Analisis Harga dan Elastisitas Pemasaran Telur Ayam Ras Kabupaten Langkat

(1)

ANALISIS HARGA DAN ELASTISITAS PEMASARAN TELUR

AYAM RAS DI KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

Oleh:

SUCI ASDIANA REZEKI 100306024

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(2)

ANALISIS HARGA DAN ELASTISITAS PEMASARAN TELUR

AYAM RAS DI KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

Oleh:

SUCI ASDIANA R 100306024/PETERNAKAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(3)

Judul Skripsi : Analisis Harga dan Elastisitas Pemasaran Telur Ayam Ras Kabupaten Langkat

Nama : Suci Asdiana Rezeki

NIM : 100306024

Program Studi : Peternakan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Usman Budi, Spt. MSI Ir. Iskandar Sembiring, MM

Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M. Si Ketua Program Studi Peternakan

Tsanggal ACC :


(4)

ABSTRAK

SUCI ASDIANA REZEKI: Analisis Harga dan Elastisitas Pemasaran Telur Ayam Ras di Kabupaten Langkat” ,dibimbing oleh USMAN BUDI dan ISKANDAR SEMBIRING.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui harga dan volume penawaran telur di Kabupaten Langkat, untuk mengetahui harga dan volume permintaan telur di Kabupaten Langkat, untuk mengetahui dan menganalisa besarnya elastisitas permintaan dan penawaran telur ayam ras di Kabupaten Langkat serta untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur di Kabupaten Langkat.Penelitian ini menggunakan metode survey dengan unit responden pedagang dan konsumen telur ayam ras. Sampel diperoleh dengan metode accidental sampling dan diperoleh 13 orang pedagang dan 40 konsumen. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan secara statistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga beli pedagang berpengaruh positif terhadap jumlah penawaran telur, apabila harga beli telur naik maka jumlah penawaran juga akan meningkat. Harga jual pedagang berpengaruh positif terhadap jumlah permintaan telur, apabila harga jual telur naik maka jumlah permintaan akan menurun. Semakin tinggi pendapatan konsumen maka jumlah permintaan telur akan semakin rendah, hal ini dikarenakan jika pendapatan semakin tinggi maka konsumen akan memilih mengkonsumsi komoditi lain, seperti daging, ikan gembung, dan lain-lain. Hal ini terlihat dari jumlah permintaan telur yang semakin tinggi pada akhir bulan dan rendah saat awal bulan. Semakin tinggi harga komoditi lain seperti ikan gembung maka jumlah permintaan telur akan semakin tinggi.

Kata Kunci: Elastisitas Penawaran, Elastisitas Permintaan, Harga Telur, Harga Ikan Gembung


(5)

ABSTRACT

SUCI ASDIANA REZEKI: Analysis of price and elasticity marketing eggs in the district langkat. Guided by Usman Budi and Iskandar Sembiring.

This study aims to determine the price and volume of eggs deals in the district langkat, to fine out the price and volume of demand for eggs in the district langkat, to identify and analyze the magnitude of the elasticity of demand and supply of eggs, and to analyze the factors that influence the demand for eggs in the district langkat. This study uses survey with respondents merchants and consumers of eggs. Samples were obtained by accidental sampling method aand obtained 13 traders and consumers 40. The data were analyzed descriptively and statistically.

The result showed that the purchase price merchants positive effect on the number of eggs deals, if the purchase price of eggs rose, the number of deals will also increase. The selling price merchants positive effect on the amount of demand for eggs, if the selling price of eggs rose than the demand will decrease. The higher the income of consumers, the number of eggs will lower demand, This because if the higher income consumers will choose to consume other commodities such as meat, fish bloated ect. This is evident from the number of eggs that the higher demand at the end of the month and low at the beginning of the month. The higher the price of other commodities such as fish bloated than the demand will be higher.

Keyword : supply elasticity, demand elasticity, the price of eggs, bloated fish price.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 3 Agustus 1991 dari Bapak Ardi Spd dan Ibu Asra Murni Siregar, penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikannya di SD Negeri 050701 Hinai Kiri SMP Negeri 1 Secanggang, dan melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri Stabat. Pada tahun 2010 masuk ke Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB)

Selama mengikuti perkulihan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Peternakan (IMAPET), selain itu penulis pernah menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Muslim Peternakan (HIMMIP).

Penulis juga telah melakukan praktek kerja lapangan (PKL) pada bulan Juni 2013 sampai Juli 2013 di Perkebunan Kelapa Sawit di Bukit Sentang Kabupaten Langkat.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik yang berjudul “Analisis Harga dan Elastisitas Pemasaran Telur Ayam Ras di Kabupaten Langkat”.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua atas doa, semangat dan pengorbanan material maupun moril yang telah diberikan

selama ini. Kepada Usman Budi, S.Pt. M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Iskandar Sembiring, MM selaku anggota komisi pembimbing yang telah

membimbing dan memberikan arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini dan semua pihak yang ikut membantu.

Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada civitas akademia di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat membantu memberikan informasi dan bermamfaat bagi ilmu pengetahuan serta pelaku usaha bidang peternakan.


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Geografi Kabupaten Langkat ... 7

Pemasaran ... 8

Pasar ... 8

Harga ... 8

Elastisitas Pemasaran ... 9

Penawaran ... 10

Permintaan ... 14

METODE PENELITIAN ... 19

Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

Metode Penelitian ... 19

Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 19

Metode Penentuan Sampel ... 20

Metode Pengambilan Data ... 21

Metode Analisis Data ... 21

Defenisi Operasional ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

Harga Beli Pedagang dari Produsen Telur ... 24

Jumlah Penawaran Telur ... 26

Elastisitas Penawaran Telur ... 27

Harga Telur di Tingkat Konsumen ... 30

Jumlah Permintaan Telur ... 32


(9)

Elastisitas Permintaan Telur ... 34

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Konsumsi Telur Ayam Ras ... 36

KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

Kesimpulan ... 41

Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1 Kandungan Gizi Telur Ayam... 4

2 Spesifikasi Ukuran Telur yang Standart... 6

3 Produksi Telur Ayam Ras Petelur di Kabupaten Langkat... 6

4 Banyak Pasar Menurut Kecamatan Kabupaten Langkat... 20

5 Harga Beli Pedagang... 24

6 Jumlah Penawaran Telur di Kabupaten Langkat... 27

7 Nilai Elastisitas Penawaran Telur di Kabupaten Langkat... 27

8 Harga Jual Pedagang... 30

9 Jumlah Permintaan Telur di Kabupaten Langkat... 32

10 Nilai Elastisitas Permintaan Telur di Kabupaten Langkat... 34


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1 Grafik harga beli pedagang... 25

2 Grafik jumlah penawaran telur... 27

3 Grafik harga jual pedagang... 31

4 Grafik jumlah permintaan telur... 33


(12)

ABSTRAK

SUCI ASDIANA REZEKI: Analisis Harga dan Elastisitas Pemasaran Telur Ayam Ras di Kabupaten Langkat” ,dibimbing oleh USMAN BUDI dan ISKANDAR SEMBIRING.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui harga dan volume penawaran telur di Kabupaten Langkat, untuk mengetahui harga dan volume permintaan telur di Kabupaten Langkat, untuk mengetahui dan menganalisa besarnya elastisitas permintaan dan penawaran telur ayam ras di Kabupaten Langkat serta untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur di Kabupaten Langkat.Penelitian ini menggunakan metode survey dengan unit responden pedagang dan konsumen telur ayam ras. Sampel diperoleh dengan metode accidental sampling dan diperoleh 13 orang pedagang dan 40 konsumen. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan secara statistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga beli pedagang berpengaruh positif terhadap jumlah penawaran telur, apabila harga beli telur naik maka jumlah penawaran juga akan meningkat. Harga jual pedagang berpengaruh positif terhadap jumlah permintaan telur, apabila harga jual telur naik maka jumlah permintaan akan menurun. Semakin tinggi pendapatan konsumen maka jumlah permintaan telur akan semakin rendah, hal ini dikarenakan jika pendapatan semakin tinggi maka konsumen akan memilih mengkonsumsi komoditi lain, seperti daging, ikan gembung, dan lain-lain. Hal ini terlihat dari jumlah permintaan telur yang semakin tinggi pada akhir bulan dan rendah saat awal bulan. Semakin tinggi harga komoditi lain seperti ikan gembung maka jumlah permintaan telur akan semakin tinggi.

Kata Kunci: Elastisitas Penawaran, Elastisitas Permintaan, Harga Telur, Harga Ikan Gembung


(13)

ABSTRACT

SUCI ASDIANA REZEKI: Analysis of price and elasticity marketing eggs in the district langkat. Guided by Usman Budi and Iskandar Sembiring.

This study aims to determine the price and volume of eggs deals in the district langkat, to fine out the price and volume of demand for eggs in the district langkat, to identify and analyze the magnitude of the elasticity of demand and supply of eggs, and to analyze the factors that influence the demand for eggs in the district langkat. This study uses survey with respondents merchants and consumers of eggs. Samples were obtained by accidental sampling method aand obtained 13 traders and consumers 40. The data were analyzed descriptively and statistically.

The result showed that the purchase price merchants positive effect on the number of eggs deals, if the purchase price of eggs rose, the number of deals will also increase. The selling price merchants positive effect on the amount of demand for eggs, if the selling price of eggs rose than the demand will decrease. The higher the income of consumers, the number of eggs will lower demand, This because if the higher income consumers will choose to consume other commodities such as meat, fish bloated ect. This is evident from the number of eggs that the higher demand at the end of the month and low at the beginning of the month. The higher the price of other commodities such as fish bloated than the demand will be higher.

Keyword : supply elasticity, demand elasticity, the price of eggs, bloated fish price.


