Hubungan Faktor Predisposisi Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksid pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014
HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISI TERHADAP TINDAKAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMBI REJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN
LANGKAT TAHUN 2014
TESIS
Oleh ALFI LAILI 127032143/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
THE RELATION BETWEEN PREDISPOSITION FACTOR AND GIVING TOXOID TETANUS IMMUNIZATION TO PREGNANT MOTHERS IN THE WORKING AREA OF SAMBI REJO PUBLIC HEALTH CENTRE
BINJAI SUBDISTRICT LANGKAT DISTRICT 2014
THESIS
By ALFI LAILI 127032143/IKM
MASTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISI TERHADAP TINDAKAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMBI REJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN
LANGKAT TAHUN 2014
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Reproduksi Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh ALFI LAILI 127032143/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(4)
Judul Tesis : HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISI TERHADAP TINDAKAN IMUNISASI
TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMBI REJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014
Nama Mahasiswa : Alfi Laili Nomor Induk Mahasiswa : 127032143
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Ir. Etti Sudaryati, MKM, PhD) (dr. Ria Masniari Lubis, MSi
Ketua Anggota
)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
(5)
Telah diuji
Pada Tanggal : 21 Januari 2015
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Ir. Etti Sudaryati, MKM, PhD Anggota : 1. dr. Ria Masniari Lubis, MSi
2. Prof. Sorimuda Sarumpaet, MPH 3. Siti Saidah Nst, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat
(6)
PERNYATAAN
HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISI TERHADAP TINDAKAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMBI REJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN
LANGKAT TAHUN 2014
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 21 Januari 2015
Alfi Laili 127032143/IKM
(7)
ABSTRAK
Masih banyaknya calon ibu di masyarakat terutama yang tinggal di daerah terpencil berada dalam keadaan yang bisa disebut masih jauh dari kondisi bersih dan alat yang steril pada saat persalinan dikarenakan proses persalinan masih ditolong oleh penolong persalinan tradisional (68%), pemotongan tali pusat alat berupa bambu (26%), dan kasus tetanus terjadi disebabkan oleh ibu hamil yang tidak diimunisasi tetanus toksoid, yang merupakan faktor penyebab terjadinya tetanus pada bayi baru lahir. Faktor predisposisi menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai kecendrungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan faktor predisposisi terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif survei dengan desain cross sectional. Populasi seluruh ibu hamil trimester III yaitu sebanyak 326 orang dan sampel sebanyak 144 orang l dengan cara
simple random sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan ke responden dan diisi sendiri oleh responden tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang melakukan tindakan imunisasi tetanus toksoid pada wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai sebagian besar tidak melaksanakan 101 (70,1%) dan melaksanakan 43 (29,9%). Variabel yang berhubungan adalah pendidikan (p-value 0,016) dan paritas dengan p-value (0,027), variabel yang lebih dominan adalah paritas dengan nilai koefisien regresi exp (B) 3,895.
Diharapkan bagi puskesmas Sambi Rejo untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi tetanus toksoid (TT) pada ibu hamil, terutama pada ibu dengan pendidikan SD dan SMP, berpengetahuan kurang baik, serta ibu paritas primipara agar meningkatkan cakupan imunisasi tetanus toksoid.
(8)
ABSTRACT
There are still a lot of prospective mothers, especially those who reside in the remote area, who live in filthy condition; they lack of sterile equipment during childbirth since the process of childbirth is usually helped by traditional midwives (68%), they use bamboo for cutting umbilical cords (26%), and the incidence of tetanus in newborn babies occurs because pregnant mothers are not immunized by to toxoid tetanus. Predisposing factors illustrate that each individual has a tendency to use a different health care.
The objective of the research was to analyze the relation between predisposition factor and giving toxoid tetanus immunization to pregnant mothers in the working area of Sambi Rejo Public Health Centre, Binjai Subdistrict, Langkat District. The research was a quantitative survey with cross sectional design. The population was 326 trimester III pregnant mothers in the working area of Sambi Rejo Puskesmas, and 144 of the were used as the samples, taken by using simple random sampling technique. The data were gathered by distributing questionnaires to respondents and were filled out by them.
The result of the research showed that 101 respondents (70.1%) did not carry out toxoid tetanus immunization, and 43 respondents (29.9%) did it. The variables which were correlated were education (p-value = 0.016) and parity (p-value = 0.027); the variable which the most dominant iwas parity at regression coefficient
value Exp (β) 3.895.
It is recommended that the management of Sambi Rejo Puskesmas provide counseling about the importance of giving toxoid tetanus (TT) immunization to pregnant mothers, especially those who are Elementary School and Junior High School graduates and have bad knowledge. Primipara parity mothers should increase the coverage of toxoid tetanus immunization.
(9)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan limpahan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Hubungan Faktor Predisposisi Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014”.
Selama proses penyusunan tesis ini, saya telah banyak menerima bantuan, nasehat dan bimbingan demi kelancaran proses pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Dengan segala kerendahan hati, saya ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada:
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DMT & H, M.Sc, (CTM), Sp. A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, MSi, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
5. Ir. Etti Sudaryati, MKM, PhD, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh
(10)
perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk penulis.
6. Prof. Sorimuda Sarumpaet, MPH dan Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat, selaku Tim Pembanding yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan guna penyempurnaan tesis ini.
7. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti pendidikan.
8. Orang tua, Suami dan anak tercinta yang selalu memberikan motivasi, dukungan, doa pada penulis dalam penyusunan tesis ini.
9. Seluruh teman-teman satu angkatan yang telah menyumbangkan masukan, saran serta kritikan untuk kesempurnaan tesis ini.
Penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang mendukung sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis menyerahkan semua kepada Allah SWT untuk memohon Ridho-Nya, semoga tesis penelitian ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan kesehatan.
Medan, 21 Januari 2015 Penulis
Alfi Laili 127032143/IKM
(11)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Teluk Bakung Tanjung Pura pada tanggal 1 Maret 1987 beragama Islam, anak pertama dari satu bersaudara dari pasangan Bapak Ilyas dan Ibu Mariani.
Penulis menamatkan pendidikan, tahun 1999 dari SD Negeri 054932 Tanjung Pura, tahun 2002 dari MTs Negeri Tanjung Pura, tahun 2005 dari SMA Negeri 1 Tanjung Pura, Tahun 2008 penulis menamatkan pendidikan D-III Kebidanan dari Akademi Kebidanan Pemerintah Kabupaten Langkat, dan tahun 2011 menamatkan sarjana dari FKM Helvetia Medan. Penulis bekerja sebagai Staff Pengajar di Akademi Kebidanan Pemerintah Kabupaten Langkat sejak tahun 2009. Penulis menikah dengan Hadi Wijaya Kusuma, S.Kom dan telah dikaruniai satu orang putri yaitu Fairuz Alha. Penulis bertempat tinggal di Dusun Dahlia Rantau Panjang Desa Teluk Bakung Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Selanjutnya pada Tahun 2012 penulis melanjutkan kuliah di Program Studi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
(12)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Permasalahan ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Hipotesis Penelitian ... 7
1.5 Manfaat Penelitian ... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Imunisasi Tetanus Toksoid ... 9
2.1.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid dan Lama atau Durasi Perlindungannya ... 10
2.1.2 Manfaat Imunisasi Tetanus Toksoid ... 10
2.1.3 Fasilias Kesehatan Untuk Mendapatkan Imunisasi Tetanus Toksoid ... 11
2.1.4 Mekanisme Terbentuknya Antibodi ... 11
2.1.5 Efek Samping Imunisasi Tetanus Toksoid ... 13
2.2 Tetanus ... 14
2.3 Faktor Predisposisi Yang Mempengaruhi Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid Pada Ibu Hamil ... 15
2.3.2 Umur ... 17
2.3.3 Pendidikan ... 18
2.3.4 Paritas ... 19
2.3.5 Pengetahuan ... 20
2.3.6 Sikap ... 21
2.4 Landasan Teori ... 23
(13)
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 26
3.1 Jenis Penelitian ... 26
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 26
3.2.2 Waktu Penelitian ... 26
3.3 Populasi dan Sampel ... 27
3.3.1 Populasi ... 27
3.3.2 Sampel ... 27
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 28
3.4.1 Jenis Data ... 28
3.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 29
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 31
3.5.1 Variabel ... 31
3.5.2 Definisi Operasional ... 32
3.6 Metode Pengukuran ... 33
3.6.1. Pengukuran Variabel Independen ... 33
3.6.2. Pengukuran Variabel Dependen ... 35
3.7 Metode Analisis Data ... 35
3.7.1 Analisis Univariat ... 35
3.7.2 Analisis Bivariat ... 35
3.7.3 Analisis Multivariat ... 36
BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 37
4.1 Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo ... 37
4.1.1 Keadaan Geografis ... 37
4.1.2 Keadaan Demografi ... 38
4.1.3 Sarana Kesehatan ... 39
4.2 Faktor Predisposisi Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid Pada Ibu Hamil ... 40
4.2.1 Umur ... 40
4.2.2 Pendidikan ... 41
4.2.3 Paritas ... 42
4.2.4 Pengetahuan ... 43
4.2.5 Sikap ... 45
