2. Harga Telur di Tingkat Konsumen
Berikut ini adalah harga jual pedagang telur dalam 8 minggu di Kabupaten Langkat:
Tabel 8 Harga Telur didasarkan Pada Pembelian Konsumen Kepada Pedagang RpButir
Nama Toko
Harga RpButir I II III IV V VI VII VIII
Stabat
Apo 1.050 1.050 1.100 1.100 1.100 1.050 1.000 1.000
Ali 1.067 1.033 1.083 1.083 1.067 1.033 1.050 1.000
Asiong 1.083 1.083 1.100 1.100 1.050 1.050 1.033 1.016 Aro
1.066 1.066 1.083 1.083 1.060 1.060 1.050 1.033 Elpis
1.066 1.066 1.083 1.083 1.060 1.060 1.050 1.033 Sabar
1.066 1.066 1.100 1.100 1.066 1.066 1.083 1.050
Kuala
Hafsiah 1.033 1.033 1.100 1.100 1.066 1.033 1.000 983 Rehna 1.066 1.083 1.100 1.100 1.083 1.083 1.050 1.050
Ummi 1.050 1.050 1.250 1.250 1.150 1.150 1.000 1.000
Brandan
Santo 950 950 1.100 1.090
1.000 950 950 950
Prihati 1.000 1.000 1.200 1.250 1.100 1.050 1.000 980
T.Pura
H.Irwan 1.000 1.000 1.100 1.066 1.033 1.000 966 933
Universitas Sumatera Utara
Topik 1.016 1.016 1.116 1.066 1.050 1.033 1.000 966
Rata- Rata
1.040 1.038 1.117 1.113 1.068 1.048 1.018 1.000
Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan data pada Tabel 8 diketahui bahwa harga telur ditingkat
konsumen yang tertinggi yaitu pada minggu ketiga di bulan Agustus 2014 dengan harga sebesar Rp 1.117butir. Hal ini dikarenakan pada minggu ketiga bulan agustus
harga beli pedagang dari produsen telur juga tinggi. Pada minggu ketiga stok telur dikandang masih belum stabil dikarenakan tingginya permintaan telur dan ayam
potong di bulan ramadhan dan lebaran. Data perkembangan harga jual pedagang juga dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Gambar 3. Grafik Harga Jual Pedagang
Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa harga jual pedagang selalu berubah- ubah setiap minggunya, namun perbedaan tersebut tidak terlalu signifikan. Dimana
harga tertinggi mencapai Rp 1.117butir pada minggu ketiga dan harga terendah mencapai Rp 1.000butir pada minggu kedelapan.
Universitas Sumatera Utara
Jumlah Permintaan Telur
Berikut ini adalah jumlah permintaan telur dalam 8 minggu di Kabupaten Langkat:
Tabel 9 Jumlah Permintaan Telur di Kabupaten Langkat Nama
Toko Jumlah Telur Butir
I II III IV V VI VII VIII
Stabat
Apo 24000 24000 25500 24600 25200 25200 24000 24300
Ali 1050 1050 1000 980 1200 1200 1200 1180
Asiong 1050 1000 950 800 2250 2700 2660 2700 Aro
540 1380 1120 540 1440 1410 1380 1380 Elpis
1860 1890 1860 1920 1980 2010 1980 1920 Sabar 1980 1950 2010 1920 1890 1950 1950 1980
Kuala
Hafsiah 3780 3840 3300 32400 3960 4020 3780 3780
Rehna 540 420 270 100 210 240 270 270 Ummi 11700
11550 8670 8100 8400 8400 9000 9900
Brandan
Santo 7500 9600 6000 7800 6300 7200 7500 7500 Prihati 4430 4520 4220 3450 4320 4250 4410 4520
T.Pura
H.Irwan 4200 3600 2100 2400 4500 3900 3600 3900
Universitas Sumatera Utara
Topik 1800 1950 1500 1800 4200 3600 4500 4500
Rata- Rata
4.956 5.135 4.500 6.678 5.065 5.083 5.095 5.218
Sumber: Analisis Data Primer
Berdasarkan data pada Tabel 9 diketahui bahwa jumlah permintaan telur yang tertinggi yaitu pada minggu keempat di bulan Agustus 2014 dengan jumlah
permintaan telur sebesar 6.678 butir. Data perkembangan jumlah permintaan telur di Kabupaten Langkat juga dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Gambar 4. Grafik Jumlah Permintaan Telur
Hubungan antara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta adalah positif. Bila pendapatan seseorangmasyarakat meningkat maka akan meningkatkan
permintaan terhadap suatu barang. Ini terjadi bila barang yang dimaksud adalah barang yang berkualitas tinggi, namun untuk telur yang merupakan barang inferior
barang bersifat rendahan maka dengan adanya kenaikan pendapatan, konsumen justru akan mengurangi permintaan terhadap barang tersebut Pracoyo, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini terlihat pada grafik diatas, dimana jumlah permintaan telur tinggi pada akhir bulan disaat jumlah pendapatan konsumen berkurang.
