kuning jingga hal ini menunjukkan adanya senyawa flavonoid.
4.4 Hasil Ekstraksi Kulit Buah Sawo Manila
Hasil perkolasi 300 g serbuk kulit buah sawo manila Manilkara zapota L. P. Royen dengan pelarut etanol 96 yaitu sebanyak 85 g, kemudian
dilakukan fraksinasi dari 30 g ekstrak etanol diperoleh hasil fraksi n-heksana 0,78 g, fraksi etilasetat 0,92 g dan fraksi air 24,47 g.
4.5 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol, Fraksi n-Heksana, Fraksi Etilasetat dan Fraksi Air Kulit Buah Sawo Manila terhadap
Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol, fraksi n-heksana, fraksi etilasetat dan fraksi air kulit buah sawo manila dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Konsentrasi ekstrak semakin tinggi maka diameter hambat semakin besar, karena semakin banyak zat aktif
yang terkandung dalam ekstrak tersebut Dwijoseputro, 1994. Hasil pengukuran diameter daerah hambat ekstrak etanol, fraksi n-heksana, fraksi etilasetat dan
fraksi air kulit buah sawo manila terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan
36 Escherichia coli dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.3 Hasil pengukuran diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus No.
Konsentrasi Diameter daerah hambat mm
mgml Ekstrak
Fraksi Fraksi
Fraksi Etanol
n-heksana Etilasetat
Air 1.
500 20,53
16,46 20,46
19,88 2.
400 19,73
14,76 19,58
18,18 3.
300 18,63
10,93 17,83
16,75 4.
200 17,3
7,78 16,53
15,01 5.
100 16,25
7,31 15,48
13,8 6.
50 14,41
7,05 13,43
12,63 7.
Blanko -
- -
-
Tabel 4.4 Hasil pengukuran diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri
Escherichia coli No.
Konsentrasi Diameter daerah hambat mm
mgml Ekstrak
Fraksi Fraksi
Fraksi Etanol
n-heksana Etilasetat
Air 1.
500 20,11
9,03 18,73
10,03 2.
400 18,35
8,13 16,98
8,8 3.
300 17,26
7,75 15,9
8,36 4.
200 15,5
7,66 15,36
8,08 5.
100 14,25
7,5 15,11
7,53 6.
50 13,43
7,21 12,16
6,9 7.
Blanko -
- -
- Keterangan:
= Hasil rata-rata tiga kali pengukuran -
= Tidak ada hambatan Blanko = DMSO
Berdasarkan Farmakope Indonesia 1995, batas daerah hambatan yang efektif adalah dengan diameter lebih kurang dari 14 mm sampai 16 mm. Tabel 4.3
dan 4.4 di atas menunjukkan bahwa ekstrak etanol memberikan diameter daerah hambat yang efektif terhadap Staphylococcus aureus yang diperoleh pada
konsentrasi 50 mgml dengan diameter daerah hambat 14,41 mm sedangkan pada Escherichia coli diameter daerah hambat yang efektif pada konsentrasi 100 mgml
dengan diameter14,25 mm. Fraksi etilasetat memberikan diameter daerah hambat yang efektif terhadap Staphylococcus aureus yang diperoleh pada konsentrasi 100
37 mgml dengan diameter daerah hambat 15,48 mm sedangkan pada Escherichia
coli diameter daerah hambat yang efektif pada konsentrasi 100 mgml dengan diameter 15,11 mm. Fraksi air memberikan diameter daerah hambat yang efektif
terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 200 mgml dengan diameter daerah hambat 15,01 mm sedangkan pada Escherichia coli memberikan
diameter daerah hambat yang kurang efektif yang diperoleh pada konsentrasi 500 mgml dengan diameter 10,03 mm. Fraksi n-heksana memberikan diameter daerah
hambat yang efektif pada Staphylococcus aureus yang diperoleh pada konsentrasi 400 mgml dengan diameter daerah hambat 14,76 mm sedangkan pada
Escherichia coli memberikan diameter daerah hambat yang kurang efektif yang diperoleh pada konsentrasi 500 mgml dengan diameter 9,03 mm.
Aktivitas antibakteri yang didapatkan dari ekstrak etanol merupakan aktivitas antibakteri terkuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli karena kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak etanol kulit buah sawo manila adalah
golongan senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri yang kuat yaitu flavonoid, glikosida, tanin dan steroidtriterpenoid.
Hasil uji aktivitas antibakteri fraksi n-heksana memberikan aktivitas antibakteri terendah dibandingan ekstrak etanol, fraksi etilasetat dan fraksi air. Hal
ini disebabkan karena kandungan golongan senyawa yang terdapat dalam fraksi n- heksana sangat sedikit yaitu hanya steroidtriterpenoid. Menurut Naufalin, dkk.,
2005, adanya minyak dan lemak yang terkandung pada ekstrak n-heksana dapat mengganggu aktivitas antibakteri. Minyak dan lemak mengganggu proses difusi
dan melindungi bakteri dari senyawa antibakteri sehingga tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri.