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Telur ayam merupakan jenis makanan bergizi yang popular dikalangan masyarakat yang bermanfaat sebagai sumber protein hewani. Hampir semua jenis lapisan masyarakat dapat mengkonsumsi jenis makanan ini sebagai sumber protein hewani. Hal ini disebabkan telur merupakan salah satu bentuk makanan yang mudah diperoleh dan mudah pula cara pengolahannya (Setiawan, 2009).

Meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap pangan sumber hewani mendorong perusahaan-perusahaan peternak untuk meningkatkan produksinya. Peningkatan tersebut harus disertai dengan penanganan yang memadai dalam tata laksana manajemen yang baik. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem pemasaran yang efektif dan sistem managemen yang baik.

Pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan jual beli atau pertukaran barang maupun jasa. Pasar sebagai pusat perekonomian masyarakat baik di desa maupun perkotaan yang mencakup informasi tentang kualitas dan harga dari barang yang di perdagangkan. Permintaan menunjukkan jumlah barang atau jasa yang akan dibeli konsumen pada periode waktu dan keadaan tertentu, perioide waktu tersebut bisa satu tahun dan keadaan yang harus diperhatikan antara lain harga barang yang akan dibeli, harga barang lain, pendapatan konsumen, selera dan lain-lain (Arsyad, 2000). Hal tersebut menuntut pemasaran produk dari pedagang ke konsumen dan elastisitas permintaan dan penawaran. Dalam pemasaran telur ayam ras penetapan harga juga menjadi hal


(15)

yang perlu diperhatikan karena akan memberi dampak terhadap konsumen akhir dalam memenuhi kebutuhannya. Penetapan harga telur ayam ras merupakan faktor yang penting dalam menentukan elastisitas pemasaran.

Kabupaten Langkat merupakan salah satu tempat kegiatan pemasaran telur ayam ras, pedagang mendapat pasokan telur dari kabupaten langkat. Namun peternkan telur tersebut hanya ada d Kecamatan Selesai. Mereka memperoleh telur dari luar daerah karena belum banyaknya perusahaan ternak petelur ayam ras sebagai pusat penghasil telur. Oleh sebab itu, harga telur ayam ras mengalami kenaikan dan penurunan harga yang belum stabil. Sehingga terjadinya fluktuasi terhadap harga.

Perubahan harga telur ayam ras di pasar-pasar tradisional disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu meningkatnya jumlah pasokan telur yang menyebabkan menurunnya harga telur, terjadinya peningkatan permintaan terhadap telur ayam ras yang menyebabkan harga telur di peternak turun sampai jauh dibawah harga produksinya dan semakin menaiknya biaya produksi yang seharusnya menyebabkan harga telur menjadi meningkat. Namun belum diketahui pasti apa penyebab perubahan harga telur tersebut di pedagang pasar. Untuk itu perlu dilakukan penelitian pengenai analisis harga dan elastisitas pemasaran telur ayam ras di pasar-pasar tradisional Kabupaten Langkat.

Identifikasi Masalah

Perubahan harga telur ayam ras di Kabupaten Langkat yang selalu berubah terus menerus menyebabkan fluktuasi permintaan telur ayam ras menjadi cepat dan bersifat harian meskipun fluktuasinya tidak terlalu tinggi. Ketidakstabilan permintaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, namun biasanya faktor harga dapat


(16)

mempengaruhi keputusan beli dari konsumen tersebut sehingga permintaan juga berubah-ubah jumlahnya.

Pedagang telur ayam ras melakukan penawaran di pasar tradisional. Penawaran (jumlah telur ayam ras) yang dilakukan produsen/pedagang dipengaruhi oleh harga beli pedagang, biaya pemasaran, profit/keuntungan dan jumlah telur yang tersedia. Faktor-faktor inilah yang akan dilihat apakah memang berpengaruh terhadap penawaran telur ayam ras.

Tujuan Penelitan

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perbedaan harga telur di pasar-pasar tradisional di Kabupaten Langkat, untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya elastisitas pemasaran dan menganalisa besarnya elastisitas permintaan dan penawaran telur ayam ras di Kabupaten Langkat.

Kegunaan Penelitian

Sebagai bahan dalam penulisan proposal yang merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian Sarjana Peternakan pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Sebagai bahan informasi bagi para instansi terkait khususnya dapat menjadi acuan dalam rangka pembangunan usaha peternakan ayam ras petelur di wilayah yang bersangkutan atau di daerah lain.

TINJAUAN PUSTAKA

Telur adalah komoditi ekonomi karena memang ada permintaannya. Tetapi permintaan konsumen terhadap telur ini dipengaruhi selera, dan selera ini dipengaruhi antara lain, oleh tingkat pendidikan konsumen itu. Konsumen cenderung


(17)

pada produk yang penggunaannya praktis, cepat, kualitas terjamin dan tahan lama, sekalipun itu harus membayar lebih (Rasyaf,1991).

Ayam peliharaan (Gallus gallus domesticus) adalah unggas yang biasa dipelihara orang untuk dimanfaatkan untuk keperluan hidup pemeliharanya. Ayam memasok dua sumber protein dalam pangan yaitu daging ayam dan telur. Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat. Dari sebutir telur didapatkan gizi yang cukup sempurna karena mengandung zat-zat gizi yang lengkap dan mudah dicerna. Selain itu, bahan pangan ini juga bersifat serba guna karena dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Kandungan gizi sebutir telur ayam dengan berat 50g terdiri dari 6,3gr protein, 0,6gr karbohidrat, 5gr lemak dan vitamin dan mineral (Yuwanta, 2010). Kandungan gizi telur ayam selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Telur Ayam

No Komponen Putih Telur (%) Kuning Telur (%)

1 Protein 10,9 16,5

2 Lemak Sedikit 32,0

3 Hidrat Arang 1,0 1,0

4 Air 87,0 49,0

Sumber : (Yuwanta, 2010)

Telur yang normal mempunyai berat 57,6 gram dengan volume berat dan bersih. Klasifikasi telur dibagi menjadi empat kualitas dimana penilaiannya berdasarkan pada kulit telur, celah udara di dalam telur, putih telur dan kuning telur. Pengklasifikasiannya yaitu :

a. Kualitas AA

Kulit telur untuk kualitas ini harus bersih, tidak boleh retak atau berkerut, bentuk kulit normal dan halus. Rongga udara di dalam telur sepanjang 0,23 cm. Putih telur putih dan kental dan serta kuning telurnya bersih tanpa kotoran.


(18)

b. Kualitas A

Kulit telur bersih, tidak retak, tidak berkerut, mulus dan normal. Rongga udara sebesar 0,48 cm dan harus ada bagian yang tumpul dari telur. Bagian putih telurnya harus bersih dan boleh agak encer, sedangkan kuning telurnya normal dan bersih.

c. Kualitas B

Kulit telur bersih, tidak pecah/retak, dan boleh tidak normal, misalnya sedikit lonjong. Rongga udara sebesar 0,95 cm dan. Bagian putih telurnya harus bersih dan sudah lebih banyak yang encer, sedangkan kuning telurnya normal tetapi boleh ada bercak.

d. Kualitas C

Kulit telur bersih dan boleh kotor sedikit, kulit tidak pecah/retak, dan boleh tidak normal, misalnya sedikit lonjong. Rongga udara sebesar 0,95 cm dan putih telurnya sudah encer, ada telur yang tidak normal, sedangkan kuning telurnya mengandung bercak yang tidak sedap, bentuk telur tidak normal atau sudah pipih (Rasyaf, 1991).

Tabel 2. Spesifikasi Ukuran Telur yang Standart

Parameter Ukuran Bobot (gram)

Volume (Cm3) Gravitasi Khusus Panjang keliling (Cm) Lebar keliling (Cm) Indeks bnetuk

Luas Permukaan (Cm2)

56.70 63,00 1,09 15,70 13,70 74,00 68,00 Sumber : (Yuwanta, 2010).

Produksi telur ayam ras petelur di Kabupaten Langkat pada tahun 2008-2012 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


(19)

Tabel 3. Produksi Telur Ayam Ras Petelur di Sumatera Utara

Tahun Produksi(Ton) Jumlah Rumah Tangga (Ribu)

2008 68.98 298.340

2009 69.32 302.750

2010 74.30 303.770

2011 79.20 308.180

2012 80.59 313.160

Sumber : Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2012

Tabel 3 diatas memperlihatkan perkembangan produksi telur ayam ras di Sumatera Utara 2008-2012. Dilihat dari data tersebut terjadi peningkatan setiap

tahunnya terhadap poduksi telur ayam ras.


(20)

Geografi Kabupaten Langkat a. Geografi

Secara geografis letak Kabupaten Langkat berada antara 3014’00” dan 4013’00” Lintang Utara dan antara 97052’00” dan 98045’00” Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Langkat 6.263,29 km2 atau 8,74 persen dari total luas Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Langkat berada pada ketinggian 4-105 m di atas permukaan laut sehingga sebagiann besar wilayahnya merupakan daratan rendah.

Kabupaten Langkat sebagai salah satu kabupaten di Ujung Barat Provinsi Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Provinsi Aceh dibagian Utara dan Barat, serta berbatasan dengan Selat Malaka di Utara. Sedangkan, disebelah Selatan berbatasan dengan kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang di Sebelah Timur (Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat, 2013).

b. Iklim

Kabupaten Langkat beriklim tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim hujan pertama mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Januari dan musim kedua pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei, sedangkan musim kemarau biasanya pada bulan Februari, Juni dan Juli (Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat, 2013).

Kabupaten Langkat mengalami curah hujan sebanyak 3.289,94 mm dengan lama hujan 150,83 hari pada tahun 2012 dengan rata-rata total curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November sebesar 408,88 mm dengan hari hujan sebanyak 18 hari kemudian pada bulan September sebesar 376,88 mm dengan hari hujan sebanyak 15 hari (Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat, 2013).