Selain pendapatan jumlah permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh perubahan harga barang-barang lain, baik atas barang substitusi
maupun terhadap harga barang komplementer. Jika barang yang digantikan bergerak naik, maka akan dapat mengakibatkan jumlah permintaan barang penggantinya juga
akan ikut mengalami kenaikan Sukirno, 2003.
Elastisitas Permintaan Telur
Elastisitas permintaan diartikan sebagai suatu alat untuk mengukur respon konsumen terhadap perubahan harga. Dalam hal ini, elastisitas permintaan telur
dilihat dari perubahan jumlah permintaan konsumen akibat harga jual telur yang berubah setiap minggunya.
Berdasarkan data pada Tabel 8 dan 9 diatas, maka nilai elastisitas permintaan telur di Kabupaten Langkat diperoleh sebagai berikut:
Tabel 10 Nilai Elastisitas Permintaan Telur di Kabupaten Langkat Harga Jual
RpButir Jlh Permintaan
Butir E
d
Sifat Minggu I
1.040 4.956
Minggu II 1.038
5.135 18,78
Elastis Minggu III
1.117 4.500
1,62 Elastis
Minggu IV 1.113
6.678 135,16
Elastis Minggu V
1.068 5.065
5,97 Elastis
Minggu VI 1.048
5.083 0,19
Inelastis Minggu VII
1.018 5.095
0,08 Inelastis
Minggu VIII 1.000
5.218 1,36
Elastis
Universitas Sumatera Utara
Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa:
1.
Perubahan harga telur Rp 2butir pada minggu pertama ke minggu kedua menyebabkan kenaikan permintaan telur sebesar 179 butir, artinya perubahan
harga berpengaruh cukup besar terhadap perubahan kuantitas barang yang diminta yang ditunjukkan oleh nilai elastisitas yang cukup tinggi yaitu se
besar 18,78. 2.
Pada minggu kedua dan ketiga perubahan harga telur sebesar Rp 79butir menyebabkan penurunan jumlah telur yang diminta sebesar 635 butir. Nilai elastisitas permintaan
diperoleh 1,62, artinya elastisitas permintaan bersifat elastis. 3.
Pada minggu ketiga dan keempat terjadi penurunan harga telur sebesar Rp 4butir, dan konsumen meresponnya dengan kenaikan jumlah permintaan telur sebesar 2.178 butir.
Hal ini menandakan bahwa kepekaan konsumen terhadap perubahan harga sangat tinggi yang ditunjukkan oleh nilai elastisitas yang tinggi yaitu sebesar 135,16 atau permintaan
telur bersifat elastis. 4.