4.3 Tindakan ... 47
4.4 Analisis Bivariat ... 48
4.4.1 Hubungan Umur Ibu Hamil Dengan Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid ... 48
4.4.2 Hubungan Pendidikan Ibu Hamil Dengan Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid ... 49
4.4.3 Hubungan Paritas Ibu Hamil Dengan Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid ... 50
(14)
4.4.4 Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Tindakan
Imunisasi Tetanus Toksoid ... 51
4.4.5 Hubungan Sikap Ibu Hamil Dengan Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid ... 52
4.5 Analisis Multivariat ... 53
BAB 5 PEMBAHASAN ... 55
5.1 Faktor Predisposisi Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid Pada Ibu Hamil ... 55
5.1.1 Umur Ibu Hamil Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid ... 55
5.1.2 Pendidikan Ibu Hamil Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid... 57
5.1.3 Paritas Ibu Hamil Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid ... 58
5.1.4 Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid... 61
5.1.5 Sikap Ibu Hamil Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid ... 62
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 64
6.1 Kesimpulan ... 64
6.2 Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 66 LAMPIRAN
(15)
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
4.1 Distribusi Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 38
4.2 Jumlah Sarana Kesehatan Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan
Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 39 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 40 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 41 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 42
4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Tentang Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 43 4.7 Distribusi Jawaban Responden Untuk Setiap Pertanyaan Dalam
Mengukur Pengetahuan Tentang Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 44 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Tentang
Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 45 4.9 Distribusi Jawaban Responden Untuk Setiap Pernyataan Dalam
Mengukur Sikap Tentang Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 46 4.10 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tindakan Melakukan
Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 47
(16)
4.11 Tabulasi Silang Hubungan Umur Dengan Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 48
4.12 Tabulasi Silang Hubungan Pendidikan Dengan Tindakan
Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 49 4.13 Tabulasi Silang Hubungan Paritas DenganTindakan Imunisasi
Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 50
4.14 Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan
Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 51 4.15 Tabulasi Silang Hubungan Sikap Dengan Tindakan Imunisasi
Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 52 4.16 Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Berganda
Pengaruh Faktor Predisposisi Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014 ··· 54
(17)
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
2.1 Teori Lawrence Green ··· 24 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ··· 25
(18)
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul
1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2 Kuesioner Penelitian
3 Master Data Penelitian 4 Hasil Analisis Univariat 5 Hasil Analisis Bivariat 6 Hasil Analisis Multivariat 7 Surat – surat Izin Penelitian
(19)
ABSTRAK
Masih banyaknya calon ibu di masyarakat terutama yang tinggal di daerah terpencil berada dalam keadaan yang bisa disebut masih jauh dari kondisi bersih dan alat yang steril pada saat persalinan dikarenakan proses persalinan masih ditolong oleh penolong persalinan tradisional (68%), pemotongan tali pusat alat berupa bambu (26%), dan kasus tetanus terjadi disebabkan oleh ibu hamil yang tidak diimunisasi tetanus toksoid, yang merupakan faktor penyebab terjadinya tetanus pada bayi baru lahir. Faktor predisposisi menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai kecendrungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan faktor predisposisi terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif survei dengan desain cross sectional. Populasi seluruh ibu hamil trimester III yaitu sebanyak 326 orang dan sampel sebanyak 144 orang l dengan cara
simple random sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan ke responden dan diisi sendiri oleh responden tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang melakukan tindakan imunisasi tetanus toksoid pada wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai sebagian besar tidak melaksanakan 101 (70,1%) dan melaksanakan 43 (29,9%). Variabel yang berhubungan adalah pendidikan (p-value 0,016) dan paritas dengan p-value (0,027), variabel yang lebih dominan adalah paritas dengan nilai koefisien regresi exp (B) 3,895.
Diharapkan bagi puskesmas Sambi Rejo untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi tetanus toksoid (TT) pada ibu hamil, terutama pada ibu dengan pendidikan SD dan SMP, berpengetahuan kurang baik, serta ibu paritas primipara agar meningkatkan cakupan imunisasi tetanus toksoid.
(20)
ABSTRACT
There are still a lot of prospective mothers, especially those who reside in the remote area, who live in filthy condition; they lack of sterile equipment during childbirth since the process of childbirth is usually helped by traditional midwives (68%), they use bamboo for cutting umbilical cords (26%), and the incidence of tetanus in newborn babies occurs because pregnant mothers are not immunized by to toxoid tetanus. Predisposing factors illustrate that each individual has a tendency to use a different health care.
The objective of the research was to analyze the relation between predisposition factor and giving toxoid tetanus immunization to pregnant mothers in the working area of Sambi Rejo Public Health Centre, Binjai Subdistrict, Langkat District. The research was a quantitative survey with cross sectional design. The population was 326 trimester III pregnant mothers in the working area of Sambi Rejo Puskesmas, and 144 of the were used as the samples, taken by using simple random sampling technique. The data were gathered by distributing questionnaires to respondents and were filled out by them.
The result of the research showed that 101 respondents (70.1%) did not carry out toxoid tetanus immunization, and 43 respondents (29.9%) did it. The variables which were correlated were education (p-value = 0.016) and parity (p-value = 0.027); the variable which the most dominant iwas parity at regression coefficient
value Exp (β) 3.895.
It is recommended that the management of Sambi Rejo Puskesmas provide counseling about the importance of giving toxoid tetanus (TT) immunization to pregnant mothers, especially those who are Elementary School and Junior High School graduates and have bad knowledge. Primipara parity mothers should increase the coverage of toxoid tetanus immunization.
(21)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam tujuan pembangunan Millenium (MDG’s), tepatnya pada tujuan ke-4 dan tujuan ke-5, yaitu menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Angka kematian merupakan indikator yang paling sering dijadikan sebagai standar atau tingkat keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Oleh karena itu, hampir semua kegiatan pembangunan kesehatan ditujukan untuk menurunkan angka kematian (Prasetyawati, 2012).
Unsur kualitas hidup dan unsur-unsur mortalitas sangat mempengaruhi derajat kesehatan yang optimal. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) merupakan indikator yang paling sering digunakan untuk menentukan derajat kesehatan suatu wilayah, oleh karena itu hampir semua kegiatan pembangunan kesehatan ditujukan untuk menurunkan angka kematian bayi. Berdasarkan data yang diperoleh tahun 2012 di Kabupaten Langkat angka kematian bayi sebesar 3,17 per 1.000 kelahiran hidup, jumlah bayi yang mati sebanyak 70 jiwa dari 22.091 kelahiran hidup.
Menurut BPS (2012), penyebab utama kematian bayi di negara berkembang adalah tetanus neonatorum (TN). Untuk pencegahan tetanus neonatorum (TN) dapat dilakukan dengan imunisasi yaitu suntikan tetanus toksoid (TT) yang diberikan selama kehamilan. Berdasarkan laporan Kemenkes RI (2013) pada tahun 2012, kasus
(22)
tetanus neonatorum (TN) di Indonesia dilaporkan sebanyak 114 kasus yang tersebar di 20 propinsi, dengan jumlah meninggal akibat tetanus neonatorum (TN) tersebut sebanyak 59 kasus. Kasus tetanus neonatorum (TN) paling banyak terjadi di Propinsi Banten (32 kasus) dan Jawa Timur (29 kasus).
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara (2012) terjadi 3 kasus tetanus neonatorum (TN), jumlah ini mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu 11 kasus, 2010 yaitu 5 kasus dan tahun 2009 yaitu 6 kasus. Bila dilihat dari daerah terjadinya kasus, diketahui 2 kasus terjadi di Kabupaten Labuhan Utara dan 1 kasus di kabupaten Tapanuli Tengah.
Pencegahan kasus tetanus neonatorum dilakukan dengan imunisasi yang merupakan investasi kesehatan masa depan karena pencegahan penyakit melalui imunisasi merupakan cara perlindungan terhadap infeksi yang paling efektif dan jauh lebih murah dibanding mengobati seseorang apabila telah jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Imunisasi sebaiknya dipandang bukan hanya sebagai upaya klinik saja, namun harus dipandang sebagai intervensi epidemiologik dan dinilai keberhasilannya dengan parameter epidemiologik, yaitu berapa banyak kasus dan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi serta wabah yang dapat dihentikan penularannya (IDAI, 2011).
Persentase anak yang terlindung dari tetanus neonatorum (TN) yaitu anak yang ibunya berumur 20-34 tahun (61,2%), ibu yang tinggal di perkotaan (61,4%) dan ibu yang pendidikan menengah keatas (63,5%) lebih besar kemungkinannya untuk terlindung dari tetanus. Proporsi ibu umur 20-34 tahun yang dibantu oleh
(23)
tenaga kesehatan ketika melahirkan lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi ibu lebih muda atau lebih tua. Ibu yang tinggal di daerah perkotaan lebih besar kemungkinannya untuk mendapatkan pertolongan persalinan dari tenaga medis terlatih dibanding ibu yang tinggal di perdesaan (BPS, 2012).
