Proses Komunikasi Antarpribadi Antara Warga Bina Sosial Dan Pegawai

(1)

 

PROSES KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ANTARA WARGA BINA

SOSIAL DAN PEGAWAI

SKRIPSI

RITTAR MURDANI SAMOSIR

090904123

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

MEDAN

2014

 


(2)

PROSES KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ANTARA WARGA BINA

SOSIAL DAN PEGAWAI

(Studi Deskriptif Kualitatif Proses Komunikasi Antarpribadi Antara

warga bina sosial dan pegawai di UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila

Berastagi)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

RITTAR MURDANI SAMOSIR

090904123

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

MEDAN

2014

 


(3)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan

hukum yang berlaku.  

   

Nama : RITTAR MURDANI SAMOSIR NIM : 090904123

Tanda Tangan :………. Tanggal : Februari 2014

                           


(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh

Nama : RITTAR MURDANI SAMOSIR

NIM : 090904123

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi :PROSES KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ANTARA WARGA

BINA SOSIAL DAN PEGAWAI

(Studi Deskriptif Kualitatif Proses Komunikasi Antarpribadi Antara Warga Bina Sosial dan Pegawai di UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila Berastagi)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Majelis Penguji

Ketua Penguji : ………. (………..)

Penguji : ………. (………..)

Penguji Utama : ………. (………..)

Ditetapkan di : Medan

Tanggal : Februari 2014  

       


(5)

KATA PENGANTAR

Bersyukur atas penyertaan, hikmat, dan anugerah Tuhan dalam kehidupan saya sebab oleh karena kasih dan kebaikanNya saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Proses Komunikasi Antarpribadi Antara Warga Bina Sosial dan Pegawai (Studi Deskriptif Kualitatif Proses Komunikasi Antarpribadi Antara Warga Bina Sosial dan Pegawai di UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila di Berastagi)” Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU).

Sebagai peniliti saya menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dorongan, serta doa dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Dra. Dayana, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sumatera Utara.

4. Dr. Nurbani, M.Si selaku dosen pembimbing dan dosen pemguji skripsi yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesabaran dan perhatian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Drs. Hendra Harahap, M.Si selaku dosen wali yang telah banyak memberikan motivasi, saran serta pengarahan selama saya menjalani perkuliahan di Universitas Sumatera Utara.

6. Para dosen dan staff di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara khususnya dari Departemen Ilmu Komunikasi atas ilmu dan pengalaman hidup yang dibagikan selama masa perkuliahan sebagai bekal hidup di masa mendatang. 7. Seluruh staff Departemen Ilmu Komunikasi dan Bagian Pendidikan yang telah

membantu dalam proses administrasi.

8. Pak Ningso selaku Pembina di UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila di Berastagi yang telah memberikan izin penelitian di Parawasa.


(6)

9. Pak Ganepo Ginting selaku Pekerja Sosial (Peksos) dan Kak Rini sekaligus informan tambahan peneliti dan memberi masukan kepada peneliti mengenai warga bina sosial yang berada di Parawasa.

10.Informan peneliti Kak Indah, Taing, Nurmala, Zulfina dan Kiki yang telah bersedia berbagi pengalaman hidup dan menceritakan kehidupan di Parawasa serta memberikan informasi berkenaan dengan penelitian.

11.Seluruh staff Parawasa, Ibu Sion, Kak Nita, bang Ginting, Om Lingga, dan bang kantik yang telah baik hati membantu saya dalam proses pengumpulan data yang diperlukan demi terselesaikannya skripsi ini.

12.Orang tua yang saya sayangi, Drs Halomoan Samosir dan Alm. Rosma Herlina Butar-butar atas doa dan perhatian yang tiada hentinya, serta kakak dan abang saya, Eska Udur Samosir, Tulus Marganda Samosir dan Appenataria Samosir yang senantiasa mendukung dan memotivasi saya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

13.Sahabat-sahabat saya, Reno C.O Sibarani, Nelly F. Kembaren, Novia Sabrina Titar, Rina Maria, Damai Riyanti, Nora Pandia, Sarah Gultom, Ifay Andi Damanik, Sumartin P.S, Winny Thersia, Helon Simanjuntak, Dini Simanjuntak, Rony Harahap, seluruh kawan-kawan di UKM KMK FISIP, dan seluruh kawan-kawan komunikasi terkhusus angkatan 2009 yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

14.Seluruh anggota Gereja HKBP Seksama Kak Desy, bang Indra Siahaan, bang Chandra Siahaan, Billy Sinaga, Novita Aruan, Boston Sidabutar dan Shinta Gultom. 15.PKK saya, Rebekka Purba yang telah membimbing saya kepada pengenalan akan

Allah, dan teman-teman satu KTB saya, David Sihombing, Neni Waruwu, Sondang Tamba, Davit Sebayang dan Hans Siahaan yang sama-sama berjuang dan belajar bertumbuh di dalam pengenalan akan Allah.

16.Adik-adik kelompok saya, Hana Sihombing, Ice Sari, Anna Duha dan Fhin lie Tarigan yang telah banyak berdoa dan mendukung saya serta membuat saya semakin mengerti kasih dan kebaikan Tuhan di dalam hidup saya.

17.Kepada seluruh Warga Bina Sosial telah mengajarkan tentang kesusahan hidup dan membagai pengalaman hidup.

Semoga Tuhan menunjukan kasih karunia-Nya dan memberkati semua pihak yang telah membantu saya. Akhir kata, besar harapan saya agar skripsi ini dapat berguna dan membawa manfaat bagi pengembangan ilmu di masa mendatang serta pemanfaatan hipnoterapi dalam bidang keilmuan di Indonesia.


(7)

Medan, Februari 2014 Peneliti,

Rittar Murdani Samosir  

                                       


(8)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : RITTAR MURDANI SAMOSIR

NIM : 090904123

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas : Sumatera Utara

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non ecsclusive Royalty-Free Right ) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

PROSES KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ANTARA WARGA BINA SOSIAL DAN PEGAWAI (Studi Deskriptif Kualitatif Proses Komunikasi Antarpribadi Antara Warga Bina Sosial dan Pegawai di UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila Berastagi)

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/ format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemiliki Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan

Pada Tanggal : Febuari 2014

Yang Menyatakan,

RITTAR MURDAN SAMOSIR  


(9)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Proses komunikasi antarpribadi warga bina sosial dan pegawai (Studi Deskriptif Proses Komunikasi antarpribadi antara warga bina sosial dan pegawai di UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila Berastagi).

Adapun tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik warga bina sosial di UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila Berastagi, untuk mengetahui proses komunikasi antarpribadi antara warga bina sosial dan pegawai.

Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti menggunakan Komunikasi antarpribadi, Penilaian sosial dan Teori Pengurangan Ketidakpastian. Dalam penelitian ini, studi yang digunakan adalah studi deskriptif kualitatif yang dapat menggambarkan proses komunikasi antarpribadi antara warga bina sosial dan pegawai yang merupakan tujuan dalam penelitian ini dan dinarasikan secara interpretatif yang merupakan pemberian arti atau makna terhadap pengalaman dan kehidupan sehari-hari, sehingga melalui penelitian ini dapat dipahami bagaimana individu memberi arti atau makna terhadap proses komunikasi antarpribadi antara warga bina sosial dan pegawai. Informasi diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam (in-depth interview) terhadap lima orang warga bina sosial sebagai informan dan dua orang pegawai UPT Pelayanan Sosial Tuna susila Berastagi sebagai informan tambahan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karkteristik warga bina sosial yang ada di Parawasa tidak memandang usia tua atau muda, suku, agama dan alasan menjadi seorang PSK dan interaksi komunikasi antarpribadi antara warga bina sosial cukup terbuka karena warga bina sosial lebih suka berkomunikasi sesama warga bina sosial dan lebih nyaman mengungkapkanya berbeda dengan komunikasi antarpribadi warga bina sosial dengan pegawai tidak baik karena warga bina sosial tidak terbuka dengan pegawai disebabkan ketidak nyamanan dalam menceritakan tentang dirinya.

Kata kunci : Proses Komunikasi Antarpribadi, Penilaian Sosial dan Ketidakpastian.  

                   


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ··· i

LEMBAR PERSETUJUAN ··· ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISENTALITAS ··· iii

HALAMAN PENGESAHAN ··· iv

KATA PENGANTAR ··· v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ··· viii

ABSTRAK ··· ix

DAFTAR ISI ··· x

DAFTAR TABEL ··· xii

DAFTAR GAMBAR ··· xiii

DAFTAR LAMPIRAN ··· xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 ··· Konteks Masalah ··· 1

1.2 ··· Fokus Masalah ··· 6

1.3 ··· Tujuan Penelitian ··· 6

1.4 ··· Manfaat Penelitian ··· 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 ··· Perspektif/ Paradigma Kajian ··· 7

2.2 ··· Kajian Pustaka ··· 8

2.2.1 Komunikasi ··· 8

2.2.2 Komunikasi Antarpribadi ··· 9

2.2.3 Teori Pengurangan Ketidakpastian ··· 10

2.2.4 Teori Penilaian Sosial ··· 17

2.2.5 Self-Disclosure ··· 18

2.2.6 Pembentukan Prilaku ··· 19

2.2.7 Pengertian PSK ··· 21

2.3 ··· Model Teoretik ··· 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 ··· Metode Penelitian ··· 24

3.2 ··· Objek Penelitian ··· 24

3.3 ··· Subjek Penelitian ··· 24


(11)

3.4 ··· Kerangka

Analisis ··· 25

3.5 ··· Teknik Pengumpulan Data ··· 25

3.5.1 Penentuan Informan ··· 26

3.5.2 Keabsahan Data ··· 26

3.5.3 Metode Pengumpulan Data ··· 27

3.6 ··· Teknik Analisis Data ··· 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 ··· Hasil Penelitian ··· 30

4.1.1 lokasi penelitian ··· 30

4.1.2 Profile UPT Pelayanan sosial Tuna Susila Berastagi ··· 31

4.1.3 Struktur UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila Berastagi ··· 31

4.1.4 ··· Pembagian Tugas ··· 32

4.1.5 Diskripsi Pelaksanaan Penelitian ··· 36

4.1.6 Hasil Pengamatan dan Wawancara ··· 43

4.1.7 Klasifikasi Tabel komunikasi antarpribadi warga bina sosial ··· 80

4.1.8 Informan Tambahan ··· 85

4.2 Pembahasan ··· 101 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 ··· Kesimpulan 109

5.2 ··· Saran 109

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

           


(12)

                     

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.2.5 Self Disclosure 18


(13)

DAFTAR GAMBAR  

Nomor Judul Halaman

2.3 Model Teoritik 29


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

- Surat Pra Penelitian

- Surat Balasan Pra Penelitian

- Panduan wawancara warga bina sosial - Panduan wawancara Pegawai Parawasa - Hasil wawancara

- Dokumentasi penelitian - Biodata peneliti

- Daftar bimbingan skripsi  

           


(15)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Proses komunikasi antarpribadi warga bina sosial dan pegawai (Studi Deskriptif Proses Komunikasi antarpribadi antara warga bina sosial dan pegawai di UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila Berastagi).

