Kemudian pada tahun 1902, dimulailah kegiatan budi daya pohon karet Hevea brasiliensis ini secara besar-besaran di Sumatera bagian timur dan selang waktu
tempat tahun kemudian 1906 budi daya pohon ini juga dilakukan di Pulau Jawa.
2.2. Karet Alam
Karet alam adalah komoditi homogen yang cukup baik. Karet mempunyai daya lentur yang sangat tinggi, kekuatan tarik dan dapat dibentuk dengan panas
yang rendah, daya tahan terhadap benturan, goresan dan koyakan yang sangat baik. Sifat fisika dan daya tahan karet dipakai untuk produksi-produksi pabrik
yang membutuhkan kekuatan yang tinggi dan panas dan rendah, misalnya ban mobil dan kendaraan lain serta produksi teknik yang memerlukan daya yang
sangat tinggi. Karet merupakan suatu polimer isoprene. Polimer isoperena atau 2-metil-
butadiena C
5
H
8
tersebut terdiri dari unit-unit isoprene yang membentuk rantai panjang dan jumlahnya yang sangat banyak. Dengan menggunakan mikroskop
electron besar dan bentuk karet dapat dilihat yaitu berbentuk butiran.
2.3. Partikel Karet
Jumlah partikel karet dan bukan karet yang terkandung didalam lateks tidak tetap tergantung pada macam klon, musim, dan faktor lain. Partikel karet
dalam cairan lateks tersusun atas satuan dasar monomer isoprene ata dua-metil- butadiena C
5
H
6
yang mengadakan polimerisasi antar molekulnya membentuk rantai panjang bentuk ikatannya adalah Cis. Partikel karet berbentuk bulat hingga
bulat telur, dengan ukuran 0,2 – 0,3 mikron. Partikel karet diselubungi oleh
Universitas Sumatera Utara
lapisan fosfolipida dan protein yang dalam lateks segar Ph 6,8 bermuatan negatif. Karena muatan negatif tersebut partikel-partikel tersebut harus tolak
menolak dan dapat melawan gaya gravitasi sehingga lateks merupakan sistem dispersi yang mantap.
Karet merupakan senyawa organik sehingga tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan organik. Sehingga dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi dewasa ini, karet alam dapat disintesis, akan tetapi kegunaan dari karet alamini tidak dapat digantikan oleh karet sintesis, ini disebabkan nilai kadar
abu dari karet alam lebih baik dari pada karet buatan sintetis Spillane,1989.
2.4. Karet Remah
Karet remah adalah bahan baku bokar yang diproses melalui tahap peremahan. Bahan baku utama yang digunakan cup lump dan slab dengan
perbandingan 3:1. Lump adalah koagulum yang terbentuk pada mangkok penampung lateks kebun beberapa saat setelah penyadapan.
Jika lateks menggumpal atau terkoagulasi di dalam mangkok penampung lateks disebut cup lump atau lump mangkok. Sedangkan slab adalah bahan baku karet
yang terbuat dari lateks yang telah digumpalkan dengan asam semut. Bahan baku yang paling dominan adalah lump karena pengolahan crumb rubber bertujuan
untuk mengangkat derajat bahan baku mutu rendah menjadi produk yang lebih bermutu Kartowiryo,1970.
Tampak bahwa bahan olah karet lump dan slab sangat penting peranannya sebagai bahan baku untuk pembuatan karet remah. Karet remah umumnya
diperdagangkan dengan spesifikasi mutu teknis dengan bermacam-macam
Universitas Sumatera Utara
karakteristik antara lain SIR 3L, SIR 3CV, SIR 3WF yang tergolong karet jenis mutu tinggi high grades dan SIR 10, SIR 20, yang tergolong jenis karet mutu
rendah low grades. Karet remah bermutu tinggi diolah dengan bahan baku berupa lateks kebun, sedangkan mutu rendah diolah dengan bahan baku koagulum
lapangan, yakni lateks yang membeku secara alami atau dengan koagulan. Karet remah diperdagangkan dalam bentuk bongkah berukuran 28 x 14 x 6,5 inci
3
atau 70 x 35 x 16,25 cm
3
dengan bobot 33,3 kg dan 35 kg per bongkah. Karet remah dibungkus dengan polietilen setebal 0,03 mm dengan titik pelunak 108
o
C, berat jenis 0,92 dan bebas dari macam-macam pelapis Setyamidjaja,1993.
2.5. Produksi Karet Alam