Pada minggu keempat dan kelima terjadi penurunan harga telur sebesar Rp 45butir, namun terjadi penurunan jumlah permintaann sebesar 1.613 butir. Nilai elastisitas yang
diperoleh sebesar 5,97 atau bersifat elastis. 5.
Pada minggu kelima dan keenam terjadi penurunan harga sebesar Rp 20butir sehingga menyebabkan naiknya permintaan sebesar 18 butir. Perubahan harga pada minggu kelima
ke minggu keenam bersifat inelastis nilai elastisitas sebesar 0,19 karena persentase perubahan jumlah barang yang diminta lebih kecil dibandingakan dengan perubahan
harga. 6.
Pada minggu keenam dan ketujuh terjadi penurunan harga sebesar Rp 30butir sehingga menyebabkan permintaan telur naik sebesar 12 butir. Nilai elastisitas permintaan sebesar
0,08 yang artinya bersifat inelastis.
Universitas Sumatera Utara
7. Pada minggu ketujuh dan kedelapan terjadi penurunan harga sebesar Rp 18butir
sehingga menyebabkan permintaan telur naik sebesar 123 butir. Perubahan harga pada minggu ketujuh ke minggu kedelapan bersifat elastis nilai elastisitas sebesar 1,36
karena persentase perubahan jumlah barang yang diminta lebih besar dibandingakan dengan perubahan harga.
Menurut Pracoyo 2006, faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan akan suatu produk ada 4 yaitu:
4. Banyaknya produk substitusi yang tersedia dipasar pada tingkat harga kompetitif,
untuk produk telur barang substitusi yang ada didaerah penelitian yaitu ikan gembung. Pada minggu ketiga nilai elastisitas permintaan telur sangat tinggi
dikarenakan harga barang substitusi telur atau harga ikan gembung tinggi sehingga penurunan harga telur membuat konsumen beralih atau lebih memilih telur
daripada ikan gembung. Tingginya perubahan jumlah permintaan telur membuat nilai elastisitasnya juga semakin besar.
5. Pengeluaran periode waktu elastisitas permintaan suatu produk lebih elastis dalam
jangka panjang dari pada jangka pendek. 6.
Derajat kepentingan atau kebutuhan akan produk.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Permintaan Telur Ayam Ras
Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan telur ayam ras di Kabupaten Langkat dilakukan dengan metode Ordinary Least
Square OLS menggunakan alat bantu program SPSS 16.00, dari pengolahan
tersebut diperoleh hasil sebagai berikut: Y = 51,118 – 0,053X1 – 4,141X2 + 9,881X3 + 0,002X4
Signifikan t = 0,192
0,229 0,000 0,001
Universitas Sumatera Utara
R
2
= 0,730 Signifikan F = 0,000
Sumber: Lampiran 2 Persamaan regresi linier diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Koefisien regresi X1 harga telur bernilai -0,053, artinya setiap kenaikan
harga telur sebesar Rp 100 maka akan menyebabkan penurunan jumlah permintaan telur sebanyak 5,3
≈ 5 butir, dengan asumsi variabel yang lain konstan.
2. Koefisien regresi X2 pendapatan bernilai -4,141, artinya setiap kenaikan
pendapatan sebesar Rp 1.000.000 maka akan menyebabkan penurunan jumlah permintaan telur sebanyak 4,141
≈ 4 butir, dengan asumsi variabel yang lain konstan.
3. Koefisien regresi X3 tanggungan keluarga bernilai 9,881, artinya setiap
penambahan tanggungan 1 orang maka akan menyebabkan penambahan jumlah permintaan telur sebanyak 9,881
≈ 10 butir dengan asumsi variabel yang lain konstan.
4. Koefisien regresi X4 harga komoditi lainikan gembung bernilai 0,002,
artinya setiap kenaikan harga ikan gembung sebesar Rp 1.000 maka akan menyebabkan penambahan jumlah permintaan telur sebanyak 2 butir dengan
asumsi variabel yang lain konstan.
a. Koefisien Determinasi R