Adapun tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik warga bina sosial di UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila Berastagi, untuk mengetahui proses komunikasi antarpribadi antara warga bina sosial dan pegawai.

Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti menggunakan Komunikasi antarpribadi, Penilaian sosial dan Teori Pengurangan Ketidakpastian. Dalam penelitian ini, studi yang digunakan adalah studi deskriptif kualitatif yang dapat menggambarkan proses komunikasi antarpribadi antara warga bina sosial dan pegawai yang merupakan tujuan dalam penelitian ini dan dinarasikan secara interpretatif yang merupakan pemberian arti atau makna terhadap pengalaman dan kehidupan sehari-hari, sehingga melalui penelitian ini dapat dipahami bagaimana individu memberi arti atau makna terhadap proses komunikasi antarpribadi antara warga bina sosial dan pegawai. Informasi diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam (in-depth interview) terhadap lima orang warga bina sosial sebagai informan dan dua orang pegawai UPT Pelayanan Sosial Tuna susila Berastagi sebagai informan tambahan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karkteristik warga bina sosial yang ada di Parawasa tidak memandang usia tua atau muda, suku, agama dan alasan menjadi seorang PSK dan interaksi komunikasi antarpribadi antara warga bina sosial cukup terbuka karena warga bina sosial lebih suka berkomunikasi sesama warga bina sosial dan lebih nyaman mengungkapkanya berbeda dengan komunikasi antarpribadi warga bina sosial dengan pegawai tidak baik karena warga bina sosial tidak terbuka dengan pegawai disebabkan ketidak nyamanan dalam menceritakan tentang dirinya.

Kata kunci : Proses Komunikasi Antarpribadi, Penilaian Sosial dan Ketidakpastian.  

                   


(16)

                     

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

Komunikasi menjadi aktivitas yang tidak terelakkan dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Hampir setiap saat kita bertindak dan belajar melalui komunikasi. Melalui komunikasi seseorang tumbuh dan belajar, menemukan diri sendiri dan orang lain, bergaul, bersahabat, mencintai atau mengasihi orang lain dan sebagainya. Bahkan komunikasi itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban umat manusia, dimana pesan dalam ilmu komunikasi hinga saat ini selalu menjadi kajian yang tak pernah ada habisnya.

Komunikasi merupakan penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Tanpa komunikasi tidak akan mungkin terjalin hubungan. Komunikasi yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari terjadi dalam beberapa bentuk, seperti komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok kecil, komunikasi publik dan komunikasi massa, semua itu juga terkait dan dipengaruhi oleh beberapa hal seperti lingkungan dan lainnya. Peranan komunikasi sangat berarti didalam berbagai kegiatan manusia, dan memberikan manfaat didalam kelangsungan hidup dan aktivitas manusia, yang sekaligus merupakan bagian dari kehidupan manusia terutama didalam melakukan interaksi dan berhubungan dengan manusia


(17)

Komunikasi antarpribadi merupakan sebuah proses pertukaran informasi diantara sedikitnya dua pihak yang mempunyai sifat, nilai-nilai, pendapat, sikap, pikiran dan perilaku yang khas dan berbeda-beda. Komunikasi antarpribadi juga merupakan proses saling memberi dan menerima informasi diantara pelakunya. Dalam proses komunikasi antarpribadi terjadi sebuah rangkaian kegiatan yang terjadi secara terus menerus. Hal ini menjadikan komunikasi antarpribadi sebagai proses yang dinamis, selalu mengalami perubahan baik oleh pelakunya, pesan, maupun lingkungannya.

Komunikasi antarpribadi memungkinkan kita dapat memahami dan dipahami oleh orang lain. Kita menggunakan komunikasi antarpribadi untuk dapat menjadi dekat dengan orang lain. Komunikasi merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan telah diterima oleh orang lain atau sekelompok orang lain dengan efek dan efek umpan balik yang berlangsung. Beberapa ciri-ciri komunikasi antarpribadi : Keterbukaan, empati, dukungan, dan rasa positif (Liliweri, 1992 : 2). Komunikasi antarpribadi mendorong setiap orang menjalin hubungan dengan tingkat yang lebih personal dan lebih akrab, sekaligus memberi batasan dalam hubungan antarpribadinya. Prinsip ini menjadikan komunikasi antarpribadi sebagai metode pendekatan yang efektif dan mudah diterima.

Sebagai metode pendekatan yang efektif dan mudah diterima komunikasi antarpribadi juga digunakan dalam sesi konsultasi dan konseling di Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Wanita Tuna Susila. UPT Pelayanan Sosial Wanita Tuna Susila adalah sebuah tempat rehabilitasi para warga bina sosial yang berada di wilayah Berastagi Kabupaten Karo. Keberadaan UPT Pelayanan Sosial Wanita Tuna Susila sebagai tempat rehabilitasi PSK merupakan sebuah bentuk penanganan terhadap masalah sosial masyarakat.

PSK merupakan salah satu penyakit sosial dalam masyarakat, yang juga meresahkan banyak kalangan selain dianggap perbuatan hina, PSK juga bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di Indonesia. PSK bukan merupakan isitlah asing dikalangan masyarakat terutama bagi masyarakat perkotaan. Bagi masyarakat Indonesia keberadaan PSK di nilai mengganggu kehidupan sosial masyarakat, hal ini dikarenakan secara tidak langsung PSK dapat menyebabkan perpecahan rumah tangga, penyebaran penyakit, rusaknya moral dan budaya bangsa Indonesia. Meskipun demikian keberadaan PSK di berbagai tempat hiburan di Indonesia saat ini justru semakin berkembang. Perkembangan ini dapat dilihat dari banyaknya tempat hiburan dan tempat-tempat mereka menjajakan dirinya misalnya saja Gang Dolly (Surabaya), Jalan Pasar Kembang (Sarkem) Yogyakarta, Jalan Kramat Tunggak (Jakarta Utara), Gang Kalijodo (Jakarta Utara), Tretes (Pasuruan), Stasiun kota Baru (Malang)


(18)

(http://forum.kompas.com/teras/251315-4-jalan-lokasi-prostitusi-melegenda-di-indonesia.html) di kota medan sendiri masih banyak dijumpai PSK, Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara mencatat bahwa pada tahun 2006 terdapat 3.387 orang PSK di sumatera utara dan jumlah ini terus meningkat di tahun berikutnya dimana pada tahun 2007 terdapat 3.678 orang PSK yang sebagian besar berada di kota Medan (BPS, Sumatera Utara dalam angka 2006; Sumatera Utara dalam angka 2007) Tempat PSK sendiri di Medan ada di jalan Gatot Subroto, jalan Iskandar Muda, jalan Selayang (  http://www.antarasumut.com/dprdselama-ramadhan-medan-harus-bersih-pelacuran/).

Seperti yang sudah banyak diketahui, petugas Satpol PP sering kali melakukan razia. Hal ini kemudian menjadi suatu usaha pemerintah agar jumlah para PSK ini dapat menurun dari angka yang sudah ada saat ini. Setelah terjaring petugas satpol PP, para PSK ini mendapat binaan, pembelajaran, di damping, dan hal usaha lainnya agar para PSK ini tidak kembali lagi ke profesi yang dianggap sampah masyarakat. (

www.bimbingan.org/undang-undang-hukum-psk.htm). Dengan demikian pemerintah telah berusaha untuk mengurangi

pertambahan PSK sehingga keberadaan UPT Pelayanan Sosial Wanita Tuna Susila diperlukan sebagai langkah antisipatif terhadap perkembangan keberadaan PSK dan tempat-tempat hiburan di Indonesia.

Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pelayanan Sosila Tuna Susila adalah Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara khususnya dalam upaya rehabilitasi sosial dan resosialisasi bagi Tuna Susila. Keberadaan diatur dan ditetapkan oleh Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 061.297.K/Tahun 2002 tentang Kedudukan Tugas dan Fungsi Susunan Organisasi Panti di lingkungan Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara.

Upaya menangani permasalahan tersebut Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara melaksanakan usaha-usaha penanganan secara konkrit yaitu menyediakan sarana, yang merupakan tempat pelayanan sosial bagi para penerima pelayanan (klien) kearah kehidupan yang mandiri dengan menjunjung tinggi nilai kehidupan masyarakat.

UPT Pelayanan Sosial Wanita Tuna Susila bertujuan untuk memulihkan kembali rasa harga diri, percaya diri, kesadaran serta tanggung jawab terhadap masa depan, keluarga maupun masyarakat atau lingkungan sosialnya dan memulihkan kembali kemampuan serta kemauan untuk dapat melaksanakan fungsi sosial secara wajar. Setelah keluar dari UPT Pelayanan Sosial Wanita Tuna Susila PSK siap kembali ketengah-ketengah masyarakat yang wajar dengan cara menetapkan bimbingan mental, sosial dan keterampilan. Ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, rasa tanggung jawab sosial dan memulihkan kemauan serta kemampuan agar dapat menyesuaikan diri dalam masyarakat.


(19)

Salah satu UPT di Sumatera Utara adalah UPT Pelayanan Sosial Wanita Tuna Susila Berastagi terletak di desa Raya Kecamatan Berastagi yang diresmikan pada tahun 1977 oleh Bupati Kepala Daerah Tk. II yang diberi nama “Parawasa” yang artinya tempat untuk mendewasakan para penyandang Tuna Susila melalui proses rehabilitasi. Di dalam Parawasa seorang PSK disebut Warga Bina Sosial (WBS)/murid karena mengikuti lembaga Dinas Sosial. Murid di Parawasa direhabilitasi selama enam bulan lamanya. Dalam masa rehabilitasi mereka dibina untuk mendapatkan pelatihan keterampilan dan pembentukan perilaku sehingga dengan demikian mereka dapat berubah dan dapat menguasai keterempilan yang diberikan. Di dalam panti mereka ditempatkan di sebuah ruangan/rumah bertingkat dua bernama Asrama Anggrek I dan rumah tingkat satu bernama Asrama Anggrek II di depan rumah dinas Kepala UPT Pelayanan Sosial Wanita Tuna Susila Berastagi, didalam ruangan asrama diberikan televisi dan pakaian untuk warga bina sosial. Warga bina sosial tidak perbolehkan memakai Hp dan dilarang merokok di perkarangan Parawasa, serta warga bina sosial diberi makan tiga kali sehari dan tempat tidur, mereka dijaga pegawai secara bergantian dan dibantu oleh masyarakat.