Tetanus disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh bakteri yang disebut
Clostridium Tetani. Tetanus masuk ke tubuh melalui luka, pada bayi baru lahir penyakit ini menginfeksi pada saat persalinan dan perawatan tali pusat yang dapat menyebabkan kematian. Masih banyaknya calon ibu di masyarakat terutama yang tinggal di daerah terpencil berada dalam keadaan yang bisa disebut masih jauh dari kondisi bersih dan alat yang steril pada saat persalinan dikarenakan proses persalinan masih ditolong oleh penolong persalinan tradisional (68%), untuk pemotongan tali pusat alat yang digunakan berupa bambu (26%), dan kasus tetanus terjadi disebabkan oleh ibu hamil yang tidak diimunisasi tetanus toksoid, yang merupakan faktor penyebab bayinya terkena tetanus (Kemenkes RI, 2011).
Ibu merupakan anggota keluarga yang paling rentan mengalami masalah kesehatan. Pemeriksaan kehamilan oleh ibu hamil ke tenaga kesehatan secara teratur sangat penting untuk kesehatan ibu hamil maupun janin yang dikandungnya. Hal ini dilakukan guna menghindari risiko kehamilan yang tidak diinginkan sedini mungkin baik terhadap kesehatan ibu maupun janin yang dikandungnya. Sehingga ibu hamil dapat bersalin dengan sehat dan melahirkan bayi yang sehat. Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan pada umumnya adalah pengukuran berat badan
(24)
dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri (bagian atas rahim), pemberian tablet zat besi, serta imunisasi tetanus toksoid (TT) (BPS, 2012).
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan imunisasi yaitu dengan memperhatikan segala aspek yang berkaitan dengan vaksin (ketersediaan vaksin, promosi kesehatan, ketersediaan tenaga kesehatan), pelayanan kesehatan ibu hamil terutama pertolongan persalinan yang bersih oleh tenaga kesehatan dan perawatan tali pusat yang bersih serta penguatan surveilans tetanus neonatorum (TN). Tetanus neonatorum perlu dijadikan sebagai salah satu penyakit yang dilaporkan secara mingguan dalam laporan system kewaspadaan dini terhadap kejadian luar biasa. Karena terjadinya satu kasus tetanus neonatorum dapat ditetapkan sebagai KLB sehingga perlu dilakukan penanggulangan secepatnya (Kemenkes RI, 2012).
Beberapa permasalahan tentang pencapaian target imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada wanita usia subur yaitu pelaksanaan skrining yang belum optimal, pencatatan yang dimulai dari kohort WUS (baik kohort ibu maupun WUS tidak hamil) belum seragam, dan cakupan imunisasi TT2 bumil jauh lebih rendah dari cakupan K4 (Kemenkes RI, 2011). Hal ini sesuai dengan pernyataan Khoiri dkk (2012), bahwa permasalahan belum tercapainya target cakupan imunisasi TT ibu hamil ialah karena ibu hamil tidak lagi datang berkunjung ke posyandu sehingga pemberian suntikan TT berikutnya tidak bisa diberikan, dan petugas kesehatan tidak memberikan suntikan melalui kunjungan rumah.
Disamping itu masih banyak ibu hamil yang belum mengetahui pentingnya imunisasi tetanus toksoid (TT) bagi dirinya maupun bayi yang sedang dikandungnya
(25)
serta bahaya yang akan dihadapi jika terkena infeksi tersebut yang dapat menyebabkan kematian pada bayi. Jika semua ibu hamil mau melaksanakan penyuntikan imunisasi tetanus toksoid maka angka kejadian infeksi tetanus pada ibu nifas dan bayi baru lahir akan menurun secara drastis dan tingkat kesehatan penduduk Indonesia akan meningkat (Syafrudin dkk, 2011).
Karakteristik ibu hamil meliputi umur, pendidikan, paritas dan pengetahuan berpengaruh terhadap penerimaan imunisasi tetanus toksoid (TT). Hasil penelitian Pratiwi (2013) diperoleh paritas ibu hamil sebagian besar adalah pada paritas multipara sebanyak 20 orang (55,6%), hal ini disebabkan karena pada kelompok paritas multipara lebih banyak mengetahui manfaat imunisasi TT terkait dengan pengalamannya terdahulu yang sudah beberapa kali mengalami kehamilan dan persalinan sedangkan paritas terendah terdapat pada paritas primipara 16 orang (44,4%) yang disebabkan karena belum mengetahui pentingnya imunisasi TT. Dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003) semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula motivasi untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan karena telah memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas, hal ini akan membuat keputusan yang lebih baik dalam bertindak.
Faktor predisposisi meliputi umur, pendidikan, paritas, pengetahuan dan sikap berhubungan dengan tindakan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil. Hasil penelitian Maulida (2012) menyatakan bahwa sikap ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Meutulang kecamatan Panton Reu kabupaten Aceh Barat berpengaruh terhadap pemberian imunisasi TT. Sikap seseorang terhadap sesuatu hal akan positif
(26)
apabila didukung dengan pengetahuan atau pemahaman yang baik akan hal tersebut maka semakin positif sikap terhadap kesehatan.
Persentase cakupan imunisasi TT pada ibu hamil di Kabupaten Langkat tahun 2012 yang terdiri dari 23 kecamatan dengan jumlah 30 puskesmas, cakupan ibu hamil dengan imunisasi TT1 10.439 ibu hamil (41,9%), TT2 8.715 ibu hamil (35%). Data diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat diwilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Tahun 2013 dari bulan Januari dan Februari yang mendapatkan TT1 pada bulan Januari 2013 19 orang (2,04%), TT2 pada bulan Januari 17 orang (1,802%), TT1 pada bulan Februari 0 orang, TT 2 pada bulan Februari 0 orang dengan sasaran ibu hamil sebanyak 943 orang
Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan peneliti di wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat, dari 7 orang ibu hamil status tindakan penerimaan imunisasi tetanus toksoid tidak lengkap dengan alasan adanya rasa takut terhadap efek samping dari imunisasi dan kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat imunisasi tersebut. Sedangkan petugas kesehatan telah memberikan penyuluhan dan menyediakan sarana untuk imunisasi.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian apakah faktor predisposisi (umur, pendidikan, paritas, pengetahuan, dan sikap) berhubungan terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.
(27)
1.2Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas yang menjadi masalah pada penelitian ini adalah : tindakan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat yang masih rendah.
1.3Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan faktor predisposisi (umur, pendidikan, paritas, pengetahuan, dan sikap) terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
1.4Hipotesis Penelitian
Ada hubungan faktor predisposisi terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
1.5Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi puskesmas untuk lebih meningkatkan cakupan pemberian imunisasi tetanus toksoid bagi ibu hamil yang berada di wilayah kerja puskesmas.
(28)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Imunisasi Tetanus Toksoid
Imunisasi merupakan tindakan preventif yang diperlukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan mempertahankan status kesehatan seluruh rakyat. Imunisasi tetanus toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap penyakit tetanus. Untuk mencegah tetanus neonatorum (TN) ibu hamil harus mendapatkan imunisasi tetanus toksoid, sehingga ibu sudah memiliki antitoksin tetanus dalam tubuh ibu yang akan ditransfer melalui plasenta yang akan melindungi bayi yang akan dilahirkan dari penyakit tetanus. Sedangkan Imunisasi adalah memberi kekebalan terhadap penyakit tertentu dan mencegah terjadinya penyakit tertentu dan pemberiannya bisa berupa vaksin (Syafrudin, dkk, 2011).
Tetanus toksoid merupakan antigen yang aman untuk wanita hamil. Vaksin tetanus toksoid terdiri dari toksoid atau bibit penyakit yang telah dilemahkan diberikan melalui suntikan vaksin tetanus toksoid kepada ibu hamil. Dengan demikian, setiap ibu hamil telah mendapat perlindungan untuk bayi yang akan dilahirkannya terhadap bahaya tetanus neonatorum (IDAI, 2011).
(29)
2.1.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid dan Lama atau Durasi Perlindungannya
Pemberian imunisasi tetanus toksoid bagi ibu hamil yang telah mendapatkan imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada kehamilan sebelumnya atau pada saat calon pengantin, maka imunisasi cukup diberikan 1 kali saja dengan dosis 0,5 cc pada lengan atas. Bila ibu hamil belum mendapat imunisasi atau ragu, maka perlu diberikan imunisasi tetanus toksoid sejak kunjungan pertama sebanyak 2 kali dengan jadwal interval minimum 1 bulan (Fauziah &Sutejo, 2012).
Pada anak-anak, vaksin tetanus diberikan sebagai bagian dari vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus). DPT diberikan satu seri yang terdiri atas 5 suntikan pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 15 – 18 bulan, dan terakhir saat sebelum masuk sekolah (4 – 6) tahun. Bagi orang dewasa, sebaiknya menerima booster dalam bentuk TT (tetanus toksoid) setiap 10 tahun.
Untuk mencegah tetanus neonatorum, wanita hamil dengan persalinan berisiko tinggi paling tidak mendapatkan 2 kali dosis vaksin TT. Dosis TT kedua sebaiknya diberikan 4 minggu setelah pemberian dosis pertama, dan dosis kedua sebaiknya diberikan paling tidak dua minggu sebelum persalinan. Untuk ibu hamil yang sebelumnya pernah menerima TT dua kali pada waktu calon pengantin atau pada kehamilan sebelumnya, maka diberikan booster TT satu kali saja (Cahyono, 2010).