38 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada bakteri Staphylococcus aureus
memberikan diameter hambat lebih besar dibandingkan dengan bakteri Escherichia coli. Menurut Volk 1992, perbedaan diameter daerah hambat pada
bakteri gram positif dengan bakteri gram negatif tersebut terjadi karena kedua bakteri uji tersebut memilki komposisi dan struktur dinding sel yang berbeda
sehingga mengakibatkan bakteri gram positif lebih rentan terhadap senyawa- senyawa kimia dibandingkan gram negatif. Struktur dinding sel bakteri gram
positif lebih sederhana, yaitu berlapis tunggal dengan kandungan lipid yang rendah 1 - 4 sehingga memudahkan bahan bioaktif masuk ke dalam sel.
Struktur dinding sel bakteri gram negatif lebih kompleks, yaitu berlapis tiga terdiri dari lapisan luar lipoprotein, lapisan tengah lipopolisakarida yang berperan
sebagai penghalang masuknya bahan bioaktif antibakteri dan lapisan dalam berupa peptidoglikan dengan kandungan lipid tinggi 11 - 12.
Aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol dan fraksi kulit buah sawo manila disebabkan oleh adanya golongan senyawa kimia berupa flavonoid, glikosida,
tanin dan steroidtriterpenoid. Senyawa flavonoid memiliki aktivitas antibakteri karena flavonoid merupakan golongan senyawa fenol. Tanin termasuk dalam
golongan senyawa polifenol sehingga tanin memiliki aktivitas antibakteri. Senyawa fenol dan turunannya seperti flavonoid dan tanin merupakan salah satu
antibakteri yang bekerja dengan mengganggu fungsi membran sitoplasma. Senyawa fenol pada konsentrasi rendah dapat merusak membran sitoplasma yang
menyebabkan bocornya metabolit penting yang menginaktifkan sistem enzim bakteri sedangkan pada konsentrasi tinggi mampu merusak membran sitoplasma
dan mengendapkan protein sel. Senyawa steroidtriterpenoid menghambat pertumbuhan bakteri dengan mekanisme penghambatan terhadap sintesis protein
39 karena terakumulasi dan menyebabkan perubahan komponen-komponen
penyusun sel bakteri itu sendiri Azmi, 2013. Membran sitoplasma bakteri sendiri berfungsi mengatur masuknya bahan-bahan makanan atau nutrisi, apabila
membran sitoplasma rusak maka metabolit penting dalam bakteri akan keluar dan bahan makanan untuk menghasilkan energi tidak dapat masuk sehingga terjadi
ketidakmampuan sel bakteri untuk tumbuh dan pada akhirnya terjadi kematian Pelczar dan Chan, 1988.
40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Hasil pemeriksaan makroskopik morfologi luar kulit buah sawo manila segar yaitu permukaan kulitnya sedikit kasar, panjangnya ± 3 cm dan lebarnya ± 2
cm. Pemeriksaan organoleptis kulit buah sawo manila segar yaitu berwarna coklat muda, rasanya kelat dan agak pahit serta berbau khas. Hasil pemeriksaan
makroskopik morfologi luar simplisia kulit buah sawo manila yaitu permukaan kulitnya sedikit kasar, panjangnya ± 2,5 cm dan lebarnya ± 1,5 cm.
Pemeriksaan organoleptis simplisia kulit buah sawo manila yaitu kulitnya berwarna coklat tua dan berkeriput, rasanya kelat dan agak pahit serta berbau
khas. Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia kulit buah sawo manila memperlihatkan adanya parenkim berisi sel minyak, serabut sklerenkim dan
berkas pembuluh berbentuk spiral. Hasil karakterisasi simplisia diperoleh kadar air sebesar 2,31, kadar sari larut air sebesar 64,48, kadar sari larut etanol
sebesar 59,60, kadar abu total sebesar 6,32 dan kadar abu yang tidak larut asam sebesar 0,49.
b. Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa simplisia dan ekstrak etanol kulit buah sawo manila mengandung golongan senyawa kimia flavonoid, glikosida,
tanin dan steroidtriterpenoid; fraksi n-heksana mengandung senyawa steroidtriterpenoid; fraksi etilasetat mengandung senyawa flavonoid, glikosida
dan tanin; fraksi air mengandung senyawa flavonoid dan glikosida. c. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak etanol, fraksi n-
heksana, fraksi etilasetat dan fraksi air memiliki aktivitas sebagai antibakteri.