Kegiatan bimbingan terjadwal dengan baik, seperti kegiatan keterampilan yang dilakukan setiap hari senin dan rabu pada jam sembilan pagi sampai jam dua belas siang, yang didatangkan dari Berastagi. Warga bina sosial bisa memilih keterampilan yang disukainya. Untuk bimbingan agama dilakukan setiap hari senin pada jam dua siang sampai setengah empat sore dan bimbingan mengaji setelah selesai bimbingan agama. Pada hari selasa bimbingan kesehatan pada jam Sembilan pagi sampai dua belas siang lalu pada jam dua siang sampai setengah empat sore bimbingan Etika. Pada hari rabu jam dua siang sampai setengah empat pelajaran Dinamika Kelompok, pada hari kamis jam sembilan pagi sampai enam sore dibuka konsultasi kepada keluarga warga bina sosial untuk mengetahui tentang keluarganya yang berada di panti dengan bertanya kepada pegawai Peksos (Pekerja Sosial) dan dapat mengunjunginya, pada hari yang sama jam dua siang sampai setengah empat bimbingan psikologi. Pada hari jumat jam sembilan pagi sampai setengah sepuluh senam aerobik.. Untuk kegiatan konsultasi pegawai dan warga bina sosial, konsultasi dilakukan setiap hari saat jam kerja kantor secara tatap wajah langsung, sedangkan untuk Konseling dilakukan setiap hari jumat pada jam dua siang sampai setengah empat sore secara tatap wajah langsung dengan semua warga bina sosial sehingga cukup jelas jalinan komunikasi antarpribadi yang terjadi. Agar proses komunikasi antarpribadi yang tercipta lebih efektif, proses konsultasi yang menyangkut segala aspek kehidupan warga bina sosial dilakukan didalam ruangan Peksos (Pekerja Sosial), hal ini dimaksudkan agar setelah melakukan


(20)

konsultasi dengan pegawai diharapkan warga bina sosial lebih merasa tenang dan nyaman dalam melakukan dialog antarpribadi karena hal ini menyangkut urusan pribadi warga bina sosial. Kesehatan warga bina sosila juga diperhatikan dengan adanya ruangan Poliklinik dibuka setiap hari senin dan kamis di Parawasa. Jadi setelah warga bina sosial keluar dari panti rehabilitasi dan pembinaan diharapkan mereka tidak lagi melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Pegawai di Parawasa melakukan tugasnya dengan memberi bimbingan moral, agama, psikologi, keterampilan, olahraga dan kesehatan. Bimbingan moral dapat berupa pembentukan etika antara sesama warga bina sosial, hubungan warga bina sosial dengan masyarakat sekitar. Bimbingan agama yang sesuai dengan pembinaan agama masing-masing. Bimbingan Psikologi yang didatangkan dari medan untuk mengetahui psikologi warga bina sosial. Keterampilan yang diberikan pada warga bina sosial dapat berupa keterampilan menjahit dan menyalon. Olahraga yang diberikan pada warga bina sosial senam di setiap pagi dan di hari jumat senam dilakukan bersama instruktur senam yang didatangkan dari Berastagi. Kesehatan yang diberikan pada warga bina sosial dengan melakukan pemeriksaan kesehatan masing-masing warga bina sosial.

Sebagai salah satu bentuk komunikasi yang dipakai dalam pembinaan Pelayanan Sosial Tuna Susila. Komunikasi antarpribadi melibatkan warga bina sosial dan warga bina sosial memungkinkan terjadinya kesamaan pemahaman dan keterikatan emosional sehingga diharapkan melalui komunikasi antarpribadi dapat membentuk kepribadian dan perilaku warga bina sosial. Berdasarkan pemaparan diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Proses komunikasi antarpribadi antara warga bina sosial dan pegawai di UPT Panti Pelayanan Sosial Tuna Susila di Berastagi.

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut, “Bagaimanakah Proses Komunikasi Antarpribadi Antara Warga Bina Sosial dan Pegawai di UPT Panti Pelayanan Sosial Tuna Susila di Berastagi?”

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan penelitian merupakan arah pelaksanaan penelitian, yang menguraikan apa yang akan dicapai dan biasanya disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dan pihak lain yang berhubungan dengan peneliti tersebut :


(21)

2. Untuk mengetahui proses komunikasi antarpribadi yang dilakukan antara warga bina sosial dan pegawai.

1.4 Manfaat penelitian

Adapun yang menjadi manfaat peneliti ini adalah:

1. Secara akademis, diharapkan dapat menambah atau memperluas bidang komunikasi, khususnya bagi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

2. Secara teoritis, peneliti ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan peneliti mengenai proses komunikasi antarpribadi dam pembentukan prilaku.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang positif bagi UPT Panti Pelayanan Sosial Wanita Tunasusila.

   

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma

Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu bagian dan hubungannya atau bagian-bagian berfungsi. Paradigma pada riset penelitian sebenenarnya merupakan cara pandang dalam menetapkan nilai-nilai dan tujuan penelitian serta bagaimana pengetahuan harus didapat dan teori-teori apa yang seharusnya digunakan dalam sebuah penelitian. Pada hakekatnya, paradigma memberikan batasan-batasan tertentu yang harus dikerjakan, dipilih dan diproritaskan dalam sebuah penelitian. Pada aspek lain, paradigma akan memberitahukan apa yang harus dihindari dan tidak digunakan dalam penelitian. Menurut Harmon (1970) (J.Moleong, 2009:49) mendefenisikan paradigma sebagai cara mendasar untuk mempersepsikan, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus tentang visi realitas.

Menurut Baker (1992) (J.Moleong, 2009:49), paradigma melakukan dua hal : 1. Membangun atau mendefenisikan batas-batas.

2. Menceritakan kepada Anda bagaimana seharusnya melakukan sesuatu di dalam batas-batas itu agar berhasil.

Dalam penelitian ini peneliti dapat memahami bagaimana proses komunikasi antarpribadi PSK dalam pembentukan perilaku. Untuk memahami bagaimana proses


(22)

komunikasi antarpribadi, peneliti menggunakan paradigma interpretatif serta pendekatan yang digunakan adalah pendekatan interpretatif. Paradigma interpretatif digunakan karena paradigma interpretatif menyatakan upaya untuk memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam dan luas terhadap hasil penelitian yang sedang dilakukan. Hasil penelitian secara kritis dengan teori yang relevan dan infomasi akurat yang diperoleh dari lapangan.

2.2 Kajian Pustaka 2.2.1 Komunikasi

Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio, yang bersumber dari kata communis yang berati sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi komunikasi dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai sutau pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2000:9).

Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna, sehingga komunikasi yang dilakukan kedua orang tersebut bersifat komunikatif. Akan tetapi, pengertian komunikasi diatas sifatnya masih dasar, dalam arti bahwa komunikasi minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komuunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan, dan lain-lain.

D. Lawrence Kincaid (Cangara, 2000:19), komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam. Menurut Carl I Hovland, ilmu komunikasi adalah suatu usaha yang sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azas dan atas dasar azas-azas tersebut disampaikan informasi serta dibentuk pendapat dan sikap. (Onong, 2004:10).

Definisi Hovland diatas menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum dan sikap publik yang dalam kehidupan sosial. Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah sebagai proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang- perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku (komunikate) seseorang. Akan tetapi, seseorang akan dapat merubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain apabila komunikasinya itu memang komunikatif.


(23)

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dipergunakan secara efektif, maka para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Akhrinya Harold Lasswell (Mulyana, 2005 : 62), menerangkan cara terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect ? (Siapa Mengapa Apa Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa ? ).

Jika diperhatikan defenisi diatas, maka komunikasi itu merupakan proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain agar dimengerti, memperkuat atau mempengaruhi sikap, pendapat atau perilaku seseorang.

2.2.2 Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi merupakan bentuk komunikasi yang dasarnya bersifat dua arah atau timbal balik, artinya kedudukan komunikasi dan komunikan sama-sama sebagai penyampaian pesan atau gagasan, saling membagi informasi dan sekaligus sebagai penerima informasi.

Saat akitivitas komunikasi antarpribadi berlangsung, media yang digunakan berupa kontak langsung secara tatap muka (face to face) atau juga melalui telepon maupun surat. Dalam situasi ini diketahui reaksi yang timbul mengenai isi pembicaraan. Masing-masing pihak dapat menilai kemampuan atau keterampilan pada saat memberikan tanggapan dari isi komunikasi tersebut.

Rogers (Depari,1988:16) mengemukan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang terjadi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. Apabila dihubungkan dengan penelitian ini maka komunikasi antarpribadi adalah proses komunikasi sesama warga bina sosial di UPT Pelayanan Sosial. Saluran dari mulut ke mulut meliputi verbal dan non verbal pada saat warga bina sosial berinteraksi atau memberi informasi dengan warga bina sosial yang lainnya dan saling timbal balik.

Liliweri (1991 : 12), Devito menjelaskan komunikasi merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan telah diterima oleh orang lain atau sekelompok orang lain dengan efek dan efek umpan balik yang berlangsung. Untuk memperjelaskan pengertian komunikasi antarpribadi Devito memberikan beberapa ciri komunikasi antarpribadi :


(24)

1. Keterbukaan (openness)

Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan segala ide atau gagasan bahwa permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa takut malu, keduanya saling mengerti dan memahami pribadi masing-masing.

2. Empati (Emphaty)

Kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada orang lain. 3. Dukungan (suporotiveness)

Setiap pendapat, ide atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari pihak-pihak yang berkomunikasi.Dengan demikian keinginan atau hasrat yang ada memotivasi untuk mencapainya. Dukungan membantu seseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang didambakan 4. Rasa positif (Positiveness)

Setiap pembicaraan yang disampaikan dapat tanggapan yang positif, rasa positif menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi untuk tidak curiga atau berprasangka yang mengganggu jalinan interaksi.

5. Kesamaan (Equity)

Suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan pribadi pun lebih kuat apabila memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaan pandangan,sikap usia, ideologi dan sebagainya.

2.2.3 Teori Pengurangan Ketidakpastian

Ketika kita bertemu dan terlibat dalam percakapan dengan orang yang belum kita kenal maka biasanya banyak pertanyaan yang muncul di kepala kita mengenai orang tersebut, serta kita tidak memiliki jawaban pasti atas berbagai pertanyaan tersebut. Kita mengalami ketidakpastian, dan kita mencoba untuk mengurangi ketidakpastian tersebut melalui interaksi komunikasi.

Menurut Berger orang mengalami periode yang sulit ketika menerima ketidakpastian sehingga orang cenderung membuat perkiraan terhadap perilaku orang lain dan ia akan termotivasi untuk mencari informasi mengenai orang tersebut. Untuk mengurangi ketidakpastian komunikasi sangat penting dalam membangun hubungan (relationship)

dengan orang lain.

Ketika berkomunikasi, menurut Berger (Morrison, 2010:87-89) kita membuat rencana untuk mencapai tujuan kita. Kita merumuskan recana bagi komunikasi yang akan kita lakukan dengan orang lain berdasarkan tujuan dan informasi yang telah kita miliki. Semakin


(25)

data yang kita miliki. Jika ketidakpastian itu semakin besar maka kita akan semakin cermat dalam merencanakan apa yang akan kita lakukan. Saat kita merasa tidak pasti mengenai orang lain maka kita mulai mengalam krisis kepercayaan terhadap rencana kita sendiri dan mulai membuat berbagai rencana cadangan atau rencana alternative lainnya dalam hal memberikan respon pada orang lain.