(21)

Pemasaran

Pemasaran merupakan proses kegiatan yang mulai jauh sebelum barang-barang/bahan-bahan masuk dalam proses produksi. Dalam hal ini banyak keputusan pemasaran yang harus dibuat jauh sebelum produk itu dihasilkan, seperti keputusan mengenai produk yang dibuat, pasar, harga dan promosi. Pemasaran dapat didefinisikasan sebagai kegiatan bisnis yang mengatur arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen sehingga sesuai dengan waktu, tempat dan bentuk yang dikehendaki pada harga yang dibayar konsumen (Cahyono, 1994).

Pasar

Pasar diartikan sebagai tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi. Pasar memiliki tempat atau lokasi tertentu sehinga memungkinkan pembeli dan penjual bertemu untuk melakukan transaksi jual beli produk baik barang maupun jasa (Kasmir, 2010).

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan transaksi penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar menawar. Kebanyakan penjual atau pengelola menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, sayuran, buah, telur, daging, kain, pakaian, jasa dan lain-lain (Daryanto, 2010).

Harga

Harga ialah nilai sejumlah uang yang harus dibayar seseorang untuk mendapatkan hak menggunakan produk. Seseorang bisa membeli pemilikan suatu produk, banyaknya produk dan hak penggunaan. Biaya konsumen adalah segala


(22)

sesuatu yang diserahkan konsumen untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Supranto, 2011).

Permintaan fluktuatif terjadi disaat masyarakat mengkonsumsi produk di saat-saat tertentu seperti lebaran, tahun baru dan bulan-bulan tertentu. Keadaaan tersebut sangat menyulitkan program produksi ayam. Para peternak mencoba melakukan program peningkatan produksi jika lebaran tiba. Namun, kesulitan jika usai lebaran permintaan langsung anjlok, harga pun langsung merosot tajam (Supranto, 2011).

Meskipun permintaan masyarakat terhadap telur ayam ras fluktuatif, tetapi pada saat-saat tertentu permintaan masyarakat terhadap telur ayam ras sangat tinggi, misalnya untuk keperluan hajatan, hari-hari besar dan sebagainya. Dan terdapat kecenderungan permintaan telur ayam ras akan selalu ada setiap saat, karena potensi pasar telur ayam ras cukup besar dalam peranannya sebagai bahan baku pembuatan makanan ringan (roti, kue, martabak, dan lain-lain). Telur ayam ras juga merupakan subtitusi dari daging. Ketika harga daging meningkat masyarakat akan mensubtitusikan daging terhadap telur ayam ras sehingga permintaan telur ayam ras akan meningkat (Sudiyono, 2002).

Perubahan harga telur ayam disebabkan oleh (a) adanya pengaruh perubahan iklim, (b) banyaknya telur yang dikirim keluar wilayah, (c) adanya penjualan ayam afkir, pada saat harga telur ayam turun di bulan ramadhan peternak akan menutupi kerugiannya dengan menjual ayam afkir (Nurhayati, 2012).

Elastisitas Pemasaran

Secara sederhana elastisitas mengukur persentase suatu perubahan variabel sebagai akibat adanya perubahan variabel lain. Dengan kata lain, elastisitas adalah suatu pengertian yang menggambarkan seberapa besar kepekaan atau reaksi


(23)

konsumen terhadap perubahan harga dan perubahan jumlah permintaan dan penawaran yang diakibatkan oleh perubahan harga (Soebarno, 2007).

a. Penawaran (Supply)

Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan para penjual. Dalam hukum ini dinyatakan bagaimana keinginan para penjual untuk menawarkan barangnya apabila harganya tinggi dan bagaimana pula keinginan untuk menawarkan barangnya tersebut apabila harganya rendah. Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa semakin tinggi harga suatu barang, maka semakin banyak jumlah barang yang akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, semakin rendah harga suatu barang maka semakin sedikit jumlah barang yang ditawarkan (Sukirno, 2003).

Dalam hukum penawaran, pada dasarnya menyatakan semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang yang ditawarkan oleh pedagang. Sebaliknya, semakin rendah harga barang, semakin sedikit jumlah barang yang ditawarkan oleh pedagang/produsen (Daniel, 2002).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran, yaitu : 1. Harga beli pedagang

Suatu teori ekonomi dasar menjelaskan bahwa semakin tinggi harga suatu komoditi, semakin banyak jumlah barang yang ditawarkan. Sebabnya ialah karena keuntungan yang dapat diperoleh dari produksi suatu komoditi akan naik jika harga tersebut naik, demikian juga sebaliknya, sedangkan input yang dipakainya tetap (Djojodipuro, 1991).


(24)

Naik atau turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi banyak/sedikitnya terhadap jumlah barang yang ditawarkan. Kuantitas akan meningkat ketika harganya meningkat dan kuantitas yang diminta menurun ketika harganya menurun, dapat dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan positif dengan harga (Djojodipuro, 1991).

2. Biaya pemasaran

Biaya pemasaran adalah semua pengeluaran pedagang yang akan digunakan untuk menjual barang-barang yang akan ditawarkan (Amir, 2005).

3. Profit/keuntungan

Pedagang telur dianggap selalu bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan. Artinya bahwa pedagang telur selalu memilih tingkat output yang dapat memberikan keuntungan maksimum. Keuntungan diperoleh dari total penerimaan dikurangi total biaya yang dikeluarkan pedagang telur (Kadariah, 1994).

4. Jumlah telur yang tersedia

Jumlah telur yang tersedia yang diperoleh pedagang dari pemasok sangat mempengaruhi penawaran pedagang. Ketika jumlah telur yang tersedia banyak maka harga akan turun dan sebaliknya ketika jumlah telur yang tersedia sedikit maka harga akan naik. Sukirno (2003), menyatakan bahwa hukum penawaran pada dasarnya makin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual.

Elastisitas Penawaran

Elastisitas penawaran adalah pengaruh perubahan harga terhadap besar kecilnya jumlah barang yang ditawarkan atau tingkat kepekaan perubahan jumlah barang yang ditawarkan terhadap perubahan harga barang. Karena harga juga faktor penentu


(25)

penawaran maka bila harga berubah jumlah barang yang ditawarkan pun akan berubah (Tarmizi, 2008).

Rumus Elastisitas penawaran :

Es = X

Keterangan : ▲Q = Perubahan jumlah Penawaran ▲P = Perubahan harga barang P = Harga barang mula-mula Q = Jumlah penawaran mula-mula Es = Elastisitas Penawaran

Berdasarkan besar kecilnya tingkat koefisien elastisitas penawarannya, elastisitas penawaran dapat dibedakan beberapa jenis, yaitu:

1. Penawaran inelastis sempurna (Es = 0) terjadi jika tidak ada perubahan jumlah yang ditawarkan meskipun ada perubahan harga. Dengan kata lain perubahan harga sebesar apapun sama sekali tidak berpengaruh terhadap jumlah yang ditawarkan. Contoh: jumlah penawaran buah kelapa di suatu daerah ketika musim kemarau sangat sedikit dan dipengaruhi faktor alam, walaupun harga tinggi namun jumlah yang ditawarkan tetap relatif terbatas.

2. Penawaran Inelastis (Es < 1) yaitu persentase perubahan jumlah yang ditawarkan relatif lebih kecil dibandingkan persentase perubahan harga. Contoh: barang-barang hasil pertanian Karena barang-barang–barang-barang produk pertanian tidak mudah untuk menambah atau mengurangi produksinya dalam jangka pendek.

3. Penawaran Elastis Uniter (Es = 1) yaitu perubahan harga pengaruhnya sebanding terhadap perubahan kuantitas barang yang ditawarkan. Dengan kata lain, persentase perubahan jumlah yang ditawarkan sama dengan persentase perubahan harga.


(26)

4. Penawaran Elastis (Es > 1) yaitu perubahan harga berpengaruh cukup besar terhadap perubahan kuantitas barang yang ditawarkan. Jadi kalau harga turun 10% maka kuantitas barang yang yang ditawarkan akan menurun 10 %. Contoh: barang-barang hasil industri yang mudah ditambah atau dikurangi produksinya. 5. Penawaran Elastis Sempurna (Es = ∞), terjadi jika ada perubahan jumlah yang

ditawarkan meskipun tidak ada perubahan harga. Dengan kata lain, terjadi bila penawaran suatu barang dapat berubah-ubah meskipun harga barang tersebut tetap. Contoh: terjadi pada berbagai produk (Kasmir, 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas penawaran, yaitu : 1. Sifat perubahan ongkos produksi

Biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan pada saat melakukan kegiatan produksi akan sangat berpengaruh terhadap elastisitas penawaran.

2. Jangka waktu analisis a. Masa amat singkat

Pada masa ini produsen dianggap tidak dapat menambah penawarannya. Oleh sebab itu, penawarannya bersifat tidak elastis sempurna.

b. Jangka Pendek

Pada masa ini perusahaan mulai dapat menaikkan jumlah produksinya, meskipun kapasitas alat-alat produksi yang ada tidak dapat ditambah.

c. Jangka Panjang

Pada masa ini sangat memungkinkan untuk menambah jumlah barang yang

ditawarkan. Oleh sebab itu penawarannya bersifat elastis (Pracoyo, 2006).


(27)

b. Permintaan (Demand)

Permintaan adalah keinginan mannusia yang di dukung oleh daya beli. Manusia dapat memiliki keinginan, namun ia belum tentu merupakan demand atas produk tertentu bila ia tidak memiliki daya beli (Amir, 2005).

Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan “makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut”(Sukirno, 2003).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan, yaitu : 1. Harga barang itu sendiri

Naik turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi banyak/sedikitnya terhadap barang yang diminta. Kuantitas akan menurun ketika harganya meningkat dan kuantitas yang diminta meningkat ketika harganya menurun, dapat dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan negatif (negatively related) dengan harga (Djojodipuro, 1991).

