Kompos Pengolahan Limbah Organik untuk Kompos

17 pabrik pupuk. Pada umumnya pupuk ini bersifat organik karena tediri dari senyawa-senyawa organik. Meskipun demikian ada juga pupuk alam yang berbentuk senyawa anorganik misalnya Fosfat alam. Pupuk alam dibedakan menjadi pupuk alam organik dan pupuk alam anorganik. Pupuk alam organik berperan dalam hal perbaikan sifat-sifat fisik tanah, sedangkan pupuk alam anorganik berperan dalam penambahan hara tanah. Pupuk organik mempunyai keunggulan dan kelemahan. Beberapa keunggulan dari pupuk organik adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan kandungan bahan organik dalam tanah 2. Memperbaiki struktur tanah 3. Meningkatkan kemampuan tanah menyimpan air water holding capacity 4. Meningkatkan aktivitas kehidupan biologi tanah 5. Meningkatkan kapasitas tukar kation tanah 6. Mengurangi fiksasi fosfat oleh Al dan Fe pada tanah masam dan 7. Meningkatkan ketersediaan hara di dalam tanah Beberapa kelemahan dari pupuk alam organik adalah sebagai berikut: 1. Kandungan haranya rendah 2. Relatif sulit memperolehnya dalam jumlah banyak 3. Tidak dapat diaplikasikan secara langsung ke dalam tanah, tetapi harus melalui suatu proses dekomposisi 4. Pengangkutan dan aplikasinya mahal karena dibutuhkan dalam jumlah banyak. Jenis-jenis pupuk organik yaitu pupuk kandang, pupuk hijau, pupuk kompos, guano, tepung tulang, night soil, tepung ikan, dan tepung darah. Sutedjo, 2002

2.2.1. Kompos

Pupuk kompos merupakan hasil akhir dari dekomposisi atau fermentasi dari tumpukan sampah-sampah organik yang berasal dari tumbuhan atau tanaman Universitas Sumatera Utara 18 ataupun yang berasal dari hewan. Ada beberapa alasan pentingnya pembuatan kompos, antara lain: 1. Untuk memenuhi keperluan bahan organik yang cukup akibat aktivitas atau kegiatan pertanian maka pemakaian pupuk kandang dan memperolehnya dalam jumlah yang cukup banyak cukup sulit, selain itu penanaman pupuk hijau selalu kurang berhasil. 2. Petani agak enggan atau merasa keberatan bila harus mengorbankan tanahnya untuk tidak ditanami tanaman utama yang dapat memberikan hasil 3. Sumber bahan organik untuk dibuat kompos seperti sampah-sampah kota dan limbah pertanian. Beberapa kegunaan kompos adalah:  Memperbaharui struktur tanah  Memperkuat daya ikat agregat zat hara tanah pesisir  Meningkatkan daya tahan dan daya serap air  Memperbaharui drainase dan pori-pori dalam tanah  Menambah dan mengaktifkan unsur hara. Nugroho, 2010 Bahan organik dari sampah-sampah kota dan limbah pertanian dalam jumlah yang banyak tidak dapat digunakan langsung sebagai pupuk tetapi harus terlebih dahulu didekomposisikan sehingga melapuk dengan tingkat CN yang rendah 10-12. Sutedjo, 2002