Daya tarik dan keinginan berafiliasi yang ada pada diri individu memiliki hubungan positif dengan upaya mengurangi ketidakpastian. Misalnya, ungkapan nonverbal seseorang dapat mengurangi ketidakpastian orang lain dan pengurangan ketidakpastian dapat meningkatkan ungkapan nonverbal. Tingkat ketidakpastian yang tinggi akan menciptakan jarak, sebaliknya ketidakpastian yang rendah akan cenderung bersifat menyatukan. Ketika komunikator menemukan kesamaan dengan lawan bicaranya, maka ketertarikkan di antara mereka akan meningkat dan kebutuhan mereka untuk mendapatkan lebih banyak informasi justru berkurang.

Seringkali, perilaku orang lain dapat mengurangi ketidakpastian yang kita rasakan, dan kita tidak merasakan kebutuhan untuk mendapatkan informasi tambahan. Dalam hal keterlibatan kita hanya pada situasi tertentu serta sudah memiliki seluruh informasi yang dibutuhkan untuk memahami perilaku orang lain pada situasi itu. Namun pada situasi yang berbeda, kita merasakan kebutuhan yang semakin besar untuk mendapatkan lebih banyak informasi mengenai orang bersangkutan, misalnya, situasi yang menunjukkan orang lain itu memiliki perilaku yang tidak normal, adanya harapan kita akan bertemu lagi dengan orang lain pada waktu yang akan datang, atau adanya harapan pertemuan itu akan menimbulkan keuntungan atau kerugian. Tiga kondisi inilah yang akan mendorong orang untuk berupaya mendapatkan lebih banyak informasi mengenai orang lain.

Morrison (2010:86) mengutip Littlejohn dan Foss sebagai berikut. Misalnya, anda mempekerjakan seorang tukang batu untuk memperbaiki rumah anda yang rusak. Anda mungkin tidak memiliki kebutuhan besar untuk mengetahui mengenai orang yang anda pekerjakan itu karena hubungan anda dan dia bersifat sementara dan akan segera berakhir setelah pekerjaannya selesai. Anda tidak akan pernah bertemu dengannya lagi. Sebaliknya, jika si tukang batu melihat anda memasang papan reklame bertuliskan “rumah dikontrakan” di depan rumah anda dan ia mengatakan mengenal seseorang sedang mencari rumah untuk disewa maka anda secara tiba-tiba termotivasi untuk mengetahui lebih banyak mengenai si tukang batu dan juga orang yang akan menyewa rumah anda itu. Secara khusus anda akan tertarik untuk mengurangi dua ketidakpastian yaitu :


(26)

a. Ketidakpastian perkiraan (predictive uncertainty) yaitu agar anda memiliki ide lebih baik mengenai apa yang anda harapkan dari perilaku seseorang, dalam hal ini tukang batu dan orang yang akan menyewa rumah anda itu.

b. Ketidakpastian penjelasan (explanatory uncertainty) agar anda dapat memahami lebih baik kemungkinan perilaku seseorang. Dalam hal ini, misalnya, anda dapat memahami perilaku orang yang akan menjadi penyewa rumah anda.

Berger dan Calabrese percaya bahwa orang yang terlibat dalam percakapan untuk pertama kalinya akan membuat perkiraan terhadap lawan bicara dalam upaya untuk memahami pengalaman komunikasi mereka. Dalam percakapan antara orang yang belum saling kenal para pihak yang berinteraksi termotivasi untuk memperkirakan dan mencari penjelasan apa yang terjadi pada pertemuan awal mereka. Dalam hal ini, Richard West dan Lynn H.Turner dalam buku Introducing Communication Theory mendefinisikan perkiraan (prediction) sebagai kemampuan untuk memperkirakan pilihan perilaku yang akan dipilih dari sejumlah pilihan yang ada pada diri seseorang atau rekan bicara. (the ability to forecast the behavioral options likely to be chosen from a range of possible option available to onseself or to a relational partner). Penjelasan (explanation) adalah serangkaian upaya untuk melakukan interpretasi makna tindakan yang telah lalu dalam suatu hubungan. (to interpret the meaning of past actions in a relationship). Kedua konsep ini, yakni prediksi dan penjelasan, menjadi dua komponen utama dalam proses pengurangan ketidakpastian. (Morrisan, 2010:87) Berger dan Calabrese menyatakan bahwa komunikasi adalah instrumen untuk mengurangi ketidakpastian terhadap lawan bicara yang baru dikenal. Pada gilirannya, ketidakpastian yang berkurang akan menciptakan kondisi yang kondusif bagi berkembangnya hubungan interpersonal. Dalam hal ini, percakapan pertama dengan orang yang tidak dikenal akan menghasilkan dua kategori ketidakpastian:

1. ketidakpastian kognitif (cognitive uncertainty) mengacu pada derajat ketidakpastian mengenai kepercayaan atau sikap seseorang. Komentar yang diberikan lawan bicara yang tidak dikenal mengenai diri kita atau mengenai apa yang kita kenakan akan menimbulkan interpretasi; apa maksud ucapan orang itu yang sebenarnya? Apakah saya harus peduli dengan ucapannya? Pertanyaan ini merupakan bentuk ketidakpastian kognitif.

2.

ketidakpastian perilaku (behavioral uncertainty) berkenaan dengan seberapa jauh perilaku dapat diperkirakan pada situasi tertentu. Pada umumnya orang mengetahui bagaimana berbicara dan berperilaku dengan orang yang belum dikenal seperti


(27)

bersikap basa-basi, namun jika lawan bicara mengungkapkan hal-hal yang sifatnya personal mengenai dirinya (self disclosure) pada pertemuan pertama atau sebaliknya menunjukkan sifat tidak peduli dengan lawan bicara maka terjadilah ketidakpastian perilaku. Orang akan mengalami ketidakpastian kognitif atau ketidakpastian perilaku atau keduanya baik sebelum, selama, dan setelah berinteraksi. (Morrisan, 2010: 88) Teori pada umumnya dibangun diatas asumsi yang menggambarkan pandangan para pendirinya, tidak terkecuali teori pengurangan ketidakpastian yang memiliki sejumlah asumsi yaitu :

1. Individu mengalami ketidakpastian dalam komunikasi antarpribadi dengan orang yang belum dikenalnya. Asumsi ini menyatakan bahwa individu sering kali menghadapi ketidakpastian dalam hubungannya dengan orang lain karena harapan yang muncul selalu berbeda dalam setiap komunikasi antarpribadi.

2. Ketidakpastian merupakan situasi yang disukai yang dapat menimbulkan stress secara kognitif. Asumsi ini menyatakan bahwa ketidakpastian merupakan keadaan yang tidak disukai, dengan kata lain butuh energy yang cukup besar yang melibatkan emosi dan psikis untuk tetap berada dalam kondisi yang tidak pasti.

3. Ketika dua orang yang tidak saling kenal terlibat percakapan, maka mereka berupaya untuk mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan prediktabilitas yaitu kemampuan untuk membuat perkiraan terhadap pihak lainnya. Asusmsi ini menyatakan ketika orang bertemu dengan orang lain yang tidak dikenalnya maka muncul perhatian terhadap dua hal : mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan prediktabilitas. Untuk meningkatkan prediktabilitas orang perlu mencari informasi dengan menyampaikan pertanyaan kepada orang yang baru dikenalnya itu. Ketidakpastian berkurang dengan semakin banyaknya waktu yang tersedia untuk melakukan interaksi. Orang mulai membuka dirinya ketika berbagai pertanyaan yang diajukan telah berhasil mengurangi ketidakpastian secara signifikan.

4. Komunikasi antarpribadi merupakan proses perkembangan yang terjadi melalui sejumlah tahapan perkembangan, yakni :

a.Tahap masukan. Menurut berger dan calabrese, secara umum, kebanyakan orang memulai interaksi pada tahap masukan yang didefenisikan sebagai tahap permulaan interaksi dengan orang asing.

b. Tahap personal. Setelah tahap masukan. Individu akan pindah ke tahap personal yakni tahap dimana para peserta yang melakukan interaksi berkomunikasi secara lebih spontan dan mulai mengungkapkan informasi


(28)

yang sifat lebih individual. Tahap personal dapat saja terjadi pada awal perkenalan, tetapi kemungkinan lebih besar terjadi setelah beberapa kali interaksi.

c.Tahap keluaran, yaitu tahap dimana individu mengambil keputusan apakah mereka akan melanjutkan interaksi pada masa yang akan datang atau tidak. 5. Komunikasi antarpribadi merupakan alat utama dalam pengurangan ketidakpastian.

Kita menyadari bahwa komunikasi antarpribadi merupakan fokus dari Uncertainty Theory (URT) dan karenanya asumsi ini sebagai sesuatu yang sudah jelas. Komunikasi antarpribadi dapat terjadi jika terpenuhinya sejumlah prakondisi yaitu keterampilan mendengarkan, tanggapan nonverbal yang mendukung, dan bahasa yang sama.

6. Jumlah dan sifat informasi yang dimiliki seseorang berubah sepanjang waktu. Asumsi ini menekankan pada waktu, sekaligus fokus pada fakta bahwa komunikasi antarpribadi berkembang secara bertahap. Interaksi awal merupakan elemen penting dalam proses perkembangan hubungan antarpribadi.

7. Perilaku orang dapat diperkirakan sebagaimana ketentuan hukum alam perilaku manusia diatur oleh prinsip-prinsip yang bersifat umum atau universal sebagaimana aturan hukum alam. Walaupun terdapat beberapa pengecualian, namum pada umumnya orang berperilaku sesuai dengan prinsip-prinsip yang bersifat umum itu. (Morrisan, 2010:89-91)

Dalam membangun teorinya,Berger dan Calabrese menggunakan sejumlah aksioma sehingga teori pengurangan ketidakpastian ini sering disebut teori yang dibangun berdasarkan aksioma yang disimpulkan dari hasil riset atau penelitian yang pernah dilakukan sebelumnmya atau berdasarkan logika akal sehat (common sense). Berger dan Calabrese melalui teorinya mengajukan sejumlah aksioma atau sering juga disebut dengan istilah preposisi. Suatu aksioma tidak memerlukan pembuktian karena pernyataan itu sendiri merupakan bukti. Pernyataan atau aksioma yang dikemukakan Berger dan Calabrese masing-masing menunjukkan adanya hubungan antara ketidakpastian yang merupakan konsep sentral teori dengan sejumlah konsep lainnya. Hubungan itu dapat bersikap positif atau negatif. Dalam hal ini terdapat tujuh aksioma sebagai berikut:

1.

Ketidakpastian yang tinggi pada tahap masukan mendorong peningkatan komunikasi verbal di antara orang yang tidak saling mengenal. Peningkatan komunikasi verbal pada akhirnya akan mengurangi tingkat ketidakpastian, dan manakala ketidakpastian


(29)

terus menurun jumlah komunikasi verbal meningkat. Dua orang yang tidak saling mengenal perlu berbicara lebih banyak agar mereka menjadi lebih pasti satu sama lainnya. Ketika mereka sudah saling mengetahui mereka akan lebih banyak berbicara satu sama lainnya. Dalam hal ini, terdapat hubungan negatif antara ketidakpastian dan komunikasi verbal.