Sesuai dengan hukum permintaan hubungan antara harga barang dan jumlah barang yang diminta adalah negatif. Bila harga naik maka permintaan turun dan sebaliknya bila harga turun permintaan akan naik dengan asumsi ceteris paribus. Dengan demikian perubahan harga terhadap permintaan mempunyai arah yang berkebalikan (Pracoyo, 2006).

2. Pendapatan

Hubungan antara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta adalah positif. Bila pendapatan seseorang/masyarakat meningkat maka akan meningkatkan


(28)

permintaan terhadap suatu barang. Ini terjadi, bila barang yang dimaksud adalah barang yang berkualitas tinggi maka dengan adanya kenaikan pendapatan, konsumen justru akan mengurangi permintaan terhadap barang tersebut (Pracoyo, 2006).

3. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan akan mempengaruhi jumlah permintaan. Makin banyak tanggungan, maka jumlah permintaan akan meningkat. Hal ini berkaitan dengan usaha pemenuhan akan kecukupan kebutuhan. Permintaan berhubungan positif dengan jumlah tanggungan. Pertambahan jumlah tanggungan/penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan. Tetapi biasanya pertambahan jumlah tanggungan/penduduk diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli dalam masyarakat. Pertambahan daya beli ini akan menambah permintaan (Sumarwan, 2003).

4. Harga komoditi lain

Permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh perubahan harga barang-barang lain, baik atas barang substitusi maupun terhadap harga barang komplementer. Sifat dan pengaruh terhadap barang subtitusi dan komplementer ini dikarenakan permintaan suatu barang memiliki kaitan dan pengaruh yang langsung maupun tidak langsung. Pengaruh atas suatu barang dari harga barang lain dikarenakan masing-masing barang mempunyai hubungan saling menggantikan fungsi kegunaan, dan juga saling melengkapi. Jika barang yang digantikan bergerak naik, maka akan dapat mengakibatkan jumlah permintaan barang penggantinya juga akan ikut mengalami kenaikan (Sukirno, 2003).


(29)

Elastisitas permintaan

Elastisitas Permintaan menjelaskan seberapa besar perubahan persentase jumlah barang yang diminta apabila salah satu faktor tersebut berubah. Apabila terjadi perubahan harga dengan persentase yang sangat kecil, tetapi menimbulkan perubahan yang sangat besar terhadap jumlah barang yang diminta maka dapat dikatakan bahwa barang tersebut sangat responsif terhadap perubahan harga (Sudarsono, 1990).

Rumus Elastisitas Permintaan: Ed = X

Keterangan : ▲Q = Perubahan jumlah permintaan ▲P = Perubahan harga barang P = Harga barang mula-mula Q = Jumlah permintaan mula-mula Ed = Elastisitas Permintaan

Pada dasarnya terdapat bebarapa faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan akan suatu produk, yaitu:

1. Banyaknya produk substitusi yang tersedia dipasar pada tingkat harga kompetitif, dimana semakin banyak produk substitusi yang tersedia dipasar akan menyebabkan elastisitas permintaan suatu produk tertentu semakin besar.

2. Pengeluaran periode waktu elastisitas permintaan suatu produk lebih elastis dalam jangka panjang dari pada jangka pendek.

3. Derajat kepentingan atau kebutuhan akan produk (Pracoyo, 2006). Ada 5 jenis elastisitas permintaan, yaitu:

1. Permintaan Inelastis Sempurna (Ed = 0) yaitu sebesar apapun perubahan harga sama sekali tidak berpengaruh terhadap jumlah barang yang diminta. Hal ini


(30)

terjadi bila konsumen dalam membeli barang tidak lagi memperhatikan harganya. Contoh : obat, garam, dll.

2. Permintaan Inelastis (Ed < 1) yaitu pada keadaan ini persentase perubahan jumlah barang yang diminta lebih kecil dibandingkan dengan perubahan harga. Permintaan inelastic sering disebut permintaan yang tidak peka terhadap harga, misal harga berubah naik 10% maka perubahan permintaannya akan turun kurang dari 10%. Contoh: barang-barang kebutuhan pokok seperti, beras gula, pupuk dll.

3. Permintaan elastis (Ed > 1) yaitu pada keadaan ini persentase perubahan jumlah barang yang diminta lebih besar daripada perubahan harga. Jadi kalau harga turun 10% maka kuantitas barang yang diminta akan mengalami kenaikan lebih dari 10%. Contoh: barang-barang mewah, alat elektronika.

4. Permintaan Elastis Uniter (Ed = 1) yaitu pada keadaan ini persentase perubahan jumlah barang yang diminta sama dengan persentase perubahan harga.

5. Permintaan Elastis Sempurna (Ed = ∞) terjadi bila permintaan suatu barang dapat berubah-ubah meskipun harga barang tersebut tetap. Contoh kasus ini bisa terjadi pada berbagai produk, yang jelas permintaan akan produk tersebut bisa berubah-ubah walaupun harga produk itu tetap (Pracoyo, 2006).


(31)

METODE PENELITIAN

Tempat Penelitan

Penelitian ini dilaksanakan di beberapa pasar tradisional di Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2014.

Metode Penelitian Survei

Metode yang dilakukan adalah metode survei. Survei adalah metode pengumpulan data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden individu dalam bentuk kuesioner (Erlina, 2011)

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian kajian pemasaran telur ayam ras yaitu Kabupaten Langkat, dimana daerah ini merupakan salah satu tempat pemasaran telur ayam ras yang ada di Sumatera Utara. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di beberapa pasar tradisional yang ada di Kabupaten Langkat.

Tabel dibawah terdapat 14 pasar yang ada di Kabupaten Langkat dan akan diambil 4 pasar untuk diteliti yaitu Pasar Baringin di Kecamatan Kuala, Pasar Stabat Baru di Kecamatan Stabat, Pusat Pasar Kota di Kecamatan Tanjung Pura dan Pusat Pasar di Brandan dengan pertimbangan 4 pasar tersebut adalah pasar terbesar di Kabupaten Langkat dan hal ini sesuai dengan pendapat Gray,. et al (1996) menyatakan bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan pada desain penelitian yang digunakan untuk populasi yang relatif kecil minimal 20% populasi.


(32)

Tabel 4. Banyak Pasar Menurut Kecamatan Kabupaten Langkat

No Kecamatan Banyaknya pasar

1 Bahorok 1

2 Serapit -

3 Salapian 1

4 Kutambaru -

5 Sei Bingai 1

6 Kuala 1

7 Selesai 1

8 Binjai -

9 Stabat 1

10 Wampu -

11 Batang Serangan -

12 Sawit Seberang -

13 Padang Tualang -

14 Hinai -

15 Secanggang 1

16 Tanjung Pura 1

17 Gebang 1

18 Babalan 1

19 Sei Lepan -

20 Berandan Barat 1

21 Besitang 1

22 Pangkalan Susu 1

23 Pematang Jaya 1

Jumlah 14


(33)

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Langkat, 2012

Metode Penentuan Sampel

Pedagang

Metode penentuan respoden dilakukan dengan metode Accidental sampling (penelurusan) yaitu responden yang ada pada saat didatangin ke pasar dan bersedia untuk diwawancarai (Khoirunnisa, 2008).

Konsumen

Metode penentuan respoden dilakukan dengan mengambil 40 jiwa responden dari seluruh konsumen telur ayam ras di Kabupaten Langkat, masing-masing 10 respoden disetiap pasar yaitu konsumen yang sedang membeli telur ayam ras. Responden yang diambil dalam penelitian adalah responden sesuai dengan Teori Bailey yang menyatakan untuk penelitian yang menggunakan analisa statistik, ukuran responden paling minimum 30 orang (Khoirunnisa, 2008).

Metode Pengambilan Data

Berdasarkan sumbernya, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu:

1. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan di pasar tradisional serta wawancara kepada konsumen yang sedang membeli telur dan pedagang telur. Untuk memudahkan dalam proses wawancara digunakan kuesioner atau daftar pertanyaan.

2. Data sekunder diperoleh dari buku-buku, laporan-laporan penelitian sebelumnya, instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara dan instansi terkait lainnya.


(34)

Metode Analisis Data

a. Data yang dibutuhkan terhadap analisis harga dan elastisitas pemasaran telur ayam ras adalah harga beli pedagang, biaya pemasaran, profit/keuntungan dan jumlah telur yang tersedia.

1. Elastisitas Permintaan

Pada elastisitas permintaan terhadap harga variabel yang menyebabkan perubahan jumlah yang diminta adalah harga telur ayam ras itu sendiri.

Ed =

2. Elastisitas penawaran

Pada elastisitas penawaran terhadap perubahan harga yang ditawarkan mempengaruhi jumlah telur yang ditawarkan.

Es =

(Pracoyo, 2006).

b. Analisis harga dan elastisitas pemasaran terhadap permintaan telur ayam ras dengan faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Data yang dibutuhkan adalah harga telur ayam ras, pendapatan rata-rata keluarga/bulan, jumlah tangggungan dan harga komoditi lain (barang substitusi) dengan menggunakan rumus:

Y= α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + µ Keterangan:

Y : Jumlah permintaan telur ayam ras (butir/bulan). α : Koefisien intercept (konstanta).

B1, b2, b3, b4 : Koefisien regresi.

X1 : Harga beli konsumen (Rp/butir).


(35)

X2 : Pendapatan rata-rata (Rp/bulan). X3 : Jumlah tanggungan (Jiwa). X4 : Harga komoditi lain (Rp/butir). µ : Variabel lain yang tidak diteliti. (Sudjana, 2005).

Definisi Operasional

1. Permintaan telur ayam ras adalah jumlah

telur ayam ras yang dibeli konsumen dalam jumlah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu (butir/bulan).

2. Harga beli konsumen adalah harga yang telah

ditetapkan pedagang telur ayam ras kepada konsumen (Rp/butir).

