Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Tahap Penelitian

commit to user 21

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu 4 bulan mulai bulan Januari-April 2011.

B. Bahan dan Alat

1. Bahan Dalam penelitian ini bahan utama yang digunakan adalah rimpang temulawak yang dirajang dengan ukuran 3 mm. Dalam analisis akan digunakan bahan-bahan sebagai berikut : a. Analisis Kadar Air : toluene xylene b. Analisis Kadar Kurkuminoid : kurkuminoid standar, etanol 96 c. Analisis Antioksidan : DPPH Diphenyl picrylhydrazyl, metanol d. Analisis Total Fenol : aquadest, folin Ciocalteu, Na 2 CO 3 2, dan fenol murni 2. Alat Alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan simplisia temulawak adalah mesin perajang slicer; 3 buah tampah; solar dryer; kain putih; cabinet dryer; mesin penepungan dengan ayakan kecil 80 mesh; dan termometer. Sedangkan alat-alat yang digunakan untuk analisis antara lain : a. Analisis Kadar Air : gelas ukur, labu destilasi, pipet, alat destilasi. b. Analisis Kadar Kurkuminoid : spektrofotometer UV-Vis, beker glass, pipet, gelas ukur, vortex, tabung reaksi. c. Analisis Antioksidan : spektrofotometer UV-Vis, vial, pipet volume dan vortex. d. Analisis Total Fenol : erlenmeyer 100 ml, gelas ukur, vortex, tabung reaksi, spektrofotometer UV-Vis, labu takar, pengaduk, pipet volume. commit to user 22

C. Tahap Penelitian

Tahapan-tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penyiapan Bahan dan Perajangan Rimpang temulawak yang digunakan berasal dari Batu, Wonogiri dengan umur rata-rata 10-12 bulan. Rimpang tersebut dicuci sampai bersih dan dilakukan proses perajangan dengan menggunakan mesin perajang. Proses perajangan dilakukan untuk mempercepat proses pengeringan dengan memperluas permukaan bahan. Ketebalan rimpang temulawak mengacu pada Anonim c 2010 rajangan temulawak biasanya melintang setebal 2-3 mm . 2. Pengeringan Proses pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam rimpang temulawak. Penghentian proses pengeringan mengacu pada Cahyono 2007 pada umumnya indikator yang digunakan oleh para petani dalam memperoleh gambaran mengenai kadar air simplisia jika simplisia tersebut bisa dipatahkan. Umumnya kadar air simplisia yang bisa dipatahkan kira-kira antara 10-12. Proses pengeringan ini dilakukan dengan beberapa variasi teknik pengeringan yaitu dijemur alami tanpa kain penutup kontrol, solar dryer dengan kain penutup warna putih, cabinet dryer suhu 35 o C, cabinet dryer suhu 40 o C, dan cabinet dryer suhu 45 o C. Teknik pengeringan ini selain mengacu dari penelitian terdahulu yaitu penelitian Nugraha 2010, pemilihan suhu pada cabinet dryer didasarkan pada Hernani dan Rahmawati 2009 bahwa untuk bahan yang mengandung minyak atsiri, suhu pengeringan yang terbaik adalah 35-45°C. Dikatakan juga menurut Parahita 2007 bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif dan tidak tahan panas harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya 30-45 o C. Pengujian kadar air dilakukan dengan pengambilan sampel secara acak dengan menggunakan metode thermovolumetri Sudarmadji dkk, 1997. commit to user 23 3. Analisis senyawa aktif simplisia temulawak Metode analisis senyawa aktif pada simplisia temulawak dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Metode Analisis Senyawa Aktif Simplisia Temulawak No Macam uji Metode 1 Kurkuminoid Spektrofotometri Zahro, 2009 dalam Nugraha, 2010 2 Total fenol Folin Ciocalteu Senter et al., 1989 dalam Sundari, 2009 3 Aktivitas Antioksidan DPPH Othman et al., 2007 dalam Sartini, 2007 commit to user 24 Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Simplisia Temulawak Rajangan temulawak Simplisia Kadar air 10-12 Pengeringan dengan berbagai variasi teknik : 1. Dijemur alami tanpa kain penutup kontrol 2. Solar dryer dengan kain penutup warna putih 3. Cabinet dryer dengan suhu 35 o C 4. Cabinet dryer dengan suhu 40 o C 5. Cabinet dryer dengan suhu 45 o C Uji simplisia temulawak : 1. Kadar kurkuminoid 2. Kadar total fenol 3. Aktivitas antioksidan 4. Dirajang dengan ketebalan 2-3 mm Dibersihkan Temulawak commit to user 25

D. Rancangan Penelitian

Dokumen yang terkait

Pengukuran Kapasitas Antioksidan Dalam Rimpang Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.) Secara Spektrofotometri Sinar Tampak

3 32 82

Pengaruh Proses Pengeringan Terhadap Aktivitas Antibakteri Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

0 9 92

Karakteristik Pengeringan Beku Sari Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

1 10 43

Kandungan Kurkuminoid dan Daya Antioksidan Aksesi Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) asal Sukabumi

0 4 28

KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) ADA BERBAGAI TEKNIK PENGERINGAN DAN PROPORSI PELARUTAN

0 7 86

PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) TERHADAP KADAR Pengaruh Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.) Terhadap Kadar Kolesterol Total Pada Tikus Putih Hiperlipidemia.

0 0 13

PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) TERHADAP KADAR Pengaruh Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.) Terhadap Kadar Kolesterol Total Pada Tikus Putih Hiperlipidemia.

0 0 9

Uji Aktivitas Bahan Aktif Oleoresin Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza ROXB.) Pada Berbagai Variasi Pengeringan terhadap Pemulihan Tikus yang Terjangkit Kanker.

0 0 1

SELEKSI METODA EKSTRAKSI KURKUMINOID UNTU MENENTUKAN KUALITAS RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Selection method of curcuminoid extraction to determine the quality of Temulawak rhizome (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

0 0 11

Pengaruh waktu pengeringan terhadap Angka Lempeng Total (ALT) rimpang temulawak (curcuma xanthorrhiza roxb.) - USD Repository

0 0 110