2. Pada tahap awal interaksi, ketika ungkapan nonverbal meningkat maka tingkat ketidakpastian menurun. Penurunan ketidakpastian akan mendorong peningkatan ungkapan nonverbal. Jika dua orang yang tidak saling mengenal menunjukkan komunikasi nonverbal yang baik maka mereka akan semakin pasti satu sama lainnya. Kepastian yang lebih besar akan mendorong peningkatan komunikasi nonverbal satu sama lainnya. Dalam hal ini terdapat hubungan antara ketidakpastian dan komunikasi nonverbal.

3. Ketidakpastian yang tinggi akan meningkatkan upaya untuk mencari informasi mengenai perilaku orang lain. Ketika tingkat ketidakpastian menurun maka pencarian informasi perilaku menurun. Pernyataan ini menunjukkan adanya hubungan positif antara ketidakpastian dan pencarian informasi.

4. Tingkat ketidakpastian tinggi dalam suatu hubungan menyebabkan turunnya tingkat keakraban isi komunikasi. Tingkat ketidakpastian yang rendah menghasilkan tingkat keakraban yang tinggi. Tingkat keakraban tinggi ditandai dengan keterbukaan para pihak untuk mengungkapkan informasi. Pernyataan ini menunjukkan hubungan negatif antara ketidakpastian dan tingkat keakraban.

5. Tingkat ketidakpastian tinggi menghasilkan tingkat resiprositas tingggi. Tingkat ketidakpastian rendah menghasilkan tingkat resiprositas rendah. Kedua pernyataan menunjukkan hubungan positif. Dua orang yang baru pertama kali terlibat dalam percakapan akan cenderung meniru satu sama lainnya. Adapun yang dimakasud dengan resiprositas adalah jika salah satu pihak hanya menyediakan sedikit informasi mengenai dirinya maka pihak lainnya akan melakukan hal serupa. Semakin banyak orang berbicara satu sama lainnya semakin besar kepercayaan mereka untuk membuka informasi dirinya kepada orang lain.

6. Kesamaan akan mengurangi ketidakpastian sedangkan perbedaan akan meningkatkan ketidakpastian. Pernyataan ini menunjukkan hubungan negatif. Dua orang yang belum saling kenal tetapi sama-sama menjadi anggota suatu organisasi menunjukkan adanya kesamaan, namun keduanya mungkin memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut memberikan kontribusi terhadap tingkat ketidakpastian.


(30)

7. Ketidakpastian yang meningkat akan mengurangi perasaan tertarik dalam berinteraksi sebaliknya penurunan ketidakpastian menghasilkan peningkatan ketertarikan. Pernyataan menunjukkan hubungan negatif antara ketidakpastian dengan rasa suka atau tidak suka. (Morrisan, 2010: 92)

2.2.4 Teori Penilaian Sosial

Teori penilian sosial memberikan penjelasan bagaimana orang memberikan penilaian mengenai segala informasi atau pernyataan yang didengarnya. Dengan kata lain teori ini juga dapat menjelaskan bagaimana seseorang memberi opini terhadap sesuatu hal. Tiga hal yang mempengaruhi seseorang dalam memberi penilaian yaitu:

1. Keterlibatan ego

Menurut Sherif keterlibatan ego mengacu pada seberapa penting suatu isu dalam kehidupan seseorang. Dengan kata lain, jika suatu isu berdampak atau berakibat secara langsung pada seseorang maka orang tersebut akan menganggap isu itu sebagai sesuatu yang sangat penting. Sebaliknya, jika suatu isu tidak berdampak secara langsung bagi seseorang maka isu tersebut tidaklah penting bagi dirinya

2. Jangkar sikap

Sherif mengatakan orang cenderung menggunakan acuan atau jangkar sikap sebagai pembanding ketika menerima sejumlah pesan yang berbeda-beda atau bahkan bertentangan. Dalam kehidupan sosial, acuan yang seseorang gunakan saat menduga sesuatu (memberikan penilaian) tanpa alat ukur pasti adalah referensi serta pengalaman yang sudah ada sebelumnya. Dengan kata lain seseorang cenderung memberikan penilaian dengan acuan internal yang dimilikinya.

3. Efek kontras

Dengan berdasar pada pemahaman yang Sherif kemukakan maka dapat diketahui bahwa seseorang memberikan penilaian untuk menerima atau menolak pesan berdasarkan dua hal yaitu keterlibatan ego dan acuan internal. Namun demikian, proses penilaian ini tetap dapat menimbulkan distorsi (penyimpangan). Distorsi ini terjadi jika seseorang menilai suatu pesan menjadi lebih jauh atau bertentangan dengan pandangannya sendiri dari pada yang seharusnya, penilaian yang menjadi lebih jauh dari yang seharusnya ini di sebut sebagai efek kontras. Sebaliknya, distorsi juga terjadi ketika seseorang memberi penilaian terhadap suatu pesan menjadi lebih


(31)

dekat dengan pandangannya sendiri dari pada yang seharusnya, penilaian ini disebut dengan efek asimilasi.

2.2.5 Self Disclosure

Teori ini diperkenalkan oleh Joseph Luft (1969) yang menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang lain. Untuk hal itu dapat dikelompokkan kedalam empat macam bidang pengenalan yang ditunjukkan dalam suatu gambar yang disebutnya dengan jendela Johan (Johari window).

Tabel 1

Jendela Johari (Johari Window)

Diketahui orang lain Tidak diketahui orang lain

Gambar yang disebut jendela Johari tersebut melukiskan bahwa dalam pengembangan hubungan antar seseorang dengan yang lainnya terdapat empat kemungkinan sebagaimana terwakili melalui suasana keempat bidang (jendela) itu.

Bidang 1, melukiskan suatu kondisi dimana antara seseorang dengan yang lain mengembangkan suatu hubungan yang terbuka sehingga dua pihak saling mengetahui masalah tentang hubungan mereka.

Bidang, 2 melukiskan bidang buta, masalah hubungan antara kedua belah pihak hanya diketahui orang lain namun tidak diketahui oleh diri sendiri.

Bidang, 3 disebut bidang tersembunyi, yakni masalah hubungan antarakedua belah pihak diketahui diri sendiri namun tidak diketahui orang lain.

Bidang 4, bidang tidak dikenal, dimana kedua belah pihak sama-sama tidak mengetahui masalah hubungan diantara mereka yang dikehendaki dalam hubungan sebenarnya adalah dalam suatu komunikasi antar pribadi di masa lalu dapat menimbulkan perasaan intim untuk sesaat. Hubungan sejati terbina dengan menggunakan reaksi-reaksi kita terhadap aneka kejadian yang kita alami bersama atau terhadap apa yang dikatakan atau dilakukan oleh lawan kita. Orang lain mengenal diri kita bukan dengan menyelidiki masa lalu kita, melainkan dengan mengetahui cara kita beraksi. Masa lalu hanya mampu menjelaskan perilaku kita dimasa kini.

1. Terbuka 2. Buta


(32)

2.2.6 Pembentukan Perilaku

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak.Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor saling berinteraksi.Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut amat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Karena itu amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu, sebelum ia mampu mengubah perilaku tersebut.

Skinner membeda kan jenis perilaku menjadi : a. Perilaku alami (innate behavior)

Perilaku alami yaitu perilaku yang dibawa sejak organisme dilahirkan yaitu yang berupa refleksi dan insting.

b. Perilaku operan (operant behavior)

Perilaku operan behavior yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses belajar. Perilaku yang refleksif merupakan perilaku yang terjadi sebagai rekasi secara spontan terhadap stimulus mengenai organisme yang bersangkutan (Walgito, 2003 : 18)

Perilaku manusia sebagian besar ialah berupa perilaku yang dibentuk, perilaku yang dipelajari. Berkaitan dengan hal tersebut maka salah satu persoalan ialah bagaimana cara membentuk perilaku itu sesuai dengan yang diharapkan (Walgito 2003:16-17). Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk berprilaku seperti yang diharapkan, akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut. Pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan pengertian atau insight (kasih artinya).

Ada tiga efek komunikasi dalam komunikasi (Rakhmat, 2004:30) :

a) Kognitif

Kognitif adalah yang ditimbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkatkan intelektualitasnya. Disini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan lain perkataan, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran diri komunikan.

b) Afektif

Afektif lebih tinggi kadarnya daripada dampak kognitif. Disini tujuan komunikator bukan hanya sekadar supaya komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya; menimbulkan


(33)

perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya.

c) Behavioral

Behavioral, yaitu dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan.

Pembentukan perilaku juga dapat terjadi karena pengalaman pribadi, pengalaman dari orang lain, atau karena rasa takut pada norma masyarakat. Pada hal ini perubahan perilaku terjadi karena pengalaman pribadi. Bagi individu yang bertanggung jawab penuh, serta tahu apa yang terbaik bagi dirinya, seharusnya individu mampu merencanakan perilaku yang lebih baik dan kemudian mewujudkannya selama berada di dalam panti.

2.2.7 Pengertian Pekerja Seks komersial (PSK)

Pekerja seks komersial adalah wanita yang kelakuannya tidak pantas dan bisa mendatangkan malapetaka/celaka dan penyakit, baik kepada diri sendiri ataupun orang lain yang bergaul dengan dirinya, maupun kepada dirinya sendiri. Pekerja seks komersial merupakan profesi yang berupa tingkah laku bebas lepas tanpa kendali dan cabul, karena adanya pelampiasan nafsu seks dengan lawan jenisnya tanpa mengenal batas-batas kesopanan (Kartono, 2009).

Menurut Fieldman dan Mac Cullah (Koentjoro, 2004) pekerja seks komersial adalah seseorang yang menggunakan tubuhnya sebagai komoditas untuk menjual seks dalam satuan harga tertentu. Mukherji dan Hantrakul (Koentjoro 2004) mendefinisikan seorang pekerja seks komersial sebagai seorang perempuan yang menjual dirinya untuk kepentingan seks pada beberapa pria berturut-turut yang dirinya sendiri tidak memiliki kesempatan untuk memilih pria mana yang menjadi langganannya. Definisi tersebut sejalan dengan Koentjoro (2004) yang menjelaskan bahwa pekerja seks komersial merupakan bagian dari kegiatan seks di luar nikah yang ditandai oleh kepuasan dari bermacam-macam orang yang melibatkan beberapa pria dilakukan demi uang dan dijadikan sebagai sumber pendapatan.

Pengertian pekerja seks komersial yang digunakan dalam penelitian ini adalah pekerja seks komersial yang dikemukakan oleh Koentjoro (2004) yaitu bahwa pekerja seks komersial adalah bagian dari kegiatan seks di luar nikah yang ditandai oleh kepuasan dari bermacam-macam orang yang melibatkan beberapa pria, dilakukan demi uang dan dijadikan sebagai sumber pendapatan.