Menurut BPS (2012), Kemenkes menerapkan program imunisasi pada ibu hamil diberikan saat kontak pertama dengan petugas medis yaitu dalam kunjungan
(30)
K1 untuk mendapatkan pelayanan antenatal yang salah satu programnya adalah imunisasi tetanus toksoid (TT). Fauziah & Sutejo (2012) menyatakan bahwa TT1 belum memberikan kekebalan terhadap tetanus, empat minggu kemudian dilanjutkan dengan TT2 untuk memberikan kekebalan terhadap tetanus selama 3 tahun.
2.1.2 Manfaat Imunisasi Tetanus Toksoid
Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan sesuai dengan standar pelayanan antenatal care, yang mencakup 7 (tujuh) standar yaitu diantaranya adalah pemberian imunisasi TT (tetanus toksoid) lengkap. Menurut WHO (1993) dalam Wahab & Julia (2002) TT (tetanus toksoid) adalah vaksin yang sangat efektif, persentase kegagalannya sangat kecil, efektifitas dua dosis TT (tetanus toksoid) selama hamil dalam mencegah tetanus neonatorum berkisar antara 80-100%. Tetanus toksoid merangsang pembentukan antitoksin untuk menetralkan toksin tetanus, anti toksin yang melewati plasenta ke janin pasca imunisasi aktif pada ibu dapat mencegah kejadian tetanus neonatorum.
Imunisasi aktif didapat dengan menyuntikan tetanus toksoid dengan tujuan merangsang tubuh membentuk antibodi. Ibu hamil yang telah mendapatkan imunisasi tetanus toksoid mendapatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit tetanus dan kekebalan tersebut disalurkan melalui plasenta dan tali pusat kepada janin yang dikandungnya, selain itu setelah melahirkan ibu tetap menyalurkan kekebalan tersebut melalui air susu ibu (IDAI, 2011).
Vaksin tetanus diberikan pada bayi dan anak usia kurang dari 10 tahun, ibu hamil, dan semua orang dewasa. Vaksin tetanus memiliki berbagai kemasan seperti
(31)
preparat tunggal (TT), kombinasi dengan toksoid difteri dan atau pertusis (dT,DT, DTwP, DtaP) dan kombinasi dengan komponen lain seperti HiB dan hepatitis B.
Imunisasi pasif diindikasikan pada seseorang yang mengalami luka kotor, diperoleh dengan memberikan serum yang sudah mengandung antitoksin heterolog (ATS) atau antitoksin homolog (imunoglobulin antitetanus) (Cahyono, 2010).
2.1.3 Fasilitas Kesehatan Untuk Mendapatkan Imunisasi Tetanus Toksoid
Fasilitas kesehatan untuk mendapatkan imunisasi tetanus toksoid yaitu : Puskesmas, Puskesmas pembantu, Rumah sakit, Rumah bersalin, Polindes, Posyandu, Rumah sakit swasta, Dokter praktek, dan, Bidan praktek. Laporan imunisasi dibuat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (dalam buku KIA, rekam medis, dan/atau kohort) (Kemenkes RI, 2013).
2.1.4 Mekanisme Terbentuknya Antibodi
Vaksinasi adalah imunisasi aktif dengan pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi). Imunitas (kekebalan) seseorang terhadap penyakit infeksi terbentuk akibat respon tubuhnya terhadap mikroorganisme penyebab penyakit. Sistem kekebalan tubuh mengenal mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur dan parasit yang disebut antigen (IDAI, 2011).
Manusia dapat terhindar atau sembuh dari serangan penyakit infeksi karena telah dilengkapi dengan 2 sistem kekebalan tubuh, yaitu sistem kekebalan non spesifik dan kekebalan spesifik. Disebut sebagai sistem imun non spesifik karena sistem kekebalan tubuh kita tidak ditujukan terhadap mikroorganisme atau zat asing tertentu. Contoh bentuk kekebalan non-spesifik :
(32)
- Pertahanan fisis dan mekanis, misalnya silia atau bulu getar hidung – yang berfungsi untuk menyaring kotoran yang akan masuk ke saluran napas bawah.
- Pertahanan biokimiawi – air susu ibu yang mengandung laktoferin – berperan sebagai anti bakteri
- Interferon – pada saat tubuh kita kemasukan virus, maka sel darah putih akan memproduksi interferon untuk melawan virus tersebut
- Apabila mikroorganisme masuk ke tubuh, maka sistem kekebalan non-spesifik yang diperankan oleh pertahanan selular (monosit dan makrofag) akan menangkap, mencerna dan membunuh mikroorganisme tersebut. Apabila sistem kekebalan non-spesifik tidak mampu menghentikan serangan mikroorganisme, maka sistem kekebalan spesifik akan diaktifkan. Yang dimaksud dengan sistem kekebalan spesifik adalah cara bekerja sistem kekebalan tubuh secara khusus ditujukan untuk menangkal mikroorganisme tertentu. Sistem kekebalan spesifik dimainkan oleh dua komponen utama, yaitu sel T dan sel B. Sistem kekebalan spesifik tidak mengenali seluruh struktur utuh mikroorganisme melainkan sebagian protein saja yang akan merangsang sistem kekebalan tubuh. Bagian dari struktur protein mikroorganisme yang dapat merangsang sistem kekebalan spesifik disebut dengan antigen. Adanya antigen akan merangsang diaktifkannya sel T atau sistem kekebalan selular. Selanjutnya sel T ini akan memacu sel B atau sel humoral untuk mengubah bentuk dan fungsi menjadi sel plasma yang selanjutnya akan memproduksi antibodi. Kelebihan dari sistem kekebalan spesifik adalah dilengkapi
(33)
dengan sel memori yang berfungsi untuk mengenali antigen, semakin sering tubuh kontak dengan antigen dari luar maka semakin tinggi pula peningkatan kadar anti bodi tubuh (Cahyono, 2010).
Vaksin merupakan produk biologis yang mengandung antigen penyakit, vaksin diberikan pada saat imunisasi. Hal penting yang perlu diperhatikan pada saat imunisasi adalah keseimbangan kondisi tubuh yang sehat sehingga pembentukan imunogenisitas dan reaktogenisitas terbentuk sempurna dan kejadian komplikasi yang terjadi lebih minimal (Lisnawati, 2011).
2.1.5 Efek Samping Imunisasi Tetanus Toksoid
Efek samping biasanya hanya gejala ringan saja seperti kemerahan, pembengkakan dan rasa nyeri pada tempat suntikan. Tetanus toksoid adalah antigen yang sangat aman dan juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada bahaya bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi tetanus toksoid. Efek samping tersebut berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh sendiri dan tidak diperlukan tindakan/pengobatan (Cahyono, 2010).
Penggunaan jarum suntik yang tidak steril atau telah digunakan berulang kali dapat meyebabkan penyakit. Oleh karena itu penggunaan alat harus steril khususnya jarum suntik harus baru dan steril (Lisnawati, 2011).
(34)
2.3 Tetanus
Tetanus atau Lockjaw merupakan penyakit akut yang menyerang susunan saraf pusat yang disebabkan oleh toksin tetanospasmin yang dihasilkan oleh
Clostridium tetani. Penyakit ini ditandai dengan kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran, tetanus masuk kedalam tubuh melalui luka, gigitan serangga, infeksi gigi, infeksi telinga, bekas suntikan dan pemotongan tali pusat (Rampengan, 2008).
Tetanus pada bayi baru lahir terjadi karena tali pusat terinfeksi oleh kuman tetanus, akibat pemotongan dan perawatan tali pusat yang tidak bersih. Pada anak, bakteri ini masuk melalui luka dalam yang tidak diobati dengan baik. Pada bayi baru lahir toksin Clostridium tetani menyebabkan bayi sulit minum karena kekakuan otot mulut dan badan yang kejang kaku. Keadaan ini dapat menimbulkan kematian pada bayi yang terkena tetanus tersebut. Tetanus pada bayi baru lahir ini disebut tetanus neonatorum (TN).
Pada anak besar juga dapat terjadi tetanus yang menyebabkan kejang kaku, mulanya karena rangsangan sentuh, suara keras, akhirnya bisa juga terjadi kejang spontan tanpa rangsangan apapun dapat saja anak kejang. Anak dengan tetanus juga dapat terjadi kesulitan untuk makan dan minum, selain itu tetanus dapat juga menyerang otak yang menyebabkan penyakitnya menjadi lebih berat lagi. Hal-hal tersebut diatas menyebabkan tetanus dapat menyebabkan kematian (IDAI, 2011).
(35)
2.4 Faktor Predisposisi Yang Mempengaruhi Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid Pada Ibu Hamil
Faktor predisposisi (predisposing factors) yang menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai kecendrungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda yang digolongkan atas :
a. Demografi
Variabel demografi terdiri dari umur dan jenis kelamin. Menurut Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa variabel-variabel sosiodemografi digunakan sebagai ukuran mutlak atau indikator fisiologis yang berbeda (umur, jenis kelamin) dan siklus hidup (status perkawinan dan jumlah keluarga) dengan asumsi bahwa perbedaan derajat kesehatan, derajat kesakitan, penggunaan pelayanan kesehatan akan berhubungan dengan variabel-variabel tersebut.
b. Struktur sosial
Variabel struktur sosial terdiri dari pendidikan, pekerjaaan, etnis, hubungan sosial dan kebudayaan. Variabel tingkat pendidikan, pekerjaan, dan kesukuan mencerminkan keadaan sosial dan individu atau keluarga dalam masyarakat penggunaan pelayanan kesehatan adalah salah satu aspek dari gaya hidup itu yang ditentukan oleh lingkungan sosial, fisik, dan psikologis. Individu-individu yang berbeda etnis atau suku, pekerjaan, tingkat pendidikan mempunyai kecendrungan yang tidak sama dalam mengerti dan bereaksi terhadap kesehatan mereka.
