signifikan p0,05 antara kelompok mantan pecandu ganja dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja kontrol.
Berdasarkan hasil uji Oneway Anova tabel 5 mengenai hubungan lamanya berhenti mengonsumsi ganja dengan pH saliva stimulasi antara kelompok pecandu
ganja dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pH saliva stimulasi yang signifikan p0,05 antara kelompok mantan pecandu ganja dengan
kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja kontrol. Pada penelitian ini didapatkan setiap kelompok subjek memiliki rerata nilai pH
dalam batas normal, yaitu 6,8-7,8.
43
Hal ini menunjukkan bahwa setelah berhenti mengonsumsi ganja, efek penurunan pH akibat asap pembakaran ganja tidak bertahan
lama dan hal ini tidak dipengaruhi oleh frekuensi, durasi dan lamanya berhenti mengosumsi ganja.
5.4 Hubungan Mengonsumsi Ganja Dengan Kadar Ion Kalsium Saliva Yang Distimulasi
Ion kalsium berperan sangat penting dalam menjaga gigi agar tetap sehat, dimana ion kalsium dalam saliva berguna dalam proses remineralisasi dan mencegah
larutnya enamel gigi. sehingga dengan memiliki kadar ion kalsium yang baik dapat mengurangi risiko terjadinya karies pada seserorang.
17,27
Berdasarkan hasil pada
penelitian ini tabel 2 mengenai hubungan mengonsumsi ganja dengan kadar ion kalsium saliva stimulasi dapat dilihat bahwa kadar ion kalsium saliva stimulasi pada
kelompok kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok pecandu ganja yaitu 1,30300 mmoll dan kadar ion kalsium saliva stimulasi pada kelompok pecandu ganja
yaitu 0,99387 mmoll. Berdasarkan uji statistik T tidak berpasangan diketahui bahwa ada perbedaan yang signifikan p0,05 antara kedua kelompok tersebut. Ini berarti ada
hubungan antara mengonsumsi ganja dengan penurunan kadar ion kalsium saliva stimulasi.
Hasil pada penelitian ini dapat disebabkan karena tidak terjadi penurunan pH pada pecandu ganja, sehingga tidak terjadi pula demineralisasi pada gigi pecandu ganja
dan mengakibatkan kalsium pada gigi tidak larut ke dalam saliva.
26,27
Menurut
Universitas Sumatera Utara
penelitian in vitro terhadap tikus oleh Kopach O., dkk, didapatkan konsentrasi kalsium meningkat secara signifikan p0,05 setelah 20 menit pemberian agonis THC dan
bertahan selama 30 menit.
29
Sedangkan pada penelitian ini, para pecandu ganja sudah berhenti mengonsumsi ganja.
Pada saat mengonsumsi ganja, aktivasi reseptor cannabinoid yang berada pada kelenjar saliva submandibula baik pada sel asini maupun pada sistem saluran kelenjar
saliva submandibula mengalami kerusakan dan sebagian besar dari kandungan kalsium saliva berasal dari kelenjar saliva submandibula. Sehingga konsumsi ganja dapat
menyebabkan terjadinya gangguan pada pengeluaran kalsium pada saliva pecandu ganja.
29
Kadar ion kalsium pada saliva juga dapat dipengaruhi oleh volume saliva. Dimana ketika aliran saliva meningkat maka konsentrasi protein total, sodium, kalsium,
klorida dan bikarbonat juga akan meningkat.
41
Sehingga pada penelitian ini dapat diketahui bahwa pada kelompok mantan pecandu ganja dengan volume saliva yang
lebih rendah memiliki kadar ion kalsium yang lebih rendah juga. Konsumsi ganja berpengaruh terhadap komposisi dan sekresi saliva termasuk
akan mempengaruhi fungsi kalsium dalam saliva yang berperan sebagai penjaga struktur dan remineralisasi gigi.
20,23
Ketika konsentrasi kalsium dalam saliva rendah maka akan menjadi salah satu faktor demineralisasi dan menyebabkan pecandu ganja
rentan terhadap karies. Hal ini sesuai dengan penelitian Ditmyer, dkk. 2014 memberitahukan bahwa terjadi peningkatan prevalensi dan keparahan karies pada
pecandu ganja dimana pecandu ganja memiliki jumlah DMFT decay, missing, filling teeth
dua kali lebih tinggi dibanding perokok biasa.
36
Dan berdasarkan wawancara dengan pengurus panti rehabilitasi saat penelitian dapat diketahui bahwa tidak ada
pelayanan kesehatan gigi dan mulut di panti rehabilitasi. Mengingat para mantan pecandu ganja memiliki risiko tinggi terhadap terjadinya masalah kesehatan gigi dan
mulut terutama karies maka dibutuhkan fasilitas berupa layanan kesehatan gigi dan mulut di panti rehabilitasi.