Menurut Koentjoro (2004) menjelaskan ada lima faktor yang melatarbelakangi seseorang menjadi pekerja seks komersial, yaitu:


(34)

a. Materialisme

Materialisme yaitu aspirasi untuk mengumpulkan kekayaan merupakan sebuah orientasi yang mengutamakan hal-hal fisik dalam kehidupan. Orang yang hidupnya berorientasi materi akan menjadikan banyaknya jumlah uang yang bisa dikumpulkan dan kepemilikan materi yang dapat mereka miliki sebagai tolak ukur keberhasilan hidup.

b. Modeling

Modeling adalah salah satu cara sosialisasi pelacuran yang mudah dilakukan dan efektif. Terdapat banyak pelacur yang telah berhasil mengumpulkan kekayaan di komunitas modeling yang menghasilkan pelacur sehingga masyarakat dapat dengan mudah menemukan model.

c. Dukungan orangtua

Dalam beberapa kasus, orangtua atau suami menggunakan anak perempuan/istri mereka sebagai sarana untuk mencapai aspirasi mereka akan materi.

d. Lingkungan yang permisif

Jika sebuah lingkungan sosial bersikap permisif terhadap pelacuran berarti kontrol tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya dan jika suatu komunitas sudah lemah kontrol lingkungannya maka pelacuran akan berkembang dalam komunitas tersebut. e. Faktor ekonomi

Lebih menekankan pada uang dan uang memotivasi seseorang menjadi pekerja seks komersial. Tekanan ekonomi, faktor kemiskinan, adanya pertimbangan-pertimbangan ekonomis untuk mempertahakan kelangsungan hidupnya, khususnya dalam usaha mendapatkan status sosial yang lebih baik.

Menurut penelitiannya, Hutabarat dkk (Koentjoro, 2004) menambahkan dua faktor yang melatarbelakangi seseorang menjadi pekerja seks komersial yaitu:

a. Faktor pendorong internal

Faktor yang berasal dari individu, seperti rasa sakit hati, marah, dikhianati atau dikecewakan pasangan.

b. Faktor pendorong eksternal

Faktor yang berasal dari luar individu, seperti faktor ekonomi, dan ajakan teman


(35)

         

Sumber : peneliti, 2013 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif memungkinkan peneliti mendekati data secara langsung (face to face) dan mengumpulkan data sehingga mampu mengembangkan komponen-komponen dan kategoris dari data itu sendiri dan bukan dari teknik-teknik yang dikonsepsikan sebelumnya.

Keuntungan utama peneltian kualitatif ialah melibatkan pengamatan prilaku berdasarkan latar alamiah menurut dugaan, pemahaman penelitian akan meningkat karena objek berhubungan dengan subjek dalam dunianya sendiri dan bukan dunia tak wajar yang diciptakan oleh penelitian. Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kulitatif. Penelitian dengan metode ini menggambarkan situasi, proses atau gejala-gejala yang diamati di lapangan. Metode kualitatif bertujuan untuk mengetahui, menggambarkan, meringkas berbagai kondisi yang diamati dan situasi fenomena realita sosial yang ada di masyarakat yang menjadi penelitian dan berupaya menarik relita itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, dan fenomena tertentu (Bungin 2006:28)

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian merujuk pada masalah yang sedang diteliti. Objek penelitian ini adalah proses komunikasi antarpribadi dan pembentukan perilaku PSK di UPT Pelayanan Sosial Wanita Tuna Susila Berastagi.

Warga Bina Sosial (WBS)

Pegawai Parawasa

Proses Komunikasi Antarpribadi


(36)

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah informan yang akan dimintai informasi berkenaan dengan penelitian yang dilakukan. Subjek penelitian dalam penelitian ini, sebagai informan pokok adalah Pekerja Seks Komersial (PSK) dan peneliti juga memakai informan tambahan dalam penelitiannya adalah pegawai yang berada di UPT Pelayanan Sosial Wanita Tuna Susila Berastagi untuk mendukung validitas informasi.

3.4 Kerangka Analisis

Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data dari informan di lapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan data sampai data jenuh. Kemudian dengan menggunakan teknik analisis data selama dilapangan model Miles and Huberman, peneliti menganalisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Peneliti melakukan reduksi data. Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya. Dengan demikian data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2005 : 92).

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan peneliti dalam mengumpulkan data (Krisyantono, 2006 : 91). Penelitian ini menggunakan dua metode pengumpulan data yaitu :

a. Data Primer

Menurut Kriyantono (2006 :43) menjelaskan data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama atau tangan pertama dilapangan. Adapun cara untuk mendapatkan data primer yaitu :

1. Wawancara mendalam

Wawancara mendalam secara umum adalah proses keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang di wawancari, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lain. Dengan demikian wawancara mendalam adalah keterlibatan dalam


(37)

2. Observasi atau suatu pengamatan

Pengamatan dilakukan secara langsung dilapangan oleh peneliti.Dengan demikian peneliti bisa mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan informan untuk data pendukung.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (dihasilkan pihak lain). Pada umumnya data sekunder berbentuk catatan atau laporan dokumentasi oleh lembaga tertentu (Ruslan, 2003 : 138).

3.5.1 Penentuan Informan

Penentuan informan pada penelitian ini adalah dengan memiliki kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria yang harus dimiliki informan adalah:

1. Informan adalah warga bina sosial dan pegawai yang berada di UPT Pelayanan sosial Wanita Tuna Susila Berastagi

2. Informan orang terlibat dalam proses Komunikasi antarpribadi PSK.

3. Klien yang ada di UPT Pelayanan Sosial Wanita Tuna Susila adalah Warga Bina Sosial yang sudah selama satu bulan dan sudah menjalankan kegiatan di dalam UPT Pelayanan Sosial Wanita Tuna Susila Berastagi dikarenakan klien sudah merasakan dan mengikuti kegiatan di dalam panti sehingga peneliti dapat memperoleh data mengenai kegiatan-kegiatan yang ada didalam panti, serta peneliti dapat mengetahui proses komunikasi antarpribadi dalam pembentukan prilaku warga bina sosial.

3.5.2 Keabsahan Data

Penelitian ini mengunakan teknik triangulasi data untuk mengecek keabsahan data penelitian. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian.

Dezin dalam Moleong, membedakan empat macam triangulasi data diantaranya dengan memanfaatkan sumber, metode, penyidik, dan teori. Dari keempat macam triangulasi data tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber ((Moleong 2009)

Triangulasi data sumber adalah teknik pemeriksaan data dengan cara membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan


(38)

alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton, 1987). Dalam mencapai kepercayaan tersebut, maka diambil langkah sebagai berikut:

1 Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2 Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang

dikatakan secara pribadi.

3 Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4 Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

5 Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan

(Moleong, 2009)

3.5.3 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu : 1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama dan tangan pertama di lapangan (Kriyantono, 2006: 43).

Adapun data untuk mendapatkan data primer, yaitu : a. Wawancara mendalam

Tipe wawancara mendalam adalah wawancara tidak berstruktur, yaitu tidak memiliki setting wawancara yang baku. Penyampaian dan peruntunan pertanyaan akan berbeda dari wawancara ke wawancara. Tetap, peneliti tetap membuat interview guide agar memiliki panduan dalam mewancarai informan. Wawancara dilakukan secara langsung bertatap muka untuk mendapatkan data lengkap dan mendalam (Krisyantono, 2006)

b. Observasi

Kegiatan observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung di lapangaan oleh peneliti. dengan demikian peneliti dapat mendokumentasikan kegiatan informan sebagai data pendukung.

2. Data sekunder

Pada umumnya data sekunder berbentuk catatan atau laporan dokumentasi oleh lembaga tertentu (Ruslan 2003 : 138) pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan, yaitu mencari, melihat dan membuka dokumen, situs-situs atau


(39)

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 2005 : 248) adalah upaya dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilih – milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensitesiskanya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Menurut B.Milles dan Michael Huberman (Patilima, 2001 :96) membagi bagi tiga proses data kualitatif yaitu :

1. Reduksi data, proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data yang muncul dari catatan-catatan dilapangan. 2. Penyajian data, yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengamatan tindakan

3. Penarikan kesimpulan, kesimpulan akhir tergantung pada besarnya kumpulan catatan lapangan.

Kegiatan analisis data dalam penelitian ini, akan dimulai dengan menelaah semua data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder yang berupa wawancara, pengamatan, serta catatan lapangan. Hasil data yang diperoleh berdasarkan teknik pengumpulan data itu, akan disusun membentuk laporan yang sistematis. Selanjutnya data yang disusun akan dibagi menjadi data utama dan data penjelas.

Hasil penelitian akan dijabarkan dalam bentuk deskripsi yang didukung dengan teori yang bersumber dari buku, kemudian dianalisis untuk mengetahui Proses Komunikasi Antarpribadi PSK dalam pembentukan perilaku di UPT Pelayanan Sosial Wanita Tuna Susila Berastagi. Selanjutnya, ditarik beberapa kesimpulan hasil penelitian.


(40)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Lokasi Penelitian

Parawasa yang terletak di desa Raya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo, ± 68 Km dari Kota Medan, mulai diresmikan pada tahun 1977 yang dalam bahasa administrasi disebut dengan nama Sasana Rehabilitasi Wanita Tuna Susila, oleh Bupati Kepala Daerah Tk. II diberi nama Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pelayanan Sosila Tuna Susila.

Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pelayanan Sosila Tuna Susila adalah Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara khususnya dalam upaya rehabilitasi sosial dan resosialisasi bagi Tuna Susila. Keberadaan diatur dan ditetapkan oleh Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 061.297.K/Tahun 2002 tentang Kedudukan Tugas dan Fungsi Susunan Organisasi Parawasa di lingkungan Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara.

Upaya menangani permasalahan tersebut Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara melaksanakan usaha-usaha penanganan secara konkrit melalui sarana, yang merupakan tempat pelayanan sosial bagi para penerima pelayanan (klien) kearah kehidupan yang mandiri dengan menjunjung tinggi nilai kehidupan masyarakat di mana menjadi warganya.

Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pelayanan Sosila Tuna Susila Berastagi memiliki kapasitas 100 orang. Sebagai lembaga rehabilitasi percontohan di Provinsi Sumatera Utara maka UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila mengadakan beberapa kegiatan dalam upaya Rehabilitasi seperti keterampilan yang beraneka ragam (salon, menjahit, pengajian/Pendidikan agama dan sebagainya). Pelaksanaan pengembangan rehabilitasi


(41)

cita pembangunan manusia Indonesia yang seutuhnya. Karena Tuna Susila juga merupakan anggota masyarakat yang wajib dibina dan mendapatkan perhatian dari semua pihak.

Saat ini sejak tahun 2001 Parawasa secara resmi telah menjadi aset Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara, yang pendanaan kegiatan operasional bersumber dari APBD Sumatera Utara.

UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila yang terletak di jalan besar melewati Kota Berastagi dengan jarak tembok Parawasa lebih kurang 10 meter. UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila tembok semen permanen. Di bagian depan tampak gedung mirip sekolahan yang di halaman depan Parawasa terdapat bunga-bunga.

