BAB II KAJIAN PUSTAKA
Setiap penelitian memerlukan kejelasan landasan berpikir dalam menyoroti permasalahan. Secara umum, dapat dikatakan bahwa ancangan mikro
dalam teori-teori sosial sebenarnya merupakan suatu awal yang baik dalam melakukan kegiatan ilmiah sesungguhnya, sebab peneliti dapat berhati-hati
terlebih dahulu secara terperinci. Oleh karena itu, teori digunakan peneliti untuk memandu penelitian dan sebagai kajian pustaka, sehingga perlu disusun suatu
teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti. Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap
relevan adalah teori komunikasi, komunikasi antar pribadi, eskalasi hubungan dalam komunikasi antarpribadi, komunikasi budaya konteks tinggi dan konteks
rendah, teori self disclosure dan teori penetrasi sosial.
2.1 Komunikasi
2.1.1 Definisi Komunikasi Istilah komunikasi menurut Cherry yang dikutip oleh Hafied Cangara
berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang
atau lebih. Komunikasi juga berasal dari bahasa latin yang artinya membagi Cangara, 2007 : 18. Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi
yang benar atau yang salah. Seperti model atau teori, definisi harus dilihat dari kemanfaatan untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan
mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, misalnya komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media elektronik. Atau terlalu
luas, misalnya komunikasi adalah interaksi antara dua pihak atau lebih sehingga peserta komunikasi memahami pesan yang disampaikan. Banyak pengertian dari
para ahli yang memberikan definisi mengenai komunikasi berdasarkan sudut pandang mereka masing-masing. Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D.
Lasswell bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan,
melalui saluran apa, kepada siapa, dan apa pengaruhnya” Cangara, 2007 : 18.
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi menurut Hovland adalah proses mengubah perilaku orang lain communication is the procces to modify the behaviour of other individuals.
Jadi dalam berkomunikasi bukan sekedar memberitahu, tetapi juga berupaya mempengaruhi agar seseorang atau sejumlah orang melakukan kegiatan atau
tindakan yang diinginkan oleh komunikator, akan tetapi seseorang akan dapat mengubah sikap pendapat atau perilaku orang lain, hal ini bisa terjadi apabila
komunikasi yang disampaikan bersifat komunikatif yaitu komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan harus benar-benar dimengerti dan dipahami oleh
komunikan untuk mencapai tujuan komunikasi yang komunikatif. Hovland juga mengungkapkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan hanya
penyampaian informasi melainkan juga pembentukan pendapat umum dan sikap public yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan
yang amat penting Effendy, 2001:10.
Lain halnya dengan dengan Steven, ia mengajukan sebuah definisi bahwa komunikasi terjadi kapan saja, suatu organisme memberi reaksi terhadap suatu
obyek atau stimuli. Apakah itu berasal dari seseorang atau lingkungan sekitarnya. Misalnya seseorang berlindung pada suatu tempat karena diserang
badai, atau kedipan mata sebagai reaksi terhadap sinar lampu, juga adalah peristiwa komunikasi Cangara, 2007 : 18. Definisi-definisi yang dikemukakan
tersebut tentunya belum mewakili semua definisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak pakar, namun sedikit banyaknya kita telah dapat memperoleh
gambaran bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak disengaja.
2.1.2 Hambatan Komunikasi Hambatan atau gangguan komunikasi dapat terjadi pada semua elemen
atau unsure-unsur yang mendukungnya., termasuk faktor lingkungan dimana komunikasi itu terjadi. Menurut Shannon dan Weaver Cangara, 2007 : 131,
gangguan komunikasi terjadi jika terdapat intervensi yang mengganggu salah satu elemen komunikasi, sehingga komunikasi tidak dapat berlangsung secara efektif
dan tidak sesuai dengan harapan komunikator dan komunikan. Sejumlah hambatan dapat memperlampat atau mengacaukan komunikasi
yang efektif Deddy Mulyana, 2005 : 29 , hambatan tersebut diantaranya : 1.
Penyaringan filtering Penyaringan mengacu pada manipulasi informasi secara sengaja oleh
pengirim berita sehingga informasi tersebut akan tampak lebih meneyenangkan bagi penerima informasi.
2. Perspektif selektif
Permasalahan ini dapat muncul karena si penerima informasi, dalam proses komunikasi, melihat dan mendengar sesuatu dengan selektif
berdasarkan pada kebutuhan, motivasi, pengalaman, latar belakang, dan
Universitas Sumatera Utara
karakteristik kepribadian lainnya. Penerima informasi juga dipengaruhi oleh kepentingan dan harapan-harapannya dalam proses komunikasi ketika
ia menerjemahkan informasi.
3. Gaya Gender
Laki-laki maupun perempuan menggunakan komunikasi lisan untuk alasan yang berbeda. Sehingga konsekuensinya, jenis kelamin menjadi hambatan
bagi komunikasi yang efektif antara kedua jenis kelamin tersebut.
4. Emosi
Perasaan penerima informasi pada saat penerimaan pesan komunikasi akan sangat mempengaruhi cara seseorang menafsirkannya. Pesan yang sama
tatkala diterima pada saat kondisi sedang marah atau bingung akan ditafsirkan berbeda pada saat seseorang tersebut dala keadaan senang.
Emosi-emosi yang ekstrim pada saat senang atau saat tertekan akan berkecenderungan menghambat komunikasi yang efektif.
5. Bahasa
Kata-kata mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang berbeda pula. Usia, pendidikan, dan latar belakang budaya adalah tiga dari sekian
banyak variabel yang jelas sangat mempengaruhi bahasa yang digunakan oleh seseorang dan definisi yang diberikannya pada kata-kata. Para
pengirim informasi cenderung berasumsi bahwa kata-kata dan istilah- istilah yang mereka gunakan memiliki arti yang sama dengan yang
dipahami oleh si penerima informasi. Asumsi ini sering tidak tepat.
6. Petunjuk nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah cara yang penting bagi seseorang dalam menyampaikan pesan. Namun, komunikasi nonverbal selalu diiringi oleh
komunikasi lisan. Selama bersesuaian, keduanya akan saling menguatkan. Ketika kata-kata pimpinan menunjukkan bahwa dia marah, nada suara, dan
gerakan tubuhnya menunjukkan kemarahan, jadi dapat disimpulkan secara tepat bahwa dia sedang marah. Namun demikian, ketika petunjuk
nonverbal tidak bersesuaian dengan pesan lisan, maka penerima informasi akan bingung dan pesan akan menjadi tidak jelas.
2.2 Komunikasi Antar Pribadi