Pengaruh Ganja Terhadap Kesehatan

ganja dengan dosis yang tepat dapat mengobati inflamasi membran mukosa, lepra, demam, obesitas, asma, infeksi saluran urin dan batuk. Manfaat terapi dari cannabinoid yaitu sebagai analgesik, relaksasi otot, anti alergi, bronkodilator, neuroproteksi, bahan sedatif, antiemesis, serta menurunkan tekanan intraokular. Pada tahun 1980 terdapat banyak penelitian mengenai manfaat medis ganja, namun karena konsumsi ganja secara teratur dan dalam jangka waktu yang panjang dapat mempengaruhi kesehatan sistemik dan status mental maka penggunaan ganja sebagai bahan medikasi dilarang di beberapa negara termasuk di Indonesia. 1,8,10 Gambar 5. Lokasi reseptor cannabinoid di otak. 12

2.8 Pengaruh Ganja Terhadap Kesehatan

THC yang bersifat psikoaktif dapat mempengaruhi hampir seluruh sistem dalam tubuh dengan cara berikatan dengan reseptor cannabinoid. Ketika pecandu mengalami ketergantungan pada ganja dan mengonsumsi ganja terus-menerus dengan dosis yang berlebihan dalam jangka panjang maka hal ini dapat mengganggu kesehatan pada pecandu. 1,7

2.8.1 Kesehatan Sistemik

Asap pembakaran ganja dengan kandungan THC yang terhirup dapat dengan cepat masuk ke membran pembatas paru-paru karena bersifat mudah larut dalam lemak. Universitas Sumatera Utara Paru-paru dilapisi oleh jutaan alveoli yaitu kantung tempat terjadinya pertukaran gas. Alveoli memiliki luas permukaan 90 kali lebih besar dari kulit sehingga THC dapat dengan mudah menembus alveoli kemudian masuk ke dalam aliran darah. Setelah masuk ke dalam aliran darah, THC akan menuju jantung dan kemudian dipompakan ke seluruh tubuh melalui arteri. THC sangat mudah berpenetrasi ke dalam otak karena terdapat banyak reseptor cannabinoid dengan konsentrasi tinggi di dalam otak sehingga THC lebih banyak terakumulasi di otak dan kemudian memulai efeknya ke beberapa bagian tubuh. 1,8 Pada paru-paru pecandu ganja, terdapat banyak makrofag yang rusak. Makrofag merupakan sel darah putih besar yang memiliki fungsi sebagai pembunuh bakteri dan jamur, serta membuang jaringan yang rusak Dengan turunnya fungsi makrofag maka paru-paru rentan terhadap serangan bakteri, jamur dan sel-sel kanker. Hal ini menyebabkan sering terjadi infeksi paru-paru atau bronchitis pada pecandu ganja dengan simtom seperti batuk, peningkatan produksi sputum, serta emfisema. Kandungan tar dalam ganja juga dapat menyebabkan mutasi dari sel-sel di paru-paru sehingga meningkatkan risiko terjadinya kanker paru-paru pada pecandu ganja. 1,7,8 Di dalam jantung, THC dapat mengakibatkan meningkatnya beban jantung. Hal ini mengakibatkan kekuatan jantung dalam memompa darah semakin besar diikuti dengan terjadinya vasodilatasi pada arteri. Secara klinis, dapat dilihat terjadinya peningkatan denyut nadi pada para pecandu ganja yang disebut dengan takikardi dan peningkatan detak jantung sebagai efek akut dari konsumsi ganja. Ketika terjadi peningkatan beban jantung maka kebutuhan terhadap oksigen dalam jantung juga meningkat, apabila oksigen kurang banyak untuk membantu kerja jantung maka dapat terjadi kardiak iskemik pada pecandu ganja. 8 THC yang terakumulasi di dalam otak menstimulasi sel-sel otak sehingga dikeluarkan neurotransmitter dopamin yang memicu pecandu ganja untuk merasa euforia, halusinasi, peningkatan persepsi sensoris dan peningkatan selera makan. Namun setelah beberapa saat, pecandu akan merasa kantuk dan depresi. Penggunaan ganja yang terus menerus menyebabkan disfungsi dari neurotransmitter tersebut sehingga muncul tanda-tanda ketidaknyamanan dan efek psikotik termasuk gelisah, Universitas Sumatera Utara paranoid, halusinasi, euforia, serta emosi yang berubah-ubah. 8,9,34 Konsumsi ganja jangka panjang juga dapat memepengaruhi fungsi otak dengan cara mengurangi aliran darah otak sehingga dapat menurunkan metabolisme otak dan fungsi serebelum. 8 Konsumsi 2,5 mg THC per kilogram massa tubuh atau 7 batang rokok ganja per hari dapat menurunkan hormon sentral pada menstruasi, termasuk hormon follicle- stimulating , hormon luteinizing dan hormon progesteron. Gangguan pada hormon- hormon tersebut dapat mengakibatkan terjadinya infertilitas pada perempuan Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mueller, dkk. bahwa 61 dari perempuan infertil memiliki riwayat mengonsumsi ganja. Pada pria, ganja dapat mempengaruhi produksi sperma yaitu berkurangnya jumlah dan motilitas sperma. Menurut Hembree, dkk. pecandu ganja yang mengonsumsi 8 linting ganja per hari selama satu bulan mengalami penurunan jumlah dan motilitas sperma yang signifikan. 8,32 Gambar 6. Pengaruh ganja terhadap kesehatan sistemik. 12