Pada saat kita mulai memasuki Parawasa tidak terdapat kesan yang sangat aneh hanya terdapat asrama-asrama tempat tinggal para Warga Bina Sosial, setelah memasuki pintu gerbang kita akan dapat melihat langsung bangunan-bangunan yang ada di dalam Parawasa. Kantor rehabilitasi berada persis di depan Parawasa. Setelah kita berdiri di depan kantor maka di depan sebelah kiri kita akan mendapatkan bangunan sebanyak 4 unit bangunan, tempat konseling psikologis Tuna Susila, Ruangan Asrama Anggrek I, rumah Dinas Tata Usaha, Asrama Anggrek II. Sebelah kanan kita akan mendapatkan lapangan untuk senam dan olahraga Tuna Susila, Mushola, Rumah Dinas Kepala UPT, Ruangan Keterampilan, rumah dinas petugas dan dapur umum. Adapun ruang pertemuan berhadapan dengan kantor hanya saja menghadap ke arah dapur.

4.1.2 Profile UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila Berastagi Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara

Dinas Kesejahteraan dan Sosial

UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila dan Tuna Laras Berastagi Jl. Letjen Jamin Ginting, Telp : (0628) 92798 Berastagi 4.1.3 Struktur UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila Berastagi

KA. Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara

KA. UPT Pelayanan Sosial Wanita Tuna Susila dan Tuna Laras Berastagi


(42)

Gambar 1.1 Sumber : Parawasa

4.1.4 Pembagian Tugas (Job Description)

Dasar Pembagian Tugas di UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila dan Tuna Laras Berastagi menurut :

1. Undang-undang RI No. 11/2009 Tentang Kesejahteraan Sosial

2. Kep. Mensos RI No.No / HUK / 1999 Tentang Rehabilitasi Sosial Penyandang Masalah Tuna Susila.

3. Peraturan Gubernur Sumatera Utara No.17/2010 Tentang : Uraian Tugas, Pokok dan Fungsi Dinas. Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara.

4. Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 33/2010 Tentang Organisasi, Tugas, Fungsi dan Uraian. Tugas Unit Pelaksanaan Teknis Dinas pada Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara.

5. Pedomanan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Dep.Sos RI 2009.

1. Tugas dan Fungsi KA UPT Pelayanan Sosial Wanita Tuna Susila dan Tuna Laras Berastagi sesuai dengan peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 33 Tahun 2010.

TUGAS

Unit Pelaksanaan Teknis Dinas yang sifatnya menyelenggarakan pelayanan Sosial mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam Menyelenggarakan urusan di bidang ketatausahaan dan pelayanan sosial bagi penyandang masalah Kesejahteraan Sosial.

FUNGSI

1. Penyelenggaraan pembinaan, bimbingan, arahan, dan persiapan penegakan disiplin pegawai pada lingkup UPT ;

2. Penyelenggaraan penetapan penyusunan bahan/ data dalam menyelenggarakan Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial.

3. Penyelenggaraan penetapan perencanaan dan program kegiatan pada UPT Pelayanan Sosial, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

4. Penyelenggaraan penetapan Standar, Norma dan Kriteria dalam menyelenggarakan UPT dibidang Pelayanan Sosial;


(43)

6. Penyelenggaraan pemberian masukan kepada Kepala Dinas, sesuai tugas dan fungsinya;

7. Penyenggaraan penetapan laporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya, sesuai Standar yang ditetapkan.

2. Tugas KA. Sub. Bag. Tata Usaha Pelayanan Sosial Wanita Tuna Susila dan Tuna Laras sesuai dengan peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 33 Tahun 2010.

TUGAS

1. Melaksanakan pembinaaan, bimbingan, arahan dan persiapan penegakan displin pegawai pada lingkup Sub Bagian Tata Usaha

2. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data/bahan dalam bidang Ketatausahan/adminitrasi, arsip dan dokumen.

3. Melaksanakan persiapan penyusunan perencanaan dan program kegiatan Sub Bagian Tata Usaha dan Unit Pelaksanaan Teknis.

4. Melaksanakan persiapan penyusunan Standar, norma kriteria dalam bidang

penatausahan/administrasi/arsip dan dokumentasi, sesuai Standar yang ditetapkan 5. Melaksanakan pengolahan penatausahan surat/naskah dinas, sesuai standar yang

ditetapkan;

6. Melaksanakan penatausahaan/adminstrasi, penerimaan, pendistribusian surat-surat, naskah dan arsip, sesuai ketentuan yang ditetapkan.

7. Melaksanakan administrasi kepegawaian, kenaikan pangkat, gaji berkala pension, tugas/ijin belajar, pendidikan pelatihan kepemimpinan/structural, fungsional/teknis, sesuai Standar yang ditetapkan.

8. Melaksanakan fasilitas dan koordinasi mutasi kepegawaian, sesuai peraturan perundang-undangan

9. Melaksanakan fasilitas pelaksanaan kesejahteraan pegawai, sesuai peraturan perundang-undangan.

10.Melaksanakan administrasi keuangan, pembayaran gaji, perjalanan dinas, dan pengaturan perbendaharawanan, sesuai standar yang ditetapkan.

11.Melaksanakan perawatan/pemeliharaan peralatan dan gedung kantor, sesuai standar yang ditetapkan.

12.Melaksanakan kenyamanan, keamanan dan kebersihan kantor

13.Melaksanakan pengkoordinasian pembinaan tenaga kelompok jabatan fungsional pada Unit Pelaksanaan Teknis sesuai peraturan perundang-undangan.


(44)

14.Melaksanakan fasilitas pelayanan tamu-tamu Kepala UPT, sesuai Standar yang ditetapkan.

15.Melaksanakan fasilitasi rapat-rapat internal dan eksternal UPT, sesuai peraturan perundang-undangan.

16.Melaksanakan penyusunan rencana kebutuhan Sarana, Prasarana Infrastruktur Kantor, sesuai peraturan perundang-undangan

17.Melaksanakan pembinaan perpustakaan khusus Kantor, sesuai standar yang ditetapkan

18.Melaksanakan pengaturan jadwal/agenda Kepala UPT dan penginformasian kegiatan kantor.

19.Melaksanakan fasilitas pelayanan umum kepada masyarakat, sesuai ketentuan yang ditetapkan.

20.Melaksanakan penggandaan/perbanyakan kebutuhan naskah dinas dan fasilitasi Kelembagaan Kantor.

21.Melaksanakan pemberian masukan kepada Kepala UPT, sesuai Standar yang ditetapkan.

22.Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala UPT, sesuai dengan tugasnya

23.Melaksanakan penyusunan laporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya, sesuai Standar yang ditetapkan.

3. Tugas Jabatan Fungsional pekerja Sosial di UPT Pelayanan Sosial Wanita Tuna Susila dan Tuna Laras Berastagi.

TUGAS

1. Melaksanakan pembinaan, bimbingan, arahan dan penegakan displin serta norma-norma Susila kepada WBS (Warga Bina Sosial) di lingkungan UPT

2. Melaksanakan koordinasi dengan instansi Teknis terkait untuk kelancaran Teknis Administrasi dan Operasional Pembinaan WBS

3. Melaksanakan pendekatan Awal dan Penerimaan WBS Pendekatan Awal:

a. Orientasi dan Konsultasi b. Indentifikasi Terhadap WBS

c. Motivasi terhadap WBS (baik secara individu/kelompok) d. Seleksi Terhadap WBS (Baik Secara Individu/Kelompok)


(45)

a. Melaksanakan Registrasi Terhadap WBS

b. Menempatkan WBS dalam Program Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial 4. Melaksanakan Assessment (Pengungkapan dan Pemahaman Masalah) terhadap

WBS, Baik secara Individu/Kelompok dan atau Formal/NonFormal)

5. Melaksanakan bimbingan Sosial, Mental, Fisik dan Keterampilan terhadap WBS Baik secara Individu/Kelompok dan atau Formal/NonFormal

6. Melaksanakan Kegiatan Resosialisasi

a. Bimbingan Kesiapan dan Peran Serta Masyarakat b. Bimbingan Sosial Hidup Bermasyarakat

7. Melakukan Penyaluran

a. Pemberian Bantuan Stimulan Usaha Produktif b. Melakukan Bimbingan Usaha Kerja

8. Melaksanakan Terminasi

9. Melaksanakan bimbingan Lanjut 10.Melaksanakan Evaluasi

11.Melaksanakan Tugas-tugas Sesuai Dengan Keputusan Mentri Sosial RI No. 10/HUK/2007 dan No. 43/HUK/2007

12.Membuat laporan dan Pertanggung Jawaban kepada KA. UPT atas Pelaksanaan Tugas Sesuai Standar (Mingguan,Bulanan,Triwulan, Semester dan Tahunan) yang akan dijadikan sebagai bahan Penetapan Angka Kredit Jabatan Fungsional

4.1.5 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian tentang proses komunikasi antarpribadi sesama Pekerja Seks Komersial (PSK) dalam pembentukan perilaku, dilakukan di Parawasa. Untuk mendapatkan informasi mengenai penelitian ini, Peneliti memakai informan yaitu Warga Bina Sosial (WBS) di Parawasa dan informan tambahan yaitu pegawai-pegawai Parawasa untuk melihat proses komunikasi antarpribadi sesama Warga Bina Sosial. Penelitian dilakukan dengan observasi langsung dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di dalam Parawasa. Selain itu peneliti melakukan wawancara langsung secara mendalam kepada masing-masing informan, yang sudah ditentukan secara bertahap sehingga bisa mendapatkan dan memenuhi informasi-informasi yang dibutuhkan peneliti.

Izin penelitian diajukan langsung kepada Tata Usaha Parawasa Susila pada tanggal 25 Juli 2013 kepada Dra Sion Ulina selaku Tata Usaha di Parawasa. Beliau adalah pihak yang mengatur mengenai surat izin keluar dan masuk di Parawasa. Izin penelitian disetujui Ibu Dra


(46)

Sion Ulina selaku Tata Usaha Parawasa pada tanggal 1 Agustus 2013, kemudian surat izin penelitian diberikan kepada peneliti.

Pada tanggal 19 Agustus 2013, Peneliti tiba di Parawasa pada pukul 20.00 WIB yang beralamat di Jalan Letjen Jamin Ginting Berastagi, Telp (0628) 92798. Peneliti menginap di rumah dinas Kepala UPT Pelayanan Sosial yang berada di antara Musollah dan ruangan membordir serta menyalon dan di depan ruangan asrama Anggrek II tempat warga bina sosial (WBS) beristirahat.

Peneliti memulai penelitian Keesokan harinya pukul 07.30 WIB, Peneliti melakukan observasi langsung dengan melangkahkan kaki dari rumah dinas Kepala UPT Pelayanan Sosial dengan cuaca yang dingin, peneliti mengikuti kegiatan warga bina sosial di pagi hari, dimana Peneliti melihat semua warga bina sosial melakukan kegiatan membersihkan halaman dan ruangan yang ada di dalam pekarangan Parawasa dengan cuaca yang dingin dan segar. Disaat membersihkan halaman, salah satu Warga Bina Sosial memiliki ciri fisik rambut sebahu, kulit sawo matang, tinggi setara dengan peneliti, memakai baju hitam dan celana pendek berwarna biru mudah berkata kepada petugas :

“ Pak, kayak babu kalian buat kami setiap pagi membersihkan tempat ini. mending digaji, ini uda gak di gaji disuruh bersih-bersihkan ruangan kalian kami”.