3. Jumlah telur ayam ras yang ditawarkan adalah jumlah telur ayam ras yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumen pada waktu tertentu (butir/bulan). 4. Harga beli pedagang telur ayam ras adalah harga yang dibayarkan pedagang

telur kepada pemasok telur ayam ras (Rp/butir).

5. Profit adalah keuntungan yang diperoleh pedagang telur ayam ras (Rp). 6. Jumlah telur yang tersedia adalah jumlah rata-rata telur ayam ras yang

diperoleh pedagang telur ayam ras dari pemasok setiap bulannya (butir/bulan). 7. Pedagang telur ayam ras adalah pedagang yang berjualan telur ayam ras. 8. Pasar adalah tempat pedagang dan konsumen melakukan transaksi jual beli

telur ayam ras.

9. Pendapatan konsumen diperoleh pada awal bulan, sehingga pendapatan tinggi pada awal bulan dan rendah pada akhir bulan. Pendapatan tinggi pada minggu pertama dan kelima serta pendapatan rendah pada minggu keempat dan kedelapan.


(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Harga Beli Pedagang dari Produsen Telur

Berikut ini adalah harga beli pedagang dari produsen telur dalam 8 minggu di Kabupaten Langkat:

Tabel 5 Harga Telur didasarkan Pada Pembelian Pedagang Kepada Produsen(Rp/Butir)

Nama Toko

Harga (Rp/Butir)

I II III IV V VI VII VIII Stabat:

Apo 950 950 1.010 1.010 990 950 920 900

Ali 1.033 1.033 1.050 1.050 930 940 983 967

Asiong 1.033 1.033 1.050 1.050 1.033 1.050 1.017 1.00 0

Aro 1.033 1.033 1.050 1.050 1.033 1.050 1.016 1.05 0 Elpis 1.033 1.033 1.050 1.050 1.033 1.050 1.016 990

Sabar.S 1.033 1.033 1.050 1.050 1.033 1.050 1.016 1.00 0 Kuala:

Hafsiah 970 970 1.030 1.030 1.010 970 940 920 Rehna.S 967 1.000 1.033 1.033 1.016 1.000 950 933

Ummi 960 960 1.020 1.020 1.000 1.000 930 910

Brandan:

Santo 930 930 1.030 1.010 970 960 910 890

Prihati.M 960 960 1.060 1.040 1.000 990 940 910


(37)

T. Pura: Haji

Irwan 950 950 1.050 1.030 990 990 930 900

Topik 970 970 1.070 1.050 1.010 1.000 950 920

Rata-Rata 986 989 1.043 1.036 1.004 1.000 963 945 Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan pada Tabel 5 diketahui bahwa harga beli pedagang dari produsen telur yang tertinggi yaitu pada minggu ketiga di bulan Agustus 2014 dengan harga sebesar Rp 1.043/butir. Hal ini dikarenakan pada minggu ketiga bulan agustus stok telur produsen sedikit yang diakibatkan tingginya permintaan telur pada bulan ramadhan dan saat lebaran. Data perkembangan harga beli pedagang juga dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Telur pada bulan ramadhan dan saat lebaran. Data perkembangan harga beli pedagang juga dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Gambar 1. Grafik Harga Beli Pedagang


(38)

Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa harga beli pedagang selalu berubah-ubah setiap minggunya, namun perbedaan tersebut tidak terlalu signifikan. Dimana harga tertinggi mencapai Rp 1.043/butir pada minggu ketiga dan harga terendah mencapai Rp 945/butir pada minggu kedelapan. Menurut Nurhayati (2012), perubahan harga telur ayam disebabkan oleh (a) adanya pengaruh perubahan iklim, (b) banyaknya telur yang dikirim keluar wilayah, (c) adanya penjualan ayam afkir, pada saat harga telur ayam turun di bulan ramadhan peternak akan menutupi kerugiannya dengan menjual ayam afkir.

Jumlah Penawaran Telur

Berikut ini adalah jumlah penawaran telur dalam 8 minggu di Kabupaten Langkat:

Tabel 6 Jumlah Penawaran Telur di Kabupaten Langkat Nama

Toko

Jumlah Telur (Butir)

I II III IV V VI VII VIII

Stabat

Apo 30000 30000 45000 45000 45000 45000 45000 37500

Ali 1200 1800 1500 1600 1500 1200 1800 1200

Asiong 1200 1500 1200 1200 2400 3000 3000 2400

Aro 1500 1500 1200 1500 1500 1500 1200 600

Elpis 2100 2100 2100 2100 2100 2100 2100 2100

Sabar 2100 2100 2100 2100 2100 2100 2100 2100 Kuala

Hafsiah 4200 4200 3600 3600 4200 4100 3900 3900 Rehna 600 600 300 300 300 300 300 600


(39)

Ummi 12000 12000 9000 9000 9000 8400 12000 12000 Brandan

Santo 8400 10200 7500 8700 7500 7400 8400 10500

Prihati 4200 4200 4500 4200 4500 4500 4500 4500 T.Pura

H. Irwan 4200 4200 3000 3000 5400 4200 4200 4200

Topik 2100 2100 2100 2100 4500 5250 5400 5400

Rata-Rata 5.677 5.885 6.392 6.492 6.923 6.850 7.223 6.692 Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan data pada Tabel 6 diketahui bahwa jumlah penawaran telur yang tertinggi yaitu pada minggu ketujuh atau minggu ketiga di bulan September 2014 dengan jumlah penawaran telur sebesar 7.223 butir. Data perkembangan jumlah penawaran telur di Kabupaten Langkat dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Gambar 2. Grafik Jumlah Penawaran Telur

Jumlah telur yang tersedia yang diperoleh pedagang dari pemasok sangat mempengaruhi penawaran pedagang. Ketika jumlah telur yang tersedia banyak maka


(40)

harga akan turun dan sebaliknya ketika jumlah telur yang tersedia sedikit maka harga akan naik. Sukirno (2003), menyatakan bahwa hukum penawaran pada dasarnya makin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual.

Elastisitas Penawaran Telur

Elastisitas penawaran diartikan sebagai suatu alat untuk mengukur respon produsen terhadap perubahan harga. Dalam hal ini, elastisitas penawaran telur dilihat dari perubahan jumlah penawaran telur akibat harga beli dari produsen yang berubah setiap minggunya.

Berdasarkan data pada Tabel 5 dan 6 diatas, maka nilai elastisitas penawaran telur di Kabupaten Langkat diperoleh sebagai berikut:

Tabel 7 Nilai Elastisitas Penawaran Telur di Kabupaten Langkat Harga Beli

(Rp/Butir)

Jlh Penawaran

(Butir) Es Sifat

Minggu I 986 5.677

Minggu II 989 5.885 12,04 Elastis

Minggu III 1.043 6.392 1,58 Elastis

Minggu IV 1.036 6.492 2,33 Elastis

Minggu V 1.004 6.923 2,15 Elastis

Minggu VI 1.000 6.850 2,65 Elastis

Minggu VII 963 7.223 1,47 Elastis

Minggu VIII 945 6.692 3,93 Elastis

Pada Tabel diatas dapat dilihat bahwa:


(41)

1. Perubahan harga telur Rp 3/butir pada minggu pertama ke minggu kedua menyebabkan kenaikan jumlah telur yang ditawarkan sebesar 208 butir, artinya perubahan harga berpengaruh cukup besar terhadap perubahan kuantitas barang yang ditawarkan sehingga nilai elastisitas cukup tinggi yaitu sebesar 12,04.

2. Pada minggu kedua dan ketiga perubahan harga telur sebesar Rp 54/butir menyebabkan kenaikan jumlah telur yang ditawarkan sebesar 507 butir. Nilai elastisitas penawaran diperoleh 1,58, artinya elastisitas penawaran bersifat elastis. 3. Pada minggu ketiga dan keempat perubahan harga telur sebesar Rp 7/butir

menyebabkan kenaikan jumlah telur yang ditawarkan sebesar 100 butir. Nilai elastisitas penawaran diperoleh 2,33 atau bersifat elastis.

4. Pada minggu keempat dan kelima perubahan harga telur sebesar Rp 32/butir menyebabkan kenaikan jumlah telur yang ditawarkan sebesar 431 butir. Nilai elastisitas penawaran diperoleh 2,15 atau bersifat elastis.

5. Pada minggu kelima dan keenam penurunan harga telur sebesar Rp 4/butir menyebabkan penurunan jumlah telur yang ditawarkan sebesar 73 butir. Nilai elastisitas penawaran diperoleh 2,65 atau bersifat elastis.

6. Pada minggu keenam dan ketujuh terjadi perubahan harga telur sebesar Rp 37/butir, menyebabkan kenaikan jumlah penawaran sebesar 373 butir. Nilai

elastisitas penawaran diperoleh 1,47 atau bersifat elastis.

7. Pada minggu ketujuh dan kedelapan terjadi penurunan harga telur sebesar Rp 18/butir dan pedagang merespon penurunan harga tersebut dengan penurunan

jumlah yang ditawarkan sebesar 531 butir. Hal ini berarti elastisitas penawaran telur bersifat elastic.