(36)
c. Kepercayaan terhadap kesehatan
Variabel kepercayaan terdiri dari sikap, nilai dan pengetahuan yang membuat individu peduli dan mencari layanan kesehatan.
Faktor-faktor predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan lain sebagainya. Untuk perilaku kesehatan misalnya : pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya. disamping itu kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu tersebut untuk periksa kehamilan. Misalnya orang hamil tidak boleh di suntik (periksa hamil termasuk suntik anti tetanus), karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat. Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.
Menurut Pratiwi (2013) kelengkapan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah pendidikan, paritas, pengetahuan. Selain itu menurut Nanda (2013), dalam pelayanan ibu hamil (antenatal) baik pada K1 maupun K4 ibu hamil akan diberikan imunisasi tetanus toksoid sebagai upaya perlindungan ibu dan bayinya dari kemungkinan terjadi tetanus pada waktu persalinan. Oleh karena itu, pemberian imunisasi tetanus toksoid
(37)
merupakan suatu keharusan pada ibu hamil. Namun sampai saat ini masih ada ibu hamil yang kurang memperhatikan faktor dan hal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin diantaranya adalah masih ada ibu hamil yang belum mengikuti program imunisasi tetanus toxoid (TT) yang seharusnya didapatkan 2 kali pada masa kehamilan.
Program imunisasi merupakan program prioritas pemerintah. Imunisasi tetanus toksoid ibu hamil mempunyai peran yang besar dalam menurunkan angka kematian bayi khususnya pada umur 0-28 hari. Imunisasi tetanus toksoid ibu hamil efektif memberikan perlindungan pada bayi dan ibu hamil, bila ibu hamil mendapat imunisasi yang lengkap maka kemungkinan untuk terjadi komplikasi penyakit tetanus neonatorum menjadi sangat kecil.
2.3.1 Umur
Umur adalah bilangan tahun terhitung sejak lahir sampai dengan tahun terakhir seseorang melakukan aktifitas. Umur seseorang demikian besarnya dalam mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku. Perbedaan pengalaman terhadap masalah kesehatan atau penyakit dan pengambilan keputusan dipengaruhi oleh umur individu tersebut (Notoatmodjo, 2003). Menurut Hidayat (2003) umur yaitu usia individu yang dihitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.
Hasil penelitian Wijayanti, dkk (2013) menyatakan bahwa umur seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya hal ini
(38)
akan timbul karena pengalaman dan kematangan jiwa yang mayoritas ibu hamil yang menerima imunisasi tetanus toksoid berusia 20-35 tahun.
2.5.2 Pendidikan
Notoatmodjo (2003), pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka mau melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Menurut Fitriani (2011) pendidikan merupakan upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan
Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain. Hal ini sesuai dengan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula motivasi untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan karena telah memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. Individu yang berpendidikan memiliki kesadaran yang lebih tinggi terhadap manfaat dari pemanfaatan pelayanan kesehatan dan memiliki informasi tentang pengobatan medis modern serta memiliki kapasitas yang lebih besar dalam mengenali penyakit tertentu. Jadi kesehatan bukan hanya disadari dan disikapi melainkan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari (Yani dkk, 2011).
(39)
Nanda (2013) menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan responden maka semakin baik pula pengetahuannya tentang pemberian imunisasi tetanus toksoid. Hal ini menggambarkan responden yang berpendidikan tinggi maka wawasannya semakin terbuka semakin mudah untuk memahami suatu informasi.
2.5.3 Paritas
Kata paritas berasal dari bahasa Latin, pario, yang berarti menghasilkan. Secara umum, paritas didefinisikan sebagai keadaan melahirkan anak baik hidup ataupun mati, tetapi bukan aborsi, tanpa melihat jumlah anaknya.
Berdasarkan jumlahnya, maka paritas seorang wanita dapat dibedakan menjadi:
a. Primipara, yaitu wanita yang telah pernah melahirkan sebanyak satu kali b. Multipara yaitu wanita yang telah melahirkan sebanyak dua hingga empat
kali
c. Grandemultipara yaitu wanita yang telah melahirkan sebanyak lima kali atau lebih
Paritas mempengaruhi pengetahuan ibu dikarenakan ibu yang telah memiliki beberapa orang anak akan lebih punya pengalaman dibandingkan ibu yang baru memiliki anak satu atau dua. Nanda (2013) menyatakan bahwa paritas ibu mempengaruhi pengetahuan ibu dikarenakan ibu yang telah memiliki beberapa orang anak akan lebih punya pengalaman dibandingkan ibu yang baru memiliki 1 orang anak, pengalaman yang didapat akan menambah wawasan dan pengetahuan ibu.
(40)
Hasil penelitian Pratiwi (2013) menyatakan bahwa menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan kelengkapan imunisasi tetanus toksoid. Hasil penelitian diperoleh paritas ibu hamil sebagian besar adalah pada paritas multipara hal ini disebabkan karena pada kelompok paritas multipara lebih banyak mengetahui manfaat imunisasi tetanus toksoid terkait dengan pengalamannya terdahulu yang sudah beberapa kali mengalami kehamilan dan persalinan sedangkan paritas terendah terdapat pada paritas primipara yang disebabkan karena belum mengetahui pentingnya imunisasi tetanus toksoid.
2.5.4 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, tindakan yang didasari oleh pengetahuan akan mempengaruhi perilaku individu daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2005).
Menurut Notoatmodjo (2003) Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi penyebab penyakit, gejala atau tanda-tanda penyakit, bagaimana cara pengobatan atau kemana
(41)
mencari pengobatan, bagaimana cara penularan penyakit dan bagaimana cara pencegahan.
b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat meliputi jenis-jenis makanan yang bergizi, manfaat makan yang bergizi bagi kesehatan, pentingnya olahraga bagi kesehatan, penyakit-penyakit atau bahaya merokok, minum-minuman keras, narkoba, dan pentingnya istirahat yang cukup, relaksasi, rekreasi bagi kesehatan.
c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan meliputi : manfaat air bersih, cara-cara pembuangan limbah yang sehat, manfaat pencahayaan rumah yang sehat, dan akibat polusi (polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan.
2.5.5 Sikap
Sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk bertindak terhadap objek tertentu. Individu yang dalam hal ini adalah ibu hamil yang memiliki sikap mendukung terhadap suatu stimulus atau objek kesehatan maka ia akan mempunyai sikap yang menerima, merespon, menghargai dan bertanggungjawab. Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Sebaliknya, bila ibu memiliki sikap yang tidak mendukung terhadap suatu objek maka ia akan menyatakan sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan.
Maulida (2012) menyatakan sikap sangat menentukan seseorang kearah yang lebih baik. Sikap positif akan memunculkan perilaku ibu hamil yang akan melakukan
(42)
imunisasi tetanus toksoid baik di puskesmas maupun di posyandu untuk memanfaatkan segala pemberian imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil.
Menurut Wijayanti, dkk (2012) menunjukkan bahwa sikap ibu hamil tentang imunisasi mempunyai sikap positif terhadap imunisasi tetanus toksoid. Terutama pada sikap mengenai pemberian imunisasi tetanus toksoid, hal ini terjadi karena beberapa faktor eksternal seperti faktor lingkungan dan sosial budaya. Dari dua faktor tersebut meskipun ibu memiliki pengetahuan yang cukup namun karena sikap ibu positif maka status imunisasi tetanus toksoid lengkap.
1. Komponen Pokok Sikap
Menurut Allport (1954) sikap terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu :
a. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek. Artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana
penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) artinya sikap merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan). Misalnya adalah apa yang akan dilakukan ibu apabila bayinya terkena infeksi tetanus. Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Contoh seorang ibu mendengar (tahu) penyakit tetanus neonatorum (penyebabnya, cara penularannya, cara pencegahan, dan
(43)
sebagainya). Pengetahuan akan membawa ibu hamil untuk berpikir dan berusaha supaya keluarganya, terutama anaknya tidak kena penyakit tetanus. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat (kecendrungan bertindak) untuk menerima imunisasi tetanus toksoid agar bayinya tidak terkena tetanus neonatorum. Ibu hamil ini mempunyai sikap tertentu yaitu berniat meneriman imunisasi tetanus toksoid.
2.6 Landasan Teori
Penelitian ini mengacu kepada teori yang dikemukakan oleh Lawrence Green. Menurut Green, perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yakni :
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)
Faktor ini mencakup mengenai pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.
b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat, seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan sebagainya. Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor pemungkin.
