BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Imunisasi
2.1.1 Definisi Imunisasi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan PMK No. 42 tentang Penyelenggaraan
Imunisasi, imunisasi
adalah suatu
upaya untuk
menimbulkanmeningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan
sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
2.1.2 Tujuan Imunisasi
Tujuan dari imunisasi dasar adalah tercapainya kekebalan Penyakit yang dapat Dicegah Dengan Imunisasi PD3I pada masyarakat Depkes RI, 2009.
Penyakit tersebut antara lain Hepatitis B, campak, pertusis batuk rejan, difteri, tetanus, tuberkulosis, serta poliomielitis.
2.1.3 Klasifikasi Imunisasi
Berdasarkan mekanisme kerjanya, imunisasi terbagi atas dua jenis, yaitu :
1. Imunisasi aktif
Imunisasi aktif terdiri dari induksi tubuh untuk mengembangkan pertahanan terhadap penyakit dengan merangsang sistem imun untuk
menghasilkan antibodi dan respon imun seluler yang memberi perlindungan terhadap agen infeksi. Disini tubuh secara aktif memproduksi sendiri antibodinya
Behrman, 2012. Pendekatan utama imunisasi aktif adalah penggunaan agen infeksi hidup,
biasanya dilemahkan vaksin dan penggunaan agen yang diinaktifkan atau didetoksifikasi toksoid atau ekstraknya atau produk-produk rekombinasi spesifik
seperti pada hepatitis B. Kedua pendekatan telah digunakan untuk banyak penyakit misalnya influenza dan poliomielitis Behrman, 2012.
Vaksin hidup yang dilemahkan, diduga menginduksi respons imunologis yang lebih menyerupai respons yang ditimbulkan oleh infeksi alamiah daripada
vaksin mati. Vaksin yang tidak diaktifkan atau vaksin mati terdiri atas seluruh
Universitas Sumatera Utara
organisme yang diinaktifkan misal pertusis, eksotoksin yang didetoksifikasi saja misal toksoid tetanus atau endotoksin terikat pada protein pembawa,bahan
kapsul yang dapat larut misal polisakarida penumokokus atau bahan kapsul gabungan misal vaksin gabungan Haemophilus influenza B, atau ekstrak
beberapa komponen organisme misal subunit influenza Behrman, 2012. Karena organisme pada vaksin hidup memperbanyak diri dalam resipien,
produksi antigen bertambah sampai organisme ini dikurangi oleh mulainya respon imun yang dimaksudkan untuk diinduksi. Pada resipien yang mengembangkan
respons, virus hidup yang dilemahkan misal campak, rubella, parotitis epidemika diduga memberi proteksi seumur hidup dengan satu dosis. Sebaliknya
vaksin mati, kecuali antigen polisakarida yang dimurnikan, tidak menginduksi imunitas permanen dengan satu dosis. Vaksinasi yang diulang dan booster
diperlukan untuk mengembangkan dan mempertahankan kadar tinggi antibodi seperti IgG, IgM, dan IgA. Rangsangan antigenik yang didapatkan melalui
pemberian vaksin hidup jauh lebih besar dibandingkan dengan pemberian vaksin yang diinaktifkan, meskipun jumlah antigen yang terdapat pada inactivated
vaccine lebih banyak dibandingkan vaksin hidup. Hal ini dikarenakan pada vaksin hidup virusnya masih mampu bermultiplikasi pada organisme hospes Behrman,
2012.
2. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif terjadi bila seseorang menerima antibodi atau produk sel dari orang lain yang telah mendapat imunisasi aktif Baratawidjaja, 2012.
Imunisasi pasif terdiri dari pemberian proteksi sementara melalui pemberian antibodi yang dihasilkan secara eksogen. Imunisasi pasif bisa terjadi melalui
pemindahan antibodi transplasenta pada janin, yang memberi proteksi terhadap penyakit selama 3-6 bulan pertama kehidupan, dan injeksi imunoglobulin untuk
tujuan pencegahan infeksi. Agen imunisasi yang digunakan adalah imunoglobulin dan antitoksin Behrman, 2012.
2.1.4 Proses Imun dalam Vaksinasi