(42)

2. Harga Telur di Tingkat Konsumen

Berikut ini adalah harga jual pedagang telur dalam 8 minggu di Kabupaten Langkat:

Tabel 8 Harga Telur didasarkan Pada Pembelian Konsumen Kepada Pedagang (Rp/Butir)

Nama Toko

Harga (Rp/Butir)

I II III IV V VI VII VIII Stabat

Apo 1.050 1.050 1.100 1.100 1.100 1.050 1.000 1.000 Ali 1.067 1.033 1.083 1.083 1.067 1.033 1.050 1.000 Asiong 1.083 1.083 1.100 1.100 1.050 1.050 1.033 1.016 Aro 1.066 1.066 1.083 1.083 1.060 1.060 1.050 1.033 Elpis 1.066 1.066 1.083 1.083 1.060 1.060 1.050 1.033 Sabar 1.066 1.066 1.100 1.100 1.066 1.066 1.083 1.050 Kuala

Hafsiah 1.033 1.033 1.100 1.100 1.066 1.033 1.000 983 Rehna 1.066 1.083 1.100 1.100 1.083 1.083 1.050 1.050 Ummi 1.050 1.050 1.250 1.250 1.150 1.150 1.000 1.000 Brandan

Santo 950 950 1.100 1.090 1.000 950 950 950

Prihati 1.000 1.000 1.200 1.250 1.100 1.050 1.000 980 T.Pura

H.Irwan 1.000 1.000 1.100 1.066 1.033 1.000 966 933


(43)

Topik 1.016 1.016 1.116 1.066 1.050 1.033 1.000 966

Rata-Rata 1.040 1.038 1.117 1.113 1.068 1.048 1.018 1.000 Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan data pada Tabel 8 diketahui bahwa harga telur ditingkat konsumen yang tertinggi yaitu pada minggu ketiga di bulan Agustus 2014 dengan harga sebesar Rp 1.117/butir. Hal ini dikarenakan pada minggu ketiga bulan agustus harga beli pedagang dari produsen telur juga tinggi. Pada minggu ketiga stok telur dikandang masih belum stabil dikarenakan tingginya permintaan telur dan ayam potong di bulan ramadhan dan lebaran. Data perkembangan harga jual pedagang juga dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Gambar 3. Grafik Harga Jual Pedagang

Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa harga jual pedagang selalu berubah-ubah setiap minggunya, namun perbedaan tersebut tidak terlalu signifikan. Dimana harga tertinggi mencapai Rp 1.117/butir pada minggu ketiga dan harga terendah mencapai Rp 1.000/butir pada minggu kedelapan.


(44)

Jumlah Permintaan Telur

Berikut ini adalah jumlah permintaan telur dalam 8 minggu di Kabupaten Langkat:

Tabel 9 Jumlah Permintaan Telur di Kabupaten Langkat Nama

Toko

Jumlah Telur (Butir)

I II III IV V VI VII VIII Stabat

Apo 24000 24000 25500 24600 25200 25200 24000 24300

Ali 1050 1050 1000 980 1200 1200 1200 1180

Asiong 1050 1000 950 800 2250 2700 2660 2700

Aro 540 1380 1120 540 1440 1410 1380 1380

Elpis 1860 1890 1860 1920 1980 2010 1980 1920

Sabar 1980 1950 2010 1920 1890 1950 1950 1980 Kuala

Hafsiah 3780 3840 3300 32400 3960 4020 3780 3780

Rehna 540 420 270 100 210 240 270 270

Ummi 11700 11550 8670 8100 8400 8400 9000 9900

Brandan

Santo 7500 9600 6000 7800 6300 7200 7500 7500 Prihati 4430 4520 4220 3450 4320 4250 4410 4520 T.Pura

H.Irwan 4200 3600 2100 2400 4500 3900 3600 3900


(45)

Topik 1800 1950 1500 1800 4200 3600 4500 4500

Rata-Rata 4.956 5.135 4.500 6.678 5.065 5.083 5.095 5.218 Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan data pada Tabel 9 diketahui bahwa jumlah permintaan telur yang tertinggi yaitu pada minggu keempat di bulan Agustus 2014 dengan jumlah permintaan telur sebesar 6.678 butir. Data perkembangan jumlah permintaan telur di Kabupaten Langkat juga dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Gambar 4. Grafik Jumlah Permintaan Telur

Hubungan antara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta adalah positif. Bila pendapatan seseorang/masyarakat meningkat maka akan meningkatkan permintaan terhadap suatu barang. Ini terjadi bila barang yang dimaksud adalah barang yang berkualitas tinggi, namun untuk telur yang merupakan barang inferior (barang bersifat rendahan) maka dengan adanya kenaikan pendapatan, konsumen justru akan mengurangi permintaan terhadap barang tersebut (Pracoyo, 2006).


(46)

Hal ini terlihat pada grafik diatas, dimana jumlah permintaan telur tinggi pada akhir bulan disaat jumlah pendapatan konsumen berkurang.

Selain pendapatan jumlah permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh perubahan harga barang-barang lain, baik atas barang substitusi maupun terhadap harga barang komplementer. Jika barang yang digantikan bergerak naik, maka akan dapat mengakibatkan jumlah permintaan barang penggantinya juga akan ikut mengalami kenaikan (Sukirno, 2003).

Elastisitas Permintaan Telur

Elastisitas permintaan diartikan sebagai suatu alat untuk mengukur respon konsumen terhadap perubahan harga. Dalam hal ini, elastisitas permintaan telur dilihat dari perubahan jumlah permintaan konsumen akibat harga jual telur yang berubah setiap minggunya.

Berdasarkan data pada Tabel 8 dan 9 diatas, maka nilai elastisitas permintaan telur di Kabupaten Langkat diperoleh sebagai berikut:

Tabel 10 Nilai Elastisitas Permintaan Telur di Kabupaten Langkat Harga Jual

(Rp/Butir)

Jlh Permintaan

(Butir) Ed Sifat

Minggu I 1.040 4.956

Minggu II 1.038 5.135 18,78 Elastis

Minggu III 1.117 4.500 1,62 Elastis

Minggu IV 1.113 6.678 135,16 Elastis

Minggu V 1.068 5.065 5,97 Elastis

Minggu VI 1.048 5.083 0,19 Inelastis

Minggu VII 1.018 5.095 0,08 Inelastis

Minggu VIII 1.000 5.218 1,36 Elastis


(47)

Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa:

1. Perubahan harga telur Rp 2/butir pada minggu pertama ke minggu kedua menyebabkan kenaikan permintaan telur sebesar 179 butir, artinya perubahan harga berpengaruh cukup besar terhadap perubahan kuantitas barang yang diminta yang ditunjukkan oleh nilai elastisitas yang cukup tinggi yaitu sebesar 18,78. 2. Pada minggu kedua dan ketiga perubahan harga telur sebesar Rp 79/butir menyebabkan

penurunan jumlah telur yang diminta sebesar 635 butir. Nilai elastisitas permintaan diperoleh 1,62, artinya elastisitas permintaan bersifat elastis.

3. Pada minggu ketiga dan keempat terjadi penurunan harga telur sebesar Rp 4/butir, dan konsumen meresponnya dengan kenaikan jumlah permintaan telur sebesar 2.178 butir. Hal ini menandakan bahwa kepekaan konsumen terhadap perubahan harga sangat tinggi yang ditunjukkan oleh nilai elastisitas yang tinggi yaitu sebesar 135,16 atau permintaan telur bersifat elastis.

4. Pada minggu keempat dan kelima terjadi penurunan harga telur sebesar Rp 45/butir, namun terjadi penurunan jumlah permintaann sebesar 1.613 butir. Nilai elastisitas yang diperoleh sebesar 5,97 atau bersifat elastis.

5. Pada minggu kelima dan keenam terjadi penurunan harga sebesar Rp 20/butir sehingga menyebabkan naiknya permintaan sebesar 18 butir. Perubahan harga pada minggu kelima ke minggu keenam bersifat inelastis (nilai elastisitas sebesar 0,19) karena persentase perubahan jumlah barang yang diminta lebih kecil dibandingakan dengan perubahan harga.

6. Pada minggu keenam dan ketujuh terjadi penurunan harga sebesar Rp 30/butir sehingga menyebabkan permintaan telur naik sebesar 12 butir. Nilai elastisitas permintaan sebesar 0,08 yang artinya bersifat inelastis.


(48)

7. Pada minggu ketujuh dan kedelapan terjadi penurunan harga sebesar Rp 18/butir sehingga menyebabkan permintaan telur naik sebesar 123 butir. Perubahan harga pada minggu ketujuh ke minggu kedelapan bersifat elastis (nilai elastisitas sebesar 1,36) karena persentase perubahan jumlah barang yang diminta lebih besar dibandingakan dengan perubahan harga.

Menurut Pracoyo (2006), faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan akan suatu produk ada 4 yaitu:

4. Banyaknya produk substitusi yang tersedia dipasar pada tingkat harga kompetitif, untuk produk telur barang substitusi yang ada didaerah penelitian yaitu ikan gembung. Pada minggu ketiga nilai elastisitas permintaan telur sangat tinggi dikarenakan harga barang substitusi telur atau harga ikan gembung tinggi sehingga penurunan harga telur membuat konsumen beralih atau lebih memilih telur daripada ikan gembung. Tingginya perubahan jumlah permintaan telur membuat nilai elastisitasnya juga semakin besar.

5. Pengeluaran periode waktu elastisitas permintaan suatu produk lebih elastis dalam jangka panjang dari pada jangka pendek.

6. Derajat kepentingan atau kebutuhan akan produk.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Permintaan Telur Ayam Ras

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan telur ayam ras di Kabupaten Langkat dilakukan dengan metode Ordinary Least Square (OLS) menggunakan alat bantu program SPSS 16.00, dari pengolahan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:

Y = 51,118 – 0,053X1 – 4,141X2 + 9,881X3 + 0,002X4 Signifikan t = (0,192) (0,229) (0,000) (0,001)


(49)

R2 = 0,730 Signifikan F = 0,000 (Sumber: Lampiran 2)

Persamaan regresi linier diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Koefisien regresi X1 (harga telur) bernilai -0,053, artinya setiap kenaikan harga telur sebesar Rp 100 maka akan menyebabkan penurunan jumlah permintaan telur sebanyak 5,3 ≈ 5 butir, dengan asumsi variabel yang lain konstan.

2. Koefisien regresi X2 (pendapatan) bernilai -4,141, artinya setiap kenaikan pendapatan sebesar Rp 1.000.000 maka akan menyebabkan penurunan jumlah permintaan telur sebanyak 4,141 ≈ 4 butir, dengan asumsi variabel yang lain konstan.