2.8.2 Kesehatan Rongga Mulut

Ganja juga dapat mempengaruhi kesehatan rongga mulut pecandu ganja melalui sifat iritatif ganja dan adanya reseptor cannabinoid dalam kelenjar saliva yang Universitas Sumatera Utara dapat menyebabkan terjadinya masalah-masalah kesehatan rongga mulut pecandu ganja. 1,35-38 Pada pecandu ganja terjadi keadaan mulut kering atau xerostomia. Akibat mulut yang kering para pecandu sering mengonsumsi minuman ringan dan makanan manis sehingga pH saliva menjadi asam. 23,24 Selain itu, asap pembakaran dari ganja dapat mereduksi oksigen dalam rongga mulut dan meningkatkan koloni bakteri anaerob sehingga membuat pH saliva semakin turun. Semakin turun pH saliva maka akan memicu terjadinya demineralisasi gigi sehingga meningkatkan kejadian karies pada pecandu ganja. 13,25 Hal ini sesuai dengan penelitian Ditmyer, dkk. 2014 memberitahukan bahwa terjadi peningkatan prevalensi dan keparahan karies pada pecandu ganja dimana pecandu ganja memiliki jumlah DMFT decay, missing, filling teeth dua kali lebih tinggi dibanding perokok biasa. 36 Gambar 7. Gambaran karies pada pecandu ganja. 24 Konsumsi ganja dapat mengakibatkan terjadinya pembesaran gingiva terutama di daerah interdental papila dan marginal gingiva. Ciri ini serupa dengan efek dari obat anticonvulsive yaitu phenytoin. Hal ini dihubungkan dengan kandungan Cannabidiol CBD pada ganja yang memiliki efek dan struktur kimia yang sama dengan phenytoin. 38 Selain pembesaran gingiva, berkurangnya volume saliva pada pecandu ganja dapat mengakibatkan berkurangnya fungsi imun dari saliva dalam Universitas Sumatera Utara menjaga kesehatan rongga mulut. Sehingga pada pecandu ganja terjadi peningkatan jumlah bakteri dan jamur pada rongga mulut, termasuk bakteri anaerob dan Candida albicans . Pembentukan plak gingiva dan meningkatnya koloni bakteri anaerob dapat meningkatkan terjadinya gingivitis pada pecandu ganja. 25,35 Kurangnya kesadaran pecandu ganja dalam menjaga kebersihan mulutnya menyebabkan gingivitis tersebut berkembang menjadi periodontitis diikuti dengan kehilangan tulang alveolar. 11,35,37 Densitas dari Candida albicans semakin meningkat disebabkan oleh hidrokarbon pada ganja yang menjadi sumber energi bagi spesies kandida tertentu termasuk Candida albicans . Hal ini mengakibatkatkan terjadinya candidiasis pada pecandu ganja. Ketika diteliti menggunakan teknik kultur imprint terlihat terjadinya peningkatan densitas Candida albicans pada rongga mulut pecandu ganja. Faktor lain yang dapat mempengaruhi candidiasis pada pecandu ganja adalah kebersihan mulut yang buruk dan faktor nutrisi yang tidak terpenuhi. 7,35 Ganja memiliki konsentrasi zat karsinogen aromatic hydrocarbon seperti benzopyrene yang lebih banyak dibandingkan tembakau. 39 Ketika menghisap ganja, rongga mulut terpapar oleh asap pembakaran yang panas, paparan yang terjadi secara kronis menyebabkan zat-zat karsinogen mempengaruhi epitel rongga mulut. Sehingga terjadi perubahan-perubahan pada sel epitel rongga mulut yang disebut dengan cannabis stomatitis termasuk leukodema dan hiperkeratosis. 1,7,9,39 Leukodema terjadi pada 57,1 pecandu ganja. Leukodema memiliki gambaran klinis seperti mukosa tampak tipis, opaque, berwarna putih keabuan dan sering terjadi di bagian bukal. Mukosa bukal akan tampak mengkerut dan membentuk lipatan. 35 Hiperkeratosis pada umumnya mengenai bibir atas dan bawah di lokasi penempatan ganja. Bercak berdiameter sekitar 7 mm dan umumnya terletak lateral dari garis tengah. Papula- papula menimbul putih jelas terlihat di seluruh bercak hiperkeratosis, membuat suatu permukaan kasar dan keras saat dipalpasi. 40 Apabila cannabis stomatitis tidak segera ditangani maka epitel rongga mulut akan semakin berdiferensiasi dan menjadi lesi premalignan seperti leukoplakia. Leukoplakia merupakan lesi putih pada mukosa mulut yang tidak dapat dihapus dan merupakan reaksi protektif terhadap iritasi kronis yang ditimbulkan oleh ganja. 4–6 dari leukoplakia berkembang menjadi kanker rongga Universitas Sumatera Utara mulut dalam kurun waktu 5 tahun. Kanker rongga mulut yang sering ditemukan pada pecandu ganja adalah tipe squamous cell carcinoma. 7,13,39,40 Hubungan antara kanker rongga mulut dan pemakaian ganja lebih signifikan pada pasien usia di bawah 50 tahun. 35 Gambar 8. Lesi leukoplakia pada lateral lidah pecandu ganja. 32

2.4 Saliva