Petugas yang mendengarkan perkataan Warga Bina Sosial membalas dengan berkata “Ini untuk kesehatan dan kebaikan kalian, daripada kalian tidur bermalas-malasan di kamar, bagusan kalian bersih-bersih setiap pagi buat badan kalian sehat”.

Jam delapan pagi setelah selesai membersihkan halaman dan ruangan, Warga Bina Sosial (WBS) dibariskan di lapangan dengan matahari menyinari mereka. Setelah itu, Warga Bina Sosial sarapan secara bergantian dengan melangkahkan kaki menuju rumah warga yang bertugas menyiapkan makanan setiap hari. Rumah warga dipakai dikarenakan dapur yang dipakai setiap hari sedang dalam proses renovasi. Peneliti dengan warga bina sosial sarapan dengan perasaan malu-malu dan segan, disaat sarapan banyak cerita yang disampaikan kepada peneliti. Warga bina sosial tersebut berciri fisiknya tinggi setara dengan peneliti, rambut sebahu berwarna hitam, berkulit sawo matang, memakai baju dan celana tidur bercerita kepada peneliti

“Kami disini kayak babu, makan dikasih telor sama tempe aja. lihatlah pak, kek ginilah makanannya. Mau pulang kami harus bayar kepada pegawainya, kalo gak ada uang, mana bisa kami pulang. Otak mereka itu duit aja, macam T*** aku lihat mereka itu. Gimana kami


(47)

ini yang gak punya uang, yang kehidupannya kekurangan masih diminta uang bayar tembusan, emang A*****,T*** mereka itu”.

Warga Bina Sosial yang sedang sarapan pagi mengeluarkan ketidaksukaan mereka. Mereka tidak sungkan mengeluarkan semuanya kepada Peneliti. Selesai sarapan dengan warga bina sosial, peneliti pergi berjalan menuju ke kantor Parawasa, disaat menuju kantor peneliti melewati ruangan warga bina sosial, peneliti disapa dengan sopan dan menanyakan mau kemana, peneliti dengan hati malu-malu menjawab dengan lembut dan sopan kepada warga bina sosial yang menyapa.

Sampai di dalam kantor, peneliti bertemu dengan bapak Halomoan, beliau adalah Kepala UPT Pelayanan Sosial yang lama yang akan pindah tempat kerja. Beliau keturunan batak Toba memiliki ciri-ciri rambut pendek, cukup tinggi, dan berkulit sawo matang. Beliau merupakan lulusan dari S1 IKIP dan sudah empat tahun berkerja di Parawasa. Beliau memperkenalkan peneliti dengan Kak Rini Ginting yang menjadi Informan tambahan, Ia merupakan wanita keturunan Batak Karo yang berpenampilan cukup menarik memiliki rambut panjang, cukup tinggi, dan berkulit kuning langsat. Ia merupakan lulusan dari S1 Akademi Keperawatan di Medan dan saat ini bekerja sebagai pegawai tetap di Parawasa di bagian Kesehatan. Pada saat Peneliti berkenalan dengannya dan memberitahukan tentang tujuan peneliti. Peneliti mengetahui Ia bekerja disini sudah lima tahun, Ia menangani kesehatan warga bina sosial dan mengajar tentang kesehatan. Ketika sedang bercerita dengan Kak Rini Ginting, peneliti melihat seorang lelaki sudah cukup tua turun dari sebuah mobil berjalan masuk ke dalam kantor, Peneliti diperkenalkan oleh Kak Rini dengan Kepala Parawasa yang baru, dengan rasa segan peneliti bersalaman dengan melemparkan senyum kepada Kepala Parawasa yang baru. Setelah bersalaman peneliti diajak memasuki ruangan Kepala Parawasa dengan berjalan peneliti menuju Ruangan Kepala Parawasa dengan melewati ruangan Pekerjaan Sosial (Peksos), sesampainya di dalam ruangan Kepala UPT Pelayanan Sosial, peneliti dipersilahkan duduk saat beliau memperkenalkan dirinya, Peneliti mengetahui Beliau bernama bapak Ngingso yang baru pindah tempat kerja di Parawasa, Beliau juga menanyakan kepada peneliti tentang kedatangan ke tempat ini, peneliti menceritakan kedatangan peneliti ke Parawasa. Setelah selesai menceritakan kedatangan peneliti, beliau memberikan nasehat membangun kepada peneliti :

“Lakukan studimu nak dengan baik, utamakan studimu daripada kegiatan yang lain, tapi yang terutama rajinlah berdoa. Jangan sampai tidak pernah berdoa sebelum melakukan pekerjaan nakku”. Kalo ada kendala disini, kasih tau Bapak atau pegawai yang lain, kami siap bantu adek selama penelitian disini.”


(48)

Setelah itu, beliau menyuruh Kak Rini mengajak peneliti ikut mengajar di kelas kesehatan, peneliti permisi kepada Pak Ningso pergi meninggalkan ruangan Kepala Parawasa menuju kelas kesehatan yang terletak di paling belakang dekat dapur yang sedang direnovasi. Sesampai di ruangan kelas kesehatan bersama Kak Rini. peneliti dan Kak Rini menuju ke depan ruangan. Kak Rini memperkenalkan diri peneliti kepada Warga Bina Sosial yang sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Peneliti memperkenalkan diri dan tujuan datang ke Parawasa kepada Warga Bina Sosial. Setelah memperkenalkan diri, Kak Rini bertanya kepada Warga Bina Sosial tentang diri peneliti tetapi Warga Bina Sosial tidak ada yang bertanya. Selama berada di depan, Kak Rini melanjutkan pelajarannya, Ia memberi pelajaran tentang HIV/AIDS dan memberikan Handout kepada Warga Bina Sosial. Disaat Ia mengajar, peneliti melihat Warga Bina Sosial kurang mau mengikuti pelajaran tersebut sebagian mereka lebih memilih tidur ditempat duduknya dan ada beberapa juga yang semangat mengikuti pelajaran yang diberikan Kak Rini. Ketika Kak Rini bertanya kepada Warga Bina Sosial (WBS) tentang HIV/AIDS, Warga Bina Sosial (WBS) dengan semangat menceritakan pengalamannya, ada Warga Bina Sosial mengatakan :

“Kalo gak kerja begitu bu, gak dapat uang kami bu. Kami gak berpendidikan jadi susah dapat pekerjaan, kalo kerja begitu gampang bu, tinggal maen dengan pria tua yang banyak uangnya dan dapat kepuasan lagi”.

Nikmatnya tidak memakai alat pengaman disaat melayani pelanggannya dikatakan Warga Bina Sosial :

“Pake kondom bu, gak enak bu, gak keset dan terasa bu. Kalo gak pake barangnya itu terasa enaknya bu, aku jadi merasakan nikmat bu di dalam. Enaknya gak tertolongin bu”.

Ada juga menceritakan tentang keluarga mereka dan pengalaman menjadi kupu-kupu malam di cafe-cafe , ada juga menceritakan lebih suka melayani pria tua kaya dari pada pria muda :

”Lebih enak melayani tubang bu daripada anak-anak cencen gitu bu. Kalo tubang bu, uangnya sedaap bu dan cepat maen dan keluarnya. Kalo anak cencen bu gak ada duitnya, menang gaya dan tampang aja, di dompetnya mana ada duitnya”.

Ketika mendengarkan cerita-cerita mereka, peneliti senyum-senyum sendiri mendengarkannya. Di dalam kelas, peneliti merasakan tidak kondusif karena sebagian Warga Bina Sosial sudah mengikuti kelas ini sebelumnya dengan materi yang sama, sehingga mereka yang sudah pernah mulai rebut menginginkan diri mereka dapat dipulangkan.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

BIODATA Data Pribadi

Nama : Rittar Murdani Samosir

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tanggal Kelahiran : Medan, 9 Mei 1991

Umur : 22 Tahun

Status Marital : Mahasiswa Warga Negara : Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jln. Seksama Gang Rela No. 12 Medan

Kode Post : 20228

Nomor Telepon : 085262103309

Email : danisamosir@hotmail.com

Pendidikan

1. Sekolah Dasar Swasta Antonius VI, Medan Tamatan 2003

2. Sekolah Menengah Pertama Swasta Santa Maria, Medan Tamatan 2006 3. Sekolah Menengah Atas Negeri 14, Medan Tamatan 2009

4. Universitas Sumatera Utara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi, Medan Sampai Sekarang

1997 – 2003 : Sekolah Dasar Swasta Antonius VI

2003 – 2006 : Sekolah Menengah Pertama Swasta Santa Maria

2006 – 2009 : Sekolah Menengah Atas Negeri 14 2009 – sekarang : Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi

Pengalaman Organisasi


(6)

Organisasi

1 Fotografer.net Anggota Medan

2 IMAJINASI Sekertaris FOTJUR FISIP

3 Perhumas Muda Medan Anggota bidang kerjasama

Gedung Bank SUMUT

Medan, Februari 2014


Dokumen yang terkait

Komunikasi Antarpribadi Penarik Becak Wanita (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Penarik Becak Wanita Di Kampus Universitas Sumatera Utara)

0 52 117

Komunikasi Antarpribadi Pasangan Suami Istri Banyak Anak Yang Kurang Mampu Dalam Mem-bentuk Konsep Diri Anak (Studi Deskriptif Di Kecamatan Medan Johor / Kelurahan Kwala Bekala Simalingkar Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

0 56 126

Studi Kasus tentang Peran Komunikasi Antarpribadi di dalam Keluarga dalam Menghadapi Pensiun pada Karyawan PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda Medan

3 97 108

Peranan Komunikasi Antarpribadi Dalam Membentuk Konsep Diri (Studi Kasus Tentang Layanan Konseling Individual Konselor Terhadap Pembentukan Konsep Diri Siswa/i Tunarungu Di SLB – B Karya Murni Kota Medan)

2 50 111

Hubungan Antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dengan Pembentukan Konsep Diri Melalui Penyesuaian Diri Pada Penyandang Cacat Fisik Bukan Bawaan Usia Dewasa Awal Correlation Between The Effectiveness of Interpersonal Communication With The Formation

0 35 424

Komunikasi Antarpribadi Suami Istri (Studi Kasus Kualitatif Pasangan Suami Istri Yang Menikah Tanpa Pacaran di Kota Medan)

17 150 147

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ANTARA FISIOTERAPIS DAN PASIEN (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Fisioterapis untuk Memotivasi Komunikasi Antarpribadi Antara Fisioterapis Dan Pasien (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Fisioter

5 10 13

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ANTARA FISIOTERAPIS DAN PASIEN (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Fisioterapis Untuk Memotivasi Pasien Penyakit Stroke di Rumah Sakit Ortopedi Surakarta) Komunikasi Antarpribadi Antara Fisioterapis Dan Pasien (St

0 3 13

Komunikasi antarpribadi antara Kepala Pu

0 0 1

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KERJA PEGAWAI DINAS SOSIAL KABUPATEN GOWA

0 0 119