3. Koefisien regresi X3 (tanggungan keluarga) bernilai 9,881, artinya setiap penambahan tanggungan 1 orang maka akan menyebabkan penambahan jumlah permintaan telur sebanyak 9,881 ≈ 10 butir dengan asumsi variabel yang lain konstan.

4. Koefisien regresi X4 (harga komoditi lain/ikan gembung) bernilai 0,002, artinya setiap kenaikan harga ikan gembung sebesar Rp 1.000 maka akan menyebabkan penambahan jumlah permintaan telur sebanyak 2 butir dengan asumsi variabel yang lain konstan.

a. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) berfungsi untuk melihat sejauh mana kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependent. Berdasarkan


(50)

hasil output menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,730. Artinya 73% variasi variabel independent harga telur, pendapatan, tanggungan, dan harga ikan gembung mampu menjelaskan variasi variabel dependent jumlah permintaan telur, sedangkan sisanya sebesar 27% mampu dijelaskan oleh variasi variabel independent lainnya yang tidak dimasukkan dalam model.

b. Uji Signifikansi Variabel Secara Serempak (Uji F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independent yang dimasukkan dalam model secara keseluruhan mempunyai pengaruh terhadap variabel dependent. Dari hasil regresi diperoleh nilai signifikansi F adalah 0,000 (≤ 0,05) dengan menggunakan taraf 95% (α=5%) maka dapat disimpulkan bahwa variabel independent yaitu harga telur, pendapatan, tanggungan, dan harga ikan gembung secara serempak berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan telur.

c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi variabel independent secara individu terhadap variabel dependentnya. Adapun hipotesis pada uji t ini adalah sebagai berikut:

H0 : β1 = 0 (Tidak Ada Pengaruh) H1 : β1 ≠ 0 (Ada Pengaruh)

Kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

Jika probability > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak Jika probability < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima


(51)

Berdasarkan hasil regresi diperoleh nilai probability setiap variabel independent, yaitu:

a. Harga telur (X1): 0,192 > 0,05 maka H0 diterima, artinya harga telur tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan telur.

b. Pendapatan (X2): 0,229 > 0,05 maka H0 diterima, artinya pendapatan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan telur.

c. Jumlah tanggungan (X3): 0,000 < 0,05 maka H1 diterima, artinya jumlah tanggungan berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan telur.

d. Harga ikan gembung (X4): 0,001 < 0,05 maka H1 diterima, artinya harga ikan gembung berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan telur.

Harga Telur

Dari hasil regresi diketahui bahwa koefisien regresi harga telur (X1) adalah -0,053 dan signifikansi t sebesar 0,192 artinya harga telur eceran di Kabupaten Langkat memberikan pengaruh yang negatif namun tidak signifikan terhadap jumlah permintaan telur di Kabupaten Langkat.

Pendapatan

Dari hasil regresi diketahui bahwa koefisien regresi pendapatan (X2) adalah -4,141 dan signifikansi t sebesar 0,229 artinya pendapatan memberikan pengaruh yang negatif namun tidak signifikan terhadap jumlah permintaan telur di Kabupaten Langkat. Menurut Pracoyo (2006), hubungan antara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta adalah positif. Bila pendapatan seseorang/masyarakat meningkat maka akan meningkatkan permintaan terhadap suatu barang. Ini terjadi bila barang yang dimaksud adalah barang yang berkualitas tinggi, namun jika barang tersebut


(52)

barang inferior (barang bersifat rendahan) maka dengan adanya kenaikan pendapatan, konsumen justru akan mengurangi permintaan terhadap barang tersebut.

Jumlah Tanggungan

Dari hasil regresi diketahui bahwa koefisien regresi jumlah tanggungan (X3) adalah 9,881 dan signifikansi t sebesar 0,000 artinya jumlah tanggungan memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap jumlah permintaan telur di Kabupaten Langkat.

Makin banyak tanggungan, maka jumlah permintaan akan meningkat. Hal ini berkaitan dengan usaha pemenuhan akan kecukupan kebutuhan setiap individu yang ada di suatu tempat (Sumarwan, 2003).

Harga Ikan Gembung

Dari hasil regresi diketahui bahwa koefisien regresi harga ikan gembung (X4) adalah 0,002 dan signifikansi t sebesar 0,001 artinya harga komoditi lain/harga ikan gembung memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap jumlah permintaan telur di Kabupaten Langkat.

Pengaruh atas suatu barang dari harga barang lain dikarenakan masing-masing barang mempunyai hubungan saling menggantikan fungsi kegunaan, dan juga saling melengkapi. Jika barang yang digantikan bergerak naik, maka akan dapat mengakibatkan jumlah permintaan barang penggantinya juga akan ikut mengalami kenaikan (Sukirno, 2003).

Uji Asumsi Klasik

Adapun hasil dari berbagai uji asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Normalitas


(53)

Uji normalitas dapat dilihat dengan berbagai cara, yaitu berdasarkan grafik histogram dan grafik Normal P-P Plot. Berdasarkan grafik histogram pada lampiran 2 dapat dilihat bahwa distribusi data adalah normal. Berdasarkan grafik Normal P-P Plot terlihat bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, sehingga dikatakan bahwa data berdistribusi normal.

b. Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dapat dilihat berdasarkan nilai VIF dan nilai tolerance. Jika nilai VIF < 10, dan nilai tolerance > 0,1 maka tidak terjadi multikolinieritas. Berdasarkan hasil regresi pada lampiran 2 diperoleh nilai VIF semua variabel < 10 dan nilai tolerance > 0,1 maka dapat disimpulkan bahwa model linier tersebut bebas dari multikolinieritas.

c. Heteroskedastisitas

Berdasarkan hasil output SPSS dapat kita lihat bahwa grafik scatterplot tidak membentuk pola dan tersebar maka dalam penelitian ini data tidak terjadi heteroskedastisitas

.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Amir, T. 2005. Dinamika Pemasaran, Jelajahi dan Rasakan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Arsyad, L. 2000. Ekonomi Manajerial, Ekonomi Mikro Terapan untuk Management Bisnis, Edisi Ketiga. Badan Penelitian Fakultas Ekonomi UGM. Yogyakarta. BPS. 2013. Bagian Kabupaten Langkat. BPS Provinsi Sumatera Utara. Medan.

Cahyono, B. T; 1994. Manajemen Pemasaran, Analisis Agribisnis dan industri. STIE IPWI. Program Magister Mnagemen.

Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian untuk Perencanaan. UI Press. Jakarta. Daryanto, A. 2010. Revitalisasi Pasar Tradisional. Gramedia pustaka Utama. Jakarta

Dinas Pertanian dan Perdagangan Kabupaten Langkat. 2012. Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. Medan.

Dinas Peternakan Kabupaten Langkat. 2012. Database Dinas peternakan Provinsi Sumatera Utara. Dinas Peternakan Sumatera Utara. Medan.

Djojodipuro, M. 1991. Teori Harga. UI Press. Jakarta.

Erlina. 2011. Metodolog Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Fakultas Ekonomi. USU. Medan.

Grey, et al,. 1996. Pengantar Evaluasi Proyek. Gramedia. Jakarta. Kadariah. 1994. Teori Ekonomi Mikro. UI Press. Jakarta.

Kasmir dan Jakfar. 2010. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Kedua. Kencana. Jakarta.


(55)

Khoirunnisa. 2008. Analisa Permintaan Daging Ayam Boiler Konsumen Rumah Tangga di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. IPB. Bogor.

Nurhayati dan Yudha Handian. 2012. Variabilitas Harga Telur Ayam Ras Di Indonesia. Badan Pengkajian: Jakarta.

Rasyaf, M. 1991. Pengelolaan Produksi Telur. Kanisius. Jakarta.

Pracoyo, A. 2006. Aspek Dasar Ekonomi Mikro. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Setiawan, I. 2009. Produksi Telur Ayam kampung di Sisi Ayam Ras. http://www.centralunggas.com. 29 Maret 2010.

Soebarno. 2007. Teori Mikroekonomi. Andi. Yogyakarta. Sudarsono,1990. Pengantar Ekonomi Mikro. LP3ES. Jakarta. Sudiyono, A. 2002. Pemasaran Pertanian UMM Press. Malang. Sudjana. 2005. Metoda Statistika, Edisi Keenam. Tarsito. Bandung.

Sukirno, S. 2003. Pengantar Teori Mikroekonomi, Edisi Ketiga. Grafindo. Jakarta. Sumarwan, V. 2003. Teori Perilaku Konsumen dan Penerapannya dalam Pemasaran.

Ghalia Indonesia. Jakarta.

Supranto, J. 2011. Prilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Edisi kedua. Mitra Wacana Medika. Jakarta

Supriana. 2008. Ekonomi Makro. USU Press. Medan.

Tarmzi, H. 2010. Teori Ekonomi Mikro, Edisi ke empat. USU Press. Medan. Yuwanta, T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. UGM Press. Yogyakarta.

.


