commit to user 28
dalam penelitian Sembiring, dkk 2006 adalah maksimal 12. Dari hasil yang didapat menunjukkan bahwa kadar air simplisia temulawak pada
keseluruhan sampel yang diwakili dari pengambilan sebagian pada masing- masing sampel kadar airnya kurang dari 12. Dengan kadar air yang telah
memenuhi standar, dilakukan pengujian terhadap senyawa bioaktif simplisia temulawak untuk mengetahui efektivitas pengeringan terhadap senyawa
bioaktifnya. Senyawa bioaktif dalam simplisia temulawak akan lebih dapat dipertahankan dengan teknik pengeringan yang tepat pada standar kadar air
yang sama. Penghentian proses pengeringan berdasarkan pada Cahyono 2007 bahwa pada umumnya indikator yang digunakan oleh para petani
dalam memperoleh gambaran mengenai kadar air simplisia jika simplisia tersebut bisa dipatahkan. Umumnya kadar air simplisia yang bisa dipatahkan
antara 10-12.
B. Kadar Kurkuminoid Simplisia Temulawak Pada Berbagai Teknik
Pengeringan
Salah satu parameter kualitas simplisia temulawak adalah senyawa aktif dalam temulawak berupa pigmen warna kuning yang disebut
kurkuminoid. Kurkuminoid berbentuk serbuk dengan rasa pahit, larut dalam aseton, alkohol, asam asetat, dan alkali hidroksida. Bila kurkuminoid terkena
cahaya akan terjadi dekomposisi struktur berupa siklisasi kurkuminoid. Siklisasi kurkuminoid menyebabkan senyawa kurkuminoid terdegradasi
menjadi asam ferulat sehingga kadarnya dalam ekstrak menjadi rendah Sidik dkk., 1995. Oleh karena itu, dibutuhkan teknik pengeringan yang tepat untuk
mempertahankan kurkuminoid dalam temulawak agar tetap memiliki keaktifan fisiologis. Pada penelitian ini digunakan berbagai teknik
pengeringan dalam menghasilkan simplisia temulawak yaitu pengeringan sinar matahari tanpa kain penutup kontrol, solar dryer dengan kain penutup putih,
dan cabinet dryer 35
o
C, 40
o
C, dan 45
o
C. Hasil analisis kadar kurkuminoid simplisia temulawak dinyatakan dalam persen berat kering db dry basis.
Kadar kurkuminoid simplisia temulawak dari berbagai teknik pengeringan dapat dilihat pada Tabel 4.2.
commit to user 29
Tabel 4.2. Hasil Analisis Kadar Kurkuminoid Simplisia Temulawak
Teknik Pengeringan Kadar Kurkuminoid
db Sinar Matahari kontrol
0,248
a
Solar Dryer 0,402
c
Cabinet dryer 35
o
C 0,323
b
Cabinet dryer 40
o
C 0,446
d
Cabinet dryer 45
o
C 0,495
e
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada tinglat signifikansi
α 0,05
Dari hasil analisis statistik didapatkan hasil uji kadar kurkuminoid simplisia temulawak berbeda nyata pada tiap teknik pengeringan yang
ditunjukkan dengan huruf yang berbeda. Simplisia temulawak dengan pengeringan sinar matahari tanpa kain penutup kadar kurkuminoid yang
didapat sebesar 0,248, simplisia temulawak yang dikeringkan dengan solar dryer
dan ditutup kain putih kadar kurkuminoidnya sebesar 0,402. Sedangkan simplisia temulawak yang dikeringkan dengan cabinet dryer suhu
35
o
C kadar kurkuminoidnya sebesar 0,323, cabinet dryer suhu 40
o
C kadar kurkuminoidnya sebesar 0,446 dan cabinet dryer suhu 45
o
C kadar kurkuminoidnya sebesar 0,495.
Dari hasil tersebut diperoleh kadar kurkuminoid terendah dihasilkan oleh simplisia temulawak dengan pengeringan sinar matahari langsung tanpa
kain penutup. Telah disebutkan oleh Sidik dkk. 1995 bahwa bila kurkuminoid terkena cahaya akan terjadi dekomposisi struktur berupa siklisasi
kurkuminoid, sehingga kadarnya dalam ekstrak menjadi rendah. Siklisasi kurkuminoid menyebabkan senyawa kurkuminoid terdegradasi. Produk
degradasi kurkumin yang utama adalah asam ferulat, aldehid ferulat, dehidroksinaftalen, vinilquaikol, vanilin dan asam vanilat Van der Good,
1995 dalam Kurnia, 2010. Selain itu, pengeringan sinar matahari langsung sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca sehingga memerlukan waktu yang
relatif lebih lama dibanding dengan pengering buatan. Menurut Hernani dan Rahmawati 2009 suhu sinar matahari yang sangat bervariasi 35-47
o
C juga merupakan faktor penyebab kerusakan pada kurkumin.
commit to user 30
Pada pengeringan dengan solar dryer ditutup kain putih menghasilkan kadar kurkuminoid simplisia temulawak yang lebih tinggi dibanding dengan
pengeringan sinar matahari. Fungsi kain penutup putih pada pengeringan simplisia dengan solar dryer ini adalah untuk melindungi bahan yang
dikeringkan dari panas sinar matahari yang dapat menyebabkan rusaknya kandungan dalam bahan yang dikeringkan karena kain putih bersifat
memantulkan semua spektrum cahaya termasuk sinar UV yang dapat mendegradasi kurkuminoid Yadie, 2009 dalam Nugraha, 2010.