(44)
c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor-faktor ini meliputi dukungan sosial pada ibu hamil terhadap kelengkapan imunisasi tetanus toksoid yang didasari oleh pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
Gambar 2.1 Teori Lawrence Green Sumber : Notoatmodjo, 2003 dan Pengembangan Penulis
Faktor Predisposisi
1. Demografi (Umur, Pendidikan, Paritas)
2. Pengetahuan 3. Sikap
Faktor Pemungkin
1. Sarana 2. Prasarana
Perilaku Kesehatan
Faktor Penguat
1. Tokoh masyarakat, tokoh agama 2. Sikap petugas kesehatan
(45)
2.7 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, maka kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Faktor yang mempengaruhi tindakan imunisasi tetanus toksoid diantaranya adalah faktor predisposisi ibu yang meliputi : umur, pendidikan, paritas, pengetahuan dan sikap. Faktor predisposisi tersebut dapat mempermudah ibu hamil untuk melakukan tindakan imunisasi tetanus toksoid. Faktor pemungkin adalah fasilitas kesehatan yang tidak berbeda bagi seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo begitu juga dengan faktor penguat, jadi faktor pemungkin dan faktor penguat tidak termasuk dalam kerangka konsep penelitian.
Faktor Predisposisi
1. Umur 2. Pendidikan 3. Paritas 4. Pengetahuan 5. Sikap
Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid
(46)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.7Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif survei dengan desain cross sectional, bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor predisposisi terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.
3.8Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dengan pertimbangan bahwa proporsi tindakan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo belum tercapai atau belum sesuai dengan target imunisasi tetanus toksoid (TT).
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari pengumpulan data sampai seminar hasil, yaitu dari bulan Oktober 2014 sampai Desember 2014.
(47)
3.9Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimester III yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dan tercatat di Puskesmas Sambi Rejo yaitu sebanyak 326 orang ibu hamil trimester III di bulan Oktober tahun 2014.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini sebagian dari populasi, pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Besar sampel yang akan diteliti dihitung menggunakan rumus Lemeshow, et al (1997), sebagai berikut:
� = [�1−�
2��0
(1− �0) +�1−����(1− ��)]2 (��− �0)2
Keterangan:
n : Besar sampel minimal
�1−�/2 : Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α 0,05 (1,96) �1−� : Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada β 80% (0,842)
�0 : Proporsi ibu hamil yang melakukan tindakan imunisasi tetanus
toksoid (TT) 72% (Dinas Kesehatan Kab. Langkat tahun 2012)
�� : Perkiraan proporsi ibu hamil yang melakukan tindakan imunisasi
tetanus toksoid (TT) 82%
�� − �0 : Perkiraan selisih proporsi yang diteliti
Dengan menggunakan rumus tersebut di atas, maka jumlah sampel dalam penelitian ini dapat dikalkulasikan sebagai berikut :
�= [1,96�0,72(1−0,72) + 0,842�0,82(1−0,82)] 2
(0,82−0,72)2 �= 1,448469185
0,01
(48)
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 144 ibu hamil. Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling (acak sederhana), yaitu pengambilan sampel paling sederhana, seluruh ibu hamil di setiap desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo diseleksi secara acak dengan pemilihan kriteria. Nama ibu hamil, dan alamat diketik menggunakan komputer sampai jumlah sampel yang diinginkan tercukupi dengan rumus
RANDBETWEEN.
Adapun kriteria inklusi bagi responden untuk bisa dijadikan sampel dalam penelitian adalah :
a. Dapat berkomunikasi dengan baik b. Bersedia menjadi sampel penelitian
3.10 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis Data
Data dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data Primer diperoleh dari responden menggunakan kuesioner yang dibagikan ke responden dan diisi sendiri oleh responden tersebut.
2. Data Sekunder diperoleh dari dokumen Puskesmas Sambi Rejo dan dari profil Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat.
(49)
3.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas
Kuesioner penelitian, agar dapat menjadi instrumen penelitian yang valid dan reliabel sebagai alat pengumpul data maka akan dilakukan uji coba pada 30 ibu hamil yang berada di wilayah kerja Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat. Alasan pemilihan lokasi ini karena memiliki karakteristik yang sama dan relatif dekat dengan wilayah penelitian. Uji validitas bertujuan untuk mengukur tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas dilakukan dengan cara menguji isi kuesioner setiap item pertanyaan dengan skor total variabel yang dilihat dari nilai corrected item total correlation dengan nilai tabel r pada df=30-2=28 dan α=0,05 sebesar 0,361.
Uji reliabilitas dilakukan setelah semua data dinyatakan valid, analisis dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Teknik untuk menghitung indeks reliabilitas alat ukur menggunakan Cronbach Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran dengan ketentuan bila Cronbach Alpha > 0,60, maka dinyatakan reliabel dan bila Cronbach Alpha < 0,60 maka butir soal dinyatakan tidak reliabel.
(50)
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan
Sub Variabel Nilai Corrected Item-Total Keterangan
Pengetahuan1 0.392 Valid
Pengetahuan2 0.467 Valid
Pengetahuan3 0.444 Valid
Pengetahuan4 0.581 Valid
Pengetahuan5 0.705 Valid
Pengetahuan6 0.496 Valid
Pengetahuan7 0.422 Valid
Pengetahuan8 0.515 Valid
Pengetahuan9 0.613 Valid
Pengetahuan10 0.543 Valid
Pengetahuan11 0.549 Valid
Pengetahuan12 0.778 Valid
Pengetahuan13 0.477 Valid
Pengetahuan14 0.401 Valid
Cronbach Alpha 0,742 Reliabel
Pada tabel 3.1 di atas diperoleh bahwa dari seluruh variabel pengetahuan nilai
corrected item total correlation lebih besar dari nilai tabel (tabel r =0,361), artinya seluruh item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel pengetahuan semuanya valid dan reliabel.
(51)
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Variabel Sikap
Sub Variabel Nilai Corrected Item-Total Keterangan
SIKAP1 0,538 Valid
SIKAP2 0,421 Valid
SIKAP3 0,517 Valid
SIKAP4 0,705 Valid
SIKAP5 0,617 Valid
SIKAP6 0,398 Valid
SIKAP7 0,396 Valid
SIKAP8 0,403 Valid
SIKAP9 0,521 Valid
SIKAP10 0,534 Valid
SIKAP11 0,673 Valid
SIKAP12 0,494 Valid
Cronbach Alpha 0,742 Reliabel
Pada tabel 3.2 di atas diperoleh bahwa dari seluruh variabel pengetahuan nilai
corrected item total correlation lebih besar dari nilai tabel (tabel r =0,361), artinya seluruh item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel pengetahuan semuanya valid dan reliabel.
3.11 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor predisposisi (umur, pendidikan, paritas, pengetahuan dan sikap). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tindakan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil.
(52)
3.5.2. Definisi Operasional
1. Tindakan imunisasi tetanus toksoid adalah suatu perwujudan dari sikap untuk melakukan suntikan imunisasi tetanus toksoid “Ya” dan “Tidak”.
2. Faktor predisposisi adalah faktor-faktor yang mempermudah seorang ibu hamil untuk melakukan tindakan, yang mencakup :
a. Umur adalah lamanya hidup ibu hamil yang dihitung dalam tahun.
b. Pendidikan adalah jenjang sekolah formal terakhir yang telah diselesaikan ibu hamil.
c. Paritas adalah jumlah melahirkan anak.
d. Pengetahuan adalah tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT yang meliputi pengertian, manfaat, jadwal pemberian imunisasi, efek samping dan tempat pemberian imunisasi.
e. Sikap adalah pendapat atau penilaian ibu hamil yang dinyatakan dengan setuju, ragu-ragu dan tidak setuju terhadap hal-hal yang berkaitan dengan tindakan imunisasi tetanus toksoid.
(53)
3.12 Metode Pengukuran
Metode Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.6.1. Pengukuran Variabel Independen
1. Umur Ibu Hamil
Variabel umur dibagi atas 3 kategori yaitu (Prasetyawati, 2012) : 1. Umur < 20 tahun
2. Umur 20 – 34 tahun 3. Umur ≥ 35 tahun Skala : Nominal 2. Pendidikan Ibu Hamil
Dalam penelitian ini untuk pengukuran tingkat pendidikan dibagi atas 2 kategori yaitu (UU RI No.20 tahun 2003) :
1. Pendidikan Dasar (SD, SMP sederajat)
2. Pendidikan Lanjut (SMA, Perguruan Tinggi/Akademi) Skala : Ordinal
3. Paritas
Paritas seorang ibu dapat dibedakan menjadi :
1. Primipara adalah ibu yang telah pernah melahirkan sebanyak satu kali 2. Multipara adalah ibu yang telah melahirkan sebanyak dua hingga empat kali Skala : Ordinal
(54)
4. Pengetahuan
Pengetahuan ibu hamil diukur melalui 14 pertanyaan yang telah disediakan. Setiap jawaban benar diberi skor 1, dan jawaban salah diberi nilai 0, sehingga total berkisar 0-14. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dibagi atas 2 kategori :
1. Baik : jika skor jawaban > 75% dalam interval 11 – 14 2. Kurang baik : jika skor jawaban ≤ 75% dalam interval 0 – 10
Skala : Ordinal
5. Sikap
Pengukuran sikap yaitu dengan 12 buah pernyataan. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuan terhadap suatu kejadian. Diberi skor 3 jika responden menjawab setuju, diberi skor 2 jika responden menjawab ragu-ragu, dan skor 1 jika menjawab tidak setuju. Berdasarkan jumlah nilai tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 36, diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu :
1. Baik : jika jawaban responden > 75% memiliki total skor 30 – 36
2. Kurang baik : jika jawaban responden ≤ 75% memiliki total skor 12 – 29
(55)
3.6.2. Pengukuran Variabel Dependen
Pengukuran variabel dependen yaitu tindakan imunisasi ibu hamil dengan menggunakan data dari kuesioner dengan jawaban Ya dan Tidak.
1. Ya : Apabila melaksanakan tindakan imunisasi tetanus toksoid dua kali (TT1 dan TT2)
2. Tidak : Apabila tidak melaksanakan tindakan imunisasi tetanus toksoid dua kali (TT1 dan TT2)
Skala : Nominal
3.7Metode Analisis Data 3.7.1 Analisis Univariat
Analisis univariat, yaitu analisis dari variabel penelitian dengan mendistribusi frekuensi berdasarkan persentase untuk masing-masing variabel yaitu faktor predisposisi (umur, pendidikan, paritas, pengetahuan dan sikap ibu hamil), dan variabel tindakan imunisasi tetanus toksoid.
3.7.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat, yaitu analisis untuk melihat perbedaan proporsi variabel independen dengan dependen, kemudian dilihat hubungan antar kedua variabel dengan menggunakan uji Chi Square dengan ketentuan jika nilai expected count
kurang dari 5 < 20%, dan jika nilai expected count kurang dari 5 > 20% digunakan uji Fisher's Exact Test pada taraf kepercayaan 95% (α =0,05).
(56)
3.7.3 Analisis Multivariat
Bila hasil uji chi square p < 0,25 maka variabel tersebut diikutsertakan dalam uji multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda. Analisis multivariat, yaitu analisis lanjutan yang memungkinkan dilakukan untuk mengetahui variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen.
(57)
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo
Berdasarkan Kemenkes RI No. 128/Menkes/RI/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar kesejahteraan masayarat bahwa puskesmas merupakan unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Kemenkes RI, 2004).
Puskesmas Sambi Rejo merupakan salah satu dari 23 puskesmas yang berada di wilayah kerja dinas kesehatan kabupaten Langkat propinsi Sumatera Utara.
4.1.1 Keadaan Geografis
Puskesmas Sambi Rejo beralamat di Jl.T. Amir Hamzah Desa Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dengan jarak 8 km dari Kota Binjai dan 23 km dari kota Stabat ibukota Kabupaten Langkat. Luas wilayah kerja puskesmas Sambi Rejo 450 km2
a. Sebelah Barat berbatasan dengan Kwala Gumit
meliputi 6 desa dan 1 kelurahan, dengan batas-batas sebagai berikut :
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Binjai c. Sebelah Utara berbatasan dengan Sendang Rejo d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Tanjung Jati
(58)
4.1.2 Keadaan Demografi
Berdasarkan hasil laporan puskesmas Sambi Rejo tahun 2014 jumlah penduduk yang berada di wilayah kerja puskesmas Sambi Rejo 42791 jiwa.
Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014
Nama Desa Jumlah Penduduk
Sambi Rejo Sendang Rejo Sido Mulyo Tanjung Jati Perdamaian Kwala Gumit Suka Makmur
6.853 6.522 7.448 6.959 6.331 5.037 3.641
Total 42.791
Sumber : Puskesmas Sambi Rejo, 2014
Tabel 4.1 menyatakan jumlah penduduk terbanyak di wilayah kerja puskesmas Sambi Rejo yaitu di desa Sido Mulyo sebanyak 7.448 jiwa dan terendah di desa Suka Makmur sebanyak 3.641 jiwa.
(59)
4.1.3 Sarana Kesehatan
Puskesmas Sambi Rejo mempunyai sarana kesehatan untuk membantu kerja dari puskesmas seperti yang ditunjukkan dalam tabel 4.2 yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.2 Jumlah Sarana Kesehatan Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014
No Sarana Kesehatan Jumlah (unit)
1 Puskesmas Pembantu
- Perdamaian - Suka Makmur - Tanjung Jati - Sido Mulyo
1 1 1 1 2 Polindes
- Kwala Gumit - Sendang Rejo
1 1
Sumber : Puskesmas Sambi Rejo, 2014
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa Puskesmas Sambi Rejo memiliki 4 unit puskesmas pembantu dan 2 unit polindes.
(60)
4.2 Faktor Predisposisi Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid Pada Ibu Hamil
4.2.1 Umur
Umur ibu hamil dalam penelitian dikategorikan menjadi dua yaitu : umur 20 – 34 tahun dan umur ≥ 35 tahun. Adapun distribusi frekuensi umur ibu hamil dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014
Umur Frekuensi Persentase (%)
Umur ≥ 35 tahun Umur 20 – 34 tahun
8 136
5,6 94,4
Total 144 100
Berdasarkan distribusi frekuensi ibu yang berumur 20 – 34 tahun 136 (94,4%) lebih banyak dibandingkan dengan umur ≥ 35 tahun 8 (5,6%) dari 144 responden.
(61)
4.2.2 Pendidikan
Pendidikan ibu hamil dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua yaitu : pendidikan dasar (SD dan SMP) dan pendidikan lanjut (SMA, Perguruan Tinggi/Akademi). Adapun distribusi frekuensi pendidikan ibu hamil dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014
Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
Pendidikan Lanjut Pendidikan Dasar
89 55
61,8 38,2
Total 144 100
Berdasarkan distribusi frekuensi ibu yang pendidikan lanjutan 89 (61,8%) lebih banyak dibandingkan dengan pendidikan dasar 55 (38,2%) dari 144 responden.
(62)
4.2.3 Paritas
Paritas dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua yaitu : primipara dan multipara. Adapun distribusi frekuensi paritas dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014
Paritas Frekuensi Persentase (%)
Multipara Primipara
110 34
76,4 23,6
Total 144 100
Berdasarkan distribusi frekuensi ibu multipara 110 (76,4%) lebih banyak dibandingkan dengan ibu primipara 34 (76,4%) dari 144 responden.
(63)
4.2.4 Pengetahuan
Pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi tetanus toksoid meliputi pengertian, dan indikator-indikator imunisasi tetanus toksoid. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh distribusi frekuensi tingkat pengetahuan seperti yang terlihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Baik
Kurang Baik
31 113
21,5 78,5
Total 144 100
Responden memiliki pengetahuan kurang baik 113 orang (78,5%) lebih banyak dibandingkan pengetahuan baik 31 orang (21,5%) dari 144 responden. Rincian jawaban untuk masing-masing indikator dalam mengukur pengetahuan dapat dilihat pada tabel 4.7.
(64)
Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden Untuk Setiap Pertanyaan Dalam Mengukur Pengetahuan Tentang Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014
Pengetahuan
Jawaban
n %
Benar Salah
f % f %
Pengertian dari tetanus
(Penyakit yang menyerang saraf) penyebab dari tetanus
(Bakteri atau kuman) penularan dari tetanus (Menular)
Siapa yang beresiko terkena tetanus neonatorum
(Bayi baru lahir)
Penyembuhan dari tetanus (ya dapat disembuhkan) Cara pencegahan Tetanus
(melalui imunisasi tetanus toksoid) Manfaat imunisasi tetanus toksoid (Mencegah penyakit tetanus)
Penerima manfaat imunisasi tetanus toksoid
(Bayi baru lahir)
Efek imunisasi tetanus toksoid pada bayi (Tidak menyebabkan cacat)
Tempat pemberian imunisasi tetanus toksoid
(Semua pusat kesehatan seperti puskesmas, Rumah Sakit)
Jumlah seorang ibu hamil mendapatkan imunsasi tetanus toksoid
(2x)
Jarak penyuntikan imunisasi tetanus toksoid
(1 bulan)
Larangan dari sosial budaya terhadap imunisasi tetanus toksoid
(Tidak ada larangan)
Efek samping penyuntikan tetanus toksoid (tidak ada efek samping)
78 99 105 61 127 117 105 85 117 96 99 89 127 93 54,2 68,8 72,9 42,4 88,2 81,3 72,9 60,4 81,3 66,7 68,8 61,8 88,2 64,6 66 45 39 83 17 27 39 57 27 48 45 55 17 51 45,8 31,3 27,1 57,6 11,8 18,8 27,1 39,6 18,8 33,3 31,3 38,2 11,8 35,4 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
(65)
4.2.5 Sikap
Sikap merupakan pendapat atau penilaian ibu hamil dinyatakan dengan setuju, ragu-ragu dan tidak setuju yang berkaitan dengan tindakan imunisasi tetanus toksoid. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran sikap responden seperti yang terlihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014
Sikap Frekuensi Persentase (%)
Baik
Kurang Baik
73 71
50,7 49,3
Total 144 144
Berdasarkan distribusi frekuensi sebanyak 144 responden, ibu yang memiliki sikap baik 73 (50,7%) lebih banyak dibandingkan dengan kurang baik 71 (49,3%). Rincian jawaban responden untuk masing-masing indikator dalam mengukur sikap dapat diliihat pada tabel 4.9.
(66)
Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden Untuk Setiap Pernyataan Dalam Mengukur Sikap Tentang Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014
Sikap Setuju
Ragu-ragu
Tidak
Setuju n %
F % f % f %
1. Keharusan ibu hamil untuk
mendapatkan suntikan imunisasi tetanus toksoid
2. Dukungan suami
3. Kepemilikan kartu tanda
imunisasi
4. Dukungan ibu hamil terhadap penyuluhan imunisasi tetanus toksoid
5. Tenaga kesehatan memberi
informasi tentang imunisasi tetanus toksoid
6. Efek samping imunisasi tetanus toksoid dan cara mengatasinya 7. Biaya imunisasi tetanus toksoid 8. Petugas persalinan pada ibu
hamil
9. Ibu hamil menyarankan kepada ibu hamil yang lain untuk melakukan imunisasi tetanus toksoid
10.Meluangkan waktu untuk
melakukan imunisasi tetanus toksoid
11.Melakukan kunjungan kembali untuk kelengkapan imunisasi 12.Melakukan suntikan imunisasi
tetanus toksoid pada setiap kehamilan 74 74 67 74 81 71 40 77 70 69 62 69 51 51 47 51 56 49 28 53 49 48 43 48 33 36 37 38 32 42 40 35 31 36 43 45 23 25 26 26 22 29 28 24 22 25 30 31 37 34 40 31 31 31 64 32 42 39 39 30 26 24 28 22 22 22 44 22 29 27 27 21 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Hasil rincian sikap menunjukkan sikap setuju yang paling banyak adalah sikap bahwa tenaga kesehatan memberi informasi tentang imunisasi tetanus toksoid (56%),
(1)
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed
Predicted tindakan
Percentage Correct Ya Tidak
Step 0 tindakan Ya 0 43 .0
Tidak 0 101 100.0
Overall Percentage 70.1
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant .854 .182 21.992 1 .000 2.349
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables umur 1.640 1 .200
pendidikan 5.796 1 .016
paritas 4.881 1 .027
ksikap 3.589 1 .058
Overall Statistics 13.993 4 .007
(2)
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 160.696a .098 .139
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Observed
Predicted tindakan
Percentage Correct Ya Tidak
Step 1 tindakan Ya 3 40 7.0
Tidak 3 98 97.0
Overall Percentage 70.1
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step 1a umur .498 .765 .423 1 .515 1.645 .367 7.367
pendidikan 1.086 .516 4.425 1 .035 2.963 1.077 8.153 paritas 1.360 .546 6.194 1 .013 3.895 1.335 11.362 ksikap .177 .469 .142 1 .706 1.193 .476 2.992 Constant -.324 .744 .189 1 .663 .723
(3)
TABEL MASTER DATA
HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISI TERHADAP TINDAKAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMBI REJO
KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014
No Variabel
Tindakan
Resp Umur Pendidikan Paritas Pengetahuan Sikap
001 23 SMP MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
002 20 SD PRIMIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
003 25 SMP PRIMIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
004 27 SMP MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
005 27 SMP MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
006 25 SD MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
007 27 SD MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Ya
008 23 SMA PRIMIPARA BAIK KURANG BAIK Ya
009 22 SMA PRIMIPARA KURANG BAIK BAIK Tidak
010 25 SMP MULTIPARA KURANG BAIK BAIK Ya
011 26 SMP MULTIPARA KURANG BAIK BAIK Tidak
012 31 SMK MULTIPARA BAIK BAIK Ya
013 26 SMP MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
014 21 SMA MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Ya
015 27 SMA MULTIPARA BAIK BAIK Ya
016 26 SMP MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
017 32 SMA MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
018 25 SMA MULTIPARA KURANG BAIK BAIK Ya
019 21 SMA PRIMIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
020 26 SMP MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
021 30 SMP MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
022 21 SMP MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
(4)
032 37 SMA MULTIPARA KURANG BAIK BAIK Tidak
033 32 SMP MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
034 24 SMA PRIMIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
035 24 SMA PRIMIPARA KURANG BAIK BAIK Tidak
036 25 SMA MULTIPARA BAIK BAIK Ya
037 29 SMK MULTIPARA BAIK BAIK Ya
038 30 D3 PRIMIPARA BAIK BAIK Ya
039 22 SMA PRIMIPARA KURANG BAIK BAIK Tidak
040 25 SMA MULTIPARA BAIK BAIK Tidak
041 26 SMP MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
042 31 D3 MULTIPARA BAIK BAIK Tidak
043 29 SMA MULTIPARA BAIK BAIK Tidak
044 21 SMA MULTIPARA BAIK BAIK Tidak
045 24 SMA MULTIPARA KURANG BAIK BAIK Ya
046 26 SMA MULTIPARA BAIK BAIK Ya
047 32 S1 MULTIPARA BAIK BAIK Tidak
048 25 SMA MULTIPARA BAIK BAIK Tidak
049 21 SMA PRIMIPARA KURANG BAIK BAIK Tidak
050 26 SMP MULTIPARA KURANG BAIK BAIK Tidak
051 30 S1 MULTIPARA BAIK KURANG BAIK Tidak
052 21 SMA MULTIPARA BAIK BAIK Tidak
053 25 SMA MULTIPARA KURANG BAIK BAIK Tidak
054 22 SMP MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
055 29 SMA MULTIPARA KURANG BAIK BAIK Tidak
056 32 SD MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
057 29 SMP MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Ya
058 28 SMP PRIMIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
059 28 SMA MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Ya
060 24 SD MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
061 25 SMP MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
062 32 SMA MULTIPARA KURANG BAIK BAIK Tidak
063 31 SD MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
064 24 SMP PRIMIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
065 24 SMA PRIMIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
066 25 SMA MULTIPARA KURANG BAIK BAIK Tidak
067 29 SMK MULTIPARA KURANG BAIK BAIK Tidak
068 30 SMP MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
(5)
070 29 SMA MULTIPARA KURANG BAIK BAIK Ya
071 27 SMA MULTIPARA KURANG BAIK BAIK Tidak
072 25 SMP MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Ya
073 20 SMA PRIMIPARA KURANG BAIK BAIK Tidak
074 30 SD MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Ya
075 28 SD MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Ya
076 22 SMA PRIMIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
077 24 SMA PRIMIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
078 25 SMA MULTIPARA KURANG BAIK BAIK Ya
079 37 SMA MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Ya
080 35 SMEA MULTIPARA BAIK BAIK Tidak
081 24 SMA PRIMIPARA KURANG BAIK BAIK Tidak
082 24 SMA PRIMIPARA KURANG BAIK BAIK Tidak
083 25 SMA MULTIPARA BAIK BAIK Tidak
084 36 SMK MULTIPARA KURANG BAIK BAIK Tidak
085 30 SD PRIMIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
086 34 SMP MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
087 29 SMA MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
088 24 SMA PRIMIPARA BAIK BAIK Tidak
089 25 SMA MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
090 37 SMP MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
091 34 SMA MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Ya
092 24 SMA PRIMIPARA BAIK BAIK Tidak
093 22 SMA MULTIPARA KURANG BAIK BAIK Ya
094 25 SMP PRIMIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
095 23 SMA MULTIPARA BAIK BAIK Ya
096 25 D3 PRIMIPARA BAIK BAIK Tidak
097 29 SMA MULTIPARA KURANG BAIK BAIK Ya
098 35 SD MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Ya
(6)
108 25 SMA MULTIPARA BAIK BAIK Tidak
109 29 SMK MULTIPARA KURANG BAIK BAIK Tidak
110 28 SMP MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Ya
111 26 SMP MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
112 25 SMA MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Ya
113 24 SMP MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
114 22 SD PRIMIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
115 25 SMP MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
116 29 SMP MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
117 27 SD MULTIPARA KURANG BAIK BAIK Tidak
118 34 D3 PRIMIPARA KURANG BAIK BAIK Ya
119 29 SMA MULTIPARA KURANG BAIK BAIK Ya
120 27 SMA MULTIPARA KURANG BAIK BAIK Ya
121 29 SMK MULTIPARA KURANG BAIK BAIK Ya
122 22 SMP MULTIPARA KURANG BAIK BAIK Tidak
123 36 D3 MULTIPARA KURANG BAIK BAIK Ya
124 28 SMA MULTIPARA KURANG BAIK BAIK Ya
125 22 SMA MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Ya
126 24 SMA MULTIPARA BAIK KURANG BAIK Ya
127 25 SMA MULTIPARA BAIK KURANG BAIK Tidak
128 27 SMA MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
129 31 SMEA MULTIPARA BAIK BAIK Tidak
130 24 SMA MULTIPARA KURANG BAIK BAIK Tidak
131 24 SMP MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
132 25 SD MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
133 29 SMP MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
134 30 SMP MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
135 34 SMA MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
136 24 SMA PRIMIPARA KURANG BAIK BAIK Tidak
137 24 SMA PRIMIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
138 25 SMP MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
139 29 SMP MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
140 30 D3 PRIMIPARA KURANG BAIK BAIK Tidak
141 34 SMP MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak
142 29 SMA MULTIPARA BAIK BAIK Tidak
143 27 SMA MULTIPARA KURANG BAIK KURANG BAIK Tidak