2.2.2. Pengolahan Limbah Organik untuk Kompos

Pengomposan merupakan praktek tertua untuk menyiapkan pupuk organik yang selanjutnya dikembangkan menjadi kunci teknologi daur ulang limbah pemukiman dan perkotaan. Pengomposan diartikan sebagai proses biologi oleh kegiatan mikroorganisme dalam menguraikan bahan organik menjadi bahan semacam humus. Universitas Sumatera Utara 19 1. Proses pengomposan Kompos dibuat dari bahan organik yang berasal dari macam-macam sumber. Dengan demikian kompos merupakan sumber bahan organik dari nutrisi tanaman. Kemungkinan bahan dasar kompos mengandung selulosa 15-60, hemiselulosa 10-30, lignin 5-30, protein 5-40, bahan mineral 3-5, disamping itu terdapat bahan larut air panas dan dingin gula, asam amino, urea, garam amonium sebanyak 2-30 dan 1-5 lemak yang larut eter dan alkohol. Komponen organik ini mengalami proses dekomposisi dibawah kondisi mesofilik dan termofilik. Pengomposan dengan metode timbunan di permukaan tanah akan memakan waktu 3-4 bulan. 2. Proses Mikrobiologis Konversi biologi bahan organik dilaksanakan oleh bermacam-macam organisme heterotropik seperti bakteri, fungi, Actinomycetes, dan protozoa. Organisme tersebut mewakili flora dan fauna. Selama proses pengomposan berlangsung, perubahan secara kualitatif dan kuantitatif, terjadi pada tahap awal akibat perubahan lingkungan beberapa spesies flora menjadi aktif dan berkembang dalam waktu yang relatif singkat, dan kemudian hilang untuk memberikan kesempatan kepada jenis lain untuk berkembang. Pada minggu kedua dan ketiga, kelompok yang berperan aktif pada proses pengomposan dapat diidentifikasi yakni: bakteri amonifikasi, bakteri proteolitik, bakteri pektonilitik, dan bakteri penambat nitrogen. Mulai hari ketujuh kelompok mikroba meningkat dan setelah hari keempat belas terjadi penurunan jumlah kelompok. Kemudian terjadi kenaikan populasi kembali selama minggu keempat. Mikroorganisme yang berperan adalah mikroorganisme selulopatik, lignolitik, dan fungi. Sutanto, R.2002 Pembuatan kompos adalah dengan menumpukkan bahan-bahan organik dan membiarkannya terurai menjadi bahan-bahan yang mempunya nisbah CN yang rendah telah melapuk. Beberapa alasan pengomposan bahan organik antara lain: 1. Kita tidak selalu mempunyai pupuk kandang atau bahan-bahan organik lain pada saat kita memerlukannya. Seringkali kita harus membiarkannya sampai tiba saat yang tepat untuk menggunakannya. Jadi pembuatan Universitas Sumatera Utara 20 pupuk kompos merupakan cara penyimpanan bahan organik sebelum dipergunakan sebagai pupuk. 2. Struktur bahan organik sangat kasar dan daya ikatnya terhadap air kecil. Bila bahan ini langsung dibenamkan ke dalam tanah akan terjadi persaingan unsur N atau bakteri pengurai N dan tanaman yang tumbuh di atasnya. Selain itu tanah akan terdispersi. Hal ini mungkin baik pada tanah-tanah yang mengadung liat tinggi, tapi tidak demikian pada tanah- tanah berpasir. 3. Bila tanah cukup mengandung udara dan air, peruraian bahan organik akan berlangsung cepat. Akibatnya jumlah CO 2 di dalam tanah akan meningkat dengan cepat, dan hal ini dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. 4. Pada pembuatan kompos biji-biji gulma, benih, hama dan penyakit bisa mati karena panas. 5. Seringkali dilakukan pembakaran bahan organik sebagai usaha mempercepat proses mineralisasi. Dengan cara ini tidak akan diperoleh penambahan humus dan N ke dalam tanah, karena habis terbakar. Oleh karena itu diperlukan pembuatan kompos. Bahan organik tidak dapat langsung digunakan atau dimanfaatkan oleh tanaman karena perbandingan CN dalam bahan baku tersebut relative tinggi atau tidak sama denga CN tanah. Nilai CN tanah sekitar 10-12. Apabila bahan organik mempunyai kandungan CN mendekati atau sama dengan CN tanah maka bahan tersebut dapat digunakan atau diserap tanaman. Prinsip pengomposan adalah menurunkan CN rasio bahan organik sehingga sama dengan tanah. Lingga, 2002 2.3.Starter Kompos 2.3.1. Effective Microorganism 4 EM4 Effective mikroorganism 4 merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan yang bermanfaat bagi kesuburan tanah maupun pertumbuhan dan produksi tanaman, serta ramah lingkungan. Mikroorganisme yang akan ditambahkan akan membantu memperbaiki kondisi biologi tanah dan dapat Universitas Sumatera Utara 21 membantu penyerapan unsur hara. EM4 mengandung mikroorganisme fermentasi dan sintetik yang terdiri dari bakteri asam laktat lactobacillus sp., bakteri fotosintetik Rhodopseudomonas sp., Actinomycetes sp., Streptomyces sp., dan ragi yeast. Efek EM4 bagi tanaman tidak terjadi secara langsung. Penggunaan EM4 akan lebih efisien bila terlebih dahulu ditambahkan bahan organik yang berupa pupuk organik ke dalam tanah. EM4 akan mempercepat fermentasi bahan organik sehingga unsur hara yang terkandung akan cepat terserap dan tersedia bagi tanaman. Selain bermanfaat bagi peningkatan kesuburan tanah dan tanaman, EM4 juga sangat efektif digunakan sebagai pestisida hayati yang bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan tanaman, EM4 juga bermanfaat untuk sektor perikanan dan peternakan. Marsono, 2005 Fungsi Effective Microorganism 4 EM4 1. Bakteri Fotosintetik Bakteri ini merupakan bakteri bebas yang dapat mensintesis senyawa nitrogen, gula, dan substansi bioaktif lainnya. Hasil metabolit yang diproduksi dapat diserap secara langsung oleh tanaman dan tersedia sebagai sumber substrat untuk perkembangbiakan yang menguntungkan. 2. Lactobacillus sp. Bakteri yang memproduksi asam laktat sebagai hasil penguraian gula dan karbohidrat lain yang bekerja sama dengan bakteri fotosintesis dan ragi. Asam laktat ini merupakan bahan sterilisasi yang kuat dapat menekan mikroorganisme berbahaya dan dapat menguraikan bahan organik dengan cepat. 3. Streptomyces sp. Streptomyces sp. mengeluarkan enzim streptomisin yang bersifat racun terhadap hama dan penyakit yang merugikan. 4. RagiYeast Ragi memproduksi substansi yang berguna bagi tanaman dengan cara fermentasi. Substansi bioaktif yang dihasilkan oleh ragi berguna untuk pertumbuhan sel. Ragi ini juga berperan dalam perkembangbiakan atau pembelahan mikroorganisme. Universitas Sumatera Utara 22 5. Actinomycetes Actinomycetes merupakan mikroorganisme peralihan antara bakteri dan jamur yang mengambil asam amino dan zat serupa yang diproduksi bakteri fotosintesis dan mengubahnya menjadi antibiotik untuk mengendalikan patogen, menekan jamur dan bakteri berbahaya dengan cara menghancurkan kitin yaitu zat esensial untuk pertumbuhannya. Actinomycetes juga dapat menciptakan kondisi yang baik bagi perkembangan mikroorganisme lain. Yovita. 2005