Menurut Yissaluthana 2010 pengeringan bahan makanan dengan solar dryer
lebih efektif karena pemanasan yang terjadi berasal dari dua arah, yaitu dari sinar matahari secara langsung radiasi dan aliran udara panas dari bawah
konveksi. Pemanasan yang berasal dari dua arah inilah yang mempercepat proses pengeringan, sehingga didapat kadar kurkuminoid simplisia temulawak
yang dikeringkan dengan solar dryer ditutup kain putih lebih besar atau dengan kata lain lebih dapat mempertahankan kadar kurkuminoid dibanding
simplisia temulawak yang dikeringkan dengan cabinet dryer suhu 35
o
C karena waktu pengeringannya juga lebih singkat. Berdasarkan Susilowati 2010
penurunan kadar kurkuminoid ekstrak rimpang temulawak semakin besar seiring lamanya waktu pemanasan walaupun suhu yang digunakan lebih
rendah. Kemungkinan yang sama juga terjadi dalam proses pengeringan simplisia temulawak. Selama pemanasan, kurkuminoid mengalami degradasi
dan membentuk asam ferulat dan ferulloimetan yang berwarna kuning kecoklatan Mohammad dkk., 2007 dalam Susilowati, 2010. Pembentukan
asam ferulat akibat degradasi kurkuminoid menjadikan kadarnya dalam ekstrak menjadi rendah Sidik dkk., 1995.
Dari hasil penelitian diperoleh kadar kurkuminoid simplisia temulawak yang dikeringkan dengan cabinet dryer suhu 45
o
C lebih besar dibandingkan kedua suhu di bawahnya dengan alat pengering yang sama. Didapat pula kadar
kurkuminoid tertinggi dari semua teknik pengeringan dihasilkan oleh simplisia dengan pengeringan cabinet dryer suhu 45
o
C. Suhu pengeringan sangat berpengaruh terhadap kualitas, terutama pada perubahan kadar fitokimia atau
commit to user 31
senyawa aktif Hernani dan Rahmawati, 2009. Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia dengan mutu yang lebih baik
karena pengeringan akan lebih merata dan waktu pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca Kiswanto, 2005. Pengeringan
dengan cabinet dryer suhunya lebih stabil dibanding dengan kedua teknik pengeringan lainnya yang masih bergantung pada panas matahari dan cuaca.
Selain itu, pengeringan dengan cabinet dryer menghindarkan bahan dari paparan sinar UV matahari yang merupakan salah satu faktor penyebab
kerusakan senyawa aktif terutama kurkuminoid. Perbandingan kadar kurkuminoid simplisia temulawak pada berbagai
teknik pengeringan dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Keterangan : SM
= pengeringan sinar matahari tanpa kain penutup kontrol SD
= solar dryer dengan kain penutup putih CD 35
C = cabinet dryer T 35
o
C CD 40
C = cabinet dryer T 40
o
C CD 45
C = cabinet dryer T 45
o
C
Gambar 4.1 Kadar Kurkuminoid Simplisia Temulawak pada Berbagai Teknik Pengeringan
Dari gambar di atas diperoleh kadar kurkuminoid antara 0,248- 0,495. Hasil yang diperoleh jauh lebih kecil dibanding dengan Parahita
2007 dimana kadar kurkuminoid dalam temulawak berkisar antara 1-2.
0.000 0.050
0.100 0.150
0.200 0.250
0.300 0.350
0.400 0.450
0.500
SM SD
CD 35 C CD 40 C
CD 45 C 0.248
0.402 0.323
0.446 0.495
K ad
ar K
u rk
u m
in o
id
Teknik Pengeringan
commit to user 32
Perbedaan kandungan kurkuminoid yang diperoleh mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya umur rimpang, tempat tumbuh, dan metode yang
digunakan Fatmawati, 2008. Biasanya kandungan kurkuminoid dianalisis dari bentuk ekstraknya oleoresin sedangkan dalam penelitian ini kadar
kurkuminoid dianalisis dalam bentuk simplisia yang digiling menjadi bubuk sehingga kadarnya lebih kecil karena masih mengandung banyak komponen
lainnya pati, protein, minyak atsiri, dan lain-lain. Perbedaan metode analisis dapat menghasilkan kadar yang berbeda pula.
C. Kadar Total Fenol Simplisia Temulawak Pada Berbagai Teknik