Universitas Sumatera Utara
5.4.1 Hubungan Frekuensi, Durasi dan Lamanya Berhenti Mengonsumsi Ganja Dengan Kadar Ion Kalsium Saliva Yang Distimulasi
Hasil uji Oneway Anova pada penelitian ini tabel 3 mengenai hubungan frekuensi mengonsumsi ganja dengan kadar ion kalsium saliva stimulasi antara
kelompok pecandu ganja dan kelompok kontrol menunjukkan ada perbedaan yang signifikan p0,05 antara mengonsumsi ganja dengan kadar ion kalsium saliva
stimulasi. Dimana pada kelompok pecandu ganja terjadi penurunan kadar ion kalsium saliva stimulasi bila dibandingkan dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi
ganja kontrol. Hasil uji Oneway Anova pada penelitian ini tabel 4 mengenai hubungan durasi
mengonsumsi ganja dengan kadar ion kalsium saliva stimulasi antara kelompok pecandu ganja dan kelompok kontrol menunjukkan ada perbedaan yang signifikan
p0,05 antara mengonsumsi ganja dengan kadar ion kalsium saliva stimulasi. Dimana pada kelompok pecandu ganja terjadi penurunan kadar ion kalsium saliva
stimulasi bila dibandingkan dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi ganja kontrol.
Hasil uji Oneway Anova pada penelitian ini tabel 5 mengenai hubungan lamanya berhenti mengonsumsi ganja dengan kadar ion kalsium saliva stimulasi
antara kelompok pecandu ganja dan kelompok kontrol menunjukkan ada perbedaan yang signifikan p0,05 antara mengonsumsi ganja dengan kadar ion kalsium saliva
stimulasi. Dimana pada kelompok pecandu ganja terjadi penurunan kadar ion kalsium saliva stimulasi bila dibandingkan dengan kelompok tanpa riwayat mengonsumsi
ganja kontrol. Berdasarkan hasil pada penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat hubungan
antara mengonsumsi ganja dengan penurunan kadar ion kalsium saliva stimulasi. Kadar ion kalsium saliva dipengaruhi oleh frekuensi
mengonsumsi ganja, namun semakin sering, semakin lama ataupun semakin cepat berhenti subjek mengonsumsi
ganja tidak terjadi penurunan kadar ion kalsium secara bertahap hal tersebut dapat disebabkan karena kadar ion kalsium dalam saliva juga dapat dipengaruhi oleh banyak
faktor, seperti keparahan karies dan kondisi oral hygiene seseorang, karena itu pada
Universitas Sumatera Utara
penelitian selanjutnya diperlukan pemeriksaan ataupun penyamaan kondisi oral hygiene baik kelompok subjek maupun kelompok kontrol.
18,28
Dibandingkan penelitian-penelitian lainnya di luar Indonesia, penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan terutama karena dilakukan pada mantan pecandu
ganja yang sudah berhenti mengonsumsi ganja. Sehingga perlu penelitian selanjutnya mengenai efek langsung konsumsi ganja pada saliva yang dilakukan pada subjek yang
masih mengonsumsi ganja. Pada penelitian ini juga mengalami kesulitan karena pada umumnya pecandu narkotika menggunakan beberapa jenis narkotika sehingga
dibutuhkan ketelitian saat melakukan wawancara dengan subjek penelitian. Penelitian ini juga memiliki kekurangan karena jumlah sampel yang digunakan
untuk setiap kelompok berbeda, seharusnya bila ingin melakukan penelitian analitik observasional antara satu kelompok dengan kelompok lainnya maka jumlah sampel
pada tiap kelompok tersebut harus sama. Penelitian ini juga belum melakukan pemeriksaan oral hygene secara klinis dan memeriksa diet sebelum melakukan
pengambilan sampel saliva baik pada kelompok mantan pecandu ganja maupun pada kelompok kontrol, sehingga penelitian ini belum begitu lengkap.
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara mengonsumsi ganja dengan penurunan volume saliva stimulasi antara kelompok
mantan pecandu ganja dengan kelompok kontrol dan hal ini dapat dipengaruhi oleh frekuensi, durasi dan lamanya berhenti mengonsumsi ganja. Tidak ada hubungan antara
mengonsumsi ganja dengan penurunan pH saliva stimulasi antara kelompok mantan pecandu ganja dengan kelompok kontrol dan hal ini tidak dipengaruhi oleh frekuensi,
durasi dan lamanya berhenti mengonsumsi ganja. Didapatkan juga bahwa ada hubungan antara mengonsumsi ganja dengan penurunan kadar ion kalsium saliva stimulasi
antara kelompok mantan pecandu ganja dengan kelompok kontrol dan hal ini dipengaruhi oleh frekuensi, durasi dan lamanya berhenti mengonsumsi ganja. Melihat
kondisi saliva mantan pecandu ganja yang kurang baik tersebut dan risiko terjadinya masalah kesehatan gigi dan mulut yang cukup tinggi maka disarankan para mantan
pecandu ganja dapat memperhatikan kesehatan gigi dan mulutnya dan melakukan pemeriksaan secara rutin ke dokter gigi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN