Program Imunisasi di Indonesia

maka tubuh bayi prematur tidak mampu memberikan respon sebagaimana mestinya Ranuh, 2008.

2.2 Pelaksanaan Imunisasi di Indonesia

2.2.1 Program Imunisasi di Indonesia

Kegiatan imunisasi di Indonesia diselenggarakan sejak tahun 1956. Mulai tahun 1977 kegiatan imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi PPI dalam rangka pencegahan penularan terhadap beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi PD3I yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus serta Hepatitis B. Untuk pelaksanaan Program Pengembangan Imunisasi ini, pemerintah membuat beberapa strategi, diantaranya : 1. Pelaksanaan Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional GAIN UCI, yang meliputi: a. Penguatan Pemantauan Wilayah Setempat PWS dengan memetakan wilayah berdasarkan cakupan dan analisa masalah untuk menyusun kegiatan dalam rangka mengatasi permasalahan setempat. b. Menyiapkan sumber daya yang dibutuhkan termasuk tenaga, logistik vaksin, alat suntik dan safety box, biaya dan sarana pelayanan. c. Pemberdayaan masyarakat melalui tanaman obat keluaga, TOMA, aparat desa dan kader. d. Pemerataan jangkauan terhadap semua desakelurahan yang sulit atau tidak terjangkau pelayanan. 2. Membangun kemitraan dengan lintas sektor, lintas program dalam meningkatkan cakupan dan jangkauan, misalnya dengan program malaria, gizi dan KIA. 3. Advokasi, sosialisasi dan pembinaan terhadap kader-kader imunisasi di tiap tingkatan administrasi. Pelayanan imunisasi bisa dilakukan di beberapa tempat seperti puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit, klinik, bidan praktik, dokter Universitas Sumatera Utara praktik di dalam gedungkomponen statis atau di luar gedung komponen dinamis seperti posyandu, di sekolah, atau melalui kunjungan rumah. Pelayanan imunisasi dilaksanakan oleh dokter dan dokter spesialis. Selain dokter dan dokter spesialis, bidan, perawat, serta tenaga terlatih dapat melaksanaan pelayanan imunisasi wajib sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan PMK No. 42 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.

2.2.2 Evaluasi Program Imunisasi