commit to user
26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Simplisia temulawak merupakan hasil rajangan temulawak yang telah dikeringkan. Simplisia temulawak dapat diolah menjadi berbagai macam produk,
seperti serbuk, minyak atsiri, ekstrak kental oleoresin, ekstrak kering maupun kapsul temulawak. Permasalahan yang muncul adalah rendahnya kualitas dan
kontinuitas suplai simplisia temulawak. Hal ini dikarenakan proses pengeringan yang dilakukan oleh para petani produsen masih mengandalkan pada
pengeringan langsung dengan sinar matahari di alam terbuka. Sehingga resiko terkontaminasi oleh jamur, terganggunya proses pengeringan pada musim hujan,
dan rusaknya kandungan senyawa aktif oleh sinar UV yang cukup tinggi. Melihat manfaat yang banyak dari penggunaan temulawak sebagai bahan baku industri
dalam bentuk simplisia maka penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kandungan senyawa aktif simplisia temulawak berbagai teknik pengeringan.
Pada pembuatan simplisia temulawak, langkah pertama yaitu rimpang temulawak setelah dicuci kemudian dirajang dengan ketebalan yang sama yaitu 2-
3 mm. Hasil rajangan temulawak dikeringkan dengan berbagai variasi teknik pengeringan yaitu pengeringan sinar matahari tanpa kain penutup sebagai kontrol,
solar dryer dengan kain penutup warna putih yang merupakan hasil terbaik dari
penelitian sebelumnya Nugraha, 2010, cabinet dryer suhu 35
o
C, cabinet dryer suhu 40
o
C, dan cabinet dryer suhu 45
o
C. Pengeringan dihentikan ketika kadar air telah mencapai 10-12 dengan indikator temulawak mudah dipatahkan
dilanjutkan dengan uji kadar air untuk memastikannya. Setelah itu dilakukan pengujian kadar kurkuminoid, total fenol dan aktivitas antioksidan simplisia
temulawak dari berbagai teknik pengeringan.
A. Kadar Air
Air merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan. Semua
bahan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda, baik itu bahan makanan hewani maupun nabati. Kandungan air dalam bahan makanan
mempengaruhi daya tahan makanan tersebut terhadap serangan mikroba yang
commit to user 27
pada akhirnya juga akan mempengaruhi mutu bahan pangan tesebut. Kadar air bahan merupakan jumlah air yang terikat secara fisik dalam bahan sehingga
bahan dapat dinyatakan sebagai suatu material basah atau kering Siswanto, 2004. Umumnya untuk mengurangi kadar air dalam bahan dilakukan
pengeringan, baik secara alami atau menggunakan alat pengering buatan. Menurut Riata 2010 pengeringan akan mencegah agar simplisia
tidak berjamur dan kandungan kimia yang berkhasiat tidak berubah karena proses fermentasi. Adanya air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar
tertentu dapat menjadi media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya. Enzim tertentu dalam sel, masih dapat bekerja menguraikan senyawa aktif
sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi
enzimatik melalui pengeringan, dapat mencegah penurunan kualitas atau kerusakan senyawa aktif simplisia.
Salah satu parameter utama untuk menentukan kualitas simplisia temulawak adalah dengan menentukan kadar airnya. Dalam penelitian ini uji
kadar air menggunakan metode thermovolumetri Sudarmadji dkk, 1997 dengan pengambilan secara acak pada masing-masing sampel. Hasil analisis
kadar air simplisia bubuk temulawak dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Hasil Analisis Kadar Air Simplisia Temulawak
Simplisia Kering
Temulawak Kadar Air
SM Kadar Air
SD Kadar Air
CD 35
o
C Kadar Air
CD 40
o
C Kadar Air
CD 45
o
C Ulangan 1
11,5 10
10 10
9 Ulangan 2
10 11
12 11
10 Ulangan 3
11 10
12 11,5
11 Rata –rata
10,83 10,33
11,33 10,83
10,00
Hasil penelitian menunjukkan kadar air rata-rata simplisia temulawak dengan 3 kali ulangan yaitu dengan pengering sinar matahari
sebesar 10,83; dengan solar dryer tanpa kain penutup sebesar 10,33; dengan cabinet dryer suhu 35
o
C sebesar 11,33; dengan cabinet dryer suhu 40
o
C sebesar 10,83; dan dengan cabinet dryer suhu 45
o
C sebesar 10,00. Kadar air simplisia temulawak menurut Materia Medika Indonesia 1979
commit to user 28
dalam penelitian Sembiring, dkk 2006 adalah maksimal 12. Dari hasil yang didapat menunjukkan bahwa kadar air simplisia temulawak pada
keseluruhan sampel yang diwakili dari pengambilan sebagian pada masing- masing sampel kadar airnya kurang dari 12. Dengan kadar air yang telah
memenuhi standar, dilakukan pengujian terhadap senyawa bioaktif simplisia temulawak untuk mengetahui efektivitas pengeringan terhadap senyawa
bioaktifnya. Senyawa bioaktif dalam simplisia temulawak akan lebih dapat dipertahankan dengan teknik pengeringan yang tepat pada standar kadar air
yang sama. Penghentian proses pengeringan berdasarkan pada Cahyono 2007 bahwa pada umumnya indikator yang digunakan oleh para petani
dalam memperoleh gambaran mengenai kadar air simplisia jika simplisia tersebut bisa dipatahkan. Umumnya kadar air simplisia yang bisa dipatahkan
antara 10-12.
B. Kadar Kurkuminoid Simplisia Temulawak Pada Berbagai Teknik