2.3.2. Tanah Gambut

Dokumen yang terkait

Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap Kandungan N, P dan K dari Limbah Pembuatan Minuman Teh Sosro dengan Penambahan Effective Microorganisme (EM4)

1 51 85

Studi Perbandingan Kandungan C, N, C/N, P, Dan K Di Dalam Kompos Kembang Bulan (Tithoni diversifolia Dan Daun Nippon (Euphatorium odoratum L.) Dengan Variasi Waktu Pengomposan

2 51 99

Perbandingan Kadar C, N, P, dan K Dalam Kandungan Pupuk Kompos dari Limbah Sayuran Sawi dengan Menggunakan Bakteri EM4, Tanah Gambut, dan Tanpa Starter

3 39 62

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI LIMBAH ORGANIK DENGAN AKTIVATOR EM4 DAN ANALISIS N P K PADA PUPUK CAIR ORGANIK.

2 13 19

Perbandingan Kadar C, N, P, dan K Dalam Kandungan Pupuk Kompos dari Limbah Sayuran Sawi dengan Menggunakan Bakteri EM4, Tanah Gambut, dan Tanpa Starter

0 0 9

Perbandingan Kadar C, N, P, dan K Dalam Kandungan Pupuk Kompos dari Limbah Sayuran Sawi dengan Menggunakan Bakteri EM4, Tanah Gambut, dan Tanpa Starter

0 0 2

Perbandingan Kadar C, N, P, dan K Dalam Kandungan Pupuk Kompos dari Limbah Sayuran Sawi dengan Menggunakan Bakteri EM4, Tanah Gambut, dan Tanpa Starter

0 0 4

Perbandingan Kadar C, N, P, dan K Dalam Kandungan Pupuk Kompos dari Limbah Sayuran Sawi dengan Menggunakan Bakteri EM4, Tanah Gambut, dan Tanpa Starter

0 0 14

Perbandingan Kadar C, N, P, dan K Dalam Kandungan Pupuk Kompos dari Limbah Sayuran Sawi dengan Menggunakan Bakteri EM4, Tanah Gambut, dan Tanpa Starter

0 0 2

Perbandingan Kadar C, N, P, dan K Dalam Kandungan Pupuk Kompos dari Limbah Sayuran Sawi dengan Menggunakan Bakteri EM4, Tanah Gambut, dan Tanpa Starter

0 0 12