(56)

Lampiran 1. Karakteristik Responden No Respon den Tang gungan Harga Ikan Gembu ng Jenis Kelam in Umu r Peker jaan Pendi dikan Pendapat an

1 3 18000 P 43 Karyaw

an SMP 1000000

2 3 18000 P 24 IRT SMA 1000000

3 2 18000 P 35 IRT SMA 1400000

4 1 18000 P 55 Guru S1 2000000

5 2 18000 P 50 PNS D3 2500000

6 1 18000 P 23 IRT SMA 1300000

7 2 18000 P 52 IRT SD 1000000

8 2 18000 P 39 Petani SMA 2500000

9 1 18000 P 21 IRT SMA 1300000

10 2 18000 L 24 Guru S1 1000000

11 3 16000 P 45 Pedagan

g SMA 1500000

12 6 16000 P 56 IRT SMA 1500000

13 2 16000 L 27 Petani SMA 2500000

14 4 16000 L 35 Pedagan

g SMP 2000000

15 4 16000 P 40 Karyaw

an SMA 1000000

16 2 16000 L 28 Wirasw

asta S1 3000000

17 4 16000 P 19 Karyaw

an SMP 1000000

18 2 16000 P 32 PNS S1 3000000

19 4 16000 P 35 IRT S1 2000000

20 2 16000 P 26 Petani SMA 1500000


(57)

21 3 30000 P 42 Pedagan

g SMA 2000000

22 2 30000 P 33 Guru S1 1500000

23 2 30000 P 20 Karyaw

an SMP 1000000

24 2 30000 L 41 Pedagan

g SMA 3500000

25 1 30000 P 27 Karyaw

an S1 3000000

26 2 30000 P 25 Karyaw

an S1 2000000

27 5 30000 P 42 PNS S1 3000000

No Respon den Tang gungan Harga Ikan Gembu ng Jenis Kelam in Umu r Pekerja an Pendidik an Pendapat an

28 2 30000 P 38 Petani SMA 1200000

29 1 30000 P 24 Guru SMA 1500000

30 3 30000 P 26 Karyaw

an S1 1500000

31 4 22000 P 28 IRT SMA 2000000

32 3 22000 L 38 Pedagan

g SMA 2500000

33 5 22000 P 42 Petani SMA 2000000

34 2 22000 P 33 PNS S1 2800000

35 5 22000 P 40 IRT SMA 2000000

36 2 22000 L 35 Pedagan

g SMA 2800000

37 4 22000 P 43 Karyaw

an S1 1500000

38 3 22000 P 28 Karyaw

an S1 2200000

39 2 22000 P 27 Karyaw

an D3 2000000

40 2 22000 P 50 IRT SMA 1200000


(58)

Lampiran 2. Output Pengolahan Data Penelitian dengan SPSS Versi 16 Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N Jumlah Permintaan Telur 51.5000 20.07039 40 Harga Telur 1.0370E3 66.58000 40

Pendapatan 1.8800 .70464 40

Tanggungan 2.6750 1.24833 40

Harga Komoditi Lain 2.1500E4 5430.20989 40

Correlations Jumlah Permintaan Telur Harga Telur Pendapata n Tanggung an Harga Komoditi Lain Pearson Correlatio n Jumlah Permintaan Telur

1.000 -.109 -.143 .593 .275

Harga Telur -.109 1.000 .212 -.191 .463 Pendapatan -.143 .212 1.000 -.063 .169 Tanggungan .593 -.191 -.063 1.000 -.138 Harga Komoditi

Lain .275 .463 .169 -.138 1.000

Sig. (1-tailed)

Jumlah Permintaan Telur

. .251 .190 .000 .043


(59)

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 Harga Komoditi

Lain,

Tanggungan, Pendpatan, Harga Telur a

. Enter

a. All requested variables entered.

Model Summaryb

Mod el R

R Squa re Adjuste d R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F Chang

e df1 df2

Sig. F Change 1 .730a .533 .480 14.47783 .533 9.987 4 35 .000 1.435 a. Predictors: (Constant), Harga Komoditi Lain,

Tanggungan, Pendapatan, Harga Telur

b. Dependent Variable: Jumlah Permintaan Telur

ANOVAb

Harga Telur .251 . .094 .119 .001

Pendapatan .190 .094 . .350 .149

Tanggungan .000 .119 .350 . .198

Harga Komoditi

Lain .043 .001 .149 .198 .

N Jumlah

Permintaan Telur

40 40 40 40 40

Harga Telur 40 40 40 40 40

Pendapatan 40 40 40 40 40

Tanggungan 40 40 40 40 40

Harga Komoditi

Lain 40 40 40 40 40


(60)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 8373.734 4 2093.433 9.987 .000a

Residual 7336.266 35 209.608 Total 15710.000 39

a. Predictors: (Constant), Harga Komoditi Lain, Tanggungan, Pendapatan, Harga Telur

b. Dependent Variable: Jumlah Permintaan Telur

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardize d

Coefficient s

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 51.118 38.937 1.313 .198

Harga Telur -.053 .040 -.177 -1.329 .192 .752 1.329 Pendapatan -4.141 3.379 -.145 -1.226 .229 .948 1.055 Tanggungan 9.881 1.895 .615 5.213 .000 .960 1.042 Harga

Komoditi Lain

.002 .000 .467 3.564 .001 .778 1.285

a. Dependent Variable: Jumlah Permintaan


(61)

(62)

Lampiran 3. Rata-Rata Harga Ikan Gembung (Rp/Kg) di Kabupaten Langkat Pada Bulan Agustus dan September 2014

Minggu Stabat Brandan Kuala Tanjung Pura

Rata-Rata Kabupaten Langkat

I 18.000 16.000 30.000 22.000 21.500

II 18.000 17.000 30.000 23.000 22.000

III 18.000 16.000 29.000 20.000 20.750

IV 22.000 20.000 32.000 26.000 25.000

V 18.000 18.000 30.000 22.000 22.000

VI 18.000 17.000 30.000 23.000 22.000

VII 18.000 17.000 30.000 22.000 22.000

VIII 20.000 18.000 30.000 23.000 22.750


(1)

21 3 30000 P 42 Pedagan

g SMA 2000000

22 2 30000 P 33 Guru S1 1500000

23 2 30000 P 20 Karyaw

an SMP 1000000

24 2 30000 L 41 Pedagan

g SMA 3500000

25 1 30000 P 27 Karyaw

an S1 3000000

26 2 30000 P 25 Karyaw

an S1 2000000

27 5 30000 P 42 PNS S1 3000000

No Respon den Tang gungan Harga Ikan Gembu ng Jenis Kelam in Umu r Pekerja an Pendidik an Pendapat an

28 2 30000 P 38 Petani SMA 1200000

29 1 30000 P 24 Guru SMA 1500000

30 3 30000 P 26 Karyaw

an S1 1500000

31 4 22000 P 28 IRT SMA 2000000

32 3 22000 L 38 Pedagan

g SMA 2500000

33 5 22000 P 42 Petani SMA 2000000

34 2 22000 P 33 PNS S1 2800000

35 5 22000 P 40 IRT SMA 2000000

36 2 22000 L 35 Pedagan

g SMA 2800000

37 4 22000 P 43 Karyaw

an S1 1500000

38 3 22000 P 28 Karyaw

an S1 2200000

39 2 22000 P 27 Karyaw

an D3 2000000

40 2 22000 P 50 IRT SMA 1200000


(2)

Lampiran 2. Output Pengolahan Data Penelitian dengan SPSS Versi 16

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N Jumlah Permintaan Telur 51.5000 20.07039 40 Harga Telur 1.0370E3 66.58000 40 Pendapatan 1.8800 .70464 40 Tanggungan 2.6750 1.24833 40 Harga Komoditi Lain 2.1500E4 5430.20989 40

Correlations

Jumlah Permintaan Telur

Harga Telur

Pendapata n

Tanggung an

Harga Komoditi Lain Pearson

Correlatio n

Jumlah Permintaan Telur

1.000 -.109 -.143 .593 .275

Harga Telur -.109 1.000 .212 -.191 .463 Pendapatan -.143 .212 1.000 -.063 .169 Tanggungan .593 -.191 -.063 1.000 -.138 Harga Komoditi

Lain .275 .463 .169 -.138 1.000 Sig.

(1-tailed)

Jumlah Permintaan Telur

. .251 .190 .000 .043


(3)

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 Harga Komoditi

Lain,

Tanggungan, Pendpatan, Harga Telur a

. Enter

a. All requested variables entered.

Model Summaryb

Mod el R

R Squa re Adjuste d R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F Chang

e df1 df2

Sig. F Change 1 .730a .533 .480 14.47783 .533 9.987 4 35 .000 1.435 a. Predictors: (Constant), Harga Komoditi Lain,

Tanggungan, Pendapatan, Harga Telur

b. Dependent Variable: Jumlah Permintaan Telur

ANOVAb

Harga Telur .251 . .094 .119 .001 Pendapatan .190 .094 . .350 .149 Tanggungan .000 .119 .350 . .198 Harga Komoditi

Lain .043 .001 .149 .198 . N Jumlah

Permintaan Telur

40 40 40 40 40

Harga Telur 40 40 40 40 40 Pendapatan 40 40 40 40 40 Tanggungan 40 40 40 40 40 Harga Komoditi

Lain 40 40 40 40 40


(4)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 8373.734 4 2093.433 9.987 .000a

Residual 7336.266 35 209.608 Total 15710.000 39

a. Predictors: (Constant), Harga Komoditi Lain, Tanggungan, Pendapatan, Harga Telur

b. Dependent Variable: Jumlah Permintaan Telur

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardize d

Coefficient s

t Sig.

Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 51.118 38.937 1.313 .198

Harga Telur -.053 .040 -.177 -1.329 .192 .752 1.329 Pendapatan -4.141 3.379 -.145 -1.226 .229 .948 1.055 Tanggungan 9.881 1.895 .615 5.213 .000 .960 1.042 Harga

Komoditi Lain

.002 .000 .467 3.564 .001 .778 1.285

a. Dependent Variable: Jumlah Permintaan


(5)

(6)

Lampiran 3. Rata-Rata Harga Ikan Gembung (Rp/Kg) di Kabupaten Langkat Pada Bulan Agustus dan September 2014

Minggu Stabat

Brandan Kuala

Tanjung

Pura

Rata-Rata

Kabupaten

Langkat

I

18.000 16.000 30.000 22.000

21.500

II

18.000 17.000 30.000 23.000

22.000

III

18.000 16.000 29.000 20.000

20.750

IV

22.000 20.000 32.000 26.000

25.000

V

18.000 18.000 30.000 22.000

22.000

VI

18.000 17.000 30.000 23.000

22.000

VII

18.000 17.000 30.000 22.000

22.000

VIII

20.000 18.000 